• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Politik Internasional Perspektif R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori Politik Internasional Perspektif R"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Tugas Reading Report 1 Politik Internasional

Nama : Fachri Pramuja/1506685233

Kelas : Politik Internasional A

Sumber Utama : Prakash Chandra, “Hans J. Morgenthau’s Theory of International Politics,” dalam International Politics, 3rd revised edition, PVT Ltd.,

1995.

Teori Politik Internasional: Perspektif Realisme

Perkembangan ideologi dan politik dunia saat ini memiliki perbedaan dengan yang berkembang pada jaman dahulu, sekelompok atau sebagian masyarakat yang hidup di jaman kontemporer seperti sekarang tidak banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran kepercayaan atau sistem paham yang kaku dalam menjelaskan realita dan dinamika sosial. Pada abad ke-18 manusia bersifat idealis semata sedangkan bergerak sekitar seratus tahun dari masa tersebut manusia lebih condong bersifat realistis. Dalam hal ini manusia hanya percaya pada kebenaran yang dicarinya melalui sistem kepercayaan yang sistematik dan komprehensif.

Berangkat dari pernyataan di atas, penulis akan mencoba menjelaskan pemaparan Chandra terkait politik internasional dalam bukunya yang berjudul International Politics (3rd

revised edition) dengan fokus pembahasan yang terdapat pada Bab 2 dengan sub-judul; “Hans J. Morghentau’s Theory of International Politics yang akan terdiri atas empat bagian; pertama, akan menyampaikan pemaparan singkat tentang pemikiran politik; kedua, akan membahas mengenai enam prinsip utama political realism dalam teori politik internasional Morgenthau; ketiga, dilanjutkan dengan penjabaran perspektif realisme dalam politik internasional beserta kritik yang terdapat di dalamnya; dan terakhir akan ditutup dengan kesimpulan mengenai peranan politik internasional bagi sebuah negara dalam mencapai power

dan mempertahankan national interest.

Perspektif Awal Pemikiran Politik

(2)

2

merupakan dua pesaing utama dalam pembentukan studi politik internasional.1 Political Idealism menganggap dan percaya bahwa sebuah pemikiran yang rasional dan tatanan moral politik yang berasal dari prinsip-prinsip abstrak yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat dapat dicapai melalui sifat alamiah manusia yang pada dasarnya memiliki moralitas untuk dapat menyesuaikan dirinya dalam setiap dinamika yang terjadi. Paham ini juga percaya bahwa dengan selalu mendapat pengolahan, sebuah tatanan politik akan mendapatkan kekuatan untuk bisa memperbaiki kecacatan di dalamnya. Dengan kata lain, paham Political Idealism

menjelaskan bahwa pemikiran yang bersifat rasional dan berpedoman terhadap moralitas yang

dimiliki oleh manusia akan dapat membangun sebuah tatanan yang bisa berlaku secara universal dengan didasari oleh prinsip-prinsip abstrak dari human nature.2Di sisi lain terdapat

paham yang menganggap bahwa prinsip-prinsip moral tidak sepenuhnya dapat menjelaskan fenomena nyata yang terjadi di dalam dinamika tatanan politik. Paham ini menganggap bahwa merujuk kepada peristiwa sejarah itu lebih baik dengan tujuan merealisasikan kejahatan yang lebih rendah daripada berusaha untuk memeroleh kebaikan yang sifatnya mutlak yang mengandalkan moralitas manusia yang belum tentu kebaikan tersebut akan dapat sepenuhnya terwujud mengingat bahwa human nature yang berbeda yang terdapat pada setiap individu.3 Paham ini kemudian dikenal sebagai filosofi dari Political Realism.

Filosofi dari Political Realism ini berkembang luas sepanjang akhir abad delapan belas sampai sembilan belas dan dihidupkan kembali setelah Perang Dunia II. Berbicara tentang

realism, Morgenthau dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam perkembangan aliran

realist. Sebagai seorang realist, Morgenthau memiliki fokus aliran realism sebagai penggambaran dari sebuah power. Power memang tidak selalu menjadi pembahasan utama di setiap tulisannya, namun, konsep power tetap menjadi tema besar yang dominan dalam tulisan Morgenthau dalam melihat fenomena politik menggunakan kacamata realist yang dituangkan ke dalam enam gagasan besar Political Realism.4

Enam Prinsip Utama Political Realism

Masih berkaitan dengan aliran realist, terdapat enam prinsip utama yang dikemukakan

oleh Morgenthau dalam usahanya menciptakan sebuah pendekatan teori yakni dengan enam gagasan yang berbicara tentang Political Realism sebagai pendekatan terhadap politik

1 Prakash Chandra, Hans J. Morgenthau’s Theory of International Politics,” dalam International Politics, 3rd revised edition, PVT Ltd. (Delhi: Vikash Publishing House, 1995), hlm.18.

(3)

3

internasional. Prinsip pertama dari Political Realism berbicara bahwa politik diatur oleh aturan-aturan objektif yang dasarnya mengacu pada sifat-sifar dari human nature. Prinsip ini mengatakan bahwa aturan-aturan dimana para aktor dapat dengan bebas bergerak di dalam dunia sosialnya itu bersifat abadi.5 Dengan argumen lebih lanjut, Morgenthau mengatakan bahwa sifat alamiah yang terdapat di dalam seorang aktor internasional itu tidak berubah dari sejak aktor itu berperan sebagai sebagai representasi dari bangsanya.

Prinsip yang kedua ialah, elemen utama dari Political Realism adalah national interest

yang sering diasosiasikan terhadap konsep power di dalamnya. Pada prinsip yang kedua ini,

Morgenthau berpendapat bahwa power bukanlah hanya sebuah alat untuk menganalisa namun juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam perancangan kebijakan-kebijakan suatu negara.

Untuk itu, berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Morgenthau, foreign policy harus memiliki konsentrasi terhadap persyarata-persyaratan politik yang dapat menyukseskan dari setiap kebijakan yang diajukan ketimbang hal-hal lain yang sifatnya didasari oleh preferensi ideologi yang berarti bahwa dalam upaya suatu negara memenuhi kepentingan yang dibutuhkan, negara tersebut akan terus mempertahankan ideologi miliknya walaupun tidak sejalan dengan negara yang diajak untuk bekerja sama dan dapat menimbulkan clash of interest.6

Prinsip yang ketiga yaitu, pandangan mengenai Political Realism tidak selalu mengacu pada pengertian power sebuah negara untuk mendapatkan interest-nya. Morgenthau percaya bahwa keadaan di saat suatu fenomena terjadi memiliki pengaruh besar dalam membentuk

interest sebuah negara, sehingga penyesuaian terhadap power akan selalu dibutuhkan mengingat keadaan atau stabilitas dunia yang sifatnya selalu berubah-ubah.7

Prinsip keempat yang dikemukakan oleh Morgenthau adalah, pentingnya moral dalam menjalankan setiap aksi politik dengan menyatakan bahwa prinsip tentang moral yang bersifat universal disarankan untuk tidak diterapkan di dalam formulasi universal yang bersifat abstrak yang semestinya telah dimodifikasi dalam upaya memenuhi persyaratan-persyaratan political

morality.8

Prinsip kelima yang digagas Morgenthau yaitu, Political Realism menolak untuk

menerima identifikasi antara aspirasi moral dari sebuah negara tertentu dengan aturan moral yang telah diatur secara universal. Hal ini bertujuan agar kebijakan-kebijakan yang nantinya

5 Ibid.,

(4)

4

akan dirancang oleh sebuah negara tidak bingung dalam mengoperasikannya karena khawatir akan berbenturan dengan prinsip-prinsip moral yang bersifat universal.9

Prinsip keenam yang disampaikan oleh Morgenthau adalah Political Realism dapat berperan sebagai sebuah wadah yang secara intensif dapat mendukung aktivitas politik sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas suatu instrumen politik bekerja di dalamnya.10

Secara umum, enam gagasan realisme politik Morgenthau berangkat atas kesadaran Morgenthau untuk memisahkan antara sesuatu yang nyata dan faktual dari sesuatu yang diharapkan dan ingin dicapai. Sehingga, enam gagasan besar ini merupakan keadaan yang

benar terjadi dalam pada saat itu dan bukan berdasarkan khayalan atau perkiraaan-perkiraan Morgenthau yang dalam perumusannya Morgenthau menggunakan perspektif realisme sebagai

kacamata sudut pandangan dalam memahami politik internasional.

Perspektif Realisme dalam Politik Internasional

Perspektif realisme dalam politik internasional yang dibawa oleh Morgenthau sebagai pengenalan terhadap studi politik internasional terdiri atas beberapa hal; pertama, human nature, Morgenthau berpendapat bahwa human nature merupakan sifat yang ada di dalam diri manusia.11 Sifat self-centered, self-regarding, dan self-interested yang merupakan salah satu dari beberapa human nature yang dimaksud, dimiliki oleh setiap manusia sejak dulu dan sampai saat ini masih ada pada setiap diri individu.Sifat dari tiap individu tersebut juga dapat direfleksikan oleh sifat suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Bila diamati hubungan yang terjadi antarnegara saat ini dapat dilihat bahwa dalam setiap interaksinya negara memiliki sifat self-centered, self-regarding, dan self-interested.

Hal ini juga berkaitan erat dengan salah satu sudut pandang realisme dalam politik internasional yang dibawa oleh Morgenthau yakni; National Interest, Morgenthau mengartikan

national interest sebagai power. Power selanjutnya didefinisikan oleh Morgenthau tidak hanya sebagai sasaran melainkan juga sebagai tujuan.12 Contohnya ialah seperti, saat sebuah negara ingin memperbesar power yang telah dimiliki sebelumnya, negara tersebut juga harus menggunakan power untuk dapat mencapai hal tersebut. Dalam arti yang sempit, power

diartikan sebagai force atau tekanan, power tidak terbatas pada kekuatan militer atau secara fisik saja, tetapi ancaman atau tekanan secara psikologis juga dapat diartikan sebagai suatu

power. Lebih lanjut lagi, national interest yang didefinisikan sebagai power artinya dapat

9 Ibid.,

(5)

5

berubah-ubah tergantung pada keadaan waktu dan lingkungan. Hal ini terlihat relevansinya ketika mengamati perubahan-perubahan kebijakan luar negeri suatu negara terhadap negara lain.

Namun di lain sisi, saat negara harus seeks for power seperti yang diungkapkan oleh Morgenthau, Chandra berargumen bahwa sebuah keharusan oleh negara dalam memeroleh

power membawa teori yang politik yang dikemukakan oleh Morgenthau menjauh dari ranah

realist. Hal ini terjadi karena terdapat dua kombinasi yang tidak konsisten saat Morgenthau menggabungkan elemen yang bersifat empirik dan normatif dalam satu keadaan. Sehingga

teori yang telah diformulasikan oleh Morgenthau tidak sepenuhnya beraliran realist melainkan terdapat nilai-nilai normatif dan value-oriented di dalamnya.13

Kesimpulan

Gambaran politik internasional merupakan gambaran tentang bagaimana hubungan antara fenomena-fenomena yang ditemui dapat dikategorikan sebagai suatu pengetahuan yang utuh secara sistemastis dan logis dan dapat dipahami dari berbagai sudut pandang. Berkaitan dengan perspektif realisme dalam perkembangan politik internasional, kehidupan politik sangat erat hubungannya dengan aspek kehidupan lainnya seperti; ekonomi, hukum, moral, dan lain sebagainya, namun dalam hal ini para realist ingin menjaga kemandirian politik dari aspek yang lainnya. Keinginan suatu negara adalah power seperti halnya keinginan seorang praktisi ekonomi yaitu mencapai suatu keuntungan. Keterkaitan aspek-aspek itu cukup besar tetapi dalam kaitannya dengan ruang lingkup politik, hal-hal tersebut diposisikan atau diprioritaskan tidak lebih dulu daripada kepentingan politik itu sendiri karena tetap saja power

sebagai upaya mencapai national interest merupakan tujuan utama dari para penganut realist.

Berangkat dari pernyataan tersebut, sebagai bahan diskusi di masa mendatang, penulis ingin mempertanyakan hal terkait interseksi yang mungkin saja dapat terjadi di dalam instrumen kemandirian politik yang hingga saat ini kaum realist masih pisahkan hal tersebut dari aspek-aspek lainnya. Apakah mungkin saat keadaan politik dan national interest sebuah negara semakin kompleks akan terjadi interseksi antara kemandirian politik dengan aspek-aspek lainnya berdasarkan perspektif realisme ?

(6)

6

Daftar Referensi

Referensi

Dokumen terkait