• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KESADARAN DIRI UNTUK KARAKT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENINGKATKAN KESADARAN DIRI UNTUK KARAKT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KESADARAN DIRI UNTUK KARAKTER BEDA, BERMAKNA DAN MULIA

(Increasing Self Awareness of Different Character, Meaningful and Noble)

Oleh : Dr. H. Jarkawi, M.M.Pd Setiap orang memiliki karakater yang berbeda, sebagai hasil pendidikan dan pembelajaran di lingkungannya baik dalam keluarga, masyarakat, sekolah/madrasyah dan di peruguruan tingiserta kemampuan sesorang yang dibawanya sejak lahir dari hasil genitika dari kedua orang tuanya. Perbedaan karakter seseorang dalam beriteraksi dengan dirinya sendiri (interpersonal)dan dengan lingkungannya (intrapersonal)menimbulkan berbagai perubahan sebagai dampak hasil interaksi tersebut kadang seseorang terbentur, kadang terbawa, kadang tertinggal, bahkan hancur terlindas oleh perubahan itu sendiri melalui rekontruksi jiwa dan social kemasyarakatan dengan standar yang terukur menuju modernisasi kehidupan.Bagi seseorang yang mampu dan cerdas dalam menyikapi suatu benturan, terbawa, tertinggal dan hancur akan mampu melakukan kreativitas, produktivitas, efektivitas serta out come dengan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran diri akan suatu perbedaan dan kerelatipan suatu kehidupan sebagai eksestensi universal untuk

mesenergikan sehingga terjadilah suatu kekuatan dan lompatan yang luar biasa membentuklah suatu karakter berbeda tapi bermakna dan mulia untuk berkompetisi dalam kebidupan dunia ini, seperti yang dikemukan oleh Taufik Bahaudin segala permasalahan hanya bisa di atasi dengan berbagai jalan keluar yang harus

dikembangkan sendiri (Taufik bahaudin,2007 :57)

Karakter beda tapi bermakna dan mulia merupakan suatu lompatan dalam berpikir, berpandangan dan bersikap serta berkeyakinan dalam suatu komplesitas kehidupan yang selalu terjadi perubahan seiring dengan “bumi berputar bola bergulir” dengan memperhatikan factor internal dan eksternaluntuk selalu diamati,

diinterprestasikan dianalisis, disentisis, membuat hipotesa dan kemudian di uji dalam ilmu modern(Willy F Maramis, 2009 :8)guna menerima, menyikapi,menyadari akan perubahan tersebut sehingga akan mampu berkompetisi dan beradu cepat mencapai garis finis,untuk memenangkan persaingan. Para penyelenggara pendidikan harus memiliki spiritdengan berada di depan dalam persaingan kehidupan bahwa mereka akan sampai lebih dulu digaris finis(Dedi Mulyasana, 2011:183) Tidak difungkiri juga ada karakter beda tapi kurang bermakna dan lemah kemuliannya dikarenakan kemampuan yang lemah keyakinannya, lemah kesadarannya, lemah pemahamannya akan dirinya dan lingkungannya tidak melakukan evaluasi diri saat menghadapi kompetesi dalam kehidupan dengan melakukan pemberontakan, peperangan, penistaan, penipuan, penjajahan dan pertikaian sehingga tergeser dan terabaikan bahkan terlambat mencapai garis finis,serta tidak menutup kemungkinan musnah ditelan ruang dan waktu dalam persaingan kehidupan.

(2)

muslim. Dari sisi masyarakat rasa tanggung jawab terhadap anggota masyarakat pun sangat kental sekali dengan kepeduliannya akan suatu nilai kebaikan, kebenaran dan kejujuran serta kerjasama, dimana kerjasama saat ada hajat perkawinan seminggu sebelum hari perkawinan sudah berkumpul memberikan bantuan tenaga dan pikiran agar terselengaranya hajat warganya untuk berjalan lancar dan sukses, membantu warga dalam menyelesaikan bangunan rumah sebagai tempat berteduh. Dilihat dari sisi guru begitu juga mendidik dan mengajar dengan rasa tanggung jawab yang tinggi akan pembentukan akhlak siswanya dengan pengorbanan yang tiada tara sampai sampai melahirkan suatu inspirasi dengan menghasilkan sebuah lagu “Umar Bakri”. Siswanyapun begitu pula, tidak mampu memandang mata gurunya yang begitu berwibawanya seorang guru, dan rasa hormat siswapun tergambar dalam sikap dan prilaku siswa terhadap guru dengan menjelang lebaran memberikan zakat fitrahnya kepada gurunya dan ada pula memberikan sebotol minyak tanah untuk gurunya sebagai tanda terima kasihnya akan pendidikan dan pembelajaran yang diberikan oleh gurunya.

Perubahan terus terjadi seiring dengan kebutuhan manusiadimana menurut Moslow yaitu kebutuhan fisik, keamanan, social, harga diri dan akuntabilitas (Willy F Maramis, 2009 :53 ) yang selalu tumbuh dan berkembang dari deti kedetik, dari hari ke hari, dari minggu keminggu, dari bulan kebulan, dari tahun ke tahun dan dari masa kemasa. Dulu orang cukup makan dengan nasi atau jagung beserta sayur mayur dan lauk pauknya di tambah buah pisang atau lainnya serta air susu, sekarang banyak menu makanan tersedia dan tinggal kita memilihnya sesuai selera masing masing apakah ? masakan banjar, Eropa, Korea, Jepang, Timur Tengah di tempat tempat rumah makan dan restoran kapan saja kita mau. Dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi, dulu orang menulis naskah dengan lai demudian pensil ke polpen terus mesin tik, dan sekarang computer dengan berbagai program yang dapat digunakan secara efektif dan efesienDahulu orang mau bepergian antar pulau menggunakan perahu kemudian pesawat terbang dengan baling balingnya sekarang dengan pesawat berbadan lebar yang mampu mengangkut penumpang sampai 300 orang dengan waktu yang relative cepat dan memanjakan penggunanya. Dulu orang ingin belajar dan membaca buku terbatas dengan ruangan dan waktu yang tersedia, sekarang kapan saja dimana saja bahkan menembus batas antar negara dimuka bumi ini dengan sisten internet yang begitu cepat perkembangannya untuk menjelajahi kedunia maya yang sangat luas untuk mendapatkan informasi dan berbagai ilmu pengetahuan dan teknolgi yang berteknologi tinggi.

Perubahan membentuk suatu kompleksitas kehidupan seseorang sebagai konsekuensi dari perubahan yang terjadi dengan penindasan, penistaan, pemusnahan dan pertikaian menuju suatu modernisasi dan rasionalisasi kehidupan seseorang yang pada akhirnya terjadi chouse kehidupan terus merambat kesemua sendi-sendi

kehidupan seseorang, keluarga, masyarakat, sekolah dan Negara bahkan dunia. Perbedaan tidak bisa kita hindari, dia ada seiring dengan perubahan yang terjadi mau tidak mau, suka atau tidak suka, menerima atau tidak menerimanya. Ini suatu masalah yang tidak boleh dibiarkan dan dijawab dengan kebiasaan-kebiasaan di mana-mana sudah mentradisi (Sanusi, 2009 :86) Justru perbedaan itu perlu disikapi dan dimaknai serta dimulaikan dengan arif dan bijaksana agar mampu bersaing dan berkelanjutan dengan suatu kemajauan berpikir dan berperilaku yang beda tapi bermakna dan mulia.

(3)

letak akar permasalahannya karakter ?, Siapa yang bertanggug jawab untuk karakter ? Bagaimana kesadaran diri dalam membentuk karakter?

Karakter sangat berkaitan dengan kejiwaan seseorang dan dalam pembentukan karakter telah terjadi pergeseran nilai nilai kehidupan dikarenakan dari suatu tuntutan perubahan pada setiap orang maupun kelompok dari beranjak akan Worldview yakni pandangan kehidupan tentang dunia, apakah “hidup untuk dunia atau dunia untuk hidup” ini suatu ketentuan yang akan dipilih oleh setiap orang maupun kelompok seiring waktu berjalan menuju pada suatu harapan akan menjadi suatu kenyataan. Di dalam menentukan pilihan menjadi suatu ketentuan ini membuat orang berprilaku jujur, memegang janji, berkomonikasi etik, dan memiliki kecerdasan dalam mengatasi semua persolan kehidupan ini dan bisa juga terbalik dengan berprilaku dusta, ingkar janji, berkomonikasi yang kurang etik, dan kurang cerdas.Orang berkarakter jujur, memegang janji, berkomonikasi etik, dan memiliki kecerdasan tentu dia akan memilih hidup untuk dunia artinya dia selalu bersyujur dan berdo’a dalam hidupnya sehingga selalu muncul kesadaran bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah, dan mengakui serta menyakini akan sesuatu telah ada yang mengatur dari yang Maha Alim lagi Mulia Yakni Tuhan Yang Maha Esa dan ini terpancar dalam dia berprilaku dalam kesehariannya yang pada akhirnya membentuk suatu karakter. Sebaliknya Orang yang berkarakter tidak jujur, mengingkari janji, berkomonikasi kurang etik, kecerdasannya lemah dia telah meilih dunia untuk hidup artinya dia selalu merasa kurang, lupa akan tuhannya yang telah memberikan amanah sebagai khalipah di muka bumi, karena dalam dirinya merasakan dan meyakini bahwa dunialah yang dapat menghidupinya dan terpancar dalam dia berprilaku dalam kesehariannya bahkan lebih dari binatang tanpa ada pertimbangan dan pemahaman dengan benar akan kehidupan di muka bumi ini yang penting dunia dikuasai untuk hidup. Seperti apa yang telah dikemukan dalam kamus besar bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional dimana kata karakter berarti Sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseoang dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak. Maka istilah berkarakter artinya memiliki karakter, memiliki kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.(Depdiknas, 2010): Dalam Undang Undang No 20 Tahun 1012 Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Dari beberapa poin dari undang undang tersebut dapat kita butiri seperti kemandirian, tanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) sehingga dalam pelaksanaan pendidikan dapat dilaksanakan dan diamalkan dalam praktik di setiap jenis, jenjang dan tingkatan pendidikan yang sesuai dengan karakter budaya bangsa,dan selanjutnya karakter dikatakan dalam Kemdiknas adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internasionalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.Kemdiknas (2010)

(4)

memberikan gambaran tentang apa yang ada dibalik wujud sebagaimana dikatakan Muhammad Sayyid Qutthb dalam buku Efistemologi Psikologi Islam bahwa seorang muslim yang memiliki at-tassawur islamyakan terdapat di dalam benaknya

sekumpulan keyakinan dasar tentang gambaran wujud dan apa yang ada dibalik wujud itu (Yudi Purwanto, 2007: 1). Dalam seseorang berpandangan sangat kental sekali berkaitan dengan agama, filsapat, aliran kepercayaan, tata nilai dan arus informasi yang terus belangsung.Seorang berpandangan bahwa suatu pandangan bukan produk sejarah walaupun dicatat sejarah melainkan terbentuk secara sengaja melalui intelegence design alam gaib yang menjadi suatu keimanan.( 2007:3) dari sisi lain pandangan seorang tentang dunia juga mengungkapkan konsepnya tentang worldview seperti yang dikemukakan Ninian Smart bahwa sebagai kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai motor bagi keberlangsungandan perubahan sosial serta moral (2007:2). Semua kehidupan di dunia ini dipandang dari satu keyakinan (tauhid) oleh karena itu setiap prilaku seseorang tidak terlepas dari berkeyakinannya (tauhid) dalam dia berprilaku yang menjadikan suatu karakter. Seseorang yang berkeyakinan (tauhid) akan menjadi Al Qur’an dan hadist sebagai rujukan dia dalam berprilaku yang sudah teruji dengan nilai-nilai sacraldan hukum-hukumnya bersipat final sehingga dalam memandang dunia realita berdasarkan akal dan hikmah setelah mengkaji dan memahami berita langit (All Qur’an) maka memamahi dunia realita tidak bersipat khayalan maupun tidak terjatuh pada emperis berdemensi indrawi. berbeda dengan seseorang yang mengandalkan keterbatasan rasio dengan memahami dunia diluar jangkauannya dimana saat dia meyakini berita di luar dirinya yang tidak terjangkau oleh rasio maka dia katakan tidak ada sedangkan saat rasionya mampu menjangkaunya dia katakana ada sehingga lebih berkeyakinan terhadap berita yang hanya mampu dijangkau oleh rasionya tanpa mau mengkaji dan memahami berita langit (Al Qur’an).Kehidupan ini sangat ditentukan oleh Worldviewdalam pembentukan karakter apabila berpandangan bahwa dunia realita adalah sesuatu yang bersumber dari keyakinan (tauhid) dengan rujukan Al Qur’an, Hadist serta Ijma Ulama sebagai pewaris nabi maka dalam berpikir dan berpemahaman serta berperasaanya akan tidak terlepas dari Al qur’qn, Hadish, serta Ijma Ulama dan apabila seseorang berpandangan tentang dunia dengan mengandalkan rasio semata dapat dibayangkan bagaimana karakternya bisa jadi seperti binatang. Pergeseran nilai-nilai kejujuran, kebersamaan, kepedulian dari suatu karakter seseorang tentunya dikarenakan tergeresnya Worldview seseorang, disnilah akar permasalahan karakter bangsa kita sekarang ini yang dapat kita saksikan bersama dari berbagai berita di media masa. Para pejuang dan pendiri bangsa ini sudah

melatakkan dasar negara kita adalah Panca Sila sebagai dasar Negara dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Eka ini artinya betapa pentingnya masalah keyakinan (tauhid)

Dalam berpeikir, berpemahaman dan berpersaan tentang sendi-sendi

(5)

guru, dosen, guru bk dengan standar akdemik yang telah ditentukan oleh BNSP (badan nasiona standar pendidikan). Sedangkan educasi di dalam pendidikan

nonformal adalah merupakan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat atau dalam masyarakat seperti Bimbel (bimbingan belajar), Kursus-kursus dan lainnya. Adapun educasi di informal merupakan suatu pendidikan pertama dan utama yang belangsung dalam keluarga karena sejak anak lahir kemuka bumi telah diberikan pertama kali dan utaman educasi oleh ibunya sebagai orang tua dengan harapan anaknya akan menajdi orang yang berakhlak mulia.

Membangun kesadaran berpikir, berpemahaman dan berperasaan dengan worldview berbeda, bermakna dan mulia sangat terkait dengan kejiwaan manusia akan pentingnya worldviewdalam pembentukan karakter dengan struktur kejiwaan manusia sebagai berikut :

1. Menurut Sigmun Ferud.

Menuru Sigmun Freud bahwa struktur kesadaran manusia itu ada tiga yakni :

Gambar 1

(6)

karakter seseorang ditentukan oleh energy biologis-psikis dan pengalaman masa dini (Nurdin Ady, jarkawi, Hamzah, 2012 :21)

2. Pandangan Viktor Franki

Dalam pandangan ini dimensi spiritual sebagai dimensi neotik (spiritual)akan tetapi dimensi neotik disini bukan ruh melainkan suatu kemampuan

transendensidan pengayaan luhur manusia yang dianggap sebagai inti dari dimensi lainnya sehingga digambarkan seperti gambar lingkaran-lingkaran konsentrik.

Gambar 2

Pandangannya terhadap manusia berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup atas kesanggupannya dalam menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan bertanggung jawab, kecemasan sebagai sipat unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendirian dan berada dalam hubungan dengan orang lian, keterhinggaan dan kematian dan kecendrungan mengaktualisasikan diri

Kedua pendapat tersebut belum menyentuh masalah ruh dalam suatu struktur kesadaran atau kepribadian dan ruh berada di atas alam sadar serta sifatnya gaib hanya disentuh dengan keyakiman yakni dengan keimanan (tauhid). Diamana ruh dalam struktur kesadaran sebagai berikut :

(7)

Dalam pandangan ini ruh sebagai (supra counscios) dimana sebagai suatu alam di atas alam sadar manusia yang merupakan suatu daerah keimanan (esoteris). 3. Aqliyah dalam naungan Naqliyah

Dalam pandangan aqliyah dan naqliyah ruh merupakan bagian dari esoteris yang hanya bisa dijangkau dengan keyakinan dan keimanan (tauhid) yang datangnya dari Allah SWT. Aspek ruhaniyah dilihat dari dua daya ruhaniyah sesuai dengan yang dimilikinya (Yudi Purwanto, 2009 : 161) pertama dari dimensi ar-ruh dan kedua al-fitrah.

Gambar 4

Dimensi ar-ruh berasal dari Allah SWT ketika ar-ruh ada bersama dengan badan dan jiwa maka ar-ruh tetap memiliki daya yang dibawa dari asalnya yang disebut dengan daya spiritual serta daya ini yang menarik badan dan jiwa menuju Allah SWT, daya ini pula membuat manusia memerlukan agama, daya spiritual ini sangat tergantung tingkat perkembangan nafs, aqal, qalbu. Sedangkan dari dimensi al-fitrah sebagai psikis manusia bukan hanya memiliki daya-daya, melainkan juga sebagai identitas esensial yang memberikan ranah kemanusian bagi an-nafs (jiwa) agar tidak bergeser dari kemanusiannya. Sebaliknya apabila nafs bergeser melampaui al-fitrah maka jiwa akan keluar dari al-firah

kemanusiannya baik dalam pandangan positif kehilangan nafsu insaniah sehingga masuk kedimensi malaikat, maupun negative manusia telah kehilangan

spritualnya sehingga masuk didemensi syaitan.

Kesadaran merupakan suatu kemampuan seseorang dalam melakukan relasi dengan orang lain dan lingkungannya serta mampu membatasi limitasi terhadap orang lain dan lingkungannnya. Limitasi dapat dilihat dari dua sisi yakni sisi pertama dari kuantitas bisa tinggi dan bisa rendah, apabila respon tinggi individu terhadap stimulus maka prilakunya yang terlihat pemarah, sedih, menyendiri dan apabila respon individu rendah terhadap stimulus maka prilakunya komonikasi tergagnggu sering berubah pikiran, persepsi berlebihan, kedua dari kualitas dimana individu tidak memandang dirinya atau tidak perduli akan dirinya, prustasi.

(8)

DIA melingat dan mendengar segala apa yang dilakukan oleh dirinya dimuka bumi ini dan meyakini adanya malaikat sebagai mahluknya yang diberi tugas mencatat amal baik dan buruk, meyakini juga akan para Nabi dan RasulNYA, Kitab-kitanNYA, hari kiamat serta percaya kepada qada dan qadarNYA. Keyakinan yang dihayati dan di lakukan dengan apa yang boleh dan apa yang dilarang sesuai dengan Al qur’an dan Hadish Nabi Muhammad SAW serta Ijma ulama sebagai bukti berkeyakinannya (tauhid) yang benar, bukannya Al qur’an dijadikan pembenaran apa yang dilakukan. Serta dengan keyakinannya itulah manusia melakukan interaksi dan komonikasi dengan dirinya dengan tuhannya, dengan manusia dan makluk lainnya serta alam semesta.Ini merupakan suatu kekuatan dalam diri manusia dalam membangun kesadaran yang tinggi untuk membentuk karakter berbeda, bermakna dan mulia sebagaimana dalam teori Spiral Dynamics dengan pemahaman sebagai suatu kekuatan dalam diri manusia yang paling dalam (Taufik Bahaudin, 2007 :57)

Dalam membangun suatu karakter berbeda, bermakna dan mulia manusia tentunya melakukan suatu interkasi dan komonikasi dimana manusia dalam pelaksanaannya dia melakukan suatu transaksional yakni melalui hubungan secara interpersonal dan intranpersonal.Interpersonal yakni hubungan dirinya dengan Allah SWT secara fisik dia mengucapkan kalimat tauhid LAILAHAILLAH MUHAMMAD DURASULULLAH SAW sampai merasuk jiwa dan raganya serta terpatri dalam jiwanya bahwa dia lemah tak berdaya dihadapan tuhannya yang Maha Alim lagi Maha Mulia dan juga sejenak bernafas untuk merasa kehadiran sang pencipta bahwa Dialah yang Maha Berkuasa lagi Maha Mulia sampai kedalaman lautan rasa yang sangat dalam dan mengistiqamahkan segala perintah dan laranganNYA. Disamping interpersonal juga melakukan interaksi dan komonikasi secara intrapersonal yakni dia juga sebagai manusia perlu berinteraksi dan berkomonikasi sesara social kemasyarakat dengan orang disekitarnya dan semua mahluk serta alam sekitarnya sesuai dengan apa yang telah dilarang dan di suruh dalam Al qur’an dan hadish serta ijma ulama`.

Untuk proses menjadikan karakter berbeda, bermakna dan mulia perlu suatu educasi sehingga benar-benar membentuk karakter yang berbeda, bermakna dan mulia melalui beberapa lembaga pendidikan yakni pendidikan formal (sekolah), pendidikan (informal (keluarga), pendidikan non formal (masyarakat). Dalam ketiga lembaga tersebutlah proses pembentukan karakternya berbeda, bermakna dan mulia.

(9)

Gambar 5

Kesimpulan :

Meningkatkan kesadaran diri untuk karakter Berbeda, Bermakna dan Mulia (BBM) dengan memberdayakan spiritual power sebagai suatu kekuatan dalam diri manusia yakni :

1. Membangun kesadaran yang tinggi dengan spiritual power( energy spiritual) dalam wilayah ketauhidan(esoteris) dengan keyakinan berupa Iman, Islam dan Ihsan

2. Menginplemntasikan melalui interkasi dan komonikasi (transaksional) baik interpersonal maupun intrapersonal

3. Mengistiqamahkan dengan proses educasi baik di keluarga, masyarakat maupun sekolah/kampus

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Ady Nurdin, Jarkawi, Hamzah (2012), Ketrampilan Bimbingan dan

Konseling/Psikoterapi melalui Hablun Minallah Binafsi Minannas Dalam Praktik Pendidikan, Banjarmasin, CV Hasanu Utama

Kemdiknas. 2010. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: Kemdiknas.

Maramis Willy F., Albert A. maramis,(2009), Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya, Airlangga University Press

Mulyasana Dedy. (2011). Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung, Rosida

Purwanto Yudi, ( 2009), Epistomologi Psikologi Islam, Bandung, Relika Adtama

Sanusi Achmad, (2009), Refleksi Diri 80 Tahun, Bandung, Nusantara eduvation Program Pascasarjana Universitas Islam Bandung

Bahaudin Taufik, (2007), Brainware Leadership Mastery, Jakarta, PT Elex Media Komputindo

Gambar

Gambar 1Ketiga struktrur tersebut akan membentuk suatu prilaku manusia yang berkarakter
Gambar 5Kesimpulan :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang yang dilakukan oleh Lita Susanti (2013) dari hasil pengkajian data ditemukan sebagian besar anak dengan Tunagrahita memliliki

Pada penelitian tersebut menyatakan bahwa estimasi dari model dinamis pelacakan radar yang terdiri dari model tak linier telah menunjukkan hasil estimasi yang lebih baik dari

The questions are what the injustices are caused by revolutionaries as reflected in the plot and how the novel reveals criticism toward Revolutionaries as experienced by

Mengalami suatu perubahan dalam hidup kemungkinan tidak mudah untuk dihadapi oleh seseorang. Perubahan yang dialami salah satunya ialah mengalami kecacatan fisik bukan

pyogenes dari Sirup Ekstrak Etanol Daun Karamunting ( Rhodomyrtus tomentosa , (Aiton) Hassk) ” diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

LOS 43.c: Explain the role in a portfolio, economic value determinants, investment characteristics, and principal risks of private real estate.. LOS 43.l: Explain the role in

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak kulit buah manggis ( Garcinia mangostana L.) terhadap sifat fisik dan stabilitas

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga atas izinNya penulis dapat menyelesaikan laporan Karya