• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mama Selamat, Anak Tumbuh Sehat :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mama Selamat, Anak Tumbuh Sehat :"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

“Mama Selamat, Anak Tumbuh Sehat” :

Pemekaran Dalam Perspektif (Mantan) Birokrat

Sebuah komentar singkat atas buku “Desentralisasi Radikal : Ikhtiar Pengembangan Wilayah Imekko Sorong Selatan”

Oleh :

Drs. Otto Ihalauw, MA1

Pengantar

“Pemekaran ibarat seorang mama yang melahirkan, kita harus bisa pastikan dulu bahwa mama mampu melahirkan dengan selamat dan anak yang dilahirkan dapat tumbuh sehat. Oleh karena itu kita perlu kaji terlebih dahulu kemampuan finansial, potensi daerah, dan sebagainya agar pemekaran bisa berhasil”.

Demikianlah penggalan kalimat yang selalu saya utarakan pada saat mendiskusikan masalah pemekaran, termasuk saat merespon aspirasi masyarakat Imekko untuk pembentukan DOB Imekko sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Sorong Selatan.

Atas dasar pemikiran tersebut, kami menggandeng Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK) Fisipol UGM Yogyakarta untuk menyusun kajian akademis usulan pemekaran DOB Imekko. Saya pribadi mengapresiasi pihak PPKK Fisipol UGM, dimana dari hasil kajian tersebut tidak hanya semata menkonklusi layak atau tidak layak, melainkan juga memberi saran alternative sebagai pintu masuknya.

Luar biasa, kajian akademis ini selain telah menjadi dokumen resmi usulan pemekaan DOB Imekko, juga telah berhasil didesiminasi menjadi sebuah tulisan yang bagus, sebuah tulisan ilmiah yang dari sisi keilmuan bisa menjadi rujukan dalam pengembangan teori dan konsep serta aplikasi pemerintahan daerah bagi para mahasiswa, dosen maupun peneliti yang berkonsentrasi di bidang politik lokal dan pemerintahan daerah.

Secara praktis, buku ini bisa bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di lembaga legislatif, baik di tingkat pusat maupun daerah, dalam proses pembuatan kebijakan strategis terkait perumusan dan implementasi

1 Mantan Bupati Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Penjabat Bupati Sorong Selatan pada 6 Agustus 2003

s/d 5 Mei 2005, Bupati Sorong Selatan dua kali masa jabatan, 2005-2010 dan 2010-2015. Alumni IIP-DDN Jakarta dan S2 Politik Lokal dan Otonomi Daerah Fisipol UGM Yogyakarta

(2)

desentralisasi, otonomi daerah, dan pemekaran daerah di Indonesia dalam kerangka NKRI. Lebih khusus bagi Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan dalam rangka mengelola dinamika pemekaran dan mempersiapkan terbentuknya DOB Kabupaten Imekko di masa mendatang.

Menakar Urgensi Pemekaran

Substansi buku ini selain berhasil memaparkan fenomena pemekaran di Indonesia, juga telah berhasil memotret dan memaparkan kondisi empirik wilayah Imekko, Kabupaten Soorng Selatan, baik secara fisik, juga suasana kebatinan masyarakat Imekko dan Sorong Selatan pada umumnya.

Dalam tataran ide, saya sependapat bahwa hendaknya pemekaran seharusnya diarahkan pada upaya pemerataan ekonomi daerah dalam rangka percepatan pembangunan, memperpendek rentan kendali dan mendekatkan pelayanan. Namun sangat menyayangkan jika pemekaran hanya digagas hanya dalam kerangka menyelesaikan persoalan pebedaan identitas, meminimalisir kegagalan dalam pengelolaan konflik komunal, apalagi hanya karena adanya insentif fiskal ke daerah. Pemekaran hendaknya dijauhkan dari anasir politik belaka, bukan pula hanya karena penyelesaian konflik etnisitas/horizontal, melainkan harus proporsional dengan mempertimbangkan berbagai aspek.

Berdasarkan pengalaman empirik, memang diakui bahwa dampak pemekaran daerah (di daerah terisolir, yang relatif belum siap) adalah lambatnya penyelesaian penyerahan pegawai, kurangnya kemampuan untuk menyediakan perlengkapan, pembiayaan, dan dokumentasi (P3D), sulitnya melakukan mutasi para pegawai dari daerah induk ke DOB, dan belum jelasnya penyelesaian masalah batas wilayah dari DOB. Kelemahan tersebut bermuara pada kurangnya kemampuan pemerintah daerah baru dalam menyediakan infrastruktur, penyediaan layanan kesehatan, dan pendidikan, dan pelayanan dasar lainnya.

Menyikapi kebijakan moratorium diterapkan Pemerintah saya sebagai warga Negara dan (mantan) praktisi pemerintahan di daerah menghargainya, hal ini tentu dengan pertimbangan yang sangat matang. Jika demikian, maka hendaknya segera diterbitkan regulasi untuk melakukan penataan daerah, yang di dalamnya diharapkan tidak melakukan generaliasi untuk seluruh wilayah Indonesia, antara lain untuk Tanah Papua.

Di Papua, banyak daerah di kawasan tertinggal seringkali tidak dapat memenuhi skor kelayakan pada indikator-indikator kelayakan teknis, padahal ada kebutuhan yang sangat mendesak di daerah tersebut untuk dibentuk DOB. Saya sependapat bahwa pemekaran daerah di Papua seharusnya tidak hanya didasarkan pada faktor kelayakan, melainkan juga harus lebih dikedepankan sisi kebutuhan, baik kebutuhan daerah maupun kebutuhan memelihara kepentingan nasional.

(3)

Jadi, rekomendasi usulan pembentukan DOB harus lebih selektif dengan mempertimbangkan faktor kebutuhan dan kelayakan secara seimbang dalam rangka memberikan rekomendasi pembentukan DOB. Dalam hal ini, kebijakan yang lebih afirmatif terhadap kepentingan lokal harus dikedepankan mengingat sangat kuatnya kebutuhan atau urgensi pembangunan di daerah tertinggal tersebut.

Prinsip kehati-hatian jua diperlukan dalam menetapkan kebijakan pemekaran. Belajar dari pengalaman kegagalan pemekaran di daerah-daerah tertentu di provinsi Papua Barat, bahwa pemekaran dilakukan tanpa melalui kajian yang mendalam. Hendaknya pemekaran diorientasikan sebagai sebuah solusi.

DOB Imekko : Dinamika lokal untuk menjawab kebutuhan

Seperti halnya masyarakat terisolir di wilayah Indonesia bagian timur lainnya, masyarakat di Papua pada umumnya dan Imekko pada khususnya, masih menempatkan negara sebagai satu-satunya aktor yang diharapkan dapat menyelamatkan mereka dari problematika keterisolasian dan ketertinggalan. Kebijakan negara yang kurang intensif terhadap pembangunan di Papua secara umum telah menjadikan masyarakat Papua jauh dari perjumpaan dengan negara.

Saya mengakui bahwa ilustrasi itu persis dialami oleh masyarakat di kawasan Imekko, Sorong Selatan. Ditengah arti penting Imekko dari sisi sejarah, ekonomi dan politik bagi Papua Barat justru daerah ini belum mendapat sentuhan pembangunan secara maksimal dari Negara (termasuk Pemerintah Daerah).

Sebagai (mantan) Bupati Sorong Selatan saya menyadari itu. Bukan kami tidak berbuat, namun hal ini dikarenakan adanya tantangan geografis menjadi masalah serius dalam pembangunan fisik dan pelayanan pada umumnya. Menurut saya, jika ditelisik lebih jauh, ide pemekaran tersebut bukan karena kelambanan pembangunan semata, melainkan adanya faktor lain, yaitu : romantisme masa lalu dan sentiment etnis.

Berdasarkan sejarah bahwa aktivitas pemerintahan yang dilakukan Hindia Belanda di kawasan Deborai (Sorong Selatan di dalamnya) adalah dengan membentuk onderafdeling Inanwatan pada November 1947, pada Juni 1950 dipindahkan Ayamaru dan pada akhirnya dipindahkan ke Teminabuan pada Tahun 1954. Selain itu, dari sisi misi penginjilan, juga dimulai dari Inanwatan.

Saat ini, masing-masing wilayah eks onderaafdeling juga memiliki klasis masing-masing, yaitu Klasis Inanwatan, Klasis Ayamaru dan Klasis Teminabuan.

“Kami adalah saudara tua, Tehit (Teminabuan) sudah punya Kabupaten sendiri, Maybrat sudah punya kabupaten sendiri, saatnya Imekko juga harus punya kabupaten sendiri”, demikian kurang lebih pernyataan beberapa tokoh Imekko

(4)

Selain romantisme masa lalu, dalam hal pemekaran, jujur saya katakan bahwa wilayah Imekko memiliki modalitas lainnya, seperti Modalitas kekayaan alam dan potensi pembangunan ekonomi, Modalitas Sosial: potensi harmoni relasi intra- dan antar-daerah.

Dari hasil identifikasi atas potensi ekonomi yang ada menunjukkan bahwa kawasan Imekko memiliki sumber daya ekonomi yang dapat dikembangkan melalui satu kawasan ekonomi produktif. Secara garis besar, potensi kekayaan alam di kawasan Imekko dapat dikelompokkan menjadi empat, yakni 1) potensi pertambangan, minyak dan gas bumi, 2) potensi perikanan dan kelautan, 3) potensi kehutanan, dan 4) potensi pertanian dan perkebunan.

Dalam perkembangan terakhir, Imekko dikenal karena sagunya. Dari luasan sekitar 311.000 hektar hutan sagu, sebagian besar tersebar di wilayah Imekko. Dua perusahaan telah menanamkan modal untuk pengembangan investasi pengolahan sagu, yaitu PT ANJ Agri Papua (40.000 Ha) dan Perum Perhutani (15.000 Ha), dimana kedua investor tersebut telah mengoperasikan pabrik sagu modern terbesar di Indonesia, selain di Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Aktifitas ekonomi ini diharapkan dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi calon DOB Imekko.

Dari aspek sosial keagamaan, terdapat modal sosial yang luar biasa, yaitu

“Satu Tungku Dua Batu” yang mengawal berlangsungnya kerukunan antar umat

beragama di sana. Kehidupan sosial masyarakat di Imekko juga sangat dipengaruhi oleh sistem sosial yang berbasis adat. Meskipun berada pada sebaran sub suku yang berbeda dan mendiami kawasan tinggal yang juga berbeda, sub suku yang ada yaitu :

bira (Inanwatan), yameta dan iwaro (Meteani), kaiso (Kais), emeyode (Kokoda) dan awee (Kokoda Utara) telah menyatukan diri dalam satu kesatuan masyarakat

Imekko.

Selain itu, layaknya masyarakat pantai, masyarakat Imekko cenderung bersifat terbuka, masyarakat yang toleran terhadap perbedaan, dan tinggi penerimaannya terhadap para pendatang yang bermukim di wilayahnya. Para pendatang memainkan peran subtitusi, yaitu mencukupi apa yang belum mampu disediakan oleh masyarakat setempat, seperti perdagangan, pelayanan pendidikan dan kesehatan. Penerimaan terhadap pendatang juga ditunjukkan dari sikap masyarakat adat dalam memberikan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh masyarakat adat, misalnya urusan tanah dan juga dalam masalah perkawinan.

Imekko menuju DOB

Dalam buku ini tergambar dengan jelas pragmentasi dalam menyikapi isu pemekaran Imekko. Terdapat perdebatan menarik antara kelompok pro versus kelompok kontra. Saya sepakat dengan ‘jalan tengah’ yang menjadikan pemekaran sebagai solusi bagi masyarakat Imekko maupun masyarakat Kabupaten Sorong

(5)

Selatan. Pertama, memastikan bahwa pemekaran imekko agar dapat menopang pembangunan Sorong Selatan. Kedua, memastikan pemekaran dapat membuka isolasi kawasan Imekko. Ketiga, memastikan pemekaran Imekko dapat menghadirkan pembangunan yang lebih berkeadilan. Keempat, memastikan pemekaran Imekko dapat mendorong hadirnya pemerintahan yang lebih responsif dan adaptif. Keempat hal tersebut menjadi prasyarat sekaligus misi dalam mempersiapkan kawasan Imekko sebagai daerah otonom sehingga pemekaran benar-benar dapat menjadi solusi bagi semua pihak. Jalan tengah tersebut diharapkan dapat mengawal prinsip “Anak Sehat, Mama Selamat”.

Selain bahasan tentang menghadirkan DOB Imekko, dalam buku ini menguraikan strategi pengembangan Imekko menjadi sebuah kabupaten baru yang benar-benar siap. Saya sepakat bahwa untuk mempersiapkan DOB Imekko maka pintu masuk yang harus dilakukan adalah pembangunan infrastruktur dasar, terdiri dari : sarpras transportasi laut, transportasi darat (pembangunan jalan dari dan ke Teminabuan), penyediaan energi, listrik, air bersih dan juga informasi dan telekomunikasi.

Selain itu, yang juga harus diperhatikan adalah bagaimana meningkatkan produktifitas ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, antara lain adalah mendorong aktifitas perdagangan, peningkatan produktifitas perikanan dan pertanian dalam arti luas, penyediaan permodalan, pendampingan dan mencarikan akses pasar.

Simpulan

1. Buku ini telah berhasil memotret, memaparkan sekaligus memberi solusi atas rencana pembentukan DOB Imekko sebagai pemekaran dari Kabupaten Sorong Selatan

2. Menghadirkan DOB penting, tapi yang lebih penting adalah bagaimana menghadirkan kesejahteraan. Untuk itu, persiapan dan proses pemekaran harus dilakukan secara sistematis dengan didahului sebuah kajian yang mendalam. 3. Karena kekhususan Papua (leg specialist), pemekaran di Papua jangan semata

diliat pada layak atau tidak layaknya, melainkan harus dibaca sebagai sebuah kebutuhan. Selain itu, pemekaran di Papua juga merupakan langkah solusi yang mengawinkan aspek politis dan teknokratis, namun tetap dalam sikap kehati-hatian. Analisa untuk menilai Imekko, tidak bisa hanya sebatas dengan pendekatan analisis kuantitatif, melinkan harus memperhatikan pendekatan analisis kualitatifnya.

4. Pemerintah segera menerbitkan regulasi yang mengatur penataan daerah, antara lain memuat mekanisme pembentukan daerah persiapan sebelum menjadi DOB.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitiannya ditemukan kelemahan-kelemahan dalam operasi dan kegiatan produksi perusahaan seperti tidak terdapatnya prosedur yang dibuat secara tertulis,

Karena suatu model hidrologi merupakan suatu tools yang dapat merepresentasikan suatu proses hidrologi yang terjadi dalam suatu DAS, maka pada umumnya model

Dari sini kita dapat memahami bahwa permasalahan tentang perilaku partisipasi dapat dilihat melalui gambaran gereja seperti apa yang dihidupi oleh jemaat atau

Ketetapan MPR/MPRS sebelum perubahan UUD Tahun 1945 menjadi salah satu peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam hierarki peraturan perundang-undangan dengan

Oleh karena itu dari hasil analisis vegetasi untuk jenis pakan, hutan dipterocarp dataran rendah menyediakan pakan dalam jumlah dan jenis yang beranekaragam dibandingkan

Pada praktikum ini tekanan darah diukur dengan metode tidak langsung secara auskultasi dan pengukuran dilakukan pada lengan bagian atas. Tekanan darah dari praktikan

Mempersiapkan sarana transp'rtasi dan pengemudinya untuk mempelai, petugas +4A, anak yatim, ustad?, perias, keluarga maupun seksi / seksi yang memerlukan sarana

Salah satu cara untuk  mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis – garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 -