• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, deskripsi data penelitian beserta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, deskripsi data penelitian beserta"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

60 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh.

Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian,

pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, deskripsi data penelitian beserta

analisis data, dan dilanjutkan dengan hasil penelitian serta pembahasan hasil

penelitian.

A. Gambaran Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit TK. III Dr.

Reksodiwiryo Padang, dengan jumlah sampel sebanyak 121 orang yang terdiri

dari perawat laki-laki dan perawat perempuan yang bekerja pada shift pagi, shift

sore, dan shift malam.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo

Padang, tepatnya di Jalan. Dr. Wahidin No. 1 Padang, pengambilan data

dilakukan pada tanggal 13 Februari 2017 sampai selesai. Pengambilan data

penelitian dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi izin penelitian Nomor:

B.125/In.02/FU/TL.00.9/01/2017 dari Rektor IAIN Imam Bonjol Padang yang

ditanda tangani oleh Kepala Biro AUAK IAIN Imam Bonjol Padang. Penelitian

ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala kepada perawat Rumah Sakit TK.

III Dr. Reksodiwiryo Padang dengan jumlah sampel sebanyak 121 orang seperti

yang dijabarkan pada BAB III. Penelitian dilakukan sendiri oleh penulis dengan

(2)

kesalahan di dalam pengisian skala, penulis memberikan penjelasan pengisian

yang telah ada di lembar skala.

C. Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data di dalam penelitian ini dengan

menggunakan satu skala yaitu skala gejala stres yang terdiri dari 26 aitem

pernyataan. Pada setiap skala terdapat lembar identitas, kolom jawaban, dan cara

pengisian serta ucapan terima kasih. Selain dari itu, penulis menggunakan

wawancara dan observasi yang digunakan sebagai pengambilan data awal.

Responden penelitian berjumlah 121 orang yang dipilih berdasarkan

tujuan penelitian yakni dengan menggunakan metode total sampling. Dimana

seluruh populasi diambil untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Oleh karena

itu penulis menyesuaikan jumlah sampel berdasarkan perawat yang bekerja pada

shift pagi, shift sore, shift malam agar seimbang datanya untuk kemudian

dilakukan perbandingan (komparasi). Maka dari itu didapatkan jumlah sampel

penelitian sebanyak 121 orang perawat Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo

Padang.

D. Deskripsi Data Penelitian

Data deskripsi penelitian dapat memberikan informasi mengenai keadaan

responden penelitian pada variabel yang diteliti, rangkuman data deskriptif

(3)

Tabel 4.1

Jumlah Responden Penelitian

No Ruangan Perawat Shift Kerja Jumlah Perawat Pagi Sore Malam

1 VIP 6 5 5 16 Orang

2 RU. II 6 5 5 16 Orang

3 RU. III 6 5 5 16 Orang

4 RU. IV 6 4 4 14 Orang

5 RU. V 6 4 4 14 Orang

6 R.A. YANI 6 5 4 15 Orang

7 RU. HCU 6 4 4 14 Orang

8 RU. Pav HWS 6 5 5 16 Orang

Jumlah 48 37 36 121 orang

Sumber : Administrasi Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang

Dari gambaran tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat 121 orang

perawat Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang yang bekerja berdasarkan

shift kerja pada tiap ruangannya, dimana 48 orang perawat yang bekerja pada shift

pagi, 37 orang perawat yang bekerja pada shift sore, dan 36 orang perawat yang

bekerja pada shift malam.

E. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data

terdistribusi normal atau tidak. Distribusi data yang normal menyatakan

bahwa subjek penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi

yang ada, sebaiknya apabila sebaran tidak normal, maka dapat disimpulkan

bahwa subjek tidak representatif atau tidak mewakili populasi yang ada. Uji

normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji one sample kolmogorov

smirnov test, dapat dinyatakan terdistribusi normal jika signifikansi besar dari

(4)

SPSS versi 20.0 for windows, maka diperoleh hasil uji normalitas sebagai

berikut:

Tabel 4.2

Uji Normalitas Sebaran Skala Gejala Stres Kerja

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

skalagejalastr eskerjapagi Skalagejalastre skerjasore Skalagejalastre skerjamalam N 48 37 36

Normal Parametersa,b Mean 58.81 58.46 61.14

Std. Deviation 8.464 8.262 8.499

Most Extreme Differences

Absolute .113 .089 .142

Positive .073 .089 .099

Negative -.113 -.079 -.142

Kolmogorov-Smirnov Z .783 .542 .853

Asymp. Sig. (2-tailed) .572 .931 .460

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak, kita dapat

mengetahui dari tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test di atas.

Krtiteria pengujiannya adalah apabila nilai signifikansi >0,05 maka data

terdistribusi normal. Dari tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa nilai

signifikansi (Asymptotic Significance 2-tailed) untuk data gejala stres kerja

perawat berdasarkan shift pagi, shift sore, dan shift malam adalah 0,572, 0,931,

dan 0,460. Signifikansi untuk variabel gejala stres kerja berdasarkan shift kerja

lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data gejala stres kerja

(5)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan sebagai uji prasyarat jika akan

melakukan uji T sampel bebas (Independent Sample T Test) dan uji varian

satu saja (One Way Anova). Uji ini untuk mengetahui apakah beberapa

varian populasi data adalah sama atau tidak. Jika signifikansi lebih dari

0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua faktor atau lebih

kelompok data adalah sama, berikut ini tabel uji homogenitas:

Tabel 4.3.

Uji Homogenitas Sebaran Skala Gejala Stres Kerja Test of Homogeneity of Variances

Gejala Stres kerja Levene

Statistic

df1 df2 Sig.

.165 2 118 .848

Sumber: SPSS 20.0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi 0,848. Karena signifikansi besar dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa varian tiga kelompok data yaitu shift pagi, shift

siang/sore, dan shift malam adalah sama atau variasi nilai yang sama

disebut juga homogen, maka hal itu telah memenuhi asumsi dasar.

3. Uji Hipotesis

Alat analisis yang digunakan adalah One Way Anova atau varian

satu jalan yaitu alat analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan

(6)

Tabel 4.4 Descriptive Gejalastreskerja

N Mean Std. Deviation Std. Error

1 48 58.81 8.464 1.222

2 37 58.46 8.262 1.358

3 36 61.14 8.499 1.417

Total 121 59.40 8.422 .766

Sumber: SPSS 20.0

Banyaknya data gejala stres kerja perawat yang bekerja pada shift

pagi adalah 48 orang, sedangkan gejala stres kerja perawat yang bekerja

pada shift sore adalah 37 orang, dan gejala stres kerja perawat yang

bekerja pada shift malam adalah 36 orang. Rata-rata tingkat gejala stres

kerja untuk perawat yang bekerja pada shift pagi adalah 58.81, sedangkan

rata-rata tingkat gejala stres kerja untuk perawat yang bekerja pada shift

sore adalah 58.46, dan rata-rata tingkat gejala stres kerja untuk perawat

yang bekerja pada shift malam adalah 61.14.

Kemudian untuk standar deviasi atau indeks yang menggambarkan

nilai sebaran data terhadap nilai rata-rata untuk gejala stres kerja pada

perawat yang bekerja pada shift pagi adalah 8.464, sedangkan standar

deviasi atau indeks yang menggambarkan nilai sebaran data terhadap nilai

rata-rata untuk gejala stres kerja pada perawat yang bekerja pada shift sore

adalah 8.262, dan standar deviasi atau indeks yang menggambarkan nilai

sebaran data terhadap nilai rata-rata untuk gejala stres kerja pada perawat

(7)

Selanjutnya untuk standar error atau indeks yang menggambarkan

sebaran rata-rata sampel terhadap rata-rata dari rata-rata keseluruhan

gejala stres kerja untuk perawat yang bekerja pada shift pagi adalah 1.222,

sedangkan standar error atau indeks yang menggambarkan sebaran

rata-rata sampel terhadap rata-rata-rata-rata dari rata-rata-rata-rata keseluruhan gejala stres kerja

untuk perawat yang bekerja pada shift sore adalah 1.358, dan standar error

atau indeks yang menggambarkan sebaran rata sampel terhadap

rata-rata dari rata-rata-rata-rata keseluruhan gejala stres kerja untuk perawat yang

bekerja pada shift malam adalah 1.417.

Tabel 4.5

ANOVA

Gejala stress kerja

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 158.151 2 79.076 1.117 .331

Within Groups 8352.807 118 70.787

Total 8510.959 120

One Way Anova atau varian satu jalan yaitu alat analisis yang digunakan

untuk menguji perbedaan antara tiga atau lebih kelompok data yang independen

dengan satu jalan yang dipakai untuk mengetahui apakah ada perbedaan gejala

stres perawat yang bekerja pada shift pagi, shift sore, dan shift malam. Pengujian

menggunakan tingkat signifikansi α = 5%.

Menentukan uji F maka ditetapkan dulu hipotesisnya yaitu: Hipotesis

diterima jika Fhitung < Ftabel dan signifikasi > 0,05, sedangkan Hipotesis ditolak jika

(8)

Untuk melihat tingkat signifikansi α =5% dengan derajat kebebasan (df1)

jumlah kelompok data dikurang 1, sedangkan (df2) jumlah sampel dikurangi

jumlah variabel dikurangi 1.

Ket:

df1 = jumlah kelompok data – 1

= 3 – 1

= 2

df2 = jumlah sampel – jumlah variable – 1

= 121 – 1 – 1

= 119

Kemudian diperoleh hasil untuk Ftabel 1,671. Berdasarkan Uji One Way

Anova di atas diperoleh Fhitung = 1,117 sedangkan Ftabel = 1,657 dan nilai

signifikansi = 0,331. Oleh karena Fhitung < Ftabel (1,117 < 1,657) dan nilai

signifikansi > 0,05, maka Hipotesis diterima yang artinya tidak ada perbedaan

gejala stres kerja antara perawat yang bekerja pada shift pagi, shift sore, dan shift

malam.

4. Uji Kategorisasi

Kategorisasi dari bentuk gejala stres kerja memperlihatkan bahwa rerata

empirik dari gejala stres kerja antara perawat yang bekerja berdasarkan shift kerja

di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang dikategorisasikan berdasarkan

mean ideal dengan alasan untuk menyeimbangkan subjek, maka dibagi menjadi

tiga kategorisasi yaitu rendah, sedang, tinggi. Formulasi (Azwar, 2012:149)

(9)

Tabel 4.6

Rumus Kategorisasi Gejala Stres

Rumus Kategorisasi

x < (µ - 1,0 σ) Kategori Rendah (µ - 1,0 σ) ≤ x < (µ + 1,0 σ) Kategori Sedang (µ + 1,0 σ) ≤ x Kategori Tinggi Ket: µ = mean ideal

σ = standar deviasi

Tabel 4.7

Kategorisasi Skor Skala Gejala Stres Shift Pagi

Shift Kategori Skor Jumlah Persentase

Pagi Tinggi 65 – 77 10 21 % Sedang Rendah 50 – 64 35 – 49 31 7 65 % 14% Jumlah 48 100

Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan tabel 4.7. di atas, bahwa dari 48 orang perawat yang

bekerja pada shift pagi, 10 orang atau 21% memiliki gejala stres yang tinggi,

sebanyak 31 orang atau 65% memiliki gejala stres yang sedang dan 7 orang

atau 14% memiliki gejala stres yang rendah. Dari besarnya persentase pada

gejala stres tabel tersebut, menunjukkan bahwa gejala stres kerja perawat

yang bekerja pada shift pagi lebih dominan memiliki gejala stres kerja yang

(10)

Tabel 4.8

Kategorisasi Skor Skala Gejala Stres Shift Sore

Shift Kategori Skor Jumlah Persentase

Sore Tinggi Sedang 65 – 77 53 – 64 8 22 19% 65% Rendah 40 – 52 7 16% Jumlah 37 100

Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan tabel 4.8. di atas, bahwa dari 37 orang perawat yang

bekerja pada shift sore, 8 orang atau 19% memiliki gejala stres yang tinggi,

sebanyak 22 orang atau 65% memiliki gejala stres yang sedang dan 7 orang

atau 16% memiliki gejala stres yang rendah. Dari besarnya persentase pada

gejala stres tabel tersebut, menunjukkan bahwa gejala stres kerja perawat

yang bekerja pada shift sore lebih dominan memiliki gejala stres kerja yang

dikategorikan sedang.

Tabel 4.9

Kategorisasi Skor Skala Gejala Stres Shift Malam

Shift Kategori Skor Jumlah Persentase

Malam Tinggi Sedang Rendah 69 – 80 57 – 68 45 – 56 7 19 10 11 % 61% 28 % Jumlah 36 100

(11)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, bahwa dari 36 orang perawat yang

bekerja pada shift malam, 7 orang atau 11% memiliki gejala stres yang tinggi,

sebanyak 19 orang atau 61% memiliki gejala stres yang sedang dan 10 orang

atau 28 % memiliki gejala stres yang rendah. Dari besarnya persentase pada

gejala stres tabel tersebut, menunjukkan bahwa gejala stres kerja perawat

yang bekerja pada shift malam lebih dominan memiliki gejala stres kerja

yang dikategorikan sedang.

F. Pembahasan

Berdasakan hasil analisis data mengguakan One Way Anova dengan

tingkat signifikansi a= 5%. Kemudian didapat nilai signifikansi dari uji F yaitu

0,331. Dari kriteria pengujian dikatakan bahwa Hipotesis diterima jika

signifikansi > 0,05 dan Hipotesis ditolak jika signifikansi < 0,05. Karena nilai

signifikansi 0,331 besar dari 0,05 maka Hipotesis diterima. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kelompok data gejala stres kerja antara perawat yang bekerja

pada shift pagi, shift sore, dan shift malam tidak terdapat adanya perbedaan.

Tabel distribusi tingkat signifikansi α =5% =0,05 dengan derajat

kebebasan (dfi) = (jumlah kelompok data - 1) atau 3-1=2. (df2) = (jumlah sampel

dikurangi jumlah variabel dikurangi 1) atau df2= 121-1=120-1 =119. Sehingga

diperoleh hasil untuk Ftabel 1,671. Berdasarkan Uji One Way Anova di atas

diperoleh Fhitung = 1,117 sedangkan Ftabel = 1,657 dan nilai signifikansi = 0,331.

Oleh karena itu Fhitung < Ftabel (1,117 < 1,657) maka Hipotesis diterima yang

artinya tidak ada perbedaan gejala stres kerja antara perawat yang bekerja pada

(12)

Tidak ada perbedaan gejala stres kerja dimiliki oleh perawat yang bekerja

pada shift pagi, shift sore, dan shift malam. Jadi, perawat yang bekerja pada shift

pagi memiliki gejala stres kerja yang sedang, begitu juga perawat yang bekerja

pada shift sore dan perawat yang bekerja pada shift malam juga memiliki gejala

stres kerja yang sedang. Kategori sedang disini maksudnya adalah perawat yang

bekerja berdasarkan shift kerja di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang

memiliki gejala stres kerja yang tidak tinggi dan tidak juga rendah yaitu berada

pada kategori sedang. Artinya perawat tersebut mampu untuk mereda gejala stres

dalam menyelesaikan pekerjaannya, perawat mampu mengimbangi gejala stres

kerja yang muncul berdasarkan pembagian shift baik itu shift pagi, shift sore,

maupun shift malam sehingga gejala stres kerja yang dimunculkan masuk dalam

kategori sedang.

Hal ini tidak membedakan tingkat gejala stres mereka dalam bekerja, yang

terbukti dari hasil penelitian bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara

perawat yang bekerja berdasarkan shift kerja di Rumah Sakit TK. III Dr.

Reksodiwiryo Padang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadia

Selvia Revalicha, Sami’an dengan judul penelitian perbedaan stres kerja ditinjau dari shift kerja pada perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan stres kerja ditinjau dari shift

kerja pada perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dari hasil penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan stres kerja pada penelitian ini

(13)

Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya yang paling lama berotasi tiga hari sekali

sehingga perawat sering berganti-ganti shift dengan jarak relatif singkat.

Kemudian, juga disebabkan adanya faktor-faktor di lingkungan kerja yang tidak

diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu kondisi pasien, resiko tertular penyakit,

tanggung jawab atas kondisi dan kesehatan pasien, dan kondisi tempat ruangan

perawat bekerja.

Kemudian, didukung lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Findi

Purbonani, Daru Lestantyo, dan Ida Wahyuni Mahasiswa bagian Peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Diponegoro dan Staf Pengajarnya tentang perbedaan stres kerja antara pekerja

shift I dan shift III bagian produksi di PT. Nusantara Building Industries. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan stres kerja antara pekerja shift

I dan shift III bagian produksi di PT. Nusantara Building Industries. Dimana hasil

penelitian menunjukkan bahwa 56,3% pekerja shift I mengalami stres kerja

sedang dan 53,1% pekerja shift III mengalami stres kerja ringan. Hasil uji

statistik menunjukkan tidak ada perbedaan stres kerja antara pekerja shift I dan

shift III bagian produksi di PT. Nusantara Building Industries.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa tidak ada perbedaan gejala stres kerja

antara perawat yang bekerja berdasarkan shift kerja di Rumah Sakit TK. III Dr.

Reeksodiwiryo Padang. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

stres kerja adalah suatu kondisi dari hasil penghayatan subjektif individu yang

dapat berupa interaksi antara individu dan lingkungan kerja yang dapat

(14)

(dalam Wijono, 2011 : 122 ). Sedangkan gejala stres itu sendiri adalah segala

sesuatu yang dapat menyebabkan timbulnya stres kerja atau disebut juga dengan

tanda-tanda seseorang yang mengalami stres dalam bekerja.

Dimana gejala-gejala stres kerja menurut Beehr & Newman (dalam

Marchelia, 2014: 136) terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Gejala psikologis, yang ditandai dengan adanya kecemasan, ketegangan,

bingung, mudah tersinggung, kelelahan mental, depresi, komunikasi yang

tidak efektif, dan kebosanan.

2. Gejala fisiologis, perubahan fisiologis yang ditandai dengan adanya gejala

seperti merasa letih/lelah, kehabisan tenaga, pusing, gangguan pencernaan,

gangguan pernapasan, tekanan darah tinggi, gangguan tidur, kelelahan

secara fisik, gangguan kulit, dan meningkatnya denyut jantung.

3. Gejala perilaku, seperti absensi, menurunnya prestasi dan produktivitas,

menurunnya hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, serta

gelisah.

Brief et al (1981) berpendapat bahwa gejala stres kerja dapat dibagi

menjadi dua yaitu gejala stres kerja positif dan gejala stres kerja negatif. Seorang

individu mungkin mengalami gejala stres kerja positif seandainya mendapat

kesempatan untuk naik jabatan atau menerima ganjaran (reward). Tetapi

sebaliknya, jika dia merasa dihambat oleh berbagai sebab diluar kontrol dalam

mencapai tujuannya maka dia akan mengalami gejala stres kerja yang negatif

(15)

Gejala stres kerja antara perawat yang bekerja pada shift pagi, shift sore,

dan shift malam di Rumah Sakit TK. III Dr. Reeksodiwiryo Padang berada pada

kategori sedang/ sama, hal ini bisa saja dikarenakan oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi gejala stres kerja itu sendiri. Diantaranya faktor-faktor intrinsik

dalam pekerjaan yaitu tuntutan fisik dan tuntutan tugas meliputi shift kerja, beban

kerja,dan penghayatan dari risiko dan bahaya (dalam Munandar, 2010:381).

Shift kerja itu sendiri adalah periode waktu kerja yang dibagi secara

bergilir dalam waktu 24 jam. Pekerja yang terlibat dalam sistem shift rotasi akan

berubah-ubah waktu kerjanya sesuai dengan sistem kerja shift yang ditentukan

(Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2015: 3). Adapun sistem kerja shift perawat yang

bekerja di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang terbagi menjadi tiga

yaitu shift pagi, shift sore, dan shift malam.

Perawat yang bekerja pada shift pagi di Rumah Sakit TK. III Dr.

Reksodiwiryo Padang dimulai dari jam 08.00-16.00 WIB, dimana dari besarnya

persentase yang didapat berdasarkan pengisian skala gejala stres kerja yang

penulis sebarkan menunjukkan bahwa gejala stres kerja perawat yang bekerja

pada shift pagi di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang lebih dominan

memiliki gejala stres kerja yang sedang yaitu sebanyak 31 orang atau 65%.

Perawat yang bekerja pada shift sore di Rumah Sakit TK. III Dr.

Reksodiwiryo Padang dimulai dari jam 16.00-24.00 WIB, dimana dari besarnya

persentase yang didapat berdasarkan pengisian skala gejala stres kerja yang

(16)

pada shift sore di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang lebih dominan

memiliki gejala stres kerja yang sedang yaitu sebanyak 22 orang atau 65%.

Perawat yang bekerja pada shift malam di Rumah Sakit TK. III Dr.

Reksodiwiryo Padang dimulai dari jam 24.00-08.00 WIB, dimana dari besarnya

persentase yang didapat berdasarkan pengisian skala gejala stres kerja yang

penulis sebarkan menunjukkan bahwa gejala stres kerja perawat yang bekerja

pada shift malam di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang lebih dominan

memiliki gejala stres kerja yang sedang yaitu sebanyak 19 orang atau 61%.

Hal ini juga dijelaskan oleh Winarsunu (2008) bahwa sistem kerja shift

yang berlaku umum biasanya terbagi atas 3 periode yang masing-masingnya

selama 8 jam kerja, termasuk istirahat. Pembagiannya adalah shift pagi, sore, dan

malam. Shift pagi dimulai dari jam 08.00-16.00, shift sore dari jam 16.00-24.00,

dan shift malam dari jam 24.00-08.00 pagi. Pada masing-masing shift, pekerja

mempunyai satu kali kesempatan untuk makan bersama-sama keluarganya dan

mempunyai kesempatan untuk tidur dengan baik khususnya bagi shift pagi dan

sore (dalam Marchelia, 2014:4). Sehingga para pekerja shift tidak memperlihatkan

gejala-gejala stres yang berbeda atau memperlihatkan gejala-gejala stres yang

termasuk dalam kategori sedang, baik yang bekerja pada shift pagi, shift sore,

maupun shift malam.

Adnan (2002:132) juga mengatakan bahwa sistem kerja shift kerja dapat

berdampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah memaksimalkan sumber

(17)

dan memberikan waktu libur yang banyak. Sedangkan dampak negatifnya adalah

penurunan kinerja, keselamatan kerja, dan masalah kesehatan.

Selain itu, menurut Monk dan Folkard (dalam Munandar, 2010: 383) ada

tiga faktor yang harus baik keadaannya agar dapat berhasil menghadapi kerja shift

diantaranya tidur, kehidupan sosial dan keluarga, dan ritme circadian.

Faktor-faktor tersebut saling berkaitan, sehingga salah satu dapat membatalkan efek

positif dari keberhasilan yang telah dicapai dengan kedua faktor lain. Selanjutnya

beban kerja yang sedikit akan membuat seseorang mampu untuk menyelesaikan

tugas dalam waktu tertentu dengan menggunakan keterampilan dan potensi kerja

yang dimilikinya. Kemudian paparan terhadap risiko dan bahaya ini biasanya

digandengkan dengan jabatan. Kelompok-kelompok jabatan yang dianggap

memiliki risiko tinggi dalam arti kata secara fisikal berbahaya, antara lain polusi,

pekerja tambang, tentara, pegawai di lembaga pemasyarakatan, pegawai mobil

kebakaran, pekerja pada eksplorasi gas dan minyak, dan pada instalasi produksi.

Di dalam Al-Quran Allah SWT telah berfirman dalam Surat Al-Baqarah

ayat 286:                                                        

(18)

Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir" (Q.S. Al-Baqarah 286).

Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah tidak akan membebani

hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupan yang dimiliki oleh hamba-Nya

tersebut, manusia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diusahakannya,

begitu juga dalam menghadapi sebuah pekerjaan yang dapat menimbulkan gejala

stres dalam bekerja. Karena ketika segala yang kita lakukan diniatkan hanya untuk

beribadah kepada Allah SWT, Insya Allah kita akan terhindar dari beban stres

yang berat dalam menyelesaikn pekerjaan. Dan semoga kita termasuk orang-orang

yang senantiasa mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa hasil penelitian menunjukkan tidak

terdapat adanya perbedaan yang signifikan antara gejala-gejala stres kerja pada

perawat berdasarkan shift kerja di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang.

Perbedaan antara hasil yang diteliti oleh penulis dengan apa yang ada diteori dan

yang ada dipenelitian sebelumnya disebabkan oleh faktor-faktor kehidupan sosial

dan keluarga yang tidak diperhatikan dan dipertimbangkan oleh penulis, seperti lingkungan kerja saat perawat bekerja.

Referensi

Dokumen terkait

Tebing Tinggi (ANTARA) - Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PMK) menggelar lomba inovasi Teknologi Tepat Guna

mengumumkan pemenang pada e-lelang sederhana pascakualifikasi sistem gugur untuk pekerjaan:3. Nama Paket

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa Koperasi Tanjung Intan selama ini menerapkan cash basis dalam pengakuan pendapatan dan beban kurang

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui proses komunikasi dalam jasa pelayanan Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor, (2)

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari 13 variabel, yaitu : kepuasan kerja pegawai, sebagai variabel terikat (dependent variable), varibel- variabel sumber kekuasaan

Warna tanah merupakan pernyataan: (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaan drainase dan aerasi tanah dalam hubungan dengan hidrasi, oxidasi dan proses pelindian,

Pengahmparan lapis Pondasi 2.3.Pekerjaan Pondasi Jembatan 2.4.Mekanisme Pekerjaan Abutmen 2.5.Jenis Peralatan Pertanyaan secara acak ke mahasiswa, pekerjaan rumah, Berupa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, persamaan Diophantine non linear dapat diselesaikan dengan metode ring