• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAMBOJA AWAL SAMPAI MENJELANG KEDATANGAN PERANCIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAMBOJA AWAL SAMPAI MENJELANG KEDATANGAN PERANCIS"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KAMBOJA AWAL SAMPAI MENJELANG KEDATANGAN PERANCIS

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara Kelas B

Dosen Pengampu Drs. Sumarjono, M.Si

Disusun Oleh :

AYU LUCKYTASARI 160210302061

FINKY ARYA YONANDHA 160210302062

AGUS DANUGROHO 160210302063

CAHAYA NOVALINDA 160210302064

KAHFINDO ARYA BUANA 160210302066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktu.

Makalah ini berisikan informasi mengenai Kamboja awal sampai menjelang kedatangan Prancis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir dan pada pembaca yang sudah membaca makalah ini.Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Jember, 10 Oktober 2017

(3)

DAFTAR ISI

PRAKATA...2

DAFTAR ISI...3

BAB I PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan...4

BAB II PEMBAHASAN...5

2.1 Keadaan Alam...5

2.1.1 Letak Geografis...5

2.1.2 Keadaan Sosial...5

2.1.3 Iklim...5

2.1.4 Bentang Alam...5

2.2 Khmer di Kamboja Sampai Tahun 1001...6

2.3 Dari Tahun 1001 Sampai Angkor Ditinggalkan Tahun 1432...16

BAB III PENUTUP...26

3.1 Simpulan...26

(4)

BAB I PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang

Kamboja merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara.Secara geografis negara Kamboja terletak di Semenanjung Indochina, berbatasan darat di sebelah utara dengan Laos dan Thailand, di sebelah timur dan selatan dengan Vietnam dan sebelah barat dengan Teluk Thailand.Sebagian besar negara Kamboja terdiri dari dataran rendah yang dikelilingi pegunungan di utara dan barat daya serta di sebelah timur mengalir sungai Mekong sampai Vietnam di selatan. Negara Kamboja memiliki kekayaaan alam yang cukup melimpah baik dari bidang pertanian, hasil hutan, maupun perikanan. Masyarakat Kamboja sebagian besar bertumpu pada sektor pertanian. Lebih dari 80 persen penduduk tinggal di dataran pusat di mana beras merupakan produk yang paling penting.Selain itu juga tersedia industri bahan baku seperti karet dan kapas.

Pada masa pra kolonial, Kamboja merupakan suatu kerajaan yang besardengan wilayah yang membentang dari laut Cina Selatan sampai perbatasan Birma, tetapi sekarang Kamboja hanyalah sebuah negara kecil di Asia Tenggara dengan luas sekitar 181.035 kilometer persegi.

Lima puluh persen dari wilayah tersebut berupa hutan belantara yang masih belum terjamak sehingga sangat bermanfaat bagi tempat persembunyian para gerilyawan dari pengejaran pihak lawan.

2.2 1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana keadaan alam Negara Kamboja ?

1.2.2 Bagaimana keadaan Khmer di Kamboja sampai Tahun 1001 ? 1.2.3 Bagaimana keadaan pada tahun 1001 sampai Angkor ditinggalkan pada

(5)

2.3 1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana keadaan alam Negara Kamboja. 1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana keadaan Khmer di Kamboja sampai tahun

1001.

1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana keadaan pada tahun 1001 sampai Angkor

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Alam

2.1.1 Letak Geografis

Secara astronomis, Kamboja terletak antara 10o LU- 14o LU dan 102,5o BT- 107,5o BT. Dengan Luas sekitar 181,035 Km2. Secara geografis Kamboja berbatasan dengan negara-negara lain, yaitu: Sebelah utara berbatasan dengan Negara Thailand dan Laos, Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Thailand, Sebelah timur berbatasan dengan Negara Vietnam, serta Sebelah barat berbatasan dengan Negara Thailand

2.1.2 Keadaan Sosial

Masyarakat Kamboja terdiri dari beberapa etnis, yaitu Khmer, Vietnam, Tionghoa, Melayu-Cham, Eropa, Thai, suku-suku perbukitan, dan etnis minoritas lainnya. Etnis Khmer merupakan penduduk mayoritas di Kamboja. Mereka lebih banyak menetap di pedesaan sebagai petani. Walaupun begitu, etnis Khmer tetap mendominasi bidang politik. Orang Vietnam dan Cina (Tionghoa) lebih banyak bergerak di bidang perekonomian.

2.1.3 Iklim

Kamboja beriklim tropis dengan musim kemarau (bulan November – Mei) membawa pengaruh angin musim timur laut. Pada bulan Januari, sebagian besar daerahnya menerima curah hujan kurang dari 50 mm. Pada bulan Juni –Oktober, angin bertiup dari laut. Curah hujan tertinggi di daerah Pegunungan Gajah dan Pegunungan Cardamon, yaitu 2.050 mm per tahun, sedangkan curah hujan terendah terdapat di daerah Dataran Besar Tonle Sap, yaitu 1.525 mm per tahun. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 21ºC - 35ºC.

2.1.4 Bentang Alam

(7)

rendah tersebut dikelilingi oleh rangkaian pegunungan antara lain: Pegunungan Dangrek (Phanom Dang Raek) di sebelah utara, Pegunungan Cardamon di sebelah barat, Plato Batanokini dan Plato Mondol Kini, di sebelah timur. Barisan pegunungan tersebut memiliki ketinggian antara 750-900 m, puncak tertinggi adalah Gunung Phnum Aoral (1.771 m) yang terletak di Pegunungan Cardamon. Sungai utama yang terdapat di Kamboja adalah Sungai Mekong dengan anak sungainya Sungai Tonle Sap, sungai ini merupakan sungai terpanjang yang mengalir dari negara Laos melewati Kampuchea kemudian memasuki Vietnam.

2.2 Khmer di Kamboja Sampai Tahun 1001

Lenyapnya kerajaan Funan pertengahan abad ke-enam menurut catatan orang-orang Cina, disebabkan oleh pemberontakan Negara feodal bersama Che-la. Buku History of the Sui, melukiskan kejadian itu sebagai berikut: ‘’ Kerajaan Chen-la dibarat daya Lin-yi. Asalnya adalah daerah vassal kerajaan Funan. Nama keluarga rajanya Ch’a-lidan nama sebenarnya adalah Che-to-sseu-na. Pengganti-penggantinya lambat laun memperluas kekuasaan negerinya. Che-to-sseu-na menyerang Funan dan menaklukkannya. Tentu saja Lin-yi adalah Campa. Cha’ali adalah Ksatriya dan Che-to-sseu-na adalah Chitrasena. Tidak ada penjelasan yang dikaitkan dengan kata Sanskerta atau Khimer.

(8)

Dongeng Khimer pada abad X mencatat prasasti yang melukiskan asal-usul keluarga raja pada perkawinan seorang pertapa, Khambhu Swayambhuwa , dengan dewi Mera yang diberikan kepadanya oleh Dewa Siwa. Ceritera ini yang jelas sangat berbeda dengan ceritera Kaundinya dan putera Naga. Rupanya ditanamkanuntuk menjelaskan nama ‘’Kambiya’’ yang oleh orang-orang Khmer diterima sebagai hasil Indianisasi.

Bhawawarman, ‘’Siwa Sebagai Pelindung , yang tertua dari dua bersaudara memimipin pemberontakan melawan Funan, menjadi raja Chen-la melalui perkawinan dengan puteri Lakshmi dari dynasti Khambu-Mera, yang terjadi sekitar sau setengah abad sejarah sebelum peristiwa itu. Ayahnya, Wirawarman , disebut dalam prasasti sebagai tuan tanah di bawah Funan. Kakeknya bernama ‘’Sarwa bhauma ‘’ adalah termasuk dynasti Bulan yang telah didirikan oleh kaundinya dan Soma, seandainya Rudrawarman adalah raja terakhir Funan, seperti terlihat dari namanya. Perkawinannya mempunyai arti penting dalam perkembangan tradisi kerajaan Khmer karena terpakai untuk menjelaskan bagaimana raja-raja Kamboja kemudian menuntut untuk menempatkan keturunan mereka pada garis keturunan Bulan dan Matahari dengan seluruh dongeng dynasti yang tidak ada hubungannya itu.

(9)

Puteranya, Isnawarman, yang menggantikannya sekitar tahun 611 diakui oleh orang-orang Cina dengan kelengkapan penaklukan Funan dari tahun yang terdapat dalam Buku ‘’Tang history,’’ ini harus terjadi dalam atau segera setelah tahun 627. Kepisahannya sebagai daerah tuan tanah diakhiri di daerahnya disatukan. Orang Cina mencatat bahwa terus ada pengiriman utusan-utusannya bahkan setelah daerahnya disatukan. Briggs berpendapat ini adalah utusan-utusan yang memprotes yang dikirim oleh Dynasti yang digulingkan.

Isnawarman I juga meluaskan kekuasaannya ke barat sampai daerah yang kemudian menjadi pusat kerajaan Angkor. Seorang Pangeran bernama Baladtya jelas keturunan Kaundinya- Soma yang telah memerintah Funan dan yang telah mendirikan Negeri merdeka di lembah Strung Treng suatu daerah bawahan sungai Tonle-Sap yang mengalir sejajar ke Mekong. Kerajaannya rupanya pada mulanya dikenal dengan namanya yang kemudian, Aninditapura. Ini telah ditaklukkan isnawarman yang sejak itu mendirikan ibu kota baru di Stung-sen. Kota baru ini disebut Isanpura. Letaknya jelas kira-kira dua belas mile di utara kota Kompong Thom sekarang dan ditandai oleh kelompok puing-puing Pre-Angkor kamboja yang sangat mengesankan yang telah diketemukan sampai sekarang. Alasan pemindahan itu rupanya adalah politik perluasan ke barat karena ibu kotanya yang lama di Mekong terlalu dekat dengan perbatasan timurnya. Kemudian meluaskan sayap, atas tiga Negara di barat laut kamboja: Chakrakanpura, Amoghapura dan Bhimapura. Di selatan juga beliau menaklukkan daerah-daerah yang membawa kekuasaannya ke barat sampai sejauh kota modern Chantabun dan sampai keperbatasan kerajaan Mon dwarawati. Ini penting bahwa keduanya, beliau dengan ayahnya, untuk memudahkan politik penaklukannya, memupuk hubungan persahabatan dengan Champa. Isnawarman sendiri kawin dengan puteri Cham.

(10)

bahwa beliau mungkin seorang putera dari putera yang namanya misterius yang sama sekali lenyap dari sejarah. Hanya satu dari prasasti-prasastinya yang dapat dipastikan tahunnya : Coedes menyebutkan tahun 639. Beliau diganti oleh Jayawarman I yang menurut coedes adalah puteranya, tetapi Briggs menolak ini. Beliau berpendapat bahwa Jayawarman mungkin termasuk dynasti Isanawarman. Tahun permulaan pemerintahannya terdapat pada dynasty yang bertahun 657, tetapi diperkirakan beliau naik tahta beberapa tahun lebih awal lagi. Pemerintahannya mungkin berlangsung selama 40 tahun, dan meskipun tidak ada bangunan yang dapat dikaitkan dengan beliau, beliau adalah penulis banyak prasasti , Salah satu diantaranya menyebut beliau‘’Raja singha yang agung, Jayawarman yang jaya. Beliau menaklukkan Laos tengah dan utara sampai keperbatasan kerajaan Nanchao. Tetapi daerahnya yang luas itu tidak pernah aman dan perang-perang saudara yang memecah kekaisaran Chenla terpisah sesudah kematiannya telah lebih cepat menemukan asal mereka. Beliau sendiri telah mampu mempertahankan kekuasaannya atas daerah Mekong, tetapi Baladityapura nampaknya telah menjadi pusat kekuatan musuh yang menguasai bagian barat dan disangsikan apakah beliau menguasai daerah-daerah Isnawarman yang jauh sebelah selatan itu. Beliau tidak meninggalkan putera atau puteri pewaris dan untuk selama lebih dari satu abad setelah kematiannya, Kamboja mengalami masa yang sangat sulit. Dari prasasti tahun 713, jelas bahwa janda beliau Jayadewi, memerintah setelah beliau mangkat tetapi gagal untuk mengetahui gerakan-gerakan separatis yang menentang kekuasaannya selama hidupnya.

(11)

bukit Badami dan Mahawilipur di Negara pallawa pada suatu saat sebelum tahun 450 Masehi, merupakan gambaran penting kurun waktu itu.

Sebagian besar prasasti dalam bahasa Sanskerta tetapi ada beberapa yang sudah berbahasa khimer. Sebuah prasasti di Ak Yam di lembah mun, yang kemungkinan dapat ditetapkan dari tahun 609, adalah yang tertua yang telah diketemukan sampai sekarang yang memakai bahasa Khimer. Kebudayaan tertulis/sastera didasarkan atas sastera Sanskerta kelasik, dan banyak karya dibuat dari mytologi Ramayana, Mahabharata dan Purana. Tetapi semua ini kebudayaan istana: seberapa jauh mempengaruhi pandangan rakyat biasa tidak diceritakan kepada kita. Bahwa kebudayaan tua pra-hindhu masih bertahan dengan kuat tidak dapat diragukan dan menarik sekali untuk menemukan dalam prasasti-prasasti pengukuhan pentingnya dasar keluarga yang metrelineal.

(12)

Pesisir, beliau kira meliputi Sambhupura, Vyadapura dan Baladtyapura. Disini terlihat Chenla Pesisir akan menjadi pengganti sebenarnya kerajaan Jayawarman I.

Semua yang diketahui tentang Chenla daratan diambil dari catatan perwakilan-perwakilan cina. Mereka menamakan Wen Tan dan daerahnya rupanya telah meluas ke utara sampai Yunnan dengan penduduk Khas dan mungkin T’ai diperbatasan Nanchao. Utusannya yang pertama tiba di Tiongkok tahun 717. Tahun 722 bergabung dalam perang melawan gubernur Cina dari Chiao-chou (Tongking), tetapi terkalahkan utusan lain telah dicatat tahun 750, tetapi dari catatan ini Chenla tidak jelas. Putera mahkota Wen Tan pergi ke Istana Tiongkok tahun 750 menerima gelar ‘’Pelindung Tangguh dan Tak Terkalahkan’’. Tiongkok kemudian berperang melawan Nanchao. Catatan terakhir dari utusan Wen Tan tahun 799. Semua yang dapat disebutkan tentang sejarahnya selama kurun waktu itu, hanya itu, dibanding dengan Chenla pesisir yang tetap bertahan dalam keadaan stabil.

Setelah kurun waktu ini keterangan tentang Chenla Pesisir sangat sedikit dan timbul lebih banyak pertanyaan daripada jawabannya. Tidak ada catatan tentang utusan-utusan yang datang ke Tiongkok dan hanya ada beberapa prasasti saja. Prasasti terakhir dari Raja Jayadewi bertahun 713, menyebutkan tentang malapetaka. Sebuah prasasti pada pintu Preah Theat Kvan Pir di propinsi Kratle bertahun 716 berbunyi: “Pushkara yang dewanya Pushkaresa telah didirikan oleh para muni (pertapa) dan sebagian besar Brahmana-brahmana yang kuat”. Mungkin penulisnya Pushkaraksha dari Sambhupura. Ini dituntut menjadi contoh pertama dalam negara Kamboja tentang apotheosisnya (pendewaannya) seorang raja. Empat buah prasasti kurun waktu 770-781 menyebut raja Jayawarman yang tidak termasuk dalam raja-raja Kamboja sebelumnya yang telah diterima. Maka untuk menghindari kekeliruan, Coedes menyebutkan Jayawarman I berkali-kali. Semuanya datang dari daerah Sambhupura.

(13)

sendiri, Sumantera dan Semenanjung Melayu atau bahkan untuk ketiganya. Mereka merebut pulau-pulau Condor dan menggunakannya sebagai basis untuk menyerbu meluas jauh ke utara sampai Tongking. Dalam tahun 774 dan 787 mereka menyerbu Champa. Kamboja juga diserang, tetapi prasasti tidak menyebut bahwa negeri itu ditaklukkan oleh Raja Sanjaya. Penulis Arab pada awal abd X, Abu Zaid Hasan, menceriterakan pelayaran seorang pedagang bernama Sulayman, yang berpergian di daerah-daerah ini dalam tahu 851 dan mencatat suatu expedisi orang-orang Jawa melawan Chenla dalam penghujung tahun-tahun abad VIII. Meskipun secara dongeng, rupanya memberi kejelasan sedikit tentang sesuatu yang terjadi pada waktu itu.

Seorang raja muda Khmer tanpa pikir akibatnya mencetuskan keinginan untuk menyantap kepala Maharaja “Zabag” (yaitu Crivijaya) di piringnya. Keinginan itu sampai ke telinga Maharaja, yang melakukan serangan yang mengejutkanatas ibu kota raja Khmer itu, menawannya dan memotong kepalanya. Sambil membawanya pulang, beliau membalsemnya dan mengirimkan kembali dalam kuwali sebagai peringatan kepada pengganti raja itu. Subuah pasasti Khmer dari tahun belakangan menyebut bahwa Jayawarman II, sebelum naik tahta di Kamboja, telah mengunjungi Jawa. Jelasnya beliau telah di bawa ke Istana Sailendra untuk mengabdi sebagai pengganti raja yang dipenggal kepalanya itu. Para sejarawan cenderung berpendapat bahwa banyak kebenaran terkandung dalam ceritera Arab itu, karena ketika Jayawarman II telah berkuasa di kerajaannya beliau mengadakan upacara khusus untuk memproklamirkan kemerdekaannya. Oleh karena itu Briggs berpendapat bahwa beliau adalah pengganti Raja Mahipatiwarman dan bahwa yang terakhir adalah raja Khmer yang telah dipenggal kepalanya oleh Maharaja Sailendra.

(14)

l’evolution de l’art Khmer”. Ia telah menegakkan hasil penelitian-penelitian batu ke dalam masalah yang dikupas oleh Parmentier, Madema de Coral Resumat, Pierre Dupont dan sarjana-sarjana lain. Pada tahun 1940 hasil-hasilnya diramu oleh Madame de Coral Resumat dalam suatu karya besar dan penting “L’art Khmer les grandes etapes de son evolution”, yang menempatkan monumen-monumen besar pada perangkat sejarah dengan sesuatu yang bagaikan membuat kepastian, dan diantaranya memberi arti baru kepada masa berkembangan yang panjang sebelum berdirinya Angkor sebagai ibu kota dan pusat kesenian kerajaan Khmer.

Jayawarman II adalah pendiri kerajaan Angkor, meskipun bukan pada kota yang sekarang. Briggs berpendapat bahwa beliau dipilih oleh Menteri-menteri Mahipatiwarman sesuai pemerintah Maharaja Jawa menurut ceritera orang Arab. Beliau tidak termasuk pada garis keturunan Rajendrawarman I. Prasasti-prasasti berikut menyebut beliau sebagai cicit Nrepatindrawarman dari Aninditapura, tetapi pengganti raja yang berhasil naik tahta selalu dapat dilengkapi dengan garis keturunan yang baik. Pendapat yang diajukan mengatakan bahwa keluarganya tinggal disana selama masa kekacauan dan beliau dijadikan sebagai abdi di Istana Sailendra. Beliau tidak meninggalkan prasasti, sejauh yang diketahui, dan peranannya dalam sejarah Khmer hanya melalui perbandingan baru-baru ini diakui.

(15)

melalui pendeta Brahmana sebagai mediumnya. Kemakmuran kerajaan diperkirakan erat hubungannya dengan kesuburan lingga kerajaan itu. Tempat sucinya di puncak suatu candi pegunungan, secara alam atau buatan, yang berada di tengah ibu kota dan dianggap sebagai poros dunia.

Konsepsi suatu candi pegunungan ini berasal jauh sebelumnya daripada pemujaan pada Siwa sendiri. Konsepsi itu berasal dari praktek pemujaan orang-orang Mesopotamia kuno, dan dari sana ke India Kuno, dimana terdapat dynasti Hindu memiliki gunung-gunung suci. Funan seperti telah diketahui, bukit sucinya di Ba Phnom dan di Jawa Sailendra berarti “Raja-raja Pegunungan”. Penerimaan pemujaan itu oleh Jayawarman merupakan suatu isyarat kemerdekaan, suatu tanda bahwa beliau tidak mengakui yang super di bumi. Lebih dari itu, hal ini menunjukkan keinginan kerasnya menjadi seorang Chakrawartin, raja yang universal dan pengganti-penggantinya berarti sama dengan arti gajah putih bagi raja-raja yang beragama Buddha dari aliran Therwada. Dari zaman beliau seterusnya untu selama beberapa abad merupakan kewajiban bagi setiap raja Khmer untuk membangun candi gunung untuk memuja lingga kerajaan yang menyinari “diri pribadi suci” beliau. Dengan demikian terbangunlah candi-candi besar yang menyemarakkan daerah Angkor.

Coedes menempatkan kenaikan tahta beliau dalam tahun 802. Bertentangan dengan ini Briggs menunjukkan bahwa tahun itu adalah tahun menurut prasasti beliau mendirikan ibu kotanya di gunung Mahendra (Phnom Kulen). Arti pentingnya terletak pada kenyataan bahwa tahun ini beliau mendirikan zaman baru dengan resmi menyatakan kemerdekaan Kamboja dan dengan menyelenggarakan upacara pemujaan Dewa-raja. Tahun kembalinya dari Jawa dan lama nya janga waktu beliau tinggal di tiap-tiap ibu kotanya dulu tidak diketahui.

(16)

tidak meluas ke luar daerah Danau Besar. Mungkin beliau memilih daerah ini sebagai pusat kekuatannya sebagian karena dekat dengan tempat-tempat berpasir batu Phnom Kulen dan untuk menyeberang mencapai dataran tinggi Korat dan lembah Menam. Tempat yang indah sebagai basis melancarkan politik expansi yang di dorong oleh gelar Chakrawartin bagi penyanggul-penyanggulnya.

Selama beberapa waktu setelah Jayawarman II mangkat, pengganti-penggantinya terus bermukim di Hariharalaya. Puteranya, Jayawarman III (850-877) terkenal sebagai pemburu gajah. Banyak bangunan di sekitar Angkor berasal dari masa pemerintahannya, tetapi tanpa ada prasasti. Indrawarman I (877-889) membangun Bakong, candi batu besar pertama dalam gaya agung diketemukan kemudian di Angkor. Bersama-sama dengan dengan Preah Ko., yang didirikannya, dan Loley yang didirikan oleh putera dan penggantinya, Yasowarman I, merupakan suatu kelompok diterapkannya “Seni Indrawarman”. Ini menandakan permulaan masa pertama arsitektur Khmer klasik.

Yasowarman I (889-900) pendiri kota pertama Angkor. Untuk melebihi candi ayahnya, Bakong, beliau memilih bukti alam Phnom Bakheng, tempat didirikannya candinya sendiri, dan kota yang berkembang disekitanya diberi nama Yasodharapura. Rencana pembangunannya yang luas itu meliputi bendungan besar, sekarang dibagian timur Baray dan serentetan tempat-tempat suci bagi sekte-sekte keagamaan. Siwaite, Waisnawite dan mungkin Budhis juga. Yasodharapura, asal kota Angkor, meliputi daerah-daerah yang lebih luas lagi daripada Angkor Thom yang kemudian, yang didirikan oleh Jayawarman VII sampai akhir abad XII, dengan keunikan dan misterinya candi Buddha Bayon sebagai pusat situasinya. Kudua kota itu terkurung tetapi Phnom Bakheng ada di luar bagian selatan tembok Angkor Thom

(17)

Jayawarman. Prasasti-prasasti memberi penghormatan penuh kepada beliau sebagai pejuang. Seandainya prasasti tahun 947 di Baksei Chamrong dapat dipertanggung jawabkan maka daerah kekuasaanya meluas sekitar daerah-daerah kekuasaan Funan pada masa jayanya. Menurut kenyataannya beliau memerintah selama 11 tahun dan melaksanakan rencana pembangunan yang luas, kiranya sulit untuk percaya bahwa beliau punya waktu untuk mencapai kerajaan yang luas sekali yang terbentang ke Tiongkok di utara, Champa di timur, Lautan Hindia di barat dan meliputi bagian utara Semenanjung Melayu jauh kebawah sampai P’an-P’an (Grahi). Briggs berpendapat bahwa seandainya beliau tidak bertanggung jawab atas perluasan yang ditunjukkan oleh daerah-daerah perbatasan itu, daerah yang di dalamnya tentu tidak mengakui perluasan itu. Coedes sebaliknya hanya percaya beliau mengawasi lembah Mekong sampai perbatasan-perbatasan Chinadan lembah Menam, jadi melepaskan daerah Semenanjung Melayu dan kerajaan Mondi Thaton di dataran rendah Burma. Kenyataannya, seperti yang dikatakan Briggs bahwa “banyak salah informasi mungkin telah ditulis tentang Jasowarman.I daripada raja lain dari sejarah Kamboja”, dan banyak yang dikaitkan kepadnya termasuk suatu masa yang panjang. Salah satu contoh daripada ini adalah ceritera usaha penaklukkan Champa dan kekalahannya oleh Cham Indrawarman II. Hasil terbesar dalam pemerintahannya adalah penyediaan air sementara yang cukup bagi ibu kotanya yang baru. Penggalian yang luas di timur Baray ‘tulis Briggs’, perubahan dan pengawasan aliran sungai Siemreap dan sistem parit-parit yang mengagumkan, persediaan air dan kolam-kolam yang melengkapi ibu kotanya yangbaru merupakan hasil karya yang luar biasa.

(18)

prasasti-prasasti; semua dokumen-dokumen yang bahan-bahannya kurang tahan lama, seperti daun lontar, yang telah lenyap karena ganasnya jamur perusak, anai-anai dan api. Dan prasasti hanya bertalian dengan masalah-masalah Dewa-raja dan Istananya, hampir tidak memberikan kunci untuk peradapan materiil, adat dan kepercayaan rakyat.

Dalam abad IX dan X Siwaisme sangat berpengaruh. Menjelang abad XII Waisnawisme sudah cukup kuat untuk mengilhami bangunan-bangunan besar, di antara contoh yang penting adalah Angkor Wat sendiri. Tetapi Buddhisme masih punya pengikut dan karena semua agama ini import dari negeri asing, mereka mengambil intinya untuk bertahan dalam toleransi yang saling membantu. Lagi pula, banyak sinkritisisme karena pemujaan kuno animisme dan pemujaan nenek moyang melanjut menjadi agama yang sesungguhnya bagi massa rakyat. Dalam kehidupan sosial juga, sementara Hukum Manu dan ajaran-ajaran Brahmana secara resmi diakui oleh Istana, faktor-faktor yang menentukan dalam hampir semua masalah adalah adat yang hampir tidak dapat diingat banyaknya.

(19)

patung emas Bhagawati dari candi Nagar. Meskipun beliau sedhisme orang siwaite, prasasti-prasastinya memperlihatkan praktek-praktek agama yang bermacam-macam sekali dan sangat toleran. Khususnya Budhisme berkembang selama pemerintahannya. Permuj aan nenek moyang menjadi lebih dekat dengan candi-candi besar daripada sebelumnya.

Raja terakhir abad itu, Jayawarman V (968-1001) menyempurnakan dan mengabdikan sebuah candi Khmer yang paling indah, Banteay srei'Benteng Wanita yang pertama direstorasi oleh arkaeolog Perancis menurut methoda yang terkenal sebagai anastylosis, yang pertama dijalankan oleh Belanda di Jawa.

2.3 Dari Tahun 1001 Sampai Angkor Ditinggalkan Tahun 1432 Pertengahan pertama abad XI penting bagi pemerintahan sejarah raja-raja besar Khmer yang lain, Suryawarman I (1002-1050). Beliau menggantikan seorang raja setan yang terbang melintasi tahta sebagai mana Finot menggambarkannya, Udaya dityawarman I (1001-1002), pengganti Jayawarman V. Tidak ada bukti sehubungan dengan baik lenyapnya Udayadityawarman I maupun naik tahtanya Suryawarman I y ang terakhir ini dikatakan putera seorang raja dari Tambralingga, dan merurtut tahta karena ketunuan melalui ibuinva dari garis Indrawarman I. Ceriteranya adalah bahwa beliau mendarat di bagian timur Kamboja tahun 1001 dan akhirnya dinobatkan di Angkor sekitar tahun 1010. Prasasti berikut menetapkan tahun pemerintahannya dari tahun 1002 ketika udayaditvawarman lenyap. Saingan utamanya setelah tahun 1002 adalah seorang Jayawarman, yang menguasai bagian Kamboja sampai tahun 100 atau mungkin tahun 1011. Tuntutan Suryawarman lemah. Beliau digambarkan dalam salah satu prasasti telah mencapai tahta dengan pedangnya, yang” membelah lingkaran kepungan musuh-musuhnya"

(20)

adalah yang pertama dari candi-candi Khmer yang dibangun dengan batu pasir. Seperti Bakheng yang dulu dan Angkor Wat yang kemudian, pusat situnya adalah sebuah dataran yang dikelilingi oleh lima menara. Phimeanakas sebaliknya, bergaya bentuk pyramide dengan satu menara saja sebagai pusatnya. Menurut dongeng itu adalah istana, tetapi istana-istana Khmer selalu dari kayu dan rencananya sangat tidak sesuai dengan denah istana tradisional. Chou Ta-kuan, yang mengunjungi Angkor pada akhir abad XIII, mencatat kepercayaan rakyat bahwa raja Khmer berjaga jaga setiap malam di menara dengan naga mythologis yang berbentuk wanita cantik dan bahwa atas sajian upacara ini tergantung kemakmuran kerajaan. Menara-menara dua candi ini dilapisi emas dan cara ini pertama kali disebut dalam pemerintahan Suryawarman. Ini adalah suatu adat Mon yang kini saja dikira diambil olel Khemr.

Abad XI benar-benar suatu masa yang menanjak dalam peperan orang-orang Khmer Putera Suryawarman dan pentingnya Udayadityawarman II (1050-1066) sibuk dengan pemberontakan-pemberontakan sepanjang pemerintahannya. Yang pertama pecah jauh di selatan dan rupanya disebabkan oleh gangguan Cham dari daerah Panduranga. Daerah itu yang dalam keadaan memberontak beberapa saat lamanya, seluruh nya dikuasai oleh Raja Jaya Parameswarawarman, yang pasukan-pasukannya juga melakukan serangan sementara ke dalam daerah Kamboja dan membebaskan Sambhupura. Pemberontakan yang terjadi itu dipimpin oleh seorang pemimpin yang dilukiskan sebagai orang yang menguasai ilmu memanah. Ia mungkin seorang Cham. Mula-mula ia sangat sukses dan mengalahkan lebih dari satu pasukan Kamboja. Ketika akhirnya ia diserang oleh seorang jenderal Kamboja yang terkenal, Sangrama, yang menandai setiap kemenangannya dengan suatu bangunan keagamaan, ia berlindung ke Champa.

(21)

harus mengakui kedaulauan Burma atas daerah-daerah yang tela ditaklukkannya sebagai imbalan atas penerimaan kembali Lopburi. Tulisan-tulisan tak ada yang menyebutkan bukti untuk menunjang ceritera ini dan babad Burma sama sekali tidak menyebut apa-apa mengenai masalah ini. Tidak ada alasan untuk mempercayai bahwa Anawrahta mencoba menaklukkan arah ke barat kerajaan Thaton.

Dua pemberontakan selanjutnya terjadi dalam pemerintahan Udaya ditywarman II. Salah satu terjadi di barat laut dan dinimpin oleh seorang jenderal kerajaan Kamvau, yang sesungguhnya mengancam ibu kota, tetapi dikalahkan oleh Sangrama. Yang lain di timur, juga dihancurkan olehnya. Pendapat mengatakan mungkin sebagai hasil daripada permusuhan raja dengan Buddisme. Ayahnya, yang datang dari Buddhis, menunjukkan keakraban khusus kepada agama itu, meskipun mempertahankan pemujaan Dewa-raja. Udayadityawarman hanya mendirikan tempat tempat suci Siwaite. Yang terindah dari semuanya, Baphuon, yang berkilauan, dengan sebuah lingga emas. Ini adalah candi terbesar didirikan sampai saat itu di Kamboja. Parmentier melukiskannya sebagai satu-satunya yang paling sempurna dari kesenian Khmer". Chou Ta-kuan yang melihat masa keagungannya, menulis bahwa itu adalah benar-benar mengesankan.

Harshawarman lll(1066-1080), adik udayadityawarman ll, mencoba memperbaiki kerusakan dan kehilangan yang disebabkan oleh perang dari masa pemerintahan sebelumnya. Beliau adalah raja yang cinta damai, tetapi waktu melawannya. Beliau adalah raja yang cinta damai. Biliau diturunkan dari tahta oleh suatu pemberontakan yang dipimpin oleh seorang bangsawan bernama Jayawarman, bukan dari keluarga raja, tetapi jelas seorang putera dari seorang raja tuan tanah atau gubernur propinsi dari kota yang bernama Mahidharapura, yang lokasinya belum diketahui.

(22)

selatan menentangnya dan terus berperang sampai naik tahtanya Suryawarman II dalam tahun 1113. Coedes berpendapat ini meragukan apakah beliau pernah memerintah di Angkor, meskipun prasasti seabad kemudian menyebut bahwa beliau memusatkan diri di sana. Mahidha. Mahidharapura, suatu tempat di utara, rupanya menjadi markas dari mana beliau melancarkan operasinya.

Beliau diganti oleh kakaknya Dharanindrawarman I (1107-1113) seorang berusia lanjut yang telah memasuki asrama tempat orang suci. Meskipun sebuah prasasti mencatat bahwa beliau memerintah dengan hati-hati'', beliau sama sekali tidak mampu menundukkan pemberortakan yang berlangsung selama pemerintahan saudaranya Tugas ini di jalankan oleh sepupunya dari pihak ibu, seorang muda penuh ambisi, yang menghancurkan istana Harshawarman III, meruntuhkan kelemah Dharanindrawarman I, dan dinobatkan sebagai raja dengan nama suryawarman II.

Suryawarman II (1113-1150) menjadi raja yang sangat berkuasa dalam sejarah Khmer. Coedes mengomentari: “kenaikannya bersamaan dengan kematian Jaya Indrawarman ll di Champa dan Kyanzittha di Pagan. Pengetahuan yang lebih baik tentang hubungan antara negeri-negerii ini harus menunjukkan suatu sebab akibat antara lenyapnya kekuatan antara dua orang raja dan perampasan kekuasaan oleh seorang raja Khmer yang ambisius yang mampu menghantam barat dan timur”. Musuh-musuhnya menyerbu lebih jauh daripada sebelumnya dalam sejarah Khmer tetapi prasasti dari masa pemerintahannya anehnya tidak menyebut-nyebut serangannya ke Champa dan Anam, seperti juga terhadap Mon dan T’ai di Lembah Menam. Kebanyakan terdapat di utara tempat beliau banyak menghabiskan waktu mendirikan candi-candi.

(23)

dan bahwa beliau tentu mangkat pata tahun itu. Rencana pembangunannya yang luas itu. Bersamaan dengan ledakan dan sebagian besar tidak berhasilnya politik luar negerinya, menarik negerinya kelaut kemalangan yang hanayaa dapat diselamatkan oleh Jayawarman VII.

Kurun waktu sejak kematiannya sampai naik tahtanya Jayawarman VII sangat tidak jelas. Tidak ada prasasti dewasa ini dan keterangan-keterangan mengenai itu yang harus dikumpulkan dari masa-masa yang berikut dan dari sumber-sumber luar negeri. Dharanindrawarman II, sepupunya dari pihak wanita, yang menggantikannya dalam tahun 1150 adalah penganut Buddha yang memecah tradisi lama Hinduisme. Dalam tahun 1160 beliau digantikan oleh Yasowaraman II, yang diperkirakan adalah salah seorang puteranya, tetapi bukan pewaris tahta yang sah. Putera sulungnya, Jayawarman, yang harus menggantikannya, pergi ke Champa sebagai orang buangan dengan suka rela, karena sebagai penganut Buddha beliau menarik diri daripada menyebabkab perang saudara dengan menekan kemauannya..

(24)

terutama dalam menyerang Annam. Mereka dipimpin oleh bangsawan Cham lain yaitu Ong Asnaraja, putera Jaya Harshawarman II ( 1162-1163 ) dan pewaris tahta Champa.

Satu perkembangan yang menarik di Burma selama pemerintahan raja ini, adalah keinginan untuk mempunyai pengaruh penting atas Kamboja pada pertengahan abad berikutnya. Di antara teman-teman pendeta Mon, Chapata yang tahun 1190 menegakkan satu aliran Buddha Therawada setelah orang-orang Sinhala bermukim di Burma adalah seorang bangsawan Khmer yang oleh Coedes di curigai sebagai salah satu seorang putera Jayawarman VII. Ajaran baru sekte itu dibawa oleh para pendeta missi ke negara-negara di lembah Menam dan akhirnya ke Kamboja sendiri, dengan akibat-akibat yang revolusioner. Sebab itu seperti Saiwisme, Waisnawisme dan aliran Buddha Mahayana, yang ditegakkan dari atas, doktrin baru ini dikhotbahkan kepada rakyat dan merangsang gerakan rakyat yang membawa orang-orang Khmer keseluruhan ke dalam naungan Hinayana yang tak pernah mereka tinggalkan.

(25)

Mahayana, yang di Asia Tenggara umumnya disamakan dengan Lokeswara.

Seperti ayahnya Dharanindrawarman II, beliau seorang pemeluk agama buddha dan di bawah pemerintahan beliau untuk sementara agama buddha alira Mahayana menjadi agama penting di Kamboja. Suryawarman II telah mensenyawakan Saiwisme dan Waisnawisme sedemikan rupa menjadi Wishnuraja yang sama dengan Dewaraja di Angkor Wat. Jayawarman VII melanjutkan proses persenyawaan itu pada tingkata selanjutnya dengan mewujudkan suatu pemujaan Buddharajayang berpusat di Bayon. Tahun 1933 arkeolog Perancis, Trouve, menemukan sebuah patung Buddha yang amat besar dalam suatu lubang di bawah kekuatan pusat Bayon. Ini tentu merupakan contoh dari Buddharaja. Dikuburkan disitu jelasnya selama adanya aksi kekerasan orang-orang Hindu setelah kematian Jayawarman, ketika Bayon menjadi tempat suci di Saivite dan pemujaan lingga menggantikan pemujaan Lokeswara itu.

Tetapi Saiwisme tidak lenyap selama pemerintahan Jayawarman. Tidak ada Saivite besar yang dibangun tetapi diantara tempat suci yang lebih kecil jumlahnya sebanyak yang diabdikan pada Lokeswara. Tak perlu disebut massa rakyat tetap tidak tersentuh oleh perkembangan-perkembangan dalam agama resmi ini. Mereka memberi arti bentunya yang beraneka itu menurut faham animisme dan pemujaan nenek moyang mereka sendiri.

(26)

“patung Jayadewi dengan patung raja dan patung beliau sendiri di semua kota”. Beliau menyusuri dalam bahasa Sanskerta yang sempurna prasasti terkenal di Phimeanakas yang memuat riwayat hidup suaminya.

Suatu rencana seperti ini terlalu berat untuk rakyat yang telah hancur oleh cengkeraman perang dan bangunan-bangunan Suryawarman II. Ribuan desa diwajibkan memelihara candi-candi besar, sedangkan puluhan ribu pegawai dan ratusan penari ditugaskan melayani dan menghibur. Tak tersebutkan pasukan para buruh, tukang batu, pemahat dan dekarator untuk pekerjaan bangunan. Jayawarman VII mungkin yang terbesar diantara raja-raja Khmer, dan patut dibenarkan bahwa pemerintahannya melukiskan kejayaan puncak kerajaan Kamboja, tetapi beliau memiskinkan rakyatnya dengan pajak yang berat, dan permintaan-permintaan yang mencekek leher untuk bekerja paksa dan menjadi tentara Coedes menepatkan masalah itu apakah beliau bukan agak seperti “seorang megalomaniac yang kebodohannya yang jenius itu merupakan salah satu sebab kehancuran negerinya”

Pengosongan Champa merupakan langkah pertama dalam pemecahan kerajaan. Ada alasan untuk menduga bahwa itu diikuti segera oleh kebebasan Tambralingga, meskipun apa yang sebenarnya terjadi belum jelas. Tai juga memperkuat kekuasaannya didataran lembah Menam sejauh kekuasaan Khmer. Tetapi di Kamboja sendiri, tidak ada tanda-tanda kehancuran, hanya beberapa kerusakan, hingga pada akhir abad itu memungkinkan bagi pengamat Cina, Chou Ta-kwan, untuk melukiskan sebuah kota yang sangat indah dan negeri yang makmur, meskipun ada perampokan-perampokan oleh pasukan-pasukan T’ ai.

(27)

bertanggung jawab atas tindakan vandalisme atas patung -patung Budha yang telah didirikan atas pendahulu-pendahulunya. Dibawah beliau dominasi Brahmana ditegakkan lagi.

(28)

mereka boleh dikatakan dekat dengan raja-raja. Putera-putrinya bisa menjadi ratu. Mereka sendiri adalah guru-guru kerajaan, hakim-hakim besar dan menteri-menteri. Ada seorang raja yang profesor ‘

(29)

Briggs menunjukan bahwa ada alasan baik untuk menduga bahwa beliau panjang masa pemerintahannya dan bahwa beliau raja Khmer yang menolong putra Mahkota Laos yang terbuang Phi-Fa dan anaknya Fa-Nguon mendapatkan kerajaan merdeka Lan-Chang dengan ibukotanya Muang Swa tahun 1353, hingga Fa-Nguon ‘mengawini putrinya dan bahwa melalui usaha-usaha beliau orang-orang Laos menjadi penganut aliran Hinayana. Jayawarman Parameswara dikatakan menyuruh ‘kemenakannya, segera setelah naik tahta, mengikuti ajaran Buddha dalam hubungan dengan rakyatnya. Babat Kamboja sebaliknya menempatkan serentetan empat raja, mulai dengan Nippean Bat(Nirwanapada), pada tahta di Angkor pada antara 1340-1353. Juga disebutkan pada tahun berikut raja Ajut’ia, Rama Thibodi I, merebut kota itu dan menguasainya selama 4 tahun, dalam masa itu raja Khmer mengungsi di istana Laos. Tetapi Briggs telah menarik raja-raja yang salah masuk dalam daftar ini, dengan membuktikan bersama-sama dengan orang Siam merebut Angkor, termasuk pada masa yang jauh kemudian. ‘’Mereka menyusun Babat itu’’,tulisnya jelas mengundurkan tahun pemerintahan dan kejadian-kejadian, memang menunjukkan raja-raja dan bila tidak merubah artinya dan memberi arti yang salah terhadap kenyataan-kenyataan’’.

(30)

Lampang Paramaraja, 1409-1416, Sorijovong, Sorijong atau Lambang, 1416-1425, Barom Racha, atau Gamkhat Ramadhapati, 1425-1429, Thommo-Soccorach, atau Dharmasoka, 1429-1431, dan Pocha Yat,atau Gam Yat, 1432-?

(31)

BAB III PENUTUP 2.4 3.1 Simpulan

Kamboja terletak antara 10o LU- 14o LU dan 102,5o BT-107,5o BT. Dengan Luas sekitar 181,035 Km2. Secara geografis Kamboja berbatasan dengan negara-negara lain, yaitu: Sebelah utara berbatasan dengan Negara Thailand dan Laos, Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Thailand, Sebelah timur berbatasan dengan Negara Vietnam, dan Sebelah barat berbatasan dengan Negara Thailand

Negara ini beriklim tropis, dengan wilayah yang menyerupai piring. Puncak tertingginya adalah Gunung Phnum Aoral (1.771 m).

Dongeng Khimer pada abad X mencatat prasasti yang melukiskan asal-usul keluarga raja pada perkawinan seorang pertapa, Khambhu Swayambhuwa , dengan dewi Mera yang diberikan kepadanya oleh Dewa Siwa. Ceritera ini yang jelas sangat berbeda dengan ceritera kaundinya dan putera Naga. (D.G.E. Hall 1988:91). Enam orang raja memerintah salama perjalanan abad X. Jayawarman IV (928-942) seorang perebuat tahta yang menaklukkan Yasodharapura (Angkor). Rajendrawarman II (944 968) menurunkan dari tahta putera si perebut tahta itu, Harshawarman II dan mengembalikan lagi ibu kota ke Angkor, yang tetap menjadi kota besar orang-orang Khmer sejak itu sampai terakhir di tinggalkan tahun 1432. Raja terakhir abad itu, Jayawarman V (968-1001) menyempurnakan dan mengabdikan sebuah candi Khmer yang paling indah.

(32)
(33)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Pada bulan Maret 2007, sebagian besar (63,52 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2008 persentase ini hampir sama yaitu 63,47

Salah satu cara agar siswa mengetahui proses tatanén perlu dilaksanakannya penelitian tentang “ Istilah Tatanen Menanam Padi di Desa Cikaso Kecamatan Kramatmulya

No. Jadwal waktu salat menggunakan koordinat tengah waktunya lebih lambat dari koordinat lain, karena untuk mencakup seluruh wilayah kota. Koordinat tengah yang

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi analisis optimum asam laurat, asam oleat, dan asam palmitat agar diperoleh metode yang valid yang selanjutnya digunakan

Peneliti ingin melanjutkan penelitian untuk dapat mengetahui pengaruh pada kinerja lingkungan dari kegiatan PROPER dan informasi pengungkapan sustainability report dengan

Pemerintahan negeeri Belanda menganut sistem monarki konstitusional, dimana pemerintahan didirikan di bawah sistem konstitusional yang mengakui raja (atau kaisar) sebagai

Kriteria yang serupa pada bangunan kolonial yang ada di koridor Jalan Pahlawan berupa unsur hirarki pada menara, memiliki keseimbangan yang simetris, terbentuk dari geometri persegi

The results of this study indicate that the description of the physical working environment in good enough category, description of work discipline in the