• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Perencanaan Pembangunan Sektor ESDM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Perencanaan Pembangunan Sektor ESDM"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan

Perencanaan

Pembangunan

Sektor ESDM

2013

(2)

DAFTAR ISI

BAB 1 ... 2

PENDAHULUAN ... 2

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Dasar Penyelenggaraan ... 4

1.3 Maksud & Tujuan ... 5

1.4 Sistematika Pembahasan ... 5

BAB I PENDAHULUAN... 5

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI SEKTOR ESDM DIY ... 5

BAB III KEBIJAKAN, SASARAN, DAN PROGRAM PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM ... 5

BAB IV KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM ... 5

BAB 2 ... 6

KONDISI SEKTOR ESDM DI DIY ... 6

2.1 Kinerja sektor ESDM Terhadap RPJMD ... 6

2.2 Permasalahan pembangunan sektor ESDM ... 9

BAB 3 ... 12

KEBIJAKAN, SASARAN, DAN PROGRAM PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM... 12

3.1 Visi, Misi, dan Tema Pembangunan Daerah ... 12

3.2 Kebijakan dan Sasaran Pembangunan Sektor Cipta Karya ... 18

3.3 Rencana Program dan Kegiatan Pembangunan Sektor Cipta Karya ... 24

BAB 4 ... 26

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM ... 26

Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ... 26

Pendanaan Pembangunan Sektor Cipta Karya ... 29

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah mengamanatkan kepada daerah

untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD). Dokumen RPJMD

merupakan penjabaran visi, misi, dan program kepala daerah yang berpedoman

kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta memperhatikan

RPJM Nasional. Dokumen RPJMD DIY Tahun 2013-2017 merupakan penjabaran Visi

dan Misi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara resmi disampaikan usai

dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun

2013-2017.

RPJMD Tahun 2013-2017 merupakan dokumen perencanaan lima tahunan

daerah; yang memuat strategi, arah kebijakan, dan program pembangunan daerah

berdasarkan kondisi dan potensi daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan

semangat keistimewaan di dalamnya dan digunakan sebagai pedoman dalam

perencanaan pembangunan tahunan atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

dan menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat

Daerah (Renstra SKPD).

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan dokumen

perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana

pembangunan tahunan daerah. RKPD mempunyai kedudukan yang strategis dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah karena merupakan dokumen yang secara

substansial merupakan penerjemahan dan penjabaran dari visi, misi dan program

kepala daerah yang ditetapkan dalam RPJMD kedalam program dan kegiatan

pembangunan tahunan daerah. RKPD memuat arahan operasional pelaksanaan

(4)

Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renja-SKPD).

RKPD mempunyai peran sebagai pedoman dalam menentukan Kebijakan

Umum APBD dan penentuan prioritas serta pagu anggaran sementara dan

selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD). Sebagai salah satu instrumen evaluasi kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah, melalui evaluasi terhadap pelaksanaan RKPD

ini dapat diketahui sampai sejauh mana capaian kinerja RPJMD sebagai wujud dari

kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah hingga tahun berkenaan.

Estimasi Jumlah penduduk DIY tahun 2011 berdasarkan sensus tahun 2010

tercatat berjumlah 3.487.325 jiwa. Dengan presentase menurut daerah, penduduk

kota mencapai 66,36% sedangkan penduduk desa sebesar 33,64%. Pertumbuhan

penduduk pada tahun 2011 sebesar 0,86% relative lebih rendah dari tahun

sebelumnya. Menurut wilayah kabupaten Sleman dan Bantul memiliki angka

pertumbuhan diatas rata-rata provinsi masing-masing sebesar 1,07% & 1,30%.

Dengan luas wilayah 3.185,80 km2, maka kepadatan penduduk DIY adalah 1.095 jiwa

per km2. Kepadatan tertinggi ada dikota Yogyakarta yakni 12.017 jiwa per km2

dengan luas wilayah hanya sekitar 1% dari luas provinsi DIY. Sedangkan Gunungkidul

yang memiliki luas wilayah terluas yaitu 46,63% memiliki kepadatan penduduk

terendah yaitu 456 jiwa per km2.

Berdasarkan perhitungan PDRB atas harga konstan, perekonomian provinsi

DIY pada tahun 2011 tumbuh sebesar 5,16%, lebih cepat dibandingkan tahun

sebelumnya yang mencapai 4,88%. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi DIY

diperkirakan dapat lebih cepat karena sampai pada semester 1 sudah mencapai

5,79%. Penyumbang positif terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 5,16%,

adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20,84% diikuti oleh sektor

jasa-jasa sebesar 17,25%, kemudian sektor pertanian 16,07% dan industri

pengolahan 13,48%.

Berdasarkan data tersebut diatas dimana pertumbuhan penduduk dan

pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, serta adanya perubahan paradigma kebijakan

(5)

proyek yang akan dibangun di DIY seperti pembangunan bandara baru,

pembangunan pelabuhan Tanjung Adi Karta, penambangan pasir besi, dsb

memerlukan antisipasi ketersediaaan dan stabilitas pasokan energi. Belum lagi

adanya kewajiban dari pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan listrik di

daerah yang belum terjangkau listrik atau daerah terpencil juga harus dipenuhi.

1.2

DASAR PENYELENGGARAAN

Dasar penyelenggaraan kegiatan ini adalah :

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005;

2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI

Tahun 2004 No. 126);

3. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran

Negara RI Tahun 2000 No. 54, Tambahan Lembaran Negara RI No. 3952) ;

5. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi

Nasional;

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang

Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

7. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun Anggaran 2013;

8. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 78 Tahun 2012

tentang Penjabaran APBD Provinsi DIY Tahun 2013;

9. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 34 Tahun 2012

tentang Standarisasi Harga Barang dan Jasa (SHBJ) di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta;

10. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Bappeda DIY Nomor 29/DPA/2013

(6)

1.3

MAKSUD & TUJUAN

Maksud dan tujuan diadakannya swakelola ini adalah untuk melakukan kajian

perencanaan sektor energi dan sumber daya mineral yang diharapkan dapat menjadi

arah dan panduan dalam pelaksanaan program dan kegiatan tahun n+1 agar tetap

terjaga sesuai dengan target yang diterapkan dan memberikan hasil sesuai dengan

yang diharapkan.

1.4

SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Laporan tenaga ahli swakelola sektor ESDM ini terdiri dari 4 (empat) bab dan

setiap bab dibagi menjadi sub bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini secara ringkas dijelaskan mengenai latar belakang penyusunan

laporan, dasar penyelenggaraan laporan, maksud & tujuan laporan serta

sistematika pembahasan.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI SEKTOR ESDM DIY

Bab ini menjelaskan tentang kondisi umum sektor ESDM di DIY, evaluasi

pelaksanaan program dan kegiatan RKPD sampai tahun berjalan dan realisasi

RPJMD, serta permasalahan pembangunan di sektor ESDM.

BAB III KEBIJAKAN, SASARAN, DAN PROGRAM PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM

Bab ini berisikan tema dan prioritas pembangunan daerah, kebijakan dan

sasaran pembangunan sektor ESDM, serta rencana program dan kegiatan

pembangunan sektor ESDM.

BAB IV KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN PENDANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM

Bab ini menyajikan arah kebijakan ekonomi daerah, pendanaan pembangunan

(7)

BAB 2

KONDISI SEKTOR ESDM DI DIY

2.1

KINERJA SEKTOR ESDM TERHADAP RPJMD

Urusan energi dan sumber daya mineral (ESDM), memiliki peran didalam

memfasilitasi dan menyediakan pasokan energi dan sumber daya mineral antara lain

melalui penyediaan listrik perdesaan, pengembangan energi baru terbarukan dan

penyediaan air bersih melalui pemboran air tanah dalam.

Ketenagalistrikan berperan sebagai infrastruktur yang harus ada untuk

mendukung kegiatan pembangunan masyarakat. Pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan diprioritaskan baik untuk meningkatkan keandalan penyediaan

tenaga listrik maupun memberikan akses penyediaan

tenaga listrik. Penyediaan tenaga listrik yang

memadai dan berkualitas merupakan parameter

penting untuk mendukung kemajuan sektor lainnya

antara lain sektor industri, perdagangan,

telekomunikasi dan sektor-sektor penggerak ekonomi lainnya. Sehingga ketersediaan

energi listrik yang cukup akan menentukan pertumbuhan ekonomi dan tingkat

kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan rasio elektrifikasi di DIY per tahun sekitar 1%. Rasio elektrifikasi

dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Rasio Elektrifikasi di DIY 2010-2012

berlistrik mencapai 100%, ratio dusun berlistrik sebesar 94,13% atau masih terdapat

238 dusun dari total 4058 yang sebagian besar KK nya belum berlistrik. Pada akhir

(8)

tahun 2011, ratio elektrifikasi DIY adalah sebesar 76,21%. Pada tahun 2012, jumlah

RT tercatat 1.037.976 rumah tangga dan melalui pelaksanaan program dan kegiatan

APBD, terdapat peningkatan ratio elektrifikasi sebesar 0,023% dari target sebesar

0,015 %. Sedangkan melalui dana APBN terjadi peningkatan ratio elektrifikasi

sebesar 0,564%. Secara keseluruhan total ratio elektrifikasi pada tahun 2012 tercapai

76,80%, meningkat sebesar 0,59% dari tahun 2011.

Sementara itu dalam cakupan keterjangkauan listrik, rasio elektrifikasi masih

menunjukkan ketimpangan. Rasio elektrifikasi tertinggi dicapai oleh Kabupaten

Sleman yang mencapai 92,08%. Sedangkan yang terendah dicapai oleh Kabupaten

Kulon Progo yang hanya sekitar 60,92% di tahun 2011. Hal yang menarik adalah

bahwa Kota Yogyakarta yang notabene didominasi kawasan perkotaan hanya

mencapai rasio sebesar 75,82% yang berada di bawah kabupaten Bantul yang

mencapai 81,96%.

Untuk energi baru terbarukan dengan memanfaatkan tenaga air, surya dan

biogas, dibangkitkan tenaga listrik sebesar 106 kw dari keseluruhan potensi energi

baru dan terbarukan di DIY yang diperkirakan kurang lebih sebesar 10 mw. Sampai

dengan tahun 2011, total jumlah energy baru terbarukan yang dapat dibangkitkan

sebesar 582,3 kw dari total potensi 10.000 kw (10 MW). Kapasitas energi listrik yang

telah dibangkitkan melalui program dan kegiatan APBD dan APBN di DIY pada tahun

2012 sebesar 47 kw, sehingga total telah dibangkitkan energi sebesar 629,35 kw yang

berasal dari sumber baru terbarukan.

Pengelolaan air tanah di prvinsi DIY meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan konservasi air tanah, pendayagunaan air

tanah dan pengendalian daya rusak air tanah pada cekungan air tanah lintas

kabupaten/kota, yaitu Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman. Melalui dana APBN

dan APBD DIY, pendayagunaan air tanah dilakukan dengan pembuatan sumur bor air

tanah dalam yang berada di daerah sulit air yaitu daerah dengan kedalaman muka air

tanah dalam dan fluktuasi air tanah tinggi. Upaya konservasi air tanah dilakukan

dengan membuat sumur peresapan air hujan dan sumur pantau yang dilengkapi alat

pantau permukaan air tanah, yaitu automatic water level recording (AWLR) berbasis

(9)

Kegiatan usaha pertambangan di DIY dikelompokkan dalam 3 jenis komoditas

tambang, yaitu mineral logam, mineral non logam dan batuan. Mineral logam meliputi

mangaan dan pasir besi; mineral non logam meliputi fosfat, bentonit, zeolit, dan

kaolin, sedangkan batuan meliputi andesit, tanah urug, pasir, sirtu, batu kali, batu

gamping, dan breksi batuapung.

Produksi dari 7 (tujuh) mineral non logam dan batuan pada tahun 2011 yang

banyak diusahakan di DIY saat ini adalah sirtu/pasir dengan produksi 487.100 m3,

batu gamping/kapur dengan produksi 87.486 m3, tanah liat dengan produksi 304

m3, andesit dengan produksi 191.275 m3, zeolit dengan produksi 300 m3, breksi

batuapung dengan produksi 525 m3, dan tanah urug dengan produksi 101.648 m3.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2011, total peningkatan nilai

produksi bahan galian dari 7 mineral logam dan batuan sebesar 396,3 juta rupiah

atau meningkat 1,07% dari target sebesar 0,37%. Pemenuhan kebutuhan bahan

bakar minyak bersubsidi jenis premium dan solar didistribusikan melalui 89 Stasiun

Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), sedangkan penyaluran bahan bakar gas

bersubsidi didistribusikan melalui 9 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji dengan 43

agen dan 2.832 pangkalan. Upaya pemenuhan kebutuhan bahan bakar, dilakukan

melalui kegiatan pengawasan terhadap distribusi bahan bakar bersubsidi. Dari

pelaksanaan program dan kegiatan pengawasan pada tahun 2011, penyaluran bahan

bakar minyak bersubsidi jenis premium sebesar 458.064 KL, solar 112.816 KL serta

penyaluran bahan bakar gas bersubsidi 52.792,15 Ton, realisasi penyaluran melebihi

1,3% dari besarnya kuota.

Dari pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2012, realisasi penyaluran

bahan bakar minyak bersubsidi tercatat jenis premium 504.632 KL atau 99,7% dari

kuota, solar 130.527 KL atau 108,8% dari kuota, serta penyaluran bahan bakar gas

bersubsidi 61.961,06 Ton atau 102,8% dari kuota. Kelancaran distribusi Bahan Bakar

Bersubsidi didukung melalui koordinasi secara intensif dengan Kementerian ESDM,

(10)

2.2

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM

Permasalahan pembangunan di sektor ESDM dikaitkan dengan capaian RPJM

sangat terkait dengan permasalahan geomorfologi dan lingkungan hidup dan juga

permasalahan-permasalahan dari sektor esdm itu sendiri. Permasalahan tersebut

juga terkait dengan berbagai sektor yang lain sehingga tidak bisa hanya diselesaikan

oleh sektor esdm sendiri. Beberapa permasalahan tersebut diantaranya adalah :

a. Konversi lahan hutan dan pertanian ke lahan terbangun di lereng tengah Gunung

Merapi dan konversi lahan hutan menjadi lahan terbuka di kerucut dan lereng

atas Gunungapi Merapi mengakibatkan menurunnya fungsi imbuhan air tanah di

wilayah tangkapan air utama.

b. Perkembangan perkotaan Yogyakarta ke arah utara yang terus meningkat dan

sulit untuk dikendalikan menyebabkan resapan air hujan menjadi air tanah akan

menurun.

c. Penyelenggaraan konservasi air tanah belum menjadi prioritas utama sehingga

pengelolaan air tanah melalui tahapan; perencanaan, pelaksanaan, pemantauan

dan evaluasi perlu ditingkatkan.

d. Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul merupakan kawasan lindung geologi,

sehingga kegiatan penambangan dan pembangunan yang terus meningkat tanpa

adanya pengendalian dipastikan akan mempercepat kerusakan ekosistem

kawasan tersebut.

e. Pemanfaatan sumberdaya mineral dan pengelolaan pertambangan yang belum

memperhatikan kelestarian lingkungan

f. Belum jelas terlihat program dan indikator manajemen dan aplikasi teknologi

untuk meningkatkan nilai tambah bahan tambang,

g. Pencemaran air tanah meningkat yang menyebabkan air tanah ke depan tidak

layak untuk dikonsumsi.

h. Upaya pemenuhan kebutuhan energi di DIY melalui upaya penciptaan energi baru

yang terbarukan, misalnya pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro,

pemasangan pembangkit listrik tenaga surya, pembangunan pembangkit listrik

tenaga angin, pembangkit listrik tenaga biogas belum maksimal;

i. Antisipasi terhadap ketersediaan energi melalui gerakan hemat energi belum

(11)

j. Belum ada keterkaitan jelas antar target implementasi teknologi energi

terbarukan dengan capaian target bauran energi

k. Peningkatan efisiensi energi dalam rangka pencapaian target intensitas dan

elastisitas energi belum jelas alur program audit energi dan pengaruhnya

terhadap efisiensi energi

l. Belum jelas strategi audit energi yang diterapkan massal pada pengkonsumsi

energi utama

m. Belum ditetapkan benchmarking dalam audit energi untuk Yogyakarta, misalnya

untuk target capaian atau keperluan insentif dan disinsentif

n. Terdapat sejumlah pilihan teknologi energi terbarukan yang berpotensi

berdampak signifikan belum disentuh scr optimal, misal land fill gas, centralized

biogas powerplant, solar system for urban, cascade hydropower di jaringan irigasi

o. Belum jelas ada jaminan bahwa teknologi energi terbarukan yang telah

diemplementasikan bisa beroperasi secara sustainable

p. Termasuk yang belum disinggung adalah penyiapan distributed generation

(teknologi dan non-teknologi) yang memberi keleluasaan pada masyarakat untuk

menjadi pemasok energi

q. Masih terjadinya ketidaklancaran distribusi LPG tabung 3 Kg di beberapa wilayah

terpencil yang disebabkan karena belum optimalnya pengawasan dan belum

meratanya sebaran penyalur/agen dan sub penyalur/pangkalan khususnya di

Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul;

Adapun permasalahan dan kendala dalam pembangunan bidang energi

ditingkat nasional antara lain pada laju produksi minyak bumi terus menerus

mengalami penurunan, disamping adanya kehilangan potensi produksi. Penurunan

laju produksi terutama disebabkan oleh penurunan alamiah dari sumur-sumur yang

sudah mature (tua), sedangkan penerapan teknologi untuk meningkatkan produksi

selanjutnya (secondary dan tertiary recovery) masih terbatas. Potensi kehilangan

produksi terutama terjadi akibat keterlambatan produksi lapangan minyak baru serta

kendala teknis yang bersumber dari tingkat kehandalan peralatan produksi, serta

kendala non-teknis yang bersumber dari masalah perijinan penggunaan lahan.

Terkait kapasitas pembangkit listrik, tambahan kapasitas terutama diperoleh

(12)

demikian, program tersebut dalam pelaksanaannya mengalami keterlambatan,

sehingga kontribusinya terhadap penambahan kapasitas terpasang tidak sesuai

dengan sasaran. Keterlambatan ini disebabkan oleh mundurnya waktu Commercial

Operation Date (COD) dari beberapa proyek pembangkit karena masalah

administratif, teknis, dan finansial. Sampai saat ini, proyek pembangkit 10.000 MW

Tahap I yang sudah beroperasi sebesar 4.450 MW.

Kendala yang ditemui dalam pemanfaatan energi alternatif, terutama panas

bumi, adalah mengenai harga dan tumpang tindih lahan. Biaya produksi dari energi

alternatif cukup tinggi sehingga menyebabkan energi alternatif tidak dapat

berkompetisi dengan harga energi berbasis fosil, yang masih disubsidi. Sebagian

besar potensi panas bumi berada di kawasan hutan lindung/konservasi, dan proses

Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk pengembangan panas bumi

memerlukan waktu yang lama. Dengan demikian, pelaksanaan eksplorasi menjadi

terlambat dan berdampak

pada rendahnya pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik.

Sementara pada pemanfaatan jaringan gas kota dan SPBG yang sudah terbangun

terkendala dalam hal serah terima aset kepada pengelola serta jaminan kepastian

(13)

BAB 3

KEBIJAKAN, SASARAN, DAN PROGRAM

PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM

3.1

VISI, MISI, DAN TEMA PEMBANGUNAN DAERAH

Visi, Misi dan Program Calon Gubernur DIY Tahun 2012-2017 yang

disampaikan dalam Sidang Paripurna DPRD DIY pada tanggal 21 September 2012

dengan tema “Yogyakarta Menyongsong Peradaban Baru” merupakan ide dasar dan

pedoman dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

2013-2017. Daerah Istimewa Yogyakarta dalam membangun peradaban barunya

yang unggul dengan strategi budaya: membalik paradigma ‘among tani’ menjadi

‘dagang layar’, dari pembangunan berbasis daratan ke kemaritiman, dengan

menggali, mengkaji dan menguji serta mengembangkan keunggulan lokal (local

genius). Konsekuensinya, Laut Selatan bukan lagi ditempatkan sebagai halaman

belakang, tetapi justru dijadikan halaman depan. Perubahan paradigmatis ini paralel,

bahkan terdukung oleh kebijakan ekonomi nasional dengan ditempatkannya wilayah

Kulonprogo dalam program MP3I (Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Indonesia) berupa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang termasuk

dalam ‘Koridor Delapan’ seluas 3.500-3.700 hektar.

Untuk mewujudkan visi tersebut akan ditempuh melalui empat misi

pembangunan daerah sebagai berikut:

1) Membangun peradaban berbasis nilai-nilai kemanusiaan dengan meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, mengembangkan pendidikan yang berkarakter

yang didukung dengan pengetahuan budaya, pelestarian dan pengembangan

hasil budaya, serta nilai-nilai budaya.

2) Menguatkan perekonomian daerah yang didukung dengan semangat

kerakyatan, inovatif dan kreatif disertai peningkatan daya saing pariwisata guna

memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkeadilan.

3) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik ke arah katalisator yang

mampu mengelola pemerintahan secara efisien, efektif, mampu menggerakkan

(14)

4) Memantapkan prasarana dan sarana daerah dalam upaya meningkatkan

pelayanan publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan

kesesuaian Tata Ruang.

Tema pembangunan DIY pada tahun 2014 adalah: ”Memantapkan

perekonomian daerah dan stabilitas sosial politik menuju Daerah Istimewa

Yogyakarta Yang Lebih Berkarakter, Berbudaya, Maju, Mandiri dan

Sejahtera”.Memantapkan perekonomian daerah dimaknai sebagai upaya mendorong kegiatanperekonomian daerah sehingga memiliki basis ekonomi yang bisa

diandalkan, tidak mudah goncang (tidak mudah terombang ambing)akibat perubahan

global dan perubahan nasional. Peran sektor cipta karya dalam kontribusi

memantapkan perekonomian daerahjuga dimaknai sebagai upaya membangun

infrastruktur dasar untuk mewujudkan SDM yang unggul dan mengurangi

kesenjangan pembangunan antardaerah.

Menuju Daerah Istimewa Yogyakarta Yang Lebih Berkarakter, Berbudaya,

Maju, Mandiri dan Sejahtera dimaknai sebagai upaya mengarahkan kepada

perwujudan visi jangka menengah daerah Tahun 2013-2017. Pengertian lebih

berkarakter sebenarnya berkorelasi baik secara langsung maupun tidak langsung

dengan berbudaya, karena karakter akan terbentuk melalui budaya. Revitalisasi

kawasan budaya merupakan salah satu kegiatan keciptakaryaan yang mendukung

pencapaian DIY yang berkarakter dan berbudaya. Berbudaya dimaknai sebagai

kondisi dimana budaya lokal mampu menyerap unsur-unsur budaya asing, serta

mampu memperkokoh budaya lokal, yang kemudian juga mampu menambah daya

tahan serta mengembangkan identitas budaya masyarakat setempat dengan kearifan

lokal (local wisdom) dan keunggulan lokal (local genius). Melalui program-program

pengembangan kawasan baik kawasan agropolitan, minapolitan maupun kawasan

strategis cepat tumbuh, sektor cipta karya akan mendukung kepada terwujudnya

kondisi DIY yang maju dalam artian makmur secara ekonomi melalui pengembangan

pembangunan bidang perekonomian khususnya penyediaan infrastruktur industri,

perdagangan, pertanian, dan sektor lainnya. Program-program sanitasi juga akan

mendukung pencapaian masyarakat yang maju dalam hal derajat kesehatan baik,

harapan hidup tinggi dan kualitas pelayanan sosial baik. Penguatan kelembagaan

(15)

akan dapat memandirikan masyarakat dimana masyarakat mampu memenuhi

kebutuhannya (self-help), mampu mengambil keputusan dan tindakan dalam

penanganan masalahnya, mampu merespon dan berkontribusi terhadap upaya

pembangunan keciptakaryaan yang telah dilakukan dengan sumberdaya yang

dimiliki. Masyarakat diharapkan sudah tidak bergantung sepenuhnya kepada

pemerintah daerah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahannya dan dalam

upaya meningkatkan kondisi infrastruktur dasarnya.

Peran sektor ESDM dalam mendukung pelaksanaan tema pembangunan

tersebut di atas terlihat dalam kontribusinya pada prioritas pembangunan DIY Tahun

2014 di bidang:

1) Infrastruktur;

2) Lingkungan hidup dan bencana;

Arah Pembangunan Kewilayahan DIY

(16)

Sedangkan pada visi dan misi nasional pemerintah sebagaimana yang

tercantum pada RPJMN 2010-2014, yang dijabarkan lebih operasional ke dalam

sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah untuk diimplementasikan dan

diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas Nasional tersebut bertujuan untuk

sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara Indonesia di masa

mendatang. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk

menjamin implementasi dari 11 prioritas nasional yaitu:

1) reformasi birokrasi dan tata kelola;

2) pendidikan;

3) kesehatan;

4) penanggulangan kemiskinan;

5) ketahanan pangan;

6) infrastruktur;

7) iklim investasi dan usaha;

8) energi;

9) lingkungan hidup dan bencana;

10)daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta

11)kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

Penjelasan lebih lanjut dari prioritas tersebut untuk sektor energi adalah

sebagai berikut bahwa kebijakan pembangunan bidang energi diarahkan untuk

mencapai ketahanan dan kemandirian energi guna menjamin kelangsungan

pertumbuhan nasional. Substansi inti dari kebijakan bidang energi mencakup antara

lain kapasitas energi, pemanfaatan energi alternatif khususnya panas bumi, dan

konversi penggunaan sumber energi dari Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar

Gas (BBG).

Sasaran yang ingin dicapai dalam kapasitas energi adalah:

(a) Produksi minyak bumi mulai tahun 2014 sebesar 1.010 ribu barrel per hari;

(b) Tambahan kapasitas pembangkit rata-rata 3.000 megawatt (mw) per tahun;

(c) Rasio elektrifikasi sebesar 80 % pada tahun 2014; dan

(d) Kapasitas terpasang pembangkit listrik dari energi alternatif, khususnya panas

(17)

Sedangkan sasaran dalam konversi penggunaan gas adalah:

(a) Terbangunnya jaringan gas kota di 19 kota dengan 80.000 sambungan rumah,

dan;

(b) Terbangunnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) sebanyak 21 unit.

Secara umum, pencapaian sasaran utama pembangunan bidang energi masih

belum menggembirakan, terutama produksi minyak bumi dan pemanfaatan panas

bumi untuk pembangkit listrik. Pencapaian sasaran utama pembangunan disajikan

pada Tabel III.1.

Tabel III.1 Capaian Prioritas Nasional Energi

Produksi minyak bumi semakin menurun karena sebagian besar berasal dari

sumber minyak yang sudah menua, dan terlambatnya pembukaan sumber minyak

(18)

Sedangkan Rasio Elektrifikasi dan Kapasitas Pembangkit Listrik mampu

mencapai target 2014 Peningkatan kapasitas pembangkit listrik sebesar rata-rata

3.000 MW/tahun dan rasio elektrifikasi sebesar 80% pada tahun 2014 diperkirakan

akan tercapai. Pada tahun 2012, rasio elektrifikasi sudah mencapai 75,90% atau

mendekati target tahun 2014 sebesar 80%. Peningkatan rasio elektrifikasi didukung

dengan adanya tambahan kapasitas pembangkit listrik.

Sampai Juni 2012, kapasitas pembangkit listrik mencapai 42.839 MW. Artinya,

ada tambahan kapasitas sebesar 10.880 MW dibandingkan kapasitas yang ada pada

tahun 2009 sebesar 31.959 MW. Panas Bumi sebagai Pemanfaatan Energi Alternatif

untuk Pembangkit Listrik belum dapat dimaksimalkan. Sampai saat ini, pemanfaatan

energi alternatif, terutama panas bumi, belum berjalan sesuai dengan yang

diharapkan, karena harganya belum kompetitif serta biaya investasi yang relatif

besar, disamping adanya tumpang tindih lahan antara lapangan panas bumi dengan

kawasan hutan. Potensi energi panas bumi sekitar 29.000 MW dan baru dapat

dimanfaatkan untuk kapasitas pembangkit listrik sebesar 1.231 MW. Kapasitas ini

masih jauh lebih kecil dari yang diharapkan, yakni sekitar 4,24 % dari potensi

keseluruhan dan 24,62 % dari target RPJMN sebesar 5.000 MW.

Pelaksanaan Konversi Penggunaan Gas Diperkirakan Mencapai Target

Pembangunan jaringan gas kota dan SPBG dalam rangka konversi BBM ke BBG

diperkirakan mencapai target sesuai dengan sasaran RPJMN. Dari rencana

pembangunan jaringan gas di 19 kota dan 80.000 sambungan rumah, diperkirakan

pada tahun 2014 akan terbangun di 21 kota serta 76.280 sambungan rumah.

Pembangunan SPBG sampai 2014 akan mencapai target yang ditetapkan. Untuk

mendukung pelaksanaan penggunaan gas di sektor transportasi, telah diterbitkan

Perpres No. 64/2012 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga BBG

untuk Transportasi Jalan. Dengan adanya Perpres tersebut, implementasi

penggunaan BBG diharapkan dapat lebih baik, terutama dalam peningkatan jumlah

pembangunan SPBG.

Pemanfaatan panas bumi belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan,

(19)

3.2

KEBIJAKAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM

Kebijakan dan sasaran pembangunan ESDM nasional adalah untuk

meningkatkan produksi minyak bumi adalah: (a) memberikan insentif optimasi

produksi melalui infill drilling dan penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR); (b)

mempercepat pengembangan lapangan baru termasuk pengembangan struktur idle;

(c) meningkatkan kehandalan peralatan untuk mengurangi gangguan produksi

(unplaned shut-down); dan (d) mempercepat penyelesaian permasalahan yang

berhubungan dengan perijinan, keamanan, dan tumpang tindih lahan. Sedangkan

untuk menyukseskan program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW

Tahap I adalah dengan mempercepat penyelesaian masalah melalui koordinasi yang

lebih intensif. Upaya tindak lanjut yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala

pemanfaatan energi alternatif adalah: (a) amandemen UU No. 27/2003 tentang Panas

Bumi untuk mengakomodasi bahwa panas bumi tidak termasuk kegiatan

pertambangan terkait dengan UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan UU No. 41/1999 tentang Kehutanan; (b) pemberian jaminan kelayakan

usaha untuk PT PLN (Persero) untuk dapat membeli listrik yang bersumber dari

panas bumi; dan (c) implementasi feed-in tariff panas bumi.

Sementara untuk proses serah terima aset dapat diselesaikan dengan

mempercepat proses serah terima aset kepada pengelola dan perjanjian jual beli gas.

Harga BBG yang saat ini masih relatif rendah (affordable) telah menyebabkan badan

usaha belum tertarik untuk melakukan investasi SPBG. Untuk itu, guna meningkatkan

minat investasi badan usaha, akan diterapkan paket insentif BBG, baik berupa insentif

fiskal kendaraan BBG, pengadaan peralatan converter kit, dan infrastruktur

pendukungnya maupun keringanan pajak penjualan BBG.

Dalam melakukan penyelenggaraan energi di dalam negeri pemerintah pusat

telah melakukan beberapa hal baik pengambilan kebijakan, penyusunan regulasi dan

bahkan perubahan paradigma. Sasaran energi nasional dapat digambarkan pada

grafik berikut :

Prinsip-prinsip yang disampaikan dalam Rencana Umum Energi Nasional

(20)

1. Pembangunan berkelanjutan;

2. Mempertimbangkan efisiensi pemakaian energi;

3. Memprioritaskan pemanfaatan sumber energi baru terbarukan;

4. Kebutuhan untuk perlindungan terhadap lingkungan;

Prakiraan Kebutuhan Energi Per Jenis Energi Periode 2007-2025

(21)

Prakiraan Kebutuhan Energi Per Sektor Periode 2007-2025

Prakiraan Kebutuhan Energi Per Sektor Periode 2007-2025

Beberapa kebijakan dan strategi daerah dalam penyelenggaraan energi di

wilayah provinsi DIY antara lain adalah dengan menetapkan arahan perencanaan

energi ke dalam dokumen perencanaan seperti RPJPD, RPJMD, RTRW, Rencana

(22)

Sasaran pembangunan untuk beberapa pembangkit listrik antara lain adalah

sebagai berikut :

1. PLTS

 Perkotaan

a. Pelanggan rumah tangga :

1) Pelanggan di atas R2 dan R3

2) Real estate

3) Rumah susun

b. Pelanggan bisnis (hotel)

c. Pelanggan Publik (perkantoran)

d. Pelanggan Industri

 Perumahan di wilayah Perdesaan melalui pemanfaatan :

a. PLTS (SHS)

2. PLTMH

 Mengoptimalkan potensi saluran irigasi untuk pengembangan

mikrohidro;

 Mengembangkan mikrohidro untuk memenuhi kebutuhan energi

(23)

 Mengarahkan pengembangan PLTMH untuk kegiatan produktif,

menambah pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja;

 Membina bengkel-bengkel mikrohidro untuk keperluan operasi dan

pemeliharaan.

3. PLT ANGIN

 Mengembangkan teknologi PLT Angin yang sederhana untuk skala

mikro (500 VA – 2500 VA) secara berkelompok (wind farm)

 Mengembangkan energi angin untuk penerangan, kegiatan produktif,

pemompaan air (irigasi dan air bersih) untuk pengembangan wilayah

di kawasan pantai selatan

 Membina bengkel-bengkel PLT Angin untuk keperluan operasi dan

pemeliharaan

4. BIOGAS

 Melakukan inventarisasi potensi biogas untuk dapat dikembangkan

 Mengoptimalkan pemanfaatan limbah kotoran ternak untuk

pengembangan masyarakat perdesaan

 Mengarahkan pemanfaatan biogas menjadi energi dalam bentuk cair

melaui teknologi tepat guna

 Mendorong keterlibatan swasta dalam pengembangan biogas

 Memanfaatan limbah domestic di perkotaaan

5. Biodisel

 Melakukan inventarisasi potensi pengembangan bahan bakar nabati

biodiesel

 Mengarahkan pengembangan dan pemanfaatan biodiesel melaui

teknologi tepat guna

 Mendorong pengembangan biodiesel terintegrasi dengan kegiatan

ekonomi masyarakat

Dalam rangka mengatasi permasalahan yang telah disebutkan pada bab-bab

sebelumnya maka strategi dan kebijakannya adalah:

1. Meningkatkan infrastruktur energi dalam rangka menjamin

(24)

2. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan energi dari jenis energi

baru terbarukan;

3. Melanjutkan kebijakan peningkatan rasio elektrifikasi menuju target

yang ditetapkan nasional 80% pada tahun 2014;

4. Meningkatkan efisiensi penggunaan energi melalui konservasi energi

pada sektor-sektor pegguna energi prioritas.

Sedangkan arah kebijakan energi daerah menurut dinas PUP ESDM antara lain

adalah :

1. Stabilisasi penyediaan/pasokan energi (BBM, gas, dan listrik);

2. Meningkatkan kemampuan pasokan energi baru terbarukan berbasis

potensi lokal;

3. Mengefektifkan kelembagaan bidang energi;

4. Mengembangkan kemampuan teknologi dan sumber daya manusia

bidang energi;

5. Pengembangan Infrastruktur untuk Peningkatan Akses/Pelayanan

Konsumen Energi.

Langkah-langkah strategis

1) Menyusun Peraturan Daerah di Bidang Ketenagalistrikan

 Pemanfaatan Sumber Energi Primer

 Peraturan mengenai Usaha Ketenagalistrikan

 Program Listrik Pedesaan

(25)

3.3

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN

SEKTOR ESDM

Berdasarkan analisa tentang kondisi umum sektor cipta karya di DIY,

permasalahan yang dihadapi, serta kebijakan dan sasaran pembangunan yang telah

ditetapkan, maka upaya pencapaian sasaran tersebut kemudian dijabarkan secara

lebih sistematis melalui perumusan program prioritas daerah n+1. Program dan

kegiatan prioritas sektor cipta karya yang diusulkan adalah sebagai berikut:

NO PROGRAM KEGIATAN

1

PROGRAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN BIDANG PERTAMBANGAN

Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan Lintas Batas

Peningkatan Nilai Produksi Bahan Galian Pemetaan Geologi Teknik dan Wilayah Pertambangan

2

PROGRAM PENGELOLAAN AIR TANAH BERWAWASAN KONSERVASI

Pembangunan Sarana Pemantauan Air Tanah Pembinaan dan Pengendalian Pengambilan Air Tanah

Pendayagunaan Air Tanah di Daerah Sulit Air Pemantauan dan Evaluasi Air Tanah

3

Pengembangan Biogas Untuk Masyarakat Pedesaan Penyusunan Rencana Umum Energi

Pembangunan Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Rehabilitasi/Pemeliharaan Pembangkit Listrik Energi

Pemanfaatan Energi Alternatif Untuk I K M Pengawasan Bahan Bakar Bersubsidi

Pengawasan Keselamatan Kerja Dan Lindungan Lingkungan Usaha Bahan Bakar Dan Energi Pengembangan Bahan Bakar Nabati

Penyusunan Sistem Informasi Minyak, Dan Gas Bumi Serta Bahan Bakar Lain

Fasilitasi Ketersediaan Bahan Bakar Bersubsidi Bagi Nelayan

(26)

Ketenagalistrikan

Perbaikan, Pemeliharaan Dan Pemindahan Pembangkit Listrik

(27)

BAB 4

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH DAN

PENDANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM

ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Daerah Istimewa Yogyakarta

menggambarkan kemampuan daerah tersebut dalam mengelola dan menggunakan

sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan barang dan jasa. Besarannya

tergantung pada hasil penggunaan potensi faktor-faktor produksi seperti sumber

daya alam, sumberdaya manusia, modal dan teknologi serta semangat berwirausaha

masyarakatnya dalam melakukan kegiatan ekonomi. Perkembangan kegiatan

ekonomi DIY yang dicerminkan dengan PDRB baik yang dinilai dalam harga konstan

maupun harga berlaku mengalami kenaikan. Nilai PDRB DIY dengan harga konstan

2000 pada tahun 2011 adalah sebesar Rp22,129 trilyun dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi sebesar 5,16% dari tahun sebelumnya, sedangkan proyeksi PDRB tahun

2012 diperkirakan masing-masing mencapai kisaran Rp22,238 trilyun - Rp23,362

trilyun. PDRB DIY diprediksikan mengalami kenaikan terus menerus sampai tahun

2014 dengan kisaran proyeksi PRDB pada 2013 dan 2014 adalah Rp24,444

trilyun-Rp24,600 trilyun dan Rp25,740 trilyun-Rp25,978 trilyun. Sementara itu prediksinya

pada tahun 2015 berkisar antara Rp27,130 trilyun sampai Rp27,459 trilyun.

Selama tahun 2011, peranan sektor berturut-turut dari yang tinggi ke rendah

setelah sektor perdagangan dan hotel, sektor jasa-jasa, sektor pertanian, sektor

industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan

persewaan dan jasa perusahaan, sektor konstruksi, sektor listrik gas dan air bersih,

dan yang terendah adalah sektor penggalian. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran

mempunyai kontribusi lebih dari seperlima PDRB, sementara itu dua sektor terkecil

yaitu listrik, gas dan air bersih serta pertambangan dan penggalian mempunyai

(28)

Tabel 4.1. Kontribusi PDRB Sektoral Provinsi DIY Berdasarkan Lapangan Usaha

(Harga Konstan 2000), 2011 – 2015 (%)

Lapangan Usaha 2011 2012* 2013* 2014* 2015*

1. Pertanian 17,00 16,23 16,04 15,82 15,54

Pola struktur PDRB DIY pada tahun 2011 diproyeksikan akan terus berlanjut di

masa mendatang sampai tahun 2015 mengingat perekonomian DIY masih bertumpu

pada jasa pendidikan, pariwisata dan budaya. Kegiatan ekonomi di sektor tersebut

menciptakan permintaan di sektor perdagangan, hotel dan restoran yang terus tinggi.

Sementara itu, sektor perdagangan DIY pada beberapa tahun mendatang akan

didorong kuat oleh perdagangan internasional dengan kegiatan ekspor dan impor

karena beberapa hal berikut: a) Proses pemulihan krisis ekonomi global yang terus

berlanjut mendorong geliat ekonomi pasar global yang menjadi tujuan ekspor

produk-produk DIY; b) Permintaan ekspor yang terus meningkat dan diharapkan

mampu mendorong investasi jangka panjang dan; c) Proyeksi kinerja ekonomi

(29)

didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tinggi dan pembentukan modal kerja

(investasi) pada momentum era golden age angkatan kerja Indonesia.

Pertumbuhan sektor pertanian yang lambat harus menjadi salah satu fokus

perhatian khusus di DIY mengingat pangsa tenaga kerja yang bergerak di sektor

tersebut masih sangat besar. Pertumbuhan output sektor pertanian yang lambat dan

masih tingginya jumlah tenaga kerja pertanian menyebabkan pendapatan per kapita

di sektor ini tetap rendah. Rendahnya pendapatan per kapita di sektor ini dapat

menjadi penghalang bagi tenaga kerja yang masih produktif dan muda untuk

bergerak di sektor pertanian.

Secara makro regional kondisi internal domestik DIY yang mendukung

terciptanya suasana optimis dalam proyeksi makro ekonomi Provinsi DIY adalah misi

dari seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam perbaikan tata kelola pemerintahan

dan kualitas pelayanan publik melalui penerapan good governance sebagai misi

utama seperti yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah-nya. Perpaduan dari kedua faktor eksternal dan internal inilah yang diyakini akan

membuat lompatan perbaikan iklim investasi sebagai penopang perekonomian

(30)

PENDANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR ESDM

Tabel 4.2. Pagu APBD DIY tahun 2012-2013 untuk Program-Program ESDM

Meskipun terdapat kenaikan pagu pada tahun 2013 sebesar Rp

2,028,261,672.00 namun jika dilihat dari postur pendanaan untuk tiap-tiap program

akan terlihat dengan jelas minimnya dukungan APBD DIY bagi pembangunan ESDM

khususnya untuk subsektor energi.

Fokus belanja untuk pembangunan sektor ESDM lebih diarahkan kepada

program – program pokok seperti Program Pengelolaan Air Tanah Berwawasan

Konservasi dan Program Pembinaan Dan Pengawasan Bidang Ketenagalistrikan.

Sementara untuk Program Pembinaan, Pengawasan Dan Pengembangan Energi,

Program Pembinaan, Pengawasan Dan Pengembangan Bahan Bakar, serta Program

Pembinaan Dan Pengawasan Bidang Pertambangan untuk saat ini belum menjadi

prioritas. Dengan kondisi seperti ini, maka sinergitas pendanaan dari berbagai

sumber lain (APBN, APBD kabupaten/kota, dll) menjadi penting dalam pemenuhan

(31)

Berdasarkan KUA-PPAS APBD 2014 yang telah disusun, alokasi pendanaan

pembangunan sektor ESDM mengalami kenaikan ± 2 M dari tahun sebelumnya

seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Pagu APBD DIY tahun 2014 untuk Program-Program ESDM

Kode

Sudah ada perubahan dalam struktur pendanaan tersebut yaitu adanya

penambahan alokasi pendanaan untuk Program Pembinaan, Pengembangan dan

Pemanfaatan Energi Baru terbarukan sebesar Rp 1,205,150,000 menjadi Rp

2,982,000,000. Dalam postur tersebut juga terdapat pengurangan pendanaan untuk

Program Pembinaan, Pengawasan Dan Pengembangan Bahan Bakar menjadi hampir

separuhnya yaitu sebesar Rp 626,834,000. Postur pendanaan tersebut masih perlu

ditambahkan pada program Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan konservasi

(32)

PERUBAHAN APBD TAHUN 2013

Berdasarkan analisa permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing sub

sektor dan program kegiatan yang telah diusulkan melalui APBD 2014, terdapat

beberapa catatan yang bisa diusulkan menjadi agenda perubahan APBD 2013.

Tabel 4.6. Usulan kegiatan melalui APBDP 2013

No Sub Sektor Indikator Target

RPJMD

Usulan kegiatan melalui APBD 2013

Kondisi 2012 Target 2013

1 Program Pembinaan ,

Usulan kegiatan yang diajukan berdasarkan sifat kemendesakannya. Untuk sub

sektor air tanah usulan perubahan dilakukan terkait dengan ijin pengusahaan air

tanah yang dikeluarkan oleh kab/kota terkait dengan upaya konservasi air tanah.

Sedangkan untuk subsector ketenagalistrikan usulan kegiatan diajukan terkait

dengan perbanyakan DED dalam rangka mengejar target ratio elektrifikasi, dimana

setelah DED tersebut selesai dilakukan maka selanjutnya adalah tahap pembangunan

(33)

Gambar

Tabel 2.1 Rasio Elektrifikasi di DIY
Tabel III.1 Capaian Prioritas Nasional Energi
Tabel 4.3. Pagu APBD DIY tahun 2014 untuk Program-Program ESDM
Tabel 4.6. Usulan kegiatan melalui APBDP 2013

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tandan kosong diperoleh dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) secara gratis, hanya membayar transportasi dari PKS ke kebun masing-masing. Kencing sapi didapat dari peternak

Penelitian dilakukan untuk mengamati jumlah pemberian kadar air yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi hijauan tanaman Indigofera zollingeriana namun informasi tentang

Di dalam Lambang Daerah terdapat Gunung/Pulau, melambangkan Daerah Kepulauan bahwa Kabupaten Halmahera Timur merupakan wilayah Provinsi Maluku Utara dengan jumlah gunung

menggunakan nama tokoh sebagai namanya. Karya tulis ini diharapkan akan dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang nama-nama jalur di Kuantansingingi yang

Jaringan irigasi mempunyai potensi energi terbarukan yang dapat dikembangkan dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). PLTMH UMM juga akan

Dalam pembinaan moral, khususnya siswa, melalui pendidikan agama Islam mempunyai peranan penting sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai

bahwa pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan telah didanai dari dana alokasi khusus bidang listrik perdesaan sebagaimana dimaksud