60 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh.
Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian,
pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, deskripsi data penelitian beserta
analisis data, dan dilanjutkan dengan hasil penelitian serta pembahasan hasil
penelitian.
A. Gambaran Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit TK. III Dr.
Reksodiwiryo Padang, dengan jumlah sampel sebanyak 121 orang yang terdiri
dari perawat laki-laki dan perawat perempuan yang bekerja pada shift pagi, shift
sore, dan shift malam.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo
Padang, tepatnya di Jalan. Dr. Wahidin No. 1 Padang, pengambilan data
dilakukan pada tanggal 13 Februari 2017 sampai selesai. Pengambilan data
penelitian dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi izin penelitian Nomor:
B.125/In.02/FU/TL.00.9/01/2017 dari Rektor IAIN Imam Bonjol Padang yang
ditanda tangani oleh Kepala Biro AUAK IAIN Imam Bonjol Padang. Penelitian
ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala kepada perawat Rumah Sakit TK.
III Dr. Reksodiwiryo Padang dengan jumlah sampel sebanyak 121 orang seperti
yang dijabarkan pada BAB III. Penelitian dilakukan sendiri oleh penulis dengan
kesalahan di dalam pengisian skala, penulis memberikan penjelasan pengisian
yang telah ada di lembar skala.
C. Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data di dalam penelitian ini dengan
menggunakan satu skala yaitu skala gejala stres yang terdiri dari 26 aitem
pernyataan. Pada setiap skala terdapat lembar identitas, kolom jawaban, dan cara
pengisian serta ucapan terima kasih. Selain dari itu, penulis menggunakan
wawancara dan observasi yang digunakan sebagai pengambilan data awal.
Responden penelitian berjumlah 121 orang yang dipilih berdasarkan
tujuan penelitian yakni dengan menggunakan metode total sampling. Dimana
seluruh populasi diambil untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Oleh karena
itu penulis menyesuaikan jumlah sampel berdasarkan perawat yang bekerja pada
shift pagi, shift sore, shift malam agar seimbang datanya untuk kemudian
dilakukan perbandingan (komparasi). Maka dari itu didapatkan jumlah sampel
penelitian sebanyak 121 orang perawat Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo
Padang.
D. Deskripsi Data Penelitian
Data deskripsi penelitian dapat memberikan informasi mengenai keadaan
responden penelitian pada variabel yang diteliti, rangkuman data deskriptif
Tabel 4.1
Jumlah Responden Penelitian
No Ruangan Perawat Shift Kerja Jumlah Perawat Pagi Sore Malam
1 VIP 6 5 5 16 Orang
2 RU. II 6 5 5 16 Orang
3 RU. III 6 5 5 16 Orang
4 RU. IV 6 4 4 14 Orang
5 RU. V 6 4 4 14 Orang
6 R.A. YANI 6 5 4 15 Orang
7 RU. HCU 6 4 4 14 Orang
8 RU. Pav HWS 6 5 5 16 Orang
Jumlah 48 37 36 121 orang
Sumber : Administrasi Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang
Dari gambaran tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat 121 orang
perawat Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang yang bekerja berdasarkan
shift kerja pada tiap ruangannya, dimana 48 orang perawat yang bekerja pada shift
pagi, 37 orang perawat yang bekerja pada shift sore, dan 36 orang perawat yang
bekerja pada shift malam.
E. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data
terdistribusi normal atau tidak. Distribusi data yang normal menyatakan
bahwa subjek penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi
yang ada, sebaiknya apabila sebaran tidak normal, maka dapat disimpulkan
bahwa subjek tidak representatif atau tidak mewakili populasi yang ada. Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji one sample kolmogorov
smirnov test, dapat dinyatakan terdistribusi normal jika signifikansi besar dari
SPSS versi 20.0 for windows, maka diperoleh hasil uji normalitas sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Uji Normalitas Sebaran Skala Gejala Stres Kerja
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
skalagejalastr eskerjapagi Skalagejalastre skerjasore Skalagejalastre skerjamalam N 48 37 36
Normal Parametersa,b Mean 58.81 58.46 61.14
Std. Deviation 8.464 8.262 8.499
Most Extreme Differences
Absolute .113 .089 .142
Positive .073 .089 .099
Negative -.113 -.079 -.142
Kolmogorov-Smirnov Z .783 .542 .853
Asymp. Sig. (2-tailed) .572 .931 .460
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak, kita dapat
mengetahui dari tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test di atas.
Krtiteria pengujiannya adalah apabila nilai signifikansi >0,05 maka data
terdistribusi normal. Dari tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa nilai
signifikansi (Asymptotic Significance 2-tailed) untuk data gejala stres kerja
perawat berdasarkan shift pagi, shift sore, dan shift malam adalah 0,572, 0,931,
dan 0,460. Signifikansi untuk variabel gejala stres kerja berdasarkan shift kerja
lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data gejala stres kerja
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan sebagai uji prasyarat jika akan
melakukan uji T sampel bebas (Independent Sample T Test) dan uji varian
satu saja (One Way Anova). Uji ini untuk mengetahui apakah beberapa
varian populasi data adalah sama atau tidak. Jika signifikansi lebih dari
0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua faktor atau lebih
kelompok data adalah sama, berikut ini tabel uji homogenitas:
Tabel 4.3.
Uji Homogenitas Sebaran Skala Gejala Stres Kerja Test of Homogeneity of Variances
Gejala Stres kerja Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
.165 2 118 .848
Sumber: SPSS 20.0
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi 0,848. Karena signifikansi besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa varian tiga kelompok data yaitu shift pagi, shift
siang/sore, dan shift malam adalah sama atau variasi nilai yang sama
disebut juga homogen, maka hal itu telah memenuhi asumsi dasar.
3. Uji Hipotesis
Alat analisis yang digunakan adalah One Way Anova atau varian
satu jalan yaitu alat analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan
Tabel 4.4 Descriptive Gejalastreskerja
N Mean Std. Deviation Std. Error
1 48 58.81 8.464 1.222
2 37 58.46 8.262 1.358
3 36 61.14 8.499 1.417
Total 121 59.40 8.422 .766
Sumber: SPSS 20.0
Banyaknya data gejala stres kerja perawat yang bekerja pada shift
pagi adalah 48 orang, sedangkan gejala stres kerja perawat yang bekerja
pada shift sore adalah 37 orang, dan gejala stres kerja perawat yang
bekerja pada shift malam adalah 36 orang. Rata-rata tingkat gejala stres
kerja untuk perawat yang bekerja pada shift pagi adalah 58.81, sedangkan
rata-rata tingkat gejala stres kerja untuk perawat yang bekerja pada shift
sore adalah 58.46, dan rata-rata tingkat gejala stres kerja untuk perawat
yang bekerja pada shift malam adalah 61.14.
Kemudian untuk standar deviasi atau indeks yang menggambarkan
nilai sebaran data terhadap nilai rata-rata untuk gejala stres kerja pada
perawat yang bekerja pada shift pagi adalah 8.464, sedangkan standar
deviasi atau indeks yang menggambarkan nilai sebaran data terhadap nilai
rata-rata untuk gejala stres kerja pada perawat yang bekerja pada shift sore
adalah 8.262, dan standar deviasi atau indeks yang menggambarkan nilai
sebaran data terhadap nilai rata-rata untuk gejala stres kerja pada perawat
Selanjutnya untuk standar error atau indeks yang menggambarkan
sebaran rata-rata sampel terhadap rata-rata dari rata-rata keseluruhan
gejala stres kerja untuk perawat yang bekerja pada shift pagi adalah 1.222,
sedangkan standar error atau indeks yang menggambarkan sebaran
rata-rata sampel terhadap rata-rata-rata-rata dari rata-rata-rata-rata keseluruhan gejala stres kerja
untuk perawat yang bekerja pada shift sore adalah 1.358, dan standar error
atau indeks yang menggambarkan sebaran rata sampel terhadap
rata-rata dari rata-rata-rata-rata keseluruhan gejala stres kerja untuk perawat yang
bekerja pada shift malam adalah 1.417.
Tabel 4.5
ANOVA
Gejala stress kerja
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 158.151 2 79.076 1.117 .331
Within Groups 8352.807 118 70.787
Total 8510.959 120
One Way Anova atau varian satu jalan yaitu alat analisis yang digunakan
untuk menguji perbedaan antara tiga atau lebih kelompok data yang independen
dengan satu jalan yang dipakai untuk mengetahui apakah ada perbedaan gejala
stres perawat yang bekerja pada shift pagi, shift sore, dan shift malam. Pengujian
menggunakan tingkat signifikansi α = 5%.
Menentukan uji F maka ditetapkan dulu hipotesisnya yaitu: Hipotesis
diterima jika Fhitung < Ftabel dan signifikasi > 0,05, sedangkan Hipotesis ditolak jika
Untuk melihat tingkat signifikansi α =5% dengan derajat kebebasan (df1)
jumlah kelompok data dikurang 1, sedangkan (df2) jumlah sampel dikurangi
jumlah variabel dikurangi 1.
Ket:
df1 = jumlah kelompok data – 1
= 3 – 1
= 2
df2 = jumlah sampel – jumlah variable – 1
= 121 – 1 – 1
= 119
Kemudian diperoleh hasil untuk Ftabel 1,671. Berdasarkan Uji One Way
Anova di atas diperoleh Fhitung = 1,117 sedangkan Ftabel = 1,657 dan nilai
signifikansi = 0,331. Oleh karena Fhitung < Ftabel (1,117 < 1,657) dan nilai
signifikansi > 0,05, maka Hipotesis diterima yang artinya tidak ada perbedaan
gejala stres kerja antara perawat yang bekerja pada shift pagi, shift sore, dan shift
malam.
4. Uji Kategorisasi
Kategorisasi dari bentuk gejala stres kerja memperlihatkan bahwa rerata
empirik dari gejala stres kerja antara perawat yang bekerja berdasarkan shift kerja
di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang dikategorisasikan berdasarkan
mean ideal dengan alasan untuk menyeimbangkan subjek, maka dibagi menjadi
tiga kategorisasi yaitu rendah, sedang, tinggi. Formulasi (Azwar, 2012:149)
Tabel 4.6
Rumus Kategorisasi Gejala Stres
Rumus Kategorisasi
x < (µ - 1,0 σ) Kategori Rendah (µ - 1,0 σ) ≤ x < (µ + 1,0 σ) Kategori Sedang (µ + 1,0 σ) ≤ x Kategori Tinggi Ket: µ = mean ideal
σ = standar deviasi
Tabel 4.7
Kategorisasi Skor Skala Gejala Stres Shift Pagi
Shift Kategori Skor Jumlah Persentase
Pagi Tinggi 65 – 77 10 21 % Sedang Rendah 50 – 64 35 – 49 31 7 65 % 14% Jumlah 48 100
Sumber: Data Penelitian
Berdasarkan tabel 4.7. di atas, bahwa dari 48 orang perawat yang
bekerja pada shift pagi, 10 orang atau 21% memiliki gejala stres yang tinggi,
sebanyak 31 orang atau 65% memiliki gejala stres yang sedang dan 7 orang
atau 14% memiliki gejala stres yang rendah. Dari besarnya persentase pada
gejala stres tabel tersebut, menunjukkan bahwa gejala stres kerja perawat
yang bekerja pada shift pagi lebih dominan memiliki gejala stres kerja yang
Tabel 4.8
Kategorisasi Skor Skala Gejala Stres Shift Sore
Shift Kategori Skor Jumlah Persentase
Sore Tinggi Sedang 65 – 77 53 – 64 8 22 19% 65% Rendah 40 – 52 7 16% Jumlah 37 100
Sumber: Data Penelitian
Berdasarkan tabel 4.8. di atas, bahwa dari 37 orang perawat yang
bekerja pada shift sore, 8 orang atau 19% memiliki gejala stres yang tinggi,
sebanyak 22 orang atau 65% memiliki gejala stres yang sedang dan 7 orang
atau 16% memiliki gejala stres yang rendah. Dari besarnya persentase pada
gejala stres tabel tersebut, menunjukkan bahwa gejala stres kerja perawat
yang bekerja pada shift sore lebih dominan memiliki gejala stres kerja yang
dikategorikan sedang.
Tabel 4.9
Kategorisasi Skor Skala Gejala Stres Shift Malam
Shift Kategori Skor Jumlah Persentase
Malam Tinggi Sedang Rendah 69 – 80 57 – 68 45 – 56 7 19 10 11 % 61% 28 % Jumlah 36 100
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, bahwa dari 36 orang perawat yang
bekerja pada shift malam, 7 orang atau 11% memiliki gejala stres yang tinggi,
sebanyak 19 orang atau 61% memiliki gejala stres yang sedang dan 10 orang
atau 28 % memiliki gejala stres yang rendah. Dari besarnya persentase pada
gejala stres tabel tersebut, menunjukkan bahwa gejala stres kerja perawat
yang bekerja pada shift malam lebih dominan memiliki gejala stres kerja
yang dikategorikan sedang.
F. Pembahasan
Berdasakan hasil analisis data mengguakan One Way Anova dengan
tingkat signifikansi a= 5%. Kemudian didapat nilai signifikansi dari uji F yaitu
0,331. Dari kriteria pengujian dikatakan bahwa Hipotesis diterima jika
signifikansi > 0,05 dan Hipotesis ditolak jika signifikansi < 0,05. Karena nilai
signifikansi 0,331 besar dari 0,05 maka Hipotesis diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kelompok data gejala stres kerja antara perawat yang bekerja
pada shift pagi, shift sore, dan shift malam tidak terdapat adanya perbedaan.
Tabel distribusi tingkat signifikansi α =5% =0,05 dengan derajat
kebebasan (dfi) = (jumlah kelompok data - 1) atau 3-1=2. (df2) = (jumlah sampel
dikurangi jumlah variabel dikurangi 1) atau df2= 121-1=120-1 =119. Sehingga
diperoleh hasil untuk Ftabel 1,671. Berdasarkan Uji One Way Anova di atas
diperoleh Fhitung = 1,117 sedangkan Ftabel = 1,657 dan nilai signifikansi = 0,331.
Oleh karena itu Fhitung < Ftabel (1,117 < 1,657) maka Hipotesis diterima yang
artinya tidak ada perbedaan gejala stres kerja antara perawat yang bekerja pada
Tidak ada perbedaan gejala stres kerja dimiliki oleh perawat yang bekerja
pada shift pagi, shift sore, dan shift malam. Jadi, perawat yang bekerja pada shift
pagi memiliki gejala stres kerja yang sedang, begitu juga perawat yang bekerja
pada shift sore dan perawat yang bekerja pada shift malam juga memiliki gejala
stres kerja yang sedang. Kategori sedang disini maksudnya adalah perawat yang
bekerja berdasarkan shift kerja di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang
memiliki gejala stres kerja yang tidak tinggi dan tidak juga rendah yaitu berada
pada kategori sedang. Artinya perawat tersebut mampu untuk mereda gejala stres
dalam menyelesaikan pekerjaannya, perawat mampu mengimbangi gejala stres
kerja yang muncul berdasarkan pembagian shift baik itu shift pagi, shift sore,
maupun shift malam sehingga gejala stres kerja yang dimunculkan masuk dalam
kategori sedang.
Hal ini tidak membedakan tingkat gejala stres mereka dalam bekerja, yang
terbukti dari hasil penelitian bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
perawat yang bekerja berdasarkan shift kerja di Rumah Sakit TK. III Dr.
Reksodiwiryo Padang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadia
Selvia Revalicha, Sami’an dengan judul penelitian perbedaan stres kerja ditinjau dari shift kerja pada perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan stres kerja ditinjau dari shift
kerja pada perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan stres kerja pada penelitian ini
Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya yang paling lama berotasi tiga hari sekali
sehingga perawat sering berganti-ganti shift dengan jarak relatif singkat.
Kemudian, juga disebabkan adanya faktor-faktor di lingkungan kerja yang tidak
diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu kondisi pasien, resiko tertular penyakit,
tanggung jawab atas kondisi dan kesehatan pasien, dan kondisi tempat ruangan
perawat bekerja.
Kemudian, didukung lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Findi
Purbonani, Daru Lestantyo, dan Ida Wahyuni Mahasiswa bagian Peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro dan Staf Pengajarnya tentang perbedaan stres kerja antara pekerja
shift I dan shift III bagian produksi di PT. Nusantara Building Industries. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan stres kerja antara pekerja shift
I dan shift III bagian produksi di PT. Nusantara Building Industries. Dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa 56,3% pekerja shift I mengalami stres kerja
sedang dan 53,1% pekerja shift III mengalami stres kerja ringan. Hasil uji
statistik menunjukkan tidak ada perbedaan stres kerja antara pekerja shift I dan
shift III bagian produksi di PT. Nusantara Building Industries.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa tidak ada perbedaan gejala stres kerja
antara perawat yang bekerja berdasarkan shift kerja di Rumah Sakit TK. III Dr.
Reeksodiwiryo Padang. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
stres kerja adalah suatu kondisi dari hasil penghayatan subjektif individu yang
dapat berupa interaksi antara individu dan lingkungan kerja yang dapat
(dalam Wijono, 2011 : 122 ). Sedangkan gejala stres itu sendiri adalah segala
sesuatu yang dapat menyebabkan timbulnya stres kerja atau disebut juga dengan
tanda-tanda seseorang yang mengalami stres dalam bekerja.
Dimana gejala-gejala stres kerja menurut Beehr & Newman (dalam
Marchelia, 2014: 136) terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Gejala psikologis, yang ditandai dengan adanya kecemasan, ketegangan,
bingung, mudah tersinggung, kelelahan mental, depresi, komunikasi yang
tidak efektif, dan kebosanan.
2. Gejala fisiologis, perubahan fisiologis yang ditandai dengan adanya gejala
seperti merasa letih/lelah, kehabisan tenaga, pusing, gangguan pencernaan,
gangguan pernapasan, tekanan darah tinggi, gangguan tidur, kelelahan
secara fisik, gangguan kulit, dan meningkatnya denyut jantung.
3. Gejala perilaku, seperti absensi, menurunnya prestasi dan produktivitas,
menurunnya hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, serta
gelisah.
Brief et al (1981) berpendapat bahwa gejala stres kerja dapat dibagi
menjadi dua yaitu gejala stres kerja positif dan gejala stres kerja negatif. Seorang
individu mungkin mengalami gejala stres kerja positif seandainya mendapat
kesempatan untuk naik jabatan atau menerima ganjaran (reward). Tetapi
sebaliknya, jika dia merasa dihambat oleh berbagai sebab diluar kontrol dalam
mencapai tujuannya maka dia akan mengalami gejala stres kerja yang negatif
Gejala stres kerja antara perawat yang bekerja pada shift pagi, shift sore,
dan shift malam di Rumah Sakit TK. III Dr. Reeksodiwiryo Padang berada pada
kategori sedang/ sama, hal ini bisa saja dikarenakan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi gejala stres kerja itu sendiri. Diantaranya faktor-faktor intrinsik
dalam pekerjaan yaitu tuntutan fisik dan tuntutan tugas meliputi shift kerja, beban
kerja,dan penghayatan dari risiko dan bahaya (dalam Munandar, 2010:381).
Shift kerja itu sendiri adalah periode waktu kerja yang dibagi secara
bergilir dalam waktu 24 jam. Pekerja yang terlibat dalam sistem shift rotasi akan
berubah-ubah waktu kerjanya sesuai dengan sistem kerja shift yang ditentukan
(Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2015: 3). Adapun sistem kerja shift perawat yang
bekerja di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang terbagi menjadi tiga
yaitu shift pagi, shift sore, dan shift malam.
Perawat yang bekerja pada shift pagi di Rumah Sakit TK. III Dr.
Reksodiwiryo Padang dimulai dari jam 08.00-16.00 WIB, dimana dari besarnya
persentase yang didapat berdasarkan pengisian skala gejala stres kerja yang
penulis sebarkan menunjukkan bahwa gejala stres kerja perawat yang bekerja
pada shift pagi di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang lebih dominan
memiliki gejala stres kerja yang sedang yaitu sebanyak 31 orang atau 65%.
Perawat yang bekerja pada shift sore di Rumah Sakit TK. III Dr.
Reksodiwiryo Padang dimulai dari jam 16.00-24.00 WIB, dimana dari besarnya
persentase yang didapat berdasarkan pengisian skala gejala stres kerja yang
pada shift sore di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang lebih dominan
memiliki gejala stres kerja yang sedang yaitu sebanyak 22 orang atau 65%.
Perawat yang bekerja pada shift malam di Rumah Sakit TK. III Dr.
Reksodiwiryo Padang dimulai dari jam 24.00-08.00 WIB, dimana dari besarnya
persentase yang didapat berdasarkan pengisian skala gejala stres kerja yang
penulis sebarkan menunjukkan bahwa gejala stres kerja perawat yang bekerja
pada shift malam di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang lebih dominan
memiliki gejala stres kerja yang sedang yaitu sebanyak 19 orang atau 61%.
Hal ini juga dijelaskan oleh Winarsunu (2008) bahwa sistem kerja shift
yang berlaku umum biasanya terbagi atas 3 periode yang masing-masingnya
selama 8 jam kerja, termasuk istirahat. Pembagiannya adalah shift pagi, sore, dan
malam. Shift pagi dimulai dari jam 08.00-16.00, shift sore dari jam 16.00-24.00,
dan shift malam dari jam 24.00-08.00 pagi. Pada masing-masing shift, pekerja
mempunyai satu kali kesempatan untuk makan bersama-sama keluarganya dan
mempunyai kesempatan untuk tidur dengan baik khususnya bagi shift pagi dan
sore (dalam Marchelia, 2014:4). Sehingga para pekerja shift tidak memperlihatkan
gejala-gejala stres yang berbeda atau memperlihatkan gejala-gejala stres yang
termasuk dalam kategori sedang, baik yang bekerja pada shift pagi, shift sore,
maupun shift malam.
Adnan (2002:132) juga mengatakan bahwa sistem kerja shift kerja dapat
berdampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah memaksimalkan sumber
dan memberikan waktu libur yang banyak. Sedangkan dampak negatifnya adalah
penurunan kinerja, keselamatan kerja, dan masalah kesehatan.
Selain itu, menurut Monk dan Folkard (dalam Munandar, 2010: 383) ada
tiga faktor yang harus baik keadaannya agar dapat berhasil menghadapi kerja shift
diantaranya tidur, kehidupan sosial dan keluarga, dan ritme circadian.
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan, sehingga salah satu dapat membatalkan efek
positif dari keberhasilan yang telah dicapai dengan kedua faktor lain. Selanjutnya
beban kerja yang sedikit akan membuat seseorang mampu untuk menyelesaikan
tugas dalam waktu tertentu dengan menggunakan keterampilan dan potensi kerja
yang dimilikinya. Kemudian paparan terhadap risiko dan bahaya ini biasanya
digandengkan dengan jabatan. Kelompok-kelompok jabatan yang dianggap
memiliki risiko tinggi dalam arti kata secara fisikal berbahaya, antara lain polusi,
pekerja tambang, tentara, pegawai di lembaga pemasyarakatan, pegawai mobil
kebakaran, pekerja pada eksplorasi gas dan minyak, dan pada instalasi produksi.
Di dalam Al-Quran Allah SWT telah berfirman dalam Surat Al-Baqarah
ayat 286:
Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir" (Q.S. Al-Baqarah 286).
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah tidak akan membebani
hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupan yang dimiliki oleh hamba-Nya
tersebut, manusia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diusahakannya,
begitu juga dalam menghadapi sebuah pekerjaan yang dapat menimbulkan gejala
stres dalam bekerja. Karena ketika segala yang kita lakukan diniatkan hanya untuk
beribadah kepada Allah SWT, Insya Allah kita akan terhindar dari beban stres
yang berat dalam menyelesaikn pekerjaan. Dan semoga kita termasuk orang-orang
yang senantiasa mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa hasil penelitian menunjukkan tidak
terdapat adanya perbedaan yang signifikan antara gejala-gejala stres kerja pada
perawat berdasarkan shift kerja di Rumah Sakit TK. III Dr. Reksodiwiryo Padang.
Perbedaan antara hasil yang diteliti oleh penulis dengan apa yang ada diteori dan
yang ada dipenelitian sebelumnya disebabkan oleh faktor-faktor kehidupan sosial
dan keluarga yang tidak diperhatikan dan dipertimbangkan oleh penulis, seperti lingkungan kerja saat perawat bekerja.