• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DISEKOLAH

Disusun oleh : Ahmad Fadil1

Abstrak

Penulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang implementasi pendidikan berbasis karakter dalam proses pelaksanaan pembelajaran (kegiatan belajar mengajar). Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu (1) Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, (2) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, (3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, (4) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, dan (5) Nilai karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan. Pendidikan karakter tidak dapat dilaksanakan dalam bentuk mata pelajaran langsung, tapi melalui integrasi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan mulai dari tahap kegiatan pendahuluan, inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), dan penutup.

Kata Kunci : Integrasi, pendidikan karakter, proses pelaksanaan pembelajaran

PENDAHULUAN

Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bahakan ada yang mengatakan bahwa “ Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri.”

Pembangunan bangsa dan pembangunan karakter (nation and character building) merupakan dua hal utama yang perlu dilakukan bangsa Indonesia agar dapat

mempertahankan eksistensinya. Keduanya seolah-olah merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Pembangunan bangsa harus berbarengan dengan pembangunan karakter demikian pula sebaliknya. Hal ini pula yang tersirat dalam syair lagu kebangsaan kita “Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.” Membangun jiwa adalah membangun karakter manusia dan bangsa. Inti karakter adalah kebajikan (goodness) dalam arti berpikir baik (thinking good), berperasaan baik (feeling good), dan berperilaku baik (behaving good). Dengan demikian karakter itu akan tampak pada satunya pikiran,

(2)

perasaan, dan perbuatan yang baik dari manusia-manusia Indonesia atau dengan kata lain dari bangsa Indonesia.2

Seiring dengan kemajuan bangsa Indonesia menuju negara berkebangsaan modern semakin tampak perlunya pendidikan karakter sebagai suatu tema utama dalam

pembangunan pendidikan nasional. Agar tidak mengulangi sejumlah kegagalan pada masa lalu, pendidikan karakter perlu direncanakan, diimplementasikan (diterapkan), dan

dievaluasi secara sistematik.

Komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter, secara imperatif tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Jika dicermati 5 (lima) dari 8 (delapan) potensi peserta didik yang ingin dikembangkan terkait erat dengan karakter.3

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

KAJIAN TEORI Pendidikan Karakter

2 Dasim Budimansyah, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa (Bandung : Widya Aksara Press, 2010), hlm. 1.

(3)

M. Furqon Hidayatullah mengutip pendapatnya Rutland (2009: 1) yang

mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa Latin yang berarti dipahat. Secara harfiah, karakter artinya adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, atau reputasinya (Hornby dan Parnwell, 1972: 49).4 Hermawan Kertajaya (2010 : 3)

mendefinisikan karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.5

Menurut Doni Koesoema Albertus, karakter diasosiasikan dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakter juga dipahami dari sudut behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki oleh individu sejak lahir. Disini, karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik tau gaya atau sifat khas dari diri seseorang, yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawaan seseorang sejak lahir.6

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah berhati-hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi

perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha

melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa

4 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta : DIVA Press, 2011), hlm. 28-29.

5 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 11.

(4)

dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya

(perasaannya).

Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004: 95), “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.” Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010: 1) : “Sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.” Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu : 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku.7

Nilai-nilai Karakter

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang

dikelompokkan menjadi lima nilai utama8, yaitu : A. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Tuhan B. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri

1. Jujur

2. Bertanggung Jawab 3. Bergaya Hidup Sehat 4. Disiplin

5. Kerja Keras 6. Percaya Diri 7. Berjiwa Wirausaha

8. Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif 9. Mandiri

10. Ingin Tahu 11. Cinta Ilmu

C. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Sesama 1. Sadar Hak dan Kewajiban Diri dan Orang Lain

7 Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5.

(5)

2. Patuh pada Aturan-aturan Sosial

3. Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain 4. Santun

5. Demokratis

D. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan E. Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Kebangsaan

1. Nasionalis

2. Menghargai Keberagaman9

PEMBAHASAN

Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.

Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Berikut menggambarkan penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran.

v

Gambar penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran

9 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta : DIVA Press, 2011), hlm. 36-41.

Pendahuluan

Inti:

 Eksplorasi

 Elaborasi  Konformasi

(6)

Pendahuluan

Berdasarkan Standar Proses, yang harus guru lakukan pada kegiatan pendahuluan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. 4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai, membangun kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter pada tahap pembelajaran ini. Berikut adalah beberapa contoh.

a. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin).

b. Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli).

c. Berdo’a sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius). d. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin). e. Mendo’akan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya

(contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli).

f. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin).

g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, santun, peduli).

h. Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter.

i. Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan.

Inti

(7)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

1. Eksplorasi

Dalam KBBI, Eksplorasi diartikan sebagai:

 Penjelajahan lapangan dng tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tt keadaan), terutama sumber-sumber alam yg terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan.

 Kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dr situasi yg baru.

 Penyelidikan dan penjajakan daerah yg diperkirakan mengandung mineral berharga dng jalan survei geologi, survei geofisika, atau pengeboran untuk menemukan deposit dan mengetahui luas wilayahnya.

Terkait dengan proses pembelajaran, kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang dilakukan siswa/peserta didik guna mendapatkan pengalaman baru di bawah bimbingan guru.

Berikut beberapa ciri proses pembelajaran pada tahap eksplorasi :

a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama).

b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras).

c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan:

kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan).

d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri).

e. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri).

2. Elaborasi

(8)

a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis). b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)

c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis).

d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab).

e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai). f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan

maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama). g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun

kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama).

h. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama).

i. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama).

3. Konfirmasi

Kegiatan konfirmasi dalam pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru bersama-sama dengan siswa dalam rangka penegasan, pengesahan, atau pembenaran hasil eksplorasi dan elaborasi. Dalam tahap konfirmasi guru melakukan hal-hal berikut :

a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis).

(9)

c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan).

d. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru :

1) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun).

2) Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli). 3) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil

eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis).

4) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu).

5) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).

Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru :

1. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis).

2. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan).

3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis).

4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

5. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Ada beberapa hal lain yang perlu dilakukan oleh guru untuk mendorong

(10)

Kedua, pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang

dikehendaki dan pemberian punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang tidak dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat yang baik bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.

Ketiga, harus dihindari olok-olok ketika ada siswa yang datang terlambat atau menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat kurang tepat/relevan. Pada sejumlah sekolah ada kebiasaan diucapkan ungkapan Hoo … oleh siswa secara serempak saat ada teman mereka yang terlambat dan/atau menjawab pertanyaan atau bergagasan kurang berterima. Kebiasaan tersebut harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.

Selain itu, setiap kali guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada siswa, guru harus mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang telah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau sikap siwa. Guru memulainya dengan memberi penghargaan pada hal-hal yang telah baik dengan ungkapan verbal dan/atau non-verbal dan baru kemudian

menunjukkan kekurangan-kekurangannya dengan ‘hati’. Dengan cara ini sikap-sikap saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri, santun, dan sebagainya akan tumbuh subur.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter tidak bisa dilakukan dalam bentuk mata pelajaran, tapi dengan diinteragasikan dalam setiap mata pelajaran, proses pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran.

Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

(11)

Implementasi pendidikan karakter dapat meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan moralitas bangsa, dan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh sehingga menjadi manusia insan kamil. Selain itu dengan pendidikan karakter peserta didik tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara emosional dan spiritual.

Saran

Seluruh lembaga pendidikan hendaknya mulai sekarang menjadi garda terdepan dalam melaksanakan pendidikan karakter. Dengan tidak melupakan juga peran dari keluarga, masyarakat, dan lain sebagainya.

Kepada semua pengelola pendidikan diharapkan untuk mulai menerapkan sedikit demi sedikit pendidikan karakter karena sasaran pendidikan bukan hanya kepintaran dan kecerdasan, tetapi juga moral dan budi pekerti, watak, nilai, serta kepribadian yang tangguh, unggul, dan mulia.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta : DIVA Press.

Dharma Kesuma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Budimansyah, Dasim. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung : Widya Aksara Press.

2010. Panduan pendidikan karakter di sekolah menengah pertama. Jakarta, kementerian pendidikan nasional ditjen mandikdasmen direktorat pembinaan SMP 2010.

Isman. 2012. Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi pada Kegiatan Inti Pembelajaran. http://www.gurukelas.com/2012/08/eksplorasi-elaborasi-dan-konfirmasi-pada-kegiatan-inti-pembelajaran.html (diakses 27 desember 2012 pukul 10.39)

Adi Leksono, Aris. 2012. Integrasi Kurikulum Berbasis Karakter Dalam Pelaksanaan Pembelajaran.

Gambar

Gambar penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Dari hasil yang telah dilakukan bauran pemasaran ( harga ) dapat berpengaruh penting terhadap keputusan pembelian konsumen produk Nokia. Perusahaan harus terus selalu

Dari kedelapan variabel observed endogen posisi kas, laba ditahan, size perusahaan (kelompok perkiraan neraca), keuntungan dan kepemilikan berpengaruh (proksi

Pada saat musim dingin, kegiatan yang biasanya dilakukan adalah ….. anak-anak bermain

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Penerimaan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar yang dapat mewakili Direksi ataupihak yang

[r]