• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan P (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan P (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEINGCAREGIVER PENDERITA GANGGUAN SKIZOFRENIA

Ignatia Widyanita Vania, Kartika Sari Dewi*

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

vania_ignatia39@yahoo.com; ksdewi.pklinis@gmail.com

ABSTRAK

Gangguan skizofrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya, tetapi juga menimbulkan stresor berat dan cenderung dirasakan sebagai beban bagi keluarga sebagai caregiver. Dukungan sosial yang dirasakan caregiver diharapkan dapat berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi negatif akibat merawat anggota keluarga dengan gangguan skizofrenia. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dengan psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia, dan mengetahui tipe dukungan sosial yang memberikan pengaruh paling signifikan terhadap psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia.

Subjek penelitian adalah caregiver penderita gangguan skizofrenia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik quota sampling, dengan sampel penelitian sebanyak 60 orang. Pengambilan data penelitian menggunakan dua skala, yaitu Skala Psychological Well-Being dan Skala Dukungan Sosial. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan terhadap psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia, dengan nilai F hitung sebesar 30,850 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), dengan sumbangan efektif sebesar 33,6%. Dukungan jaringan sosial merupakan tipe dukungan sosial yang memberikan pengaruh paling signifikan terhadap psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia dibandingkan tipe dukungan sosial lainnya, dengan sumbangan efektif sebesar 33,5%.

(2)

2

THE RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL SUPPORT AND PSYCHOLOGICAL WELL-BEING IN SCHIZOPHRENIA CAREGIVER

Ignatia Widyanita Vania, Kartika Sari Dewi*

Faculty of Psychology Diponegoro University

vania_ignatia39@yahoo.com; ksdewi.pklinis@gmail.com

ABSTRACT

Schizophrenia is not only cause suffering for the patient, but also cause stressors and tend to be perceived as a burden in the family who has a role as caregiver. Caregiver who is perceived social support, is expected has a preventive strategy to reduce stress and negative consequences as a result of caring their family members with schizophrenia. The purpose of this study is is to analyze the relationship between perceived social support and psychological well-being in schizophrenia caregiver, and is to analyze the type of social support that provides the most significant effect on the psychological well-being in schizophrenia caregiver.

The participants of this study are schizophrenia caregivers. The sampling method of this study is quota sampling method, with 60 people as participants. This study is using two scales, that are Psychological Well-Being Scale and Social Support Scale. Analysis of this research used Analysis of the data used simple linear regression.

The results showed that there is a relationship between perceived social support and psychological well-being in schizophrenia caregiver, with F value 30.850 and a significance level of 0.000 (p <0.05), and give effective contribution 33.6%. social network support is a type of social support that provides the most significant effect of psychological well-being in schizophrenia caregiver, with effective contribution 33.5%.

(3)

3 PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Skizofrenia adalah gangguan psikotik menetap dimana orang yang

menderitanya memiliki ciri-ciri, seperti kekacauan dalam berpikir, emosi, persepsi,

dan perilaku, dimana episode akut dari skizofrenia ditandai dengan waham,

halusinasi, pikiran yang tidak logis, pembicaraan yang tidak koheren, dan perilaku

yang aneh (Nevid, 2005, h. 103). Pada penderita skizofrenia dijumpai adanya

kendala atau hambatan yang nyata pada taraf kemampuan fungsional sebelumnya

dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial, kemampuan merawat diri, dan bidang

lainnya, yang selanjutnya akan menimbulkan kesulitan dalam kehidupan pribadi,

keluarga, maupun kehidupan sosial dari penderitanya. Hal tersebut membuat

penderita skizofrenia cenderung menggantungkan sebagian besar aspek kehidupannya

pada pihak lain yang peduli terhadapnya, baik itu hubungannya sebagai keluarga atau

relasinya (Prianto dalam Suaidy, 2006, h. 110).

Pasien skizofrenia membutuhkan perhatian dari keluarganya, sehingga

kehadiran penderita cenderung dirasakan sebagai beban bagi keluarganya (Arif, 2006,

h. 102). Ingkiriwang (Medika, 2010) menyebutkan terdapat dua beban yang dialami

keluarga, yaitu beban objektif adalah stressor eksternal yang nyata, seperti

menyediakan keperluan setiap hari, menghadapi perselisihan sehari-hari, stresor

finansial, pekerjaan, dan kesibukan yang berlebihan. Sedangkan beban subjektif

biasanya tidak begitu jelas, bersifat individual, dan berhubungan dengan perasaan,

seperti malu, cemas, serta bersalah. Beberapa masalah yang ditimbulkan pasien

skizofrenia pada keluarga yang paling sering muncul adalah ketidakmampuan untuk

merawat diri, ketidakmampuan menangani uang, social withdrawal, kebiasaan pribadi yang aneh, ancaman bunuh diri, gangguan pada kehidupan keluarga seperti

pekerjaan, sekolah, jadwal sosial, ketakutan atas keselamatan baik pasien maupun

(4)

4

Keterlibatan keluarga dalam penanganan gangguan jiwa skizofrenia

merupakan bagian penting dalam program pengobatan pasien dan mengoptimalkan

kesembuhan penderita, sehingga ia dapat mencapai taraf kesembuhan yang lebih baik

dan meningkatkan keberfungsian sosialnya. Disisi lain, keluarga sebagai caregiver dapat mengalami perasaan kejenuhan yang kronis dan dalam keadaan amat sangat

keletihan, kekurangan minat dalam hidup, kekurangan harga diri, dan kehilangan

empati terhadap penderita (Suaidy, 2006, h. 112), yang dapat mengakibatkan

kurangnnya support dalam merawat penderita sehingga kesembuhan penderita menjadi tidak optimal. Masalah yang ditimbulkan dari peran keluarga sebagai

caregiver akan mengakibatkan diri caregiver tidak dapat memenuhi fungsinya secara optimum, dimana hal ini berkaitan dengan kesejahteraan psikologisnya.

Psychological well-being atau kesejahteraan psikologis merupakan gambaran kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologis

positif individu, yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi (Dewi,

2010, h. 20). Adanya perasaan sejahtera dalam diri akan membuat individu untuk

mampu bertahan serta memaknai kesulitan yang dialami sebagai pengalaman

hidupnya.

Fakta-fakta di atas menjelaskan, bahwa keluarga memiliki peran penting

terhadap kesembuhan penderita skizofrenia. Akan tetapi, kehadiran skizofrenia di

dalam keluarga juga menimbulkan stressor berat yang harus ditanggung keluarga.

Saat ini, masih banyak tenaga kesehatan yang hanya mencurahkan perhatiannya

kepada pasien skizofrenia, dan caregiver keluarga yang sehari-hari merawat pasien terabaikan. Sedangkan keluarga, terutama caregiver, juga memerlukan dukungan dalam menghadapi fase kronis penyakit, seperti mendampingi aktivitas sehari-hari

pasien skizofrenia (Medika, 2010). Peran keluarga sebagai caregiver dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan skizofrenia menunculkan perlunya

(5)

5

Dukungan sosial pada keluarga juga dapat berfungsi sebagai strategi preventif untuk

mengurangi stres dan konsekuensi negatifnya. Dukungan sosial mengacu pada

kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau ketersedian bantuan kepada seseorang dari

orang lain atau suatu kelompok (Uchino dalam Sarafino, 2011, h. 81). Sarafino

(2011, h. 81) menyampaikan empat bentuk dukungan sosial, yaitu dukungan

emosional dan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional, serta

dukungan jaringan sosial. Tidak semua tipe dari dukungan sosial bersama-sama

melindungi individu terhadap stres. Perbedaan peristiwa yang menimbulkan stres

menciptakan kebutuhan yang berbeda, dan dukungan sosial akan paling efektif jika

sesuai dengan kebutuhannya (Taylor, 2009, h. 191). Maka, ketepatan pemberian

bentuk dukungan sosial kepada caregiver penderita gangguan skizofrenia diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul

dalam merawat anggota keluarganya yang menderita gangguan skizofrenia.

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

dukungan sosial yang dirasakan dengan psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia dan untuk mengetahui tipe dukungan sosial yang

memberikan pengaruh paling signifikan terhadap psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis dalam penelitian ini adalah untuk memperkaya referensi

(6)

6

Manfaat Praktis dalam penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan

caregiver mengenai strategi pencarian dukungan sosial yang efektif untuk mengurangi stres dan konsekuensi negatif akibat merawat anggota keluarganya yang

menderita gangguan skizofrenia, dan sebagai pertimbangan seluruh pihak masyarakat

dalam memilih bentuk dukungan sosial yang akan diberikan kepada caregiver dan keluarga penderita gangguan skizofrenia

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu Skala Psychological Well-Being yang terdiri dari 33 aitem dan Skala Dukungan Sosial yang erdiri dari 39 aitem.

Kedua skala tersebut menggunakan format respon skala Likert yang terdiri dari empat

pilihan respon kesesuaian, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS),

dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Populasi dalam penelitian ini adalah caregiver penderita gangguan skizofrenia, dengan kriteria subjek penelitian, yaitu memiliki anggota keluarga yang

menderita gangguan skizofrenia dan berperan sebagai caregiver utama terhadap penderita gangguan skizofrenia. Besarnya ukuran sampel yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah 60 orang dengan teknik pengambilan sampel quota sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan

sebelumnya. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

(7)

7

menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,614 dengan signifikansi 0,845 (p>0,05), yang berarti bahwa sebaran data kedua variabel terdistribusi secara normal.

Hasil uji linieritas hubungan antara psychological well-being dengan dukungan sosial menunjukkan nilai F hitung sebesar 30,850 dengan signifikansi sebesar 0,000

(p<0,05). Hal tersebut berarti terdapat hubungan yang linier antara variabel

psychological well-being dan variabel dukungan sosial. Terpenuhinya uji asumsi di atas menunjukkan bahwa analisis regresi dapat digunakan sebagai teknik analisis data

dalam penelitian ini.

Dari hasil analisis regresi linier sederhana, diperoleh nilai F hitung sebesar

30,850 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), yang berarti terdapat

hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan psychological well-being. Koefisien korelasi yang diperoleh antara dukungan sosial dengan psychological well-being adalah rxy = 0,589 dengan p = 0,000 (p < 0,05), dimana koefisien yang bernilai positif tersebut menunjukkan bahwa arah hubungan keduanya adalah positif, yaitu

semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi psychological well-being. Besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,336 menunjukkan bahwa dukungan sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 33,6% terhadap psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia dan sisanya sebesar 66,4% dijelaskan oleh sebab yang lain.

Skala Dukungan Sosial yang di dalamnya terdiri dari empat tipe dukungan

sosial (dukungan emosional dan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan

informasional, dan dukungan jaringan sosial) dengan sifat kontinum, digunakan

untuk menganalisis lebih lanjut mengenai pengaruh paling signifikan yang diberikan

oleh masing-masing tipe dukungan sosial terhadap psychological well-being. Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan jaringan sosial merupakan tipe dukungan

(8)

8

memberikan sumbangan efektif sebesar 33,5% terhadap psychological well-being. Selain itu, juga diperoleh nilai adjusted R2 dari dukungan dukungan jaringan sosial dan dukungan informasional yang diberikan secara bersama-sama, yaitu sebesar

0,372, artinya apabila dukungan jaringan sosial dan dukungan informasional

diberikan secara bersama-sama, maka dukungan jaringan sosial dan dukungan

informasional akan memberikan sumbangan efektif sebesar 37,2% terhadap

psychological well-being.

Penelitian secara lebih lanjut menambahkan analisis mengenai perbedaan

yang diberikan faktor usia, gender, dan tingkat pendidikan terhadap psychological well-being, dimana psychological well-being dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor tersebut. Berdasarkan hasil analisis uji ANOVA pada faktor usia, diperoleh nilai F

hitung sebesar 1,617 dengan taraf signifikansi sebesar 0,171 (p>0,05), yang berarti

bahwa faktor usia subjek penelitian tidak memberikan perbedaan psychological well-being yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis uji t pada faktor gender, diperoleh nilai t hitung -0,639 dengan taraf signifikansi sebesar 0,525 (p>0,05), dimana hal

tersebut menunjukkan bahwa dalam penelitian ini psychological well-being antara pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan. Berdasarkan hasil analisis uji

ANOVA pada faktor tingkat pendidikan, diperoleh nilai F hitung sebesar 1,388

dengan taraf signifikansi sebesar 0,251 (p>0,05), yang berarti bahwa faktor tingkat

pendidikan subjek penelitian tidak memberikan perbedaan psychological well-being yang signifikan.

Pembahasan

Dalam penelitian ini, diungkapkan bahwa dukungan sosial memberikan

(9)

9

diperoleh nilai F hitung sebesar 30,850 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000

(p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan

psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia. Koefisien korelasi yang diperoleh antara dukungan sosial dengan psychological well-being adalah rxy = 0,589 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Koefisien yang bernilai positif menunjukkan bahwa arah hubungan keduanya adalah positif, dimana

semakin tinggi dukungan sosial yang dirasakan caregiver penderita gangguan skizofrenia, maka psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia semakin tinggi, dan begitu sebaliknya. Maka hipotesis yang menyatakan

“Ada hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dengan psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia” diterima. Pada hasil penelitian dipaparkan bahwa nilai adjusted R2 yang diperoleh dukungan sosial terhadap psychological well-being adalah sebesar 0,336. Hal ini menunjukan bahwa dukungan sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 33,6% terhadap peningkatan

psychological well-being caregiver penderita gangguan skizofrenia, dan sisanya sebesar 66,4% dijelaskan oleh sebab yang lain.

Hidayati (2011, h. 19) menyebutkan tersedianya dukungan sosial untuk

mereka yang tengah mengalami krisis secara umum akan meningkatkan kesejahteraan

psikologis dan kualitas kehidupan keluarga. Burleson dalam penelitiannya (dalam

Goldsmith, 2004, h. 5) mengaitkan dukungan sosial dengan riwayat hidup yang lebih

lama, dengan mengurangi terjadinya berbagai penyakit, dengan penyembuhan dari

penyakit yang lebih baik, dengan memperbaiki strategi coping individu yang

memiliki penyakit kronis, dan dengan kesehatan mental yang lebih baik. Dukungan

sosial juga mampu menurunkan stress ibu yang memiliki anak autis (Azizah,

Machmuroch, Nugroho, 2013, h. 16). Dukungan sosial merupakan faktor terjadinya

(10)

10

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tipe dukungan jaringan sosial yang

memberikan pengaruh paling signifikan terhadap psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia. Nilai adjusted R2 yang diperoleh dukungan jaringan sosial dengan psychological well-being caregiver penderita gangguan skizofrenia adalah sebesar 0,335. Hal tersebut berarti dukungan jaringan

sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 33,5% terhadap psychological well-being. Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan nilai adjusted R2 dari dukungan dukungan jaringan sosial dan dukungan informasional secara bersama-sama, yaitu

sebesar 0,372, yang berarti apabila dukungan jaringan sosial dan dukungan

informasional diberikan secara bersama-sama, maka dukungan jaringan sosial dan

dukungan informasional akan memberikan sumbangan efektif sebesar 37,2%

terhadap psychological well-being. Maka hipotesis yang menyatakan “Dukungan jaringan sosial memberikan pengaruh paling signifikan terhadap psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia dibandingkan dukungan emosional dan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasional”

diterima.

Tipe dukungan sosial yang dibutuhkan tergantung pada keadaan yang

menimbulkan stres (Sarafino, 2011, h. 82). Perbedaan peristiwa yang menimbulkan

stres menciptakan kebutuhan yang berbeda, dan dukungan sosial akan paling efektif

jika sesuai dengan kebutuhannya (Taylor, 2009, h. 191). Beyene, Becker dan Mayen

(dalam Wells, 2010, h. 93) menyebutkan, bahwa tersedianya budaya kebersamaan

menimbulkan perasaan lebih baik ketika menjadi bagian kelompok dan dukungan

sosial, dimana hal tersebut dapat meningkatkan well-being. Adanya pengaruh dukungan jaringan sosial terhadap psychological well-being berkaitan dengan salah satu dimensi psychological well being yaitu kemampuan untuk memelihara hubungan positif dengan orang lain, yang menunjukan bahwa psychological well-being dipengaruhi oleh kontak sosial dan hubungan interpersonal. Seseorang yang

(11)

11

yang lebih besar untuk melakukan coping terhadap peristiwa yang menimbulkan stres, sehingga memungkinkan mereka kurang melihat peristiwa tersebut sebagai

sebuah permasalahan (Sanderson, 2004, h. 137). Thoits (dalam Sanderson, 2004, h.

188) menyebutkan bahwa seseorang akan mendapatkan manfaat ketika ia menerima

dukungan dari orang lain yang menghadapi permasalahan yang sama. Kesamaan satu

sama lain tersebut dapat memberikan seseorang informasi mengenai strategi coping yang berguna maupun mengenai standar penilaian dari reaksi yang dimiliki

seseorang.

Psychological well-being individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, gender, dan tingkat pendidikan (level sosial ekonomi) (Wells, 2010, h. 87).

Hasil analisis uji ANOVA pada psychological well-being dan faktor usia, diperoleh nilai F hitung sebesar 1,617 dengan taraf signifikansi sebesar 0,171 (p>0,05). Pada

hasil analisis uji t pada psychological well-being dan faktor gender, diperoleh nilai t hitung dengan taraf signifikansi sebesar 0,525 (p>0,05). Sedangkan hasil analisis uji

ANOVA pada psychological well-being dan faktor tingkat pendidikan, diperoleh nilai F hitung sebesar 1,388 dengan taraf signifikansi sebesar 0,251 (p>0,05). Hal tersebut

menunjukan bahwa faktor usia, gender, dan tingkat pendidikan yang dimiliki subjek

dalam penelitian ini tidak memberikan perbedaan psychological well-being yang signifikan pada caregiver penderita gangguan skizofrenia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dibuat kesimpulan

bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dengan

(12)

12

signifikan terhadap psychological well-being pada caregiver penderita gangguan skizofrenia dengan sumbangan efektif 33,5%, dibanding dengan dukungan

informasional, dukungan emosional dan penghargaan, dan dukungan instrumental.

Berdasarkan hasil analisis tambahan, didapatkan bahwa faktor usia, gender, dan

tingkat pendidikan yang dimiliki subjek dalam penelitian ini tidak memberikan

perbedaan psychological well-being yang signifikan pada subjek penelitian.

Saran

Melalui penelitian ini, caregiver penderita gangguan skizofrenia dengan psychological well-being sedang, diharapkan untuk lebih menerima anggota keluarga yang mengalami gangguan skizofrenia, atau bergabung dengan komunitas yang

peduli terhadap gangguan skizofrenia, dan caregiver penderita gangguan skizofrenia dengan psychological well-being tinggi, diharapkan dapat mengedukasi anggota keluarga yang lain, sesama caregiver, maupun pihak lain yang peduli mengenai kesehatan jiwa. Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang diharapkan dapat

menfasilitasi komunitas yang peduli terhadap gangguan skizofrenia atau mengadakan

forum diskusi dengan pasien, keluarga, atau caregiver pasien terkait gangguan skizofrenia, cara penanganan dan pengalaman ketika mengalami gangguan atau

selama merawat anggota keluarganya. Bagi penelitian selanjutnya dengan metode

penelitian kualitatif, dapat meneliti lebih lanjut tipe dukungan jaringan sosial, dan

bagi penelitian selanjutnya dengan metode penelitian kuantitatif, dapat meneliti lebih

(13)

13 DAFTAR PUSTAKA

Arif, I.S. (2006). Skizofrenia : memahami dinamika keluarga pasien. Bandung : Refika Aditama

Azizah R, N., Machmuroch., Nugroho, A. A., (2013). Hubungan antara penerimaan diri dan dukungan sosial dengan stres pada ibu yang memiliki anak autis di slb autis di surakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrawijaya, 2, 16-29. Diakses_dari_http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/ar ticle/viewFile/50/41

Dewi, K. S. (2012). Kesehatan mental. Semarang : UNDIP Press

Goldsmith, D. J. (2004). Communicating social support. New York : Cambridge

Nevid, J. S., Rathus, S.A., Greene, B. (2005). P sikologi abnormal edisi kelima jilid 2. Jakarta : Erlangga

Sanderson, C. A. (2004). Health psychology. New York: John Wiley & Sons

Sarafino, E.P., Smith, T.W. (2011). Health psychology : biopsychosocial interactions seventh edition. New York: John Wiley & Sons

Senkeyta, Y., (2013). Proses penerimaan diri ayah terhadap anak yang mengalami down syndrome. Intisari Skripsi (diterbitkan online). Malang : Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

Diakses_dari_http://psikologi.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/jurnal_SKRIPSI-Yohana-Senkeyta-0911230031.pdf

Suaidy, S.E.I. (2006). Beban keluarga dengan anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Jurnal TAZKIYA Journal of Psychology, 6, 110-129

Taylor, S.E. (2009). Health psychology (7th ed). Boston : McGraw-Hill

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan Skripsi yang berjudul: Pelaksanaan Peraturan Daerah (Qanun) Aceh No. Aica Mugi Indonesia, Langsa) adalah untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

Dengan penjelasan yang terda- pat di dalam dokumen UKL-UPL mengenai kegiatan usaha dan dampak yang ditimbul- kan, maka pencemaran dan bahaya yang muncul terhadap

Fokus penelitian tesis ini adalah Strategi Kontra Radikalisme Di Kalangan Kaum Muda Muslim Dalam Program Positive &amp; Peace Cyber Activism, yang mana penelitian

Metode yang digunakan yaitu menggunakan metode uji aktivitas daya hambat dan pengaplikasian langsung pada jagung dengan parameter penilaian yaitu pH, total plate count

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas maka tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut: Mengetahui apakah Profitabilitas, Laverage,

Hampir seluruh ahli ekonomi Islam, termasuk al-Māwardi, berpandangan bahwa mekanisme pasar yang benar diajarkan Rasulullah adalah mekanisme pasar bebas, tidak ada

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Penawaran Administrasi dan Teknis Nomor : 02/17/91.04/PPBJ- NF/DJB/DBB/2012 tanggal 27 Agustus Juli 2012, pekerjaan Pembekalan

Praktik Mura&gt;bah}ah bil Waka&gt;lah pada pembiayaan Mitra Amanah Syariah di BPRS Magetan menurut hukum Islam akadnya fasid, karena ada sebagian rukun yang tidak