• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERGANTUNGAN INDONESIA TERHADAP siaran BANTUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KETERGANTUNGAN INDONESIA TERHADAP siaran BANTUA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KONFLIK EKONOMI POLITIK UTARA-SELATAN KETERGANTUNGAN INDONESIA TERHADAP BANTUAN LUAR

NEGERI JEPANG DALAM PEMBANGUNAN DI INDONESIA

NAMA: INDAH MAISURI NIM: 1101112264

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

2014

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul Ketergantungan Indonesia Terhadap Bantuan Luar Negeri Jepang Dalam Pembangunan Di Indonesia dapat berjalan tanpa halangan yang berarti dari awal sampai selesai.

Makalah ini membahas mengenai dampak bantuan luar negeri yang diberikan pemerintah Jepang kepada Indonesia terkait pembangunan di Indonesia serta ketergantungan Indonesia terhadap bantuan luar negeri dari Jepang. Selain itu juga akan membahas mengenai hubungan diplomatik yang telah dilakukan kedua negara baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Penulisan makalah ini berdasarkan literatur yang ada.

(2)

Dalam kesempatan ini disampaikan terima kasih atas bimbingan, bantuan serta saran dari berbagai pihak.

Pekanbaru, 24 Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….………...……... i

DAFTAR ISI ………... ii

BAB 1 PENDAHULUAN………..………... 1

1.1. Latar Belakang………...………. 1

1.2. Rumusan Masalah………...………….…………...……... 2

1.3. Tujuan…….………...………...……….. 2

1.4. Manfaat……...………...………... 3

BAB 2 PEMBAHASAN………... 4

2.1. Hubungan Diplomatik Indonesia Dengan Jepang……...……….. 4

2.2. Dampak Bantuan Luar Negeri Jepang Terhadap Indonesia...…….… 8

2.3. Motif Bantuan Luar Negeri Jepang Terhadap Pembangunan Pelabuhan Internasional Cilamaya Di Indonesia... 11

2.4. Solusi Hubungan Ketergantungan Indonesia Terhadap Jepang... 15 BAB 3 PENUTUP………...………..……... 17

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II (PD II) membuat kerusakan yang hebat bagi perekonomian Jepang. Oleh karena itu, memasuki era Perang Dingin, Jepang di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Yoshida menolak himbauan Amerika Serikat (AS) untuk terlibat dalam Perang Dingin. Alasan Jepang untuk menolak himbauan AS dikarenakan Jepang ingin membangun ekonomi dalam negerinya. Pembangunan ekonomi dalam negeri Jepang ternyata membawa Jepang menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Akibatnya, sepanjang dekade 1950an Jepang mulai mengalirkan bantuan ekonomi ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Program bantuan Jepang yang diberikan kepada negara-negara berkembang dikenal dengan Bantuan Pembangunan Pemerintah atau Official Development Assistance (ODA). ODA bisa dijelaskan sebagai bentuk bantuan dan pinjaman. Program ODA merupakan salah satu bentuk bantuan dan pinjaman dari negara-negara maju yang tergabung dalam Development Assistant Committee (DAC) of the Organization of Economic Cooperation and Development ke negara-negara berkembang. Dimana, Jepang dalam hal ini, sebagai salah satu negara pendirinya. Angka ODA Jepang adalah terbesar kedua di dunia. Di tahun 2005, angkanya mencapai total 786.1 Triliun Yen. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Jepang, maka nilai ODA hanyalah 0.91% dari Gross National Income Jepang.

Hubungan Diplomatik antara Indonesaia dengan Jepang, dibuka pada bulan April 1958. Hubungan diplomatik tersebut dimulai dengan penandatanganan Perjanjian Perdamaian antara Jepang dengan Indonesia. Meskipun demikian, sejak tahun 1954, Indonesia telah menerima bantuan dari Jepang. Pinjaman ODA Jepang di Indonesia dalam bentuk penerimaan trainee untuk mendapatkan pelatihan di bidang industri, komunikasi transportasi, pertanian dan kesehatan. Pinjaman ODA Jepang memberikan kontribusi besar bagi Indonesia melalui bidang pengembangan sumber daya manusia, pembangunan, dan infrastruktur sosial ekonomi.

(4)

serta perdamaian dan keamanan. Bentuk pinjaman ODA yang diberikan oleh pemerintah Jepang terhadap Indonesia dapat dibagi kedalam tiga bentuk utama, yaitu: Pinjaman Yen, merupakan pinjaman dana dengan persyaratan ringan berjangka panjang dan berbunga rendah. Kedua adalah Bantuan Dana Hibah, yaitu bantuan dana yang tidak disertai dengan kewajiban untuk membayar kembali. Ketiga adalah Kerjasama Teknik, yaitu kerjasama yang diberikan untuk membantu pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Kerjasama teknik ini dilaksanakan oleh suatu badan badan pemerintah independen yang bernama Japan Intenational Cooperation Agency (JICA).

Pinjaman ODA yang diberikan Jepang kepada Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Program bantuan ODA Jepang tidak hanya ditujukan bagi Indonesia saja, melainkan negara-negara berkembang lainnya pula. Seperti yang dikutip dalam mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara penerima bantuan ODA terbesar dari Jepang. Dalam wacana bantuan dan pinjaman internasional pun, Jepang merupakan negara donor terbesar bagi Indonesia, begitupun sebaliknya bahwa Indonesia adalah negara penerima terbesar bantuan ODA Jepang. Dalam jangka waktu 1967 hingga 1999, Indonesia telah menerima 18.6% dari total program pinjaman ODA Jepang kepada negara-negara berkembang. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, Indonesia merupakan negara prioritas yang menerima dana bantuan ODA terbesar dari Jepang, dengan total 50% dari total program bantuan ODA kepada negara-negara berkembang.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang?

2. Mengapa Jepang memberikan bantuan luar negeri kepada Indonesia dalam pembangunan pelabuhan internasional Cilamaya di Indonesia?

3. Apa solusi yang mungkin dapat dilakukan agar hubungan Indonesia dengan Jepang tidak menjadi hubungan ketergantungan bagi Indonesia?

1.3. Tujuan

1.Mengetahui hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang.

2.Mengetahui motif Jepang memberikan bantuan luar negeri kepada Indonesia terkait pembangunan pelabuhan internasional Cilamaya di Indonesia.

3.Menemukan solusi yang tepat bagi hubungan kedua negara.

1.4. Manfaat

(5)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Hubungan Diplomatik Indonesia Dengan Jepang

(6)

strategi penguasaan pasar, Jepang sudah lama melebarkan sayap industrinya berupa investasi ke luar negeri. Salah salah satu negara yang dipilih adalah Indonesia. Ada beberapa pertimbangan mengapa Indonesia terpilih sebagai mitra investasi dan industri, yaitu karena upah tenaga kerja yang murah, adanya dukungan politik dari pemerintahan yang berkuasa, daya serap pasar yang besar dengan potensi ekonomi Indonesia dan negara sekitarnya, juga tersedianya energi sebagai penggerak mesin-mesin industri tersebut.

Dalam perdagangan internasional, Jepang merupakan negara mitra dagang terbesar dalam hal ekspor-impor Indonesia. Jepang mengimpor komoditas, seperti minyak bumi, gas alam cair, batubara, hasil tambang, udang, pulp, tekstil dan produk tekstil, mesin, perlengkapan listrik, dan lain-lain. Sedangkan Indonesia sendiri mengimpor mesin-mesin dan suku cadang (spare parts), produk plastik dan kimia, baja, perlengkapan listrik, suku cadang elektronik, mesin alat transportasi, dan suku cadang mobil.

Jepang yang mengandalkan perekonomian bagi kekuatan negaranya, berarti harus didukung oleh kekuatan industri yang kuat pula. Industri inilah yang harus ditunjang oleh bahan baku maupun bahan bakar industri. Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, tentu dapat menarik perhatian Jepang. Selain di sisi sumber daya alam yang menarik bagi Jepang terhadap Indonesia, posisi strategis Indonesia secara geografi juga merupakan faktor penting yang tidak diabaikan bagi Jepang. Baik itu wilayah Indonesia dalam jalur pelayaran maupun garis pantai yang potensial bagi lalu lintas perdagangan Jepang. Indonesia merupakan salah satu negara yang dianggap penting bagi Jepang, baik secara politik maupun secara ekonomi. Secara ekonomi sendiri Indonesia merupakan pemasok bagi Jepang di bidang energi dan sumber daya alam lainnya. Jumlah penduduk Indonesia yang besar, menjadikan Indonesia adalah pasar menarik bagi produk-produk canggih Jepang.

Banyak sektor kerjasama yang telah dilakukan oleh Jepang dan Indonesia. Yang paling utama adalah bentuk bantuan ekonomi yang diberikan Jepang kepada Indonesia. Jepang banyak memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang salah satunya Indonesia. Jepang membentuk suatu program yang bernama Official Development Assistance (ODA), yang bergerak di bidang bantuan pembangunan ekonomi negara berkembang hingga bantuan untuk bantuan bencana alam.

(7)

dalam serangkaian bantuan bencana alam yang di alami Indonesia seperti perbaikan struktur dan infrastruktur pasca tsunami di Aceh tahun 2004 lalu. Perdagangan, merupakan salah satu unit ekonomi yang tidak dapat dilepaskan dari kerjasama Indonesia dengan Jepang. Fokus dari perdagangan itu sendiri adalah masalah ekspor impor antara Indonesia dan Jepang. Jepang banyak mengimpor dari Indonesia, kebanyakan komoditi yang diimpor oleh Jepang dari Indonesia adalah komoditi atau barang-barang hasil sumber daya alam seperti tanaman holtikultura, hasil-hasil tambang, minyak, gas dan lainnya. Sedangkan ekspor Jepang atau impor Indonesia dari Jepang kebanyakan adalah komoditi untuk keperluan atau bidang industri seperti impor otomotif, barang elektronik, mesin-mesin dan banyak lagi.

Investasi, yang juga termasuk dalam kerjasama perekonomian Indonesia dengan Jepang. Hubungan investasi Indonesia dengan Jepang sempat naik turun karena krisis yang dialami Indonesia. Tetapi mulai berangsur baik hingga sekarang. Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai investasi terbesar di Indonesia dengan mendirikan dan mengoprasikan perusahaan-perusahaan milik Jepang di Indonesia., yang mana banyak tenaga kerja Indonesia dipekerjakan. Oleh karena itu Jepang adalah termasuk salah satu negara yang mensuplai lapangan kerja di Indonesia.

Kerjasama tidak terhenti dalam bidang ekonomi saja. Kerjasama lain yang telah berhasil dilakukan sebagai keberhasilan diplomasi adalah kerjasama dalam bidang sosial. Hal yang paling menonjol dalam kerjasama di bidang ini adalah pendidikan dan budaya. Semakin berkembangnya tingkat pendidikan yang tinggi dan juga tingkat kebutuhannya maka pendidikan merupakan salah satu cara kerjasama yang baik untuk terus mempertahankan hubungan yang baik pula dari Indonesia dan Jepang.

(8)

Program pertukaran pelajar antara Indonesia dan Jepang juga cukup diminati. Banyak sekolah-sekolah yang mengirimkan wakilnya untuk mengikuti studi singkat di Jepang dan mempelajari beraneka ragam kebudayaan dan hal lain yang berada di Jepang. Sebaliknya, tidak sedikit pula pelajar Jepang yang mengikuti studi di Indonesia yang sebagian besar tertarik terhadap beragam kebudayaan di Indonesia. Tenaga pengajar dari Jepang pun sering kita jumpai di berbagai sekolah hingga perguruan tinggi di Indonesia. Inilah salah satu kebanggan Indonesia yang memiliki keindahan budaya yang disegani dan diseanangi oleh masyarakat asing mancanegara khususnya Jepang.

Berbicara mengenai kebudayaan yang beragam maka salah satu hal lain yang ikut menjadi sorotan kerjasama antara Indonesia dan Jepang adalah dari sektor budaya. Kesepakatan diplomasi tidak selalu harus dilakukan secara formal melalui forum pertemuan. Kebudayaan menjadi salah satu jembatan untuk mencapai keberhasilan diplomasi. Melalui kebudayaan, Indonesia menjadikannya suatu cara untuk memperkenalkan budaya Indonesia dan juga untuk menjaga citra baik Indonesia dalam hubungan antar negara dan juga untuk memperoleh kepentingan nasional atau national interest dari Indonesia.

Jepang sangat menyukai budaya Indonesia, masyarakat Jepang banyak bertandang ke Indonesia dari untuk hanya sekedar menikmati keanekaragaman budaya Indonesia sampai untuk tinggal menetap di Indonesia. Indonesia telah sering memperkenalkan berbagai kesenian dan ciri khasnya ke dunia luar tidak terkecuali Jepang. Berbagai festival tari yang di adakan di Jepang turut serta membawa penari Indonesia untuk unjuk kebolehan di negeri sakura. Hal-hal seperti ini merupakan salah satu modal utama Indonesia untuk berdiplomasi, untuk mendapatkan dan mencapai kepentingan nasional tanpa menggunakan hard-power.

(9)

Setelah melihat keberhasilan di bidang sosial dan juga ekonomi, hal yang tidak kalah penting adalah dari segi politik. Apa saja kira-kira retribusi politik yang diberikan oleh Jepang kepada Indonesia dan begitu pula sebaliknya. Jepang memiliki kekuatan politik saat ini di dunia pada umumnya dan di Asia khususnya. Sebenarnya perisai ekonomi yang dimiliki Jepang merupakan salah satu senjata politiknya, termasuk kepada Indonesia. Masalah ini dipicu oleh ketergantungan Indonesia dan bantuan Jepang yang sangat mendominasi terutama dalam bantuan ekonomi. Indonesia berada dalam posisi cukup sulit. Indonesia memerlukan bantuan dari Jepang untuk perbaikan stabilitas ekonominya namun di lain sisi Jepang menjadikan Indonesia sebagai alat untuk meraup keuntungan semaksimal mungkin demi kesejahteraan negaranya.

Politik erat kaitannya dengan ekonomi. Perekonomian yang stabil di suatu negara akan berpengaruh pula pada kestabilan politiknya. Politik ekonomi yang dilakukan Jepang terhadap Indonesia berlandaskan dari budaya politik survival Jepang. Meski terlihat ironis Indonesia tidak selalu negatif dalam penerapan politiknya. Memang dalam kerjasamanya dengan Jepang, Indonesia terlihat tidak maksimal dalam penerapan politiknya, tetapi tidak seratus persen hal itu benar karena Jepang juga memuji politik luar negeri yang dilakukan Indonesia terhadap Jepang, karena sesungguhnya akan menguntungkan Indonesia juga terutama dalam sektor perdagangan.

Beberapa tahun yang lalu Indonesia dan Jepang sering mengadakan pertemuan sesama anggota parlemen dari masing-masing negara. Kedua belah pihak sama-sama melakukan studi banding untuk mempelajari situasi dan menganalisa bagaimana sebuah sistem pemerintahan berjalan di tiap-tiap negara. Perlombaan atau persaingan di dunia politik tidak pernah akan habis. Tiap-tiap negara pasti mempunyai strategi politik masing-masing untuk memenuhi kepentingan di dalam negara itu sendiri, termasuk Indonesia dan Jepang yang tetap menjaga hubungan baik berpolitik meski ada beberapa hal yang tidak sepaham atau berjalan dengan baik.

2.2. Dampak Bantuan Luar Negeri Jepang Terhadap Indonesia

(10)

ketergantungaan dari negara-negara berkembang terhadap bantuan luar negeri negara maju. Bantuan luar negeri sendiri dikatakan muncul karena adanya perbedaan struktur kekuatan yang kemudian, bantuan luar negeri inilah yang menjadi prasarana untuk mempertahankan sistem kapitalisme di negara-negara berkembang.

Bantuan luar negeri juga dapat diasosiasikan sebagai alat yang digunakan oleh negara-negara maju untuk memperluas pasarnya. Bantuan luar negeri identikkan dengan motif yang dibawah oleh negara maju, termasuk motif perdagangan, sehingga hal ini diistilahkan sebagai “trade aid”. Bantuan luar negeri yang bermotif perdagangan ini, kerap kali muncul sebagai tindakan negara maju kepada negara berkembang agar mempermudah ekspor negara maju di negaranya. “trade aid” yang demikian juga pada kesempatan investasi yang diinginkan oleh negara maju kepada negara berkembang.

Dalam sistem global, bantuan luar negeri merupakan bagian yang tidak bias dipisahkan karena adanya pola kekuatan yang terstruktur. Bantuan luar negeri serupa dengan diplomasi, propaganda, maupun aksi militer yang ditujukan oleh suatu negara terhadap negara lain. Seperti yang diungkapkan oleh Weisman bahwa bantuan luar negeri adalah komponen diplomasi dan dapat dikatakan sebagai alat pengontrol yang efektif, setidaknya untuk mempengaruhi tindakan negara lain.

Hubungan antara negara maju dengan negara berkembang dapat dijelaskan dengan melihat sisi ketergantungan yang terjadi di negara berkembang terhadap negara maju. Dalam teori imperialisme, hubungan yang terjadi antara Jepang dan Indonesia dapat dikatakan sebagai hubungan antara negara “periphery”dengan negara “core”. negara “periphery”merupakan negara yang dianggap tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol ekonominya, dan bahkan kerap kali disinggungkan terhadap aspek politiknya juga. Dari negara “periphery”tersebut, ada yang disebut dengan negara “core”, yaitu negara yang memutuskan dan mengontrol model pembangunan negara “periphery”. Hubungan antara negara “periphery”dan negara “core” dapat kita jelaskan sebagai hubungan ketergantungan. Dalam konteks ini, negara “periphery”bergantung kepada negara “core”. Sifat hubungannya adalah dominasi dan subyektif dari negara “core” terhadap negara “periphery”.

(11)

terlepas dari bantuan asing, termasuk dalam hal ini adalah Jepang. Oleh karena itu, posisi Indonesia dalam hubungan Jepang-Indonesia adalah negara “periphery”. Indonesia dikatakan demikian, karena posisi Indonesia yang bergantung terhadap bantuan pembangunan dari Jepang.

Negara “core” dapat melakukan control terhadap pembangunan ekonomi negara “periphery” karena negara “core” adalah negara maju yang memiliki kondisi ekonomi dan politik yang stabil. Sementara negara ”periphery” dapat diasosiasikan dengan negara berkembang. Asosiasi tersebut, dikarenakan negara berkembanglah yang selama ini menerima bantuan luar negeri dari negara maju atau negara “core”. Hubungan ketergantungan antara negara maju dan negara berkembang, digambarkan oleh Theotonia Dos Santos adalah suatu kondisi dimana ekonomi suatu negara diintervensi dan diekspansi oleh kehadiran negara lain. Bentuk ketergantungan yang terjadi antara negara maju dan negara berkembang, dimana negara maju melakukan ekspansi ekonomi terhadap negara berkembang, sementara negara berkembang hanya dapat berrefleksi dari ekspansi tersebut, baik itu refleksi yang bersifat positive maupun refleksi yang bersifat negative.

Dengan adanya teori ketergantungan ini, kita akan melihat bagimana ketergantungan yang dialami Indonesia terhadap Jepang. Ketergantungan Indonesia terhadap Jepang dalam konteks ini adalah kebutuhan Indonesia akan bantuan ekonomi dari Jepang. Berdasarkan situasi yang dijelaskan oleh Dos Santos, bahwa sifat ketergantungan yang ada akan memberikan refleksi negative dan refleksi positive. Sehingga dari teori ketergantungan ini, kita akan melihat refleksi positive dan negative yang terjadi pada Indonesia sebagai suatu respon terhadap pinjaman Jepang.

Pembangunan Indonesia banyak dialiri dana bantuan asing terutama bantuan dari Jepang. Pemberian bantuan pinjaman sejak tahun 1954, akan memberikan ketergantungan Indonesia terhadap bantuan Jepang, terlebih lagi Jepang adalah negara terbesar yang memberikan bantuan dan pinjaman bagi Indonesia. Secara tidak langsung bantuan dan pinjaman dari Jepang terhadap Indonesia akan memberikan dampak ketergantungan Indonesia terhadap Jepang.

Dampak negatif kerjasama ekonomi internasional terhadap perekonomian negara:

1)Ketergantungan dengan negara lain. Banyaknya pinjaman modal dari luar negeri daspat membuat Indonesia selalu tergantung pada bantuan negara lain. Hal ini akan menyebabkan Indonesia tidak dapat menggembangkan pembangunan yang lebih baik.

(12)

pemerintah Indonesia. Jika kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah mendapat campur tangan negara lain, hal ini dapat merugikan rakyat.

3)Masuknya tenaga asing ke Indonesia. Alih teknologi yang timbul dari kerja sama ekonomi antar negara memberi peluang masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia. Jika hal ini terjadi tenaga kerja Indonesia menjadi tersingkir dan dampaknya terjadi banyaknya pengangguran.

4)Mendorong masyarakat hidup konsumtif. Barang-barang impor yang masuk ke Indonesia mendorong masyarakat untuk mencoba dan memakai produk-produk impor. Hal ini akan mendorong munculnya pola hidup konsumtif.

2.3. Motif Bantuan Luar Negeri Jepang Terhadap Pembangunan Pelabuhan Internasional Cilamaya Di Indonesia

Pada bulan Mei tahun 2011 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan Presiden (PerPres) Nomor 32 tahun 2011 mengenai pelaksanaan rencana jangka panjang nasional tahun 2011 hingga 2025, yang disebut dengan istilah MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia).1

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan sebuah roadmap yang disusun sebagai upaya untuk melakukan transformasi ekonomi untuk mendorong aktivitas perekonomian sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan daya saing.2

Pelaksanaan MP3EI fokus pada delapan program utama, yaitu: pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, telematika, dan pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama tersebut untuk selanjutnya dijabarkan dalam dua puluh dua (22) KEU (Kegiatan Ekonomi Utama) yang disesuaikan dengan potensi dan nilai strategis masing-masing di koridor ekonomi yang bersangkutan. Koridor-koridor ekonomi tersebut bertemakan pembangunan sesuai dengan potensinya masing-masing, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai “Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”; Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai “Pendorong Industri dan Jasa Nasional”; Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang dan Lumbung Energi Nasional”; Koridor Ekonomi Sulawesi

1 Sekretariat Kabinet RI Deputi Bidang Perekonomian, 2011. Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. hal.1.

2

(13)

memiliki tema pembangunan sebagai ‘’Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan Pertambangan Nasional; Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan sebagai ‘’Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional’’; dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan Pertambangan Nasional”.3

Dalam dokumen MP3EI, Koridor Ekonomi Jawa atau dikenal sebagai Koridor Ekonomi dua diposisikan sebagai “Pendorong Industri dan Jasa Nasional” dengan Kegiatan Ekonomi Utama (KEU) yang dikembangkan di koridor ini adalah makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, alutsista, telematika, dan metropolitan area Jabodetabek.4

Dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran MP3EI ini, pemerintah Indonesia membuat program yang bernama Metropolitan Priority Area (MPA), yaitu sebuah program mengenai pembangunan infrastruktur area metropolitan wilayah Jabodetabek, dan juga merupakan sebagai penghubung Koridor Ekonomi Jawa dengan Koridor Ekonomi Sumatera. Dalam program MPA tersebut, pihak Indonesia telah sepakat untuk bekerjasama dengan pemerintah Jepang melalui pertemuan ketiga Steering Committee Meeting of the Metropolitan Priority Areas for Investment and Industry yang dilaksanakan di Iikura House, Tokyo pada tanggal 8-9 Oktober 2012 lalu.

Kesepakatan ini ditandai dengan komitmen pendanaan dari Jepang untuk mewujudkan lima flagship projects dari 18 fast-track projects yang terdapat dalam skema Metropolitan Priority Area (MPA). Proyek-proyek tersebut antara lain adalah pengembangan sistem Mass Rapid Transportation (MRT) di Jakarta, pembangunan pelabuhan laut internasional di Cilamaya, perluasan dan pengembangan bandara Soekarno-Hatta, pembangunan new academic research cluster, serta pembangunan fasilitas pengolahan limbah di Jakarta.5

Proyek-proyek tersebut dibangun melalui kerjasama kedua pemerintah dengan pihak swasta, atau yang sering disebut Public Private Partnership (PPP). Kerjasama Pemerintah dengan Swasta (PPP) memberikan kesempatan bagi sektor swasta berpartisipasi dalam

3 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013. Laporan Perkembangan Pelaksanaan

MP3EI. hal. ii-iii.

4 Ibid., hal. 10.

5

Indonesian Embassy in Tokyo, 2013. Indonesia dan Jepang sepakat lanjutkan program MP3EI. (

(14)

pembiayaan, desain, konstruksi serta operasional dan pemeliharaan terhadap proyek dan program sektor publik.

Hal-hal yang menyebabkan diperlukannya PPP ini adalah: kurangnya dana Pemerintah; Infrastruktur yang sudah tidak memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas; dan Keahlian yang dimiliki sektor swasta.6

Salah satu proyek MPA yaitu pembangunan pelabuhan internasional di Cilamaya diperkirakan membutuhkan biaya sekitar 3,45 miliar dollar AS dan untuk pembebasan lahan sebesar 2,36 juta dollar AS. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, Pelabuhan Cilamaya akan dibangun di Kalenkalong, Desa Sumberjaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang. Lahan yang disediakan luasnya mencapai 205 hektar. Pengerjaan pelabuhan tersebut dibagi dalam dua tahap. Tahap Pertama, pembangunan Logistic Park berupa terminal peti kemas dengan kapasitas 3,75 juta TEUs, car terminal dengan kapasitas 1.030.000 Complete Built Up (CBU), dermaga kapal, dermaga untuk bahan bakar, dan terminal untuk kapal roro. Panjang dermaga akan mencapai 2 km dengan kedalaman 17 meter di bawah permukaan laut. Pada tahap ini juga akan dibangun konstruksi pemecah gelombang, dinding penahan gelombang, pengerukan, reklamasi, pergeseran lapangan peti kemas, pembuatan dermaga, pembangunan jalan dan jembatan, peralatan bongkar muat, instalasi sarana, bantuan navigasi pelayaran, serta fasilitas pendukung lain seperti listrik dan air bersih. Total biaya pembangunan Tahap Pertama Pelabuhan Cilamaya diperkirakan mencapai 2,39 miliar dollar AS. Sedangkan Tahap Kedua terdiri dari lanjutan pembangungan terminal peti kemas Tahap Pertama, dengan total biaya pembangungan Pelabuhan Cilamaya Tahap Kedua adalah 1,06 miliar dollar AS.7

Sementara itu studi kelayakan terkait rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya ini telah selesai dikerjakan oleh JICA (Japan International Cooperation Agency), diantaranya mengenai rancangan sistem transportasi, prasarana dan sarana, jaringan drainase, listrik dan energi, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, serta pengelolaan persampahan dan limbah di Pelabuhan Cilamaya. Pembangunan Pelabuhan Cilamaya ini akan dimulai pada pertengahan tahun 2014 ini, dan karena adanya pembangunan pelabuhan ini pemerintah Indonesia menyediakan banyak lahan untuk industri-industri dari dalam dan luar negeri. Pabrik-pabrik asal Jepang akan mendominasi wilayah industri di kawasan

6 Dr.Ir. Irwan Prasetyo. Kerjasama Pemerintahan Swasta Dalam Pembangunan Perkotaan. hal.1.

7 Infrastructure Reform Sector Development Program (IRSDP) BAPPENAS. 2013. SUSTAINING

(15)

Karawang dan dengan adanya wacana pembangunan pelabuhan ini, pihak Jepang meminta lahan seluas 3.000 hektar untuk mendirikan pabrik-pabriknya, karena Jepang akan mentransfer pabriknya secara besar-besaran ke Indonesia.8

Pelabuhan Cilamaya akan dibangun dengan sistem Build Operation Transfer (B.O.T), yaitu sebuah sistem baru dalam hal investasi dimana pihak yang memberi bantuan akan membangun sekaligus mengoperasikan dalam kurun waktu tertentu dan setelah itu proyek tersebut akan menjadi aset penyedia lahan proyek.9

Dengan kata lain, nantinya Jepang akan membangun sekaligus mengoperasikan pelabuhan Cilamaya, kemudian dalam kurun waktu tertentu (sekitar 25-30 tahun), pelabuhan Cilamaya tersebut akan dikembalikan menjadi aset pemerintah Indonesia. Pembangunan pelabuhan Cilamaya akan dibiayai penuh oleh Jepang melalui skema investasi PPP. Jadi pemerintah Indonesia tidak akan mengeluarkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur tersebut.

Bantuan luar negeri terkait pembangunan pelabuhan internasional baru di Cilamaya yang diberikan oleh pemerintah Jepang kepada pemerintah Indonesia berupa bantuan pelaksanaan yang di dalamnya telah mencakup bantuan modal dan teknis. Dimana dalam operasionalnya memakai skema kerjasama pemerintah dengan pihak swasta atau yang sering disebut Public-Private Partnership (PPP). Kerjasama Pemerintah dengan Swasta (PPP) memberikan kesempatan bagi sektor swasta berpartisipasi dalam pembiayaan, desain, konstruksi serta operasional dan pemeliharaan terhadap proyek dan program sektor publik. Hal-hal yang menyebabkan diperlukannya PPP ini adalah dikarenakan kurangnya dana Pemerintah; Infrastruktur yang sudah tidak memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas; dan Keahlian yang dimiliki sektor swasta.

Dalam pengerjaaan proyeknya menggunakan sistem Build, Operate, Transfer (B.O.T) yaitu sebuah sistem baru dalam hal investasi dimana pihak yang memberi bantuan akan membangun sekaligus mengoperasikan dalam kurun waktu tertentu dan setelah itu proyek tersebut akan menjadi aset penyedia lahan proyek. Dengan kata lain, nantinya Jepang akan membangun sekaligus mengoperasikan pelabuhan Cilamaya, kemudian dalam kurun waktu tertentu (sekitar 25-30 tahun), pelabuhan Cilamaya tersebut akan dikembalikan menjadi aset pemerintah Indonesia. Pembangunan pelabuhan Cilamaya akan dibiayai penuh oleh

8 Erlangga Djumena, 2012. Karawang Jadi Basis Industri Jepang.

(http://news.kompas.com/Karawang-Jadi-Basis-Industri-Jepang-kompas.com.htm) diakses pada tanggal 1 Maret 2014.

9 Sebastian C.M Menheere and Spiro N. Pollalis. 1996. Case Studies On Build Operate Transfer.

(16)

Jepang melalui skema investasi PPP. Jadi pemerintah Indonesia tidak akan mengeluarkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur tersebut.

Sementara itu studi kelayakan terkait rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya ini telah selesai dikerjakan oleh JICA (Japan International Cooperation Agency), diantaranya mengenai rancangan sistem transportasi, prasarana dan sarana, jaringan drainase, listrik dan energi, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, serta pengelolaan persampahan dan limbah di Pelabuhan Cilamaya.

Pihak Jepang sangat antusias dalam proyek ini karena hal itu menguntungkan bagi Jepang terkait dengan aktivitas ekspor-impor perdagangannya di Indonesia dan kelancaran supply bahan-bahan industri pabriknya di wilayah Karawang tersebut. Selain pembangunan pelabuhan Cilamaya, pihak Jepang juga akan membiayai pembuatan jalan tol jalur pelabuhan Tanjung Priok ke pelabuhan Cilamaya yang juga akan mempermudah akses ke kawasan pabrik-pabrik Jepang. Dalam memberikan bantuan uang dan bantuan teknis tersebut, pihak Jepang meminta lahan untuk pabrik-pabriknya yang akan dipindahkan secara besar-besaran ke wilayah Karawang. Dengan memberikan bantuan luar negeri melalui sistem Build, Operate, and Transfer (B.O.T) kepada Indonesia, Jepang berusaha untuk menguasai pelabuhan internasional Cilamaya yang berada di kawasan Indonesia tersebut sebagai sarana ekspor dan impor produksinya.

2.4. Solusi Hubungan Ketergantungan Indonesia Terhadap Jepang

Solusi dari hubungan yang terjalin antara Indonesia dengan Jepang ini adalah dengan mengurangi ketergantungan dari pihak Indonesia. Dimana Indonesia telah banyak mendapatkan bantuan berupa pinjaman dari pemerintah Jepang yang mana menjadikan utang luar negeri Indonesia semakin menumpuk. Dengan begitu solusi yang tepat adalah dengan mengatasi utang luar negeri Indonesia, dengan cara yaitu:

1) Debt swap. Solusi yang paling sederhana mengatasi utang luar negeri adalah dengan mengoptimalkan restrukturisasi utang, khususnya melalui skema debt swap, di mana sebagian utang luar negeri tersebut dikonversi dalam bentuk progran yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya. Program debt swap seperti ini sudah dijalankan dengan pemerintah Jerman, sebesar DM50 juta (Rp250 miliar) dari total utang sebesar DM178 juta, yang dikonversi dalam bentuk proyek pendidikan.

(17)

salah dalam pengelolaannya. Kita tidak bisa secara terus-menerus menjadi "good boy" dengan melayani seluruh cicilan tersebut karena sumber ekonomi dalam negeri akan terus terkuras dan mengganggu kestabilan ekonomi serta politik. Suatu pendekatan diplomasi ekonomi politik harus terus menerus dijadikan program aksi untuk menghadapi lembaga dan negara donor. Diplomasi ekonomi juga penting dilembagakan dengan sasaran untuk memperoleh keringanan dan penghapusan sebagian hutang sehingga proses pengurasan sumberdaya dapat dihambat.

3) Dalam hal utang luar negeri, harus ada keberanian untuk menggugat dan tidak membayar sesuai jadwal karena pada kenyataanya Indonesia tidak dapat membayar kembali utang dan bunga yang jatuh tempo. Hutang tersebut hanya bisa dibayar dengan cara melikuidasi kekayaan negara.

4) Cara yang datang dari potensi internal pemerintah sendiri yaitu dengan menjaga kinerja makro-ekonomi dalam posisi yang stabil dan menstop hutang baru. Untuk tawaran terakhir ini, paling tidak terdapat tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi agar kita dapat keluar dari debt trap.

Asumsi dasar pertama adalah laju pertumbuhan ekonomi harus dijaga pada level antara minimum 3% setahun dan maksimum 7% setahun. Angka terakhir pernah tercapai di masa Orde Baru, tetapi didasari oleh penjagaan keamanan yang keras dan otoriter dan arus modal masuk yang puluhan milyar setahun.

Asumsi dasar kedua adalah menjaga tingkat inflasi tetap rendah-rendah (di bawah 10% setahun, idealnya 6%), medium (sekitar 10% setahun) dan tinggi (di atas 10% setahun)- Semakin rendah inflasi semakin baik oleh karena pengeluaran untuk membayar bunga utang rekap perbankan dalam negeri akan turun banyak, dan inflasi rendah akan merangsang pertumbuhan ekonomi dan masuknya modal dari luar.

Asumsi ketiga adalah dalam beberapa tahun kedepan diharapkan tidak ada lagi penambahan stock hutang yang ada. Ini berarti bahwa di dalam negeri tidak akan ada krisis perbankan lagi yang mengharuskan pemerintah mengeluarkan obligasi baru untuk menyelamatkan sistim perbankan. Asumsi ini juga berarti tidak ada tambahan utang luar negeri. Maka, kalau laju pertumbuhan ekonomi mulai tahun ini bisa mencapai 7% setahun dan inflasi hanya 6% setahun, dan pemerintah tidak perlu menambah stock utang lagi, maka (pasti) beban angsuran utang turun dan sebagai akibatnya kita tidak perlu lagi membebani generasi mendatang dengan cicilan hutang.

(18)

mengakhiri semua hasrat berhutangnya, dan menolak secara tegas pengaruh dan tekanan dari pihak negara mana pun yang berkepentingan menjerat negara ini dengan utang yang sebesar mungkin.

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah berjalan cukup lama, dan kerjasama antar kedua negara juga telah berkembang diberbagai bidang, tidak hanya di bidang keamanan, ekonomi, dan politik, tetapi juga merambah ke bidang sosial dan budaya. Indonesia juga sering kali menjadi penerima bantuan luar negeri yang diberikan pemerintah Jepang melalui ODA (Official Development Assistance). Namun sayangnya bantuan yang diberikan pihak Jepang terhadap Indonesia menjadikan pemerintah Indonesia sangat tergantung terhadap pemerintah Jepang. Selain itu pula, bantuan tersebut sering kali dijadikan sebagai cara untuk mengintervensi kebijakan ekonomi Indonesia. Selain bantuan dana dan teknis yang telah diberikan oleh pihak Jepang. Indonesia juga memiliki utang luar negeri yang semakin menumpuk yang disebabkan oleh pinjaman yang diberikan pihak Jepang terhadap pembangunan di Indonesia. Hubungan diantara kedua negara terlihat sebagai hubungan ketergantungan satu pihak, dimana Indonesia sebagai negara yang sangat tergantung terhadap bantuan Jepang. Tentu hal tersebut sangat merugikan Indonesia. Jika hubungan tersebut terus dilanjutkan maka bisa jadi pembangunan Indonesia akan semakin terpuruk. Untuk mencegah hal tersebut terjadi solusi yang mungkin bisa diambil adalah dengan mengatasi masalah utang luar negeri Indonesia. untuk mengantisipasi jeratan utang yang sangat membebani bangsa dan negara ini, maka pemerintah harus mempunyai kemauan politik dan itikad baik untuk mengakhiri semua hasrat berhutangnya, dan menolak secara tegas pengaruh dan tekanan dari pihak negara mana pun yang berkepentingan menjerat negara ini dengan utang yang sebesar mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

(19)

Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.

Rachmawati, Iva. 2012. Memahami Perkembangan Studi; Hubungan Internasional. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Sitepu, P. Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Griffiths, Martin. 2001. Lima Puluh Pemikir Studi Hubungan Internasional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mingst, Karen A. and Jack L. Snyder. Essential Readings in World Politics 2nd Edition.

New York: W. W. Norton & Company, Inc.

K. J. Holsti. 1988. Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisis. Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Chilcote, Ronald H. 1981. Theories of Comparative Politics: The Search for a Freedom. Colorado: Westview Press Bolder.

Menheere, Sebastian C.M and Spiro N. Pollalis. 1996. Case Studies On Build Operate Transfer. The Netherlands: Delft University of Technology, Faculty of Architecture,

Project Management and Real Estate Development.

Jurnal

Sekretariat Kabinet RI Deputi Bidang Perekonomian, 2011. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.

Infrastructure Reform Sector Development Program (IRSDP) BAPPENAS, 2011.

SUSTAINING PARTNERSHIP: Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan

Swasta. Edisi Khusus Konektivitas Nasional 2011.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013. Laporan Perkembangan Pelaksanaan MP3EI.

Dr.Ir. Irwan Prasetyo. Kerjasama Pemerintahan Swasta Dalam Pembangunan Perkotaan. Infrastructure Reform Sector Development Program (IRSDP) BAPPENAS. 2013.

SUSTAINING PARTNERSHIP: Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan

(20)

Infrastructure Reform Sector Development Program (IRSDP) BAPPENAS. 2011.

SUSTAINING PARTNERSHIP: Media Informasi Kerjasama Pemerintah dan

Swasta. Edisi Khusus Pelabuhan - 2011.

2012. JABODETABEK Metropolitan Priority Area (MPA). 3rd Steering Committee.

Ministry Of Transportation Directorat General Of Sea Transportation. Cilamaya New Port Development Project.

Coordinating Ministry For Economic Affairs (CMEA) The Republic of Indonesia. 2012. “JABODETABEK MPA STRATEGIC PLAN” FINAL REPORT.

REPUBLIC OF INDONESIA MINISTRY OF NATIONAL DEVELOPMENT PLANNING/NATIONAL DEVELOPMENT PLANNING AGENCY. 2012. Public Private Partnerships: Infrastructure Projects Plan in Indonesia.

Internet

www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/658.pdf (diakses pada tanggal 22 Maret 2014)

Indonesian Embassy in Tokyo, 2013. Indonesia dan Jepang sepakat lanjutkan program

MP3EI.( http://kbritokyo.jp/Indonesia-dan-Jepang-sepakat-lanjutkan-program-MP3EI-Indonesian-Embassy-in-Tokyo.htm)

(diakses pada tanggal 3 Maret 2014)

Erlangga Djumena, 2012. Karawang Jadi Basis Industri Jepang.

(http://news.kompas.com/Karawang-Jadi-Basis-Industri-Jepang-kompas.com.htm) (diakses pada tanggal 1 Maret 2014)

http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/17180/Perpres0322011_2.htm (diakses pada tanggal 26 Maret 2014)

http://www.jica.go.jp/english/news/press/2012/121009.html (diakses pada tanggal 27 Maret 2014)

http://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/indonesia/jpr_mpa01.html (diakses pada tanggal 28 Maret 2014)

http://assets.newamerica.net/blogposts/2010/rethinking_foreign_aid_and_global_asset_buil ding_s_there_a_role_for_realism-38531

(diakses pada tanggal 28 Maret 2014)

http://www.mofa.go.jp/region/page22e_000050.html (diakses pada tanggal 28 Maret 2014)

http://www.kp3ei.go.id/en/main_ind/content2/69/58 (diakses pada tanggal 1 April 2014)

(21)

(diakses pada tanggal 3 April 2014) http://publik.bumn.go.id/pelindo1/berita/8258

Referensi

Dokumen terkait

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai data Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Penerimaan Pinjaman Daerah, dan

MMA dalam penyiapan informasi keuangan dan juga informasi yang diperoleh dari pengumpulan dan pengolahan data transaksi pada Sistem Akuntansi Berbasis Komputer

Alur kerja pada proses ini ketika actor sudah melakukan login, actor memilih submenu data pegawai yang ada di menu master data, lalu sistem akan menampilkan form data

[r]

Berdasarkan simpulan, disarankan (1) guru Bahasa Indonesia diharapkan lebih memerhatikan penulisan huruf kapital, tanda koma, tanda titik, dan penulisan kalimat dalam karangan

Temuan penelitian memunjukkan bahwa sumber pendapatan non halal bank umum syariah yaitu: denda dan pendapatan bunga atau jasa giro yang diterima dari penempatan pada bank

Kandungan protein pada larutan NaOH hasil perendaman kulit ikan patin pada berbagai konsentrasi dan interaksi dengan variasi waktu perendaman yang diperoleh dari uji biuret

qawâ'id (linguistik terotits) yang mengkaji tentang isi atau makna dari kalimat. Terlepas dari kesamaan balâghah dan semantik, ada satu hal yang tidak dibahas