PEDOMAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA
PENDAHULUAN
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan program yang strategis dalam rangka mencapai dan memantapkan kapasitas kepeloporan dan keunggulan Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa Pendidikan Indonesia (KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA). SDM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA, baik sebagai aset ataupun investasi organisasi sangat menentukan perwujudan visi, misi, tujuan dan rencana strategis Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa. Sebagai unsur vital organisasi, SDM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA memberikan kontribusi terhadap 1) produktivitas organisasi melalui komitmen atas pelaksanaan tugasnya; 2) pelayanan, kebiasaan dan budaya kerja yang bermutu; dan 3) adaptabilitas dan kemampuan menyelesaikan masalah dalam merespons tantangan-tantangan dan tuntutan pekerjaan sesuai dengan semangat profesionalisme dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mewujudkan kondisi-kondisi pelayanan, kebiasaan dan budaya kerja, pengembangan SDM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA dilakukan secara optimal, berdayaguna, bermartabat, profesional, berkesinambungan, transparan, demokratis, berkeadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB I PENGERTIAN
Pasal 1
(1) SDM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA adalah seluruh pegawai Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa, baik tetap maupun tidak tetap yang terdiri atas dosen, pegawai administrasi, pustakawan, laboran, teknisi, arsiparis, pranata komputer, dan tenaga penunjang lainnya.
BAB II
ASAS PENGEMBANGAN SDM Pasal 2
Pengembangan SDM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA dilakukan berdasarkan asas silih asah, silih asih, silih asuh.
BAB III
PRINSIP PENGEMBANGAN SDM Pasal 3
(1) Pengembangan SDM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip relevansi, profesionalisme, bermartabat, berdayaguna, berkesinambungan, transparan, demokratis, berkeadilan dan dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Pengembangan SDM dilakukan sejalan dengan upaya perwujudan visi, misi, tujuan Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa dan rencana strategis Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa.
(3) Pengembangan SDM dilakukan untuk semua pegawai secara sinergis dan terintegrasi dengan keseluruhan fungsi-fungsi Manajemen SDM Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa.
(4) Pengembangan SDM berorientasi kepada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dan kinerja pegawai yang produktif.
(5) Pengembangan SDM mengutamakan motivasi dan usaha pengembangan diri, dan mengutamakan sistem merit,serta pendekatan hukuman dan ganjaran.
BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 4
Pengembangan SDM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA dimaksudkan untuk memberikan jaminan terbinanya:
a. kualifikasi, kompetensi, dan kinerja SDM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA memenuhi tuntutan tugas yang diemban, jabatan yang diduduki dan kebijakan institusi yang ditetapkan.
c. layanan dan budaya kerja SDM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA yang bermutu, profesional, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 5
Pengembangan SDM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA bertujuan untuk: a. membina loyalitas, integritas, dan sikap positif para pegawai terhadap tugasnya; b. mengembangkan kecakapan profesional dalam melaksanakan tugas;
c. meningkatkan kemampuan komunikasi, adaptabilitas, dan pemecahan masalah dalam melaksanakan tugas;
d. meningkatkan pemahaman terhadap pengembangan karir dan jabatan; e. menumbuhkembangkan iklim dan suasana kerja yang kondusif; f. meningkatkan pemahaman atas pentingnya pengembangan unit kerja.
BAB V
PROGRAM PENGEMBANGAN SDM Pasal 6
Program Pengembangan SDM didasarkan atas hasil analisis kebutuhan dan karir pegawai pada tingkat individual, unit kerja, dan Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa serta tuntutan-tuntutan lingkungan eksternal lainnya.
Pasal 7
Materi program pengembangan SDM mencakup aspek-aspek filosofis, ideologis dan nilai-nilai kerja, teori, konsep dan prinsip-prinsip keilmuan, dan manfaat penerapan teori/konsep dalam bekerja.
Pasal 8
(1) Program pengembangan dosen dilakukan dengan memperhatikan kesinambungan bidang keahlian/keilmuan yang sejenis dan/atau serumpun.
Pasal 9
Kegiatan Pengembangan SDM dalam bentuk pendidikan dan latihan (Diklat) dapat diikuti oleh dosen, pegawai administrasi, pustakawan, laboran, teknisi, arsiparis, pranata komputer, dan tenaga penunjang lainnya, baik program gelar maupun non-gelar, di dalammaupun di luar negeri.
Pasal 10
Pengembangan SDM dapat ditempuh melalui studi lanjut, pencangkokan, dan program pesanan sesuai dengan bidang ilmu dan keahliannya.
Pasal 11
Pengembangan Asisten Ahli dilakukan melalui sistem pendampingan dengan mengutamakan perluasan wawasan dan pendalaman bidang keahlian atau ilmu yang ditekuninya.
Pasal 12
Pengembangan SDM pegawai administrasi, pustakawan, laboran, teknisi, arsiparis, pranata komputer, dan tenaga penunjang lainnya dilakukan melalui program studi lanjut, pelatihan, magang, dan studi banding sesuai dengan kepentingan peningkatan kompetensi, pelayanan, dan kinerja yang mendukung produktivitas organisasi.
Pasal 13
Pengembangan SDM dilakukan berkaitan dengan kepentingan penilaian kinerja setiap pegawai yang berdampak pada promosi, mutasi, rotasi, demosi untuk penetapan remunerasi.
Pasal 14
Pembinaan aparatur (BINAP) sebagai bagian dari Pengembangan SDM diperlukan untuk menangani masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan pelanggaran aturan-aturan kepegawaian, kode etik, dan disiplin.
BAB VI
PROSEDUR PENGEMBANGAN SDM Pasal 15
Penyusunan Program Pengembangan SDM dilakukan di bawah tanggung jawab salah seorang Pembantu Rektor dan dilaksanakan oleh unit kerja terkait.
Pasal 16
Pasal 17
Unit kerja yang bertugas dalam pengembangan SDM melakukan koordinasi dan bekerja sama dengan unit-unit utama di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa dalam analisis kebutuhan, perancangan, implementasi, dan evaluasi program pengembangan SDM Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa.
Pasal 18
Unit kerja yang bertugas dalam pengembangan SDM dapat menjalin kemitraan dengan lembaga lain di luar Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa untuk melakukan analisis kebutuhan, perancangan, implementasi, dan evaluasi program pengembangan SDM.
BAB VII
EVALUASI PENGEMBANGAN SDM Pasal 19
Evaluasi pengembangan SDM dilakukan melalui monitoring dan pengukuran atas efektivitas peningkatan komitmen, disiplin, mutu layanan dan kinerja di tingkat individual, kelompok, unit kerja, dan Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa.
Pasal 20
Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan proses penyelenggaran program Pengembangan SDM dengan memperhatikan tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan, prinsip-prinsip, ketepatan mekanisme operasional, kualitas kemajuan monitoring, kejelasan umpan balik, dan dampak yang dicapai.
Pasal 21
Evaluasi Pengembangan SDM dilakukan untuk mendorong semua pegawai Kantor Kementerian Agama Kab. Sumbawa agar dapat menunjukkan kinerja secara bertanggung jawab.
BAB VIII PEMBIAYAAN
Pasal 22
BAB IX PENUTUP
Pasal 23
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PNS KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA
BERBASIS KOMPETENSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI
ABSTRAK
Peranan manusia dalam organisasi sangat penting. Seiring tuntutan teknologi dan persaingan dunia usaha, maka kompetensi sumber daya manusia dalam organisasi harus dapat dioptimalkan melalui pelatihan dan pengembangan karyawan yang berbasis kompetensi. Hal ini memberikan dampak yang positif ketika SDM yang kompeten mampu membawa keberhasilan pribadinya pada peningkatan kinerja organisasi. Pengembangan manusia dalam organisasi memberikan kualitas dan kemampuan kerja yang akan berdampak pada peningkatan kinerja organisasi.
PENDAHULUAN
Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan aset yang berharga
bagi organisasi itu sendiri. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan dari kualitas orang-orang yang
berada di dalamnya. SDM akan bekerja secara optimal jika organisasi dapat mendukung kemajuan
karir mereka dengan melihat apa sebenarnya kompetensi mereka. Biasanya, pengembangan SDM
berbasis kompetensi akan mempertinggi produktivitas karyawan sehingga kualitas kerja pun lebih
tinggi pula dan berujung pada puasnya pelanggan dan organisasi akan diuntungkan.
Pengembangan SDM berbasis kompetensi dilakukan agar dapat memberikan hasil sesuai
dengan tujuan dan sasaran organisasi dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Kompetensi yang
dimiliki seorang karyawan secara individual harus dapat mendukung pelaksanaan visi misi organisasi
melalui kinerja strategis organisasi tersebut. Oleh karena itu kinerja individu dalam organisasi
merupakan jalan dalam meningkatkan poduktivitas organisasi itu sendiri.
PENGERTIAN SDM
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki
kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Sumber daya manusia merupakan
aset dalam segala aspek pengelolaan terutama yang menyangkut eksistensi organiasi.
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM merupakan potensi yang terkandung
dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif
yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju
tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam
pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang
membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus
mengambil penjurusan industri dan organisasi.
Mengenai perkembangan Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi, Greer menyatakan
bahwa :
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka,
melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian
muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini
SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat
dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan
sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi
atau organisasi lebih mengemuka.
Berdasarkan hal di atas, maka SDM memegang nilai yang sangat penting dalam manajemen
keorganisasian. Meskipun teknologi banyak dilibatkan dalam roda organisasi, namun tetap saja
organisasi memerlukan SDM sebagai daya penggerak dari sumber daya lainnya yang dimiliki oleh organisasi dalam bentuk apapun.
KOMPETENSI
Kompeten adalah keterampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh
kemampuannya untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam
suatu fungsi pekerjaan spesifik. Kompeten harus dibedakan dengan kompetensi, walaupun dalam
dari manajer yang efektif didasarkan pada sejumlah sifat-sifat kepribadian dan keterampilan manajer
yang ideal. Ini adalah suatu pendekatan model input, yang fokus pada keterampilan yang dibutuhkan
untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Keterampilan-keterampilan ini adalah kompetensi dan
mencerminkan kemampuan potensial untuk melakukan sesuatu. Dengan munculnya manajemen
ilmiah, perhatian orang-orang berbalik lebih pada perilaku para manajer efektif dan pada hasil
manajemen yang sukses. Pendekatan ini adalah suatu model output, dengan mana efektivitas manajer
ditentukan, yang menunjukkan bahwa seseorang telah mempelajari bagaimana melakukan sesuatu
dengan baik.
Terdapat perbedaan konsep tentang kompetensi menurut konsep Inggris dan konsep Amerika
Serikat. Menurut konsep Inggris, kompetensi dipakai di tempat kerja dalam berbagai cara. Pelatihan
sering berbasiskan kompetensi. Sistem National Council Vocational Qualification (NCVQ) didasarkan pada standar kompetensi. Kompetensi juga digunakan dalam manajemen imbalan, sebagai contoh,
dalam pembayaran berdasarkan kompetensi. Penilaian kompetensi adalah suatu proses yang perlu
untuk menyokong inisiatif-inisiatif ini dengan menentukan kompetensi-komptensi apa yang karyawan
harus perlihatkan.
Pendapat yang hampir sama dengan konsep Inggris dikemukakan oleh Kravetz (2004), bahwa
kompetensi adalah sesuatu yang seseorang tunjukkan dalam kerja setiap hari. Fokusnya adalah pada
perilaku di tempat kerja, bukan sifat-sifat kepribadian atau keterampilan dasar yang ada di luar tempat
kerja ataupun di dalam tempat kerja.
Kompetensi mencakup melakukan sesuatu, tidak hanya pengetahuan yang pasif. Seorang
karyawan mungkin pandai, tetapi jika mereka tidak menterjemahkan kepandaiannya ke dalam perilaku
di tempat kerja yang efektif, kepandaian tidak berguna. Jadi kompetensi tidak hanya mengetahui apa
yang harus dilakukan.
Secara general, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara
ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Dalam sejumlah literatur, kompetensi
sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft competency atau jenis kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun
interaksi dengan orang lain. Contoh soft competency adalah: leadership, communication, interpersonal
relation, dll. Tipe kompetensi yang kedua sering disebut hard competency atau jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi
ini berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh hard competency adalah : electrical engineering, marketing research, financial analysis, manpower planning, dll.
PROGRAM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN PEGAWAI
Pelatihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai. Pelatihan dan
pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan. Tetapi apabila dilihat dari sasarannya, pelatihan lebih ditekankan pada
peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini, dan pengembangan
lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan
datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah
perilaku kerja.
Terdapat beberapa keuntungan dengan dilakukannya pelatihan dan pengembangan bagi
pegawai yang pada akhirnya akan membawa keuntungan bagi organisasi diantaranya :
1. Mendorong pencapaian pengembangan diri pegawai
2. Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk berkembang dan memiliki pandangan tentang
masa depan kariernya.
3. Membantu pegawai dalam menangani konflik dan ketegangan.
4. Meningkatkan kepuasan kerja dan prestasi kerja
5. Menjadi jalan untuk perbaikan keterampilan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi.
7. Menggerakkan pegawai untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
Berdasarkan hal-hal di atas maka pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia
memberikan dampak yang baik terhadap kinerja pegawai tersebut sebagai individu. Hal ini jelas akan
membawa peningkatan terhadap kinerja organisasi apabila pelatihan dan pengembangan pegawai
dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Pengembangan SDM dirasakan sangat penting
karena tuntutan pekerjaan yang sangat kompleks akibat kemajuan teknologi dan kompetisi diantara
berbagai organisasi, sangat membutuhkan pengembangan pegawai yang baik.
Beberapa tujuan dari pengembangan pegawai diantaranya :
1. Meningkatkan produktivitas kerja
2. Meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin
3. Mengurangi tingkat kecelakaan pegawai
4. Meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari karyawan untuk konsumen perusahaan dan atau
organisasi
5. Menjaga moral pegawai yang baik
6. Meningkatkan karier pegawai
7. Meningkatkan kecakapan manajerial pegawai
PENGEMBANGAN SDM BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI
Dalam mengungkap kinerja organisasi Nickson (2007:169) mengutip pendapat Armstrong
mengenai yaitu :
“Performance management is about getting better results from the organization, teams and individuals by understanding and managing performance within an agreed framework of planned goals, standards and competing requirements. It is a process for establishing shared understanding about what is to be achieved, and an approach to managing and developing people in a way which increases the probability that it will be achieved in the short and long term. It is owned and driven by management. “
Berdasarkan pendapatnya di atas dapat dikatakan bahwa kinerja organisasi diperoleh dari
rangka mencapai tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Peran pimpinan dalam hal ini
sangat dominan. Sejauh mana pimpinan menghendaki SDM organisasinya berkembang maka
pimpinan tersebut memiliki kewenangan dalam mewujudkan pengembangan SDM melalui berbagai
kegiatan pengembangan dan pelatihan sesuai dengan masing-masing kompetensi yang dimiliki
pegawainya.
Berbagai upaya pengembangan SDM hendaknya didukung oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Terdapat seleksi SDM yang baik untuk benar-benar menciptakan pegawai yang berkualitas
2. Merancang keselarasan antara kebutuhan organisasi dan kemampuan pegawai
3. Menyediakan sarana, prasarana dan teknologi yang sesuai untuk pengembangan pegawai
4. Komitmen yang tinggi dari setiap elemen organisasi untuk melakukan pengembangan pegawai
secara berkesinambungan.
Apabila daya dukung organisasi sudah dapat berjalan secara simultan maka pengembangan
sumberdaya manusia berbasis kompetensi akan dapat memberikan dampak baik bagi peningkatan
kinerja organisasi. Hal ini terjadi karena sumberdaya manusia yang berkembang secara kompeten
merupakan suatu kondisi dimana seluruh elemen internal organisasi siap untuk bekerja dengan
mengandalkan kualitas diri dan kemampuan yang baik.
Pada level tertentu dimana kondisi di atas sudah mampu tercipta dalam suatu organisasi maka
kinerja individu organisasi menjadi cerminan bagi kinerja organisasi. Terdapat banyak tantangan dalam
menciptakan situasi kondusif bagi organisasi untuk meningkatkan kinerjanya dan pengembangan SDM
merupakan salah satu hal yang patut kian dilakukan. Organisasi yang menghendaki kinerja yang
optimal dibutuhkan pula konsistensi dari manajemen mengenai pengelolaan pegawai yang baik dan
STRATEGI PENGELOLAAN BISNIS: MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BERSAING MELALUI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA
PENDAHULUAN
Perhatian terhadap sumber daya manusia (SDM) semakin meningkat. Hal ini disebabkan
adanya peningkatan persaingan di lingkungan bisnis. Organisasi bisnis melihat bahwa fungsi SDM
merupakan kontributor utama terhadap pencapaian visi dan misi suatu organisasi, serta sebagai
sumber keunggulan bersaing.
Organisasi bisnis hidup di dalam lingkungan yang kompetitif, untuk itu organisasi bisnis
senantiasa melakukan upaya-upaya yang dapat memperkokoh keberadaannya dengan menciptakan
keunggulan bersaing di dalam lingkungannya. Upaya ini dapat dimungkinkan jika organisasi bisnis
memiliki SDM yang kompeten. Peran SDM dalam organisasi bisnis mempunyai arti yang sama
pentingnya dengan kegiatan usaha itu sendiri (Lertputtarak, 2012).
Strategi perusahaan akan menentukan keberhasilan suatu organisasi bisnis. Strategi
menunjukkan arahan umum yang hendak dicapai suatu organisasi untuk mencapai tujuannya
(Anoraga, 2007; Retnaningsih, 2007). Pengelolaan SDM berbasis kompetensi merupakan salah satu
penerapan strategi pengelolaan bisnis. Kualitas kompetitif suatu organisasi bisnis sangat ditentukan
oleh kualitas SDM yang dimiliki. Oleh karenanya, SDM yang kompeten sangat diperlukan suatu
organisasi bisnis, yaitu SDM yang memiliki kompetensi tertentu (meliputi: aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan perilaku) yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan.
Apakah yang dimaksud dengan kompetensi? Mendefinisikan kompetensi bukanlah hal yang
mudah, oleh karena itu diperlukan komunikasi antar karyawan dan antara karyawan dengan pihak
manajemen agar kompetensi yang diinginkan atau dibutuhkan dapat dikenali dan dinilai dalam
berbagai situasi organisasi yang berbeda sebab ada perbedaan antara kompetensi individu dengan
core competence organisasi. Manajer SDM harus terlibat langsung dalam proses transformasi kompetensi individu menjadi core competence organisasi. Transformasi tersebut bukan hanya sekedar
sama dalam sebuah jejaring kerja (Moeheriono, 2010). Gambar 1 berikut menyajikan bagan definisi
kompetensi.
Gambar 1. Bagan Definisi Kompetensi
Beberapa ahli mendefinisi kompetensi sebagai suatu kecakapan yang memadai untuk
melakukan pekerjaan atau suatu karakteristik yang mendasari individu yang berkaitan dengan
efektivitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Kompetensi mempunyai arti yang sama dengan kata
kemampuan, kecakapan, atau keahlian (Davidson, 2001; Hofrichter dan McGoven, 2001; Suparno,
2001; Del Castillo, 2005; Winandi dan Budiono, 2009; Kamidin, 2010; Setyowati, 2010). Melalui
kompetensi SDM yang tinggi diharapkan organisasi bisnis dapat menciptakan keunggulan bersaing
untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.
Namun, permasalahan yang seringkali dihadapi organisasi bisnis ialah kurang tersedianya SDM
yang memiliki kompetensi yang cukup untuk menjalankan strategi bisnis hingga mampu menciptakan
keunggulan bersaing. Disinilah peran dan tanggungjawab manajemen SDM untuk mampu mengatasi
seharusnya dimiliki dan dikembangkan oleh organisasi terhadap anggotanya dengan disesuaikan pada
visi dan misi organisasi tersebut.
Tujuan paper ini ialah menjelaskan strategi pengelolaan bisnis dalam rangka menciptakan
keunggulan bersaing melalui kompetensi SDM. Semakin meningkatnya SDM berbasis kompetensi,
diharapkan akan semakin meningkat pula kinerja organisasi (performance organization). Noe (2008),
Long dan Ismail (2008), Madu (2009), dan Kamidin (2010) mengemukakan bahwa SDM berperan
penting dalam rangka meningkatkan daya saing dan kinerja bisnis secara keseluruhan. Sebab, SDM
merupakan sentral dalam upaya mewujudkan eksistensinya berupa tercapainya tujuan organisasi.
Pembahasan dalam paper ini meliputi penjelasan tentang bagaimana memahami fungsi SDM
untuk bisnis yang kompetitif, pengelolaan SDM berbasis kompetensi, serta bagaimana menciptakan
keunggulan bersaing melalui kompetensi SDM.
MATERI DAN DISKUSI
Memahami Fungsi SDM untuk Bisnis yang Kompetitif
Kompetensi SDM terkait dengan strategi pengelolaan bisnis suatu organisasi. Organisasi bisnis
semakin menyadari bahwa SDM sebagai faktor penting dalam rangka meningkatkan daya saing dan
kinerja bisnis secara keseluruhan. Oleh karenanya, manajemen SDM harus peduli dengan proses
pengelolaan SDM dalam melaksanakan strategi bisnis organisasi. Pengelolaan SDM merupakan
keseluruhan dari sistem proses, metode, prosedur, dan program organisasi bisnis untuk
mengembangkan SDM sehingga mampu berkontribusi terhadap kinerja organisasi (Bhatnagar dan
Sharma, 2005; Noe, 2008).
Kesuksesan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif membutuhkan SDM yang berkompeten
dalam rangka mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Hogan et al. (2002) dan Kaplan dan Norton
(2006) menyebutkan bahwa pada era knowledge-based global economy, hampir dari 80% nilai dalam
sebuah perusahaan berasal dari intangible assets seperti human capital. Bahwa, setiap organisasi yang ingin tetap mampu berkiprah di dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, harus juga
memiliki SDM yang tangguh dan hebat (Anoraga, 2007). SDM yang kompeten sangat diperlukan
dalam lingkungan bisnis yang kompetitif. Individu yang mempunyai kompetensi kerja yang baik tentu
akan mudah untuk melaksanakan tanggung jawab pekerjaannya serta mampu menyesuaikan diri
kompetensi SDM sebagai aset organisasi untuk mendorong eksistensi organisasi dalam lingkungan
bisnis yang kompetitif.
Pengelolaan SDM Berbasis Kompetensi
Pengelolaan SDM berbasis kompetensi merupakan kombinasi dari keterampilan, pengetahuan,
sikap, dan perilaku (skill, knowledge, attitude, and behavior) yang dimiliki individu untuk dapat
melaksanakan tugas dan peran pada posisi yang diduduki secara produktif dan profesional. Esensi
pengelolaan SDM berbasis kompetensi memandang individu dari aspek kualitas (personal qualities)
(Long dan Ismail, 2008; Lertputtarak, 2012).
Pengelolaan SDM berbasis kompetensi bertujuan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan
tujuan dan sasaran organisasi, serta standar kinerja yang telah ditetapkan. Kompetensi menyangkut
kewenangan setiap individu untuk melakukan pekerjaan atau mengambil keputusan sesuai dengan
peran dan tanggungjawabnya dalam organisasi yang relevan dengan keahlian, pengetahuan, dan
kemampuan yang dimiliki. Kompetensi yang dimiliki individu harus mampu mendukung pelaksanaan
strategi organisasi serta mampu mendukung setiap perubahan ataupun kebijakan yang dilakukan
manajemen (Setyowati, 2010).
Manajemen SDM harus mampu membangun SDM yang berkualitas. Kualitas SDM tercermin
dari pengelolaan SDM berbasis kompetensi. Donald (dalam Kamidin, 2010) memperkenalkan teori
tentang kompetensi berdasarkan Teori Jendela (Window Theory), bahwa setiap kompetensi yang
dimiliki individu diamati dari empat sisi yang berbentuk jendela, yaitu: pendidikan (education),
keterampilan (skill), pengalaman kerja (experience), dan penguasaan teknologi (mastery of
technology). Inti dari Teori Jendela ialah kompetensi, bahwa SDM yang memiliki keterampilan ditunjang dengan pengalaman kerja yang matang merupakan SDM yang memiliki kemampuan
(kapabilitas) berdaya saing.
Kemampuan menurut Robbins (dalam Kamidin, 2010) meliputi kemampuan intelektual dan
kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan mental tercermin dalam keterampilan, yaitu kecakapan khusus yang berkaitan dengan tugas
yang dimiliki dan dipergunakan oleh sesesorang pada waktu yang tepat. Lebih lanjut, Sztompka
(dalam Kamidin, 2010) mengemukakan bahwa kemampuan kerja individu dalam suatu organisasi
dengan dinamika kerja yang kompleks dan penuh persaingan untuk menunjukkan kemampuan yang
pendidikan, keterampilan, pengalaman kerja dan penguasaan teknologi dalam mencapai tujuan
manajemen SDM.
Moeheriono (2010) menyebutkan bahwa kompetensi SDM pada sektor bisnis mencakup dua
lingkup (level of analysis), yaitu: individu dan organisasi.
1. Individu. Dalam setiap individu terdapat beberapa karakteristik kompetensi dasar, antara lain: a. Watak (traits), yaitu membuat seseorang mempunyai sikap perilaku: percaya diri
(self-confidence), pengendalian diri (self-control), ketabahan atau daya tahan (hardiness); b. Motif (motive), yaitu sesuatu yang diinginkan seseorang yang mengakibatkan
dilakukannya suatu tindakan;
c. Bawaan (self-concept), yaitu sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang;
d. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang dimiliki seseorang pada bidang tertentu
atau area tertentu; dan
e. Keterampilan atau keahlian (skill), yaitu kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu,
baik secara fisik maupun mental.
Menurut Spencer dan Spencer (1993), kompetensi dasar individu ialah seperti pada Gambar
2 berikut.
Gambar 2. The Ice Berg Model
Berdasarkan gambar tersebut (seperti pada gunung es), tampak bahwa pengetahuan
Kompetensi ini berhubungan dengan penyelesaian pekerjaan suatu posisi. Jenis kompetensi
ini diperlukan seseorang untuk memungkinkan menduduki jabatan, pekerjaan atau tugas
agar dapat dilakukan dengan baik. Sedangkan, konsep diri, watak, dan motif cenderung di
bawah, tidak tampak, atau disebut intermediate skill, yang dapat diaplikasikan dalam
berbagai situasi. Kompensasi ini dapat direfleksikan sebagai “keterampilan yang dapat menyesuaikan situasi” atau starting qualifications. Apabila diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di organisasi, karyawan yang kompeten adalah individu yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku sesuai dengan syarat pekerjaan sehingga
dapat berpartisipasi aktif di tempat kerja.
2. Organisasi. Merujuk pada strategi bersaing, organisasi harus memiliki keunggulan kompetitif yang hakiki, yaitu organisasi memiliki ambisi, mentalitas, dan ingin menjadi yang terbaik, serta
memiliki mentalitas kewirausahaan dengan keinginan sangat kuat untuk survive dan menjadi pemenang di antara pesaing-pesaingnya. Potensi dari sebuah organisasi harus diekspresikan
ke dalam core competence, selain itu sebelumnya mereka juga telah mengintroduksi ke dalam
strategic inten. Bagi karyawan, core competence dan strategic inten merupakan gambaran dari tantangan baru bagi organisasi agar tetap survive dalam berkompetisi dengan organisasi pesaingnya. Selanjutnya, core competence organisasi merupakan kombinasi yang unik dan mempunyai spesialisasi bisnis dari human skills yang dapat memberikan ekspresi pada karakter tertentu dari organisasi itu sendiri. Kompetensi organisasi disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Kompetensi Organisasi
Kompetensi inti organisasi merupakan area karakter keahlian organisasi dan merupakan
sinergi dari seluruh sumber daya, seperti motivasi, usaha-usaha karyawan, teknologi dan
keahlian professional, serta ide-ide tentang kolaborasi dari manajemen. Kemudian, core competence organisasi tersebut dapat bekerja secara sistematis dan terstruktur serta memberikan organisasi sebagai kekuatan strategis. Core competence mempunyai kelebihan sulit ditiru oleh pesaing lain, sebab bersifat distinctive dan specific untuk setiap individu organisasi.
Spencer dan Spencer (1993) membagi kompetensi dalam dua kategori berdasarkan kriteria
yang digunakan untuk memprediksi kinerja suatu pekerjaan, yaitu: (1)threshold, dan (2) differentiating. Threshold competencies adalah karakteristik utama, yang biasanya berupa pengetahuan atau keahlian dasar seperti kemampuan untuk membaca yang harus dimiliki seseorang agar dapat melaksanakan
pekerjaannya. Akan tetapi, kategori ini tidak untuk menentukan apakah seseorang tersebut berkinerja
tinggi atau tidak. Kategori ini jika digunakan untuk menilai karyawan hanyalah untuk mengetahui
apakah ia mengetahui tugas–tugasnya, bisa mengisi formulir, dan lain sebagainya. Sedangkan,
differentiating competencies adalah faktor–faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dan rendah. Jika individu memiliki motivasi tinggi, maka ia akan mampu menetapkan target atau tujuan
yang jauh lebih ketimbang kinerjanya pada tingkat rata–rata.
Lalu, bagaimana organisasi mengelola kompetensi SDM? Joko (2005) menyebutkan bahwa
pengelolaan kompetensi SDM dimulai dari segi perencanaan, pengorganisasian, pengembangan, dan
evaluasi, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Perencanaan, yaitu merencanakan kompetensi SDM dengan berdasarkan pada visi dan misi
organisasi, serta diterjemahkan dalam strategi fungsional untuk diketahui tuntuan kompetensi
yang harus dipenuhi;
2. Pengorganisasi kompetensi SDM, yaitu penentuan bidang-bidang kompetensi inti dan
pendukung. Diharapkan organisasi akan lebih mudah melaksanakan upaya pengembangan
kompetensi;
3. Pengembangan kompetensi, yaitu dimulai dengan penilaian terhadap kompetensi yang sudah
4. Evaluasi terhadap kompetensi, yaitu untuk mengetahui sejauhmana upaya yang dilakukan telah
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Dalam rangka pengelolaan SDM berbasis kompetensi maka organisasi harus menyiapkan
kompetensi yang dibutuhkan di masa depan (Joko, 2005), meliputi:
1. Kompetensi tingkat eksekutif, meliputi:
a. Strategic thinking. Kompetensi untuk memahami kecenderungan perubahan lingkungan yang cepat, melihat peluang pasar, ancaman, kekuatan, dan kelemahan organisasi;
b. Change leadership. Kompetensi untuk mengkomunikasikan visi, misi, dan strategi perubahan dapat ditransformasikan kepada SDM;
c. Relationship management. Kemampuan untuk meningkatkan hubungan dan memperluas jarinfan dengan pihak lain.
2. Kompetensi tingkat manajer, diperlukan aspek-aspek kompetensi sebagai berikut:
a. Flexibility. Kemampuan mengubah struktur managerial;
b. Change implementation. Kemampuan mengimplementasikan petubahan.
c. Interpersonal understanding. Kemampuan untuk memahami nilai dari berbagai tipe individu.
d. Empowering. Kemampuan untuk melakukan pemberdayaan terhadap SDM.
3. Kompetensi tingkat karyawan, meliputi aspek kualitas kompetensi seperti fleksibilitas, komitmen,
motivasi, serta kemampuan untuk belajar, berprestasi, dan bekerja.
Menciptakan Keunggulan Bersaing melalui Kompetensi SDM
Lingkungan bersaing yang kompetitif mendorong SDM berperan strategis dalam bisnis.
Keunggulan bersaing berkenaan dengan kemampuan suatu organisasi untuk merumuskan strategi
dalam rangka mengeksploitasi peluang yang menguntungkan. Strategi bagi suatu organisasi bisnis
merupakan suatu rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta
ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan
lingkungannya dalam kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan (Anoraga, 2007; Retnaningsih, 2007;
Payne, 2010).
Berhasil tidaknya suatu organisasi dalam menciptakan keunggulan bersaing sangat tergantung
empat karakter, yaitu: (1) memiliki competence (pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku) yang
memadai; (2) commitment terhadap organisasi; (3) selalu bertindak secara cost–efectiveness dalam setiap aktivitasnya; dan (4) congruence of goals, yaitu bertindak sesuai dengan tujuan organisasi. SDM
yang berkualitas merupakan sumber keunggulan kompetitif (competitive advantage) untuk
meningkatkan keunggulan bersaing organisasi.
Bagaimana kompetensi SDM dapat menciptakan keunggulan bersaing? Kompetensi SDM yang
tercermin pada hasil karya atau kinerja individu yang diciptakan melalui kemampuan (kecakapan) yang
dimiliki (meliputi: pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan sikap) akan dapat membedakan antara
mereka yang berkualitas baik atau “biasa-biasa” saja. Bahwa, keunggulan kompetitif bergantung pada tindakan individu yang berkualitas atas upaya pencapaian tujuan organisasi (Hofrichter dan Spencer,
1996).
Terdapat 2 tantangan yang dihadapi organisasi bisnis dalam upaya mencipatakan keunggulan
bersaing melalui kompetensi SDM (Joko, 2005), yaitu:
1. Kompetensi harus berjalan dengan strategi bisnis; dan
2. Kompetensi perlu diciptakan. Terdapat lima cara untuk menciptakan kompetensi, yait:
a. Buy. Cara ini dilakukan dengan mengganti SDM yang lama dengan yang baru, yang memiliki kualitas yang lebih baik;
b. Build. Investasi dilakukan terhadap SDM untuk meningkatkan kualitas SDM menjadi lebih baik;
c. Borrow. Mencari keluar SDM yang mampu memberikan ide atau gagasan, kerangka kerja, dan alat-alat untuk menjadikan organisasi lebih kompetitif;
d. Bounce. Mengeluarkan SDM yang gagal melakukan tugas;
e. Bind. Mengikat karyawan. Jika organisasi tidak menerapkan metode ini, meskipun telah menerapkan buy dan build maka akan menciptakan intellectual capital bagi pesaing.
Joko (2005) menyebutkan bahwa kinerja individu dapat optimal apabila individu tersebut
memiliki kompetensi yang handal dibidangnya. Kehandalan kompetensi SDM dapat dibentuk, dimana
pembentukannya sangat dipengaruhi oleh kemampuan organisasi dalam mengelola SDM ke dalam
beberapa spesifikasi kompetensi individu, antara lain: (1) kompetensi pencapaian tujuan, (2)
kompetensi pemecahan masalah, (3) kompetensi interaksi terhadap sesama, dan (4) kompetensi
Program Kerja :
RENCANA STRATEGIS
KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA
TAHUN 2014 -2019
NO VISI MISI TUJUAN SASARAN
CARA PENCAPAIAN SASARAN
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN
1 Terwujudnya
kepegawaian
3 Pengelolaan Impassing dan gaji berkala PNS
aparatur pemerintah yang sesuai
kompetensi dan kebutuhan organisasi
5 Pengelolaan Kartu Taspen, Karpeg, Karis dan Karsu PNS
3 Menjadikan
Program Kerja Kepegawaian Tahun 2015-2019
Pemutakhiran Data dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
Pengadaan PNS berdasarkan Standar Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Penyiapan Infrastruktur Computer Assisted Test (CAT) dalam pengadaan Pegawai Negeri Sipil
Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Penerapan Absen Terintegrasi
Peningkatan Pelayanan Mutasi Kepegawaian Berbasis Teknologi Informasi
Peningkatan Fungsi dan Peran Baperjakat dalam pengangkatan Jabatan Struktural
Penyiapan Pelaksanaan Assesment
Peningkatan pengembangan pegawai