• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Profitabilitas 2.1.1 Pengertian Profitabilitas - Analisis Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada CV. Grand Maximum Seafood Restaurant di Jalan Merak Jingga NO 2D Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Profitabilitas 2.1.1 Pengertian Profitabilitas - Analisis Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada CV. Grand Maximum Seafood Restaurant di Jalan Merak Jingga NO 2D Medan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Profitabilitas

2.1.1 Pengertian Profitabilitas

Tujuan utama suatu usaha adalah untuk memaksimalkan nilai usaha dan menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan memaksimalkan keuntungan (profitability). Salah satu tujuan memaksimalkan

profitability tadi dapat diartikan sebagai kemampuan suatu usaha agar dapat memperoleh laba. Banyak usaha yang berjalan pada awalnya tidak memiliki kemampuan ini, sehingga ditengah perjalanan akan mengalami kesulitan keuangan yang berujung pada kerugian. Untuk itu, bagaimanapun kondisinya, suatu usaha harus memiliki profitabilityyang bagus atau menjaga kestabilan usaha agar tetap bertahan dan mampu menghadapi persaingan.

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu usaha dalam mendapatkan laba atau keuntungan. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan suatu usaha dalam mencari keuntungan (Kasmir,2008 : 196). Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu usaha.Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

(2)

beberapa periode operasi.Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan usaha dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:197), tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi suatu usaha ataupun bagi pihak luar, yaitu :

1. Untuk menghitung atau mengukur laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

7. Dan tujuan lainnya.

Sementara itu manfaat yang diperoleh dari penggunaan rasio profitabilitas adalah untuk :

(3)

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal

pinjaman maupun modal sendiri.

2.1.3 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Menurut Agus Sartono (2005 : 123) terdapat beberapa rasio untuk mengukur seberapa besar efektivitas manajemen mengelola

assets dan equityuntuk menghasilkan laba, yaitu : 1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Gross Profit Margin=

Atau

=

Contoh

(4)

Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012 Gross Profit 3,803,399 3,101,785 3,609,349 3,934,908 4,357,482 Sales Revenue 8,161,217 7,424,283 8,843,721 10,772,582 11,564,319 GPM (%) 46.60 41.78 40.81 36.53 37.68

Sumber : Laporan Keuangan IDX

Semakin tinggi profitabilitasnya berarti semakin baik.Tetapi perlu diperhatikan bahwa gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit marginakan menurun begitu pula sebaliknya.

2. Margin Laba bersih (Net profit Margin)

Net profit Margin=

Apabila gross profit margin selama satu periode tidak berubah sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan.

Contoh :

Total Laba bersih setelah pajak : 217,588,779 (3 bulan)

Total penjualan : 2,823,170,138 (3 bulan)

(5)

NPM = , ,

, , , x 100 %

= 7,71%

Artinya, setiap penjualan Rp 1 maka akan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 7,71.

3. Return on Investment ( ROI)

ROI =

Return on Investment atau return on assets menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.

Contoh:

Total Laba bersih setelah pajak : 217,588,779 (3 bulan)

Total Aktiva : 11,082,197,952

Untuk menghitung ROI, Net Income perlu disetahunkan terlebih dahulu dengan dikalikan 4. Net Income menjadi 870,355,116 (disetahunkan)

ROI = , , , , , x 100 %

= 7,85 %

(6)

4. Return on Equity (ROE)

ROE =

Return on equity mengukur kemampuan usaha memperoleh laba yang tersedia. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar.

Contoh :

Total Laba bersih setelah pajak : 217,588,779 (3 bulan)

Total Modal : 2,625,968,648

Untuk menghitung ROE, Laba bersih perlu disetahunkan terlebih dahulu dengan dikalikan 4.

Laba bersih : 870,355,116 (disetahunkan)

ROE = 870,355,116 x 100 %

2,625,968,648

= 33,14 %

Artinya, setiap rupiah dari modal akan menghasilkan laba sebesar Rp 33,14.

5. Earning Power

(7)

Earning power merupakan tolok ukur kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran aktiva. Apabila tingkat perputaran aktiva meningkat dan net profit margin tetap maka earning power juga kan meningkat.

Contoh:

Total Penjualan : 2,823,170,138 Laba bersih setelah pajak : 870,355,116

Total Aktiva : 11,082,197,952

Earning Power = 2,823,170,138

x

870,355,116

11,082,197,952 2,823,170,138

= 0,25 x 0,31

= 0,0775

= 7,75 %

(8)

2.2 Modal Kerja

2.2.1 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha. (Ridwan Sundjaja,2003 : 187).

Jumingan, (2006 : 66) mengemukakan terdapat dua defenisi modal kerja yang lazim dipergunakan yakni sebagai berikut :

1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang.

(9)

Disamping dua defenisi modal kerja di atas, masih terdapat pengertian modal kerja menurut konsep fungsional. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya suatu usaha. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:189) besarnya modal kerja yang dibutuhkan dalam suatu usaha tergantung pada beberapa hal, yaitu :

1. Besar kecilnya skala suatu usaha

Kebutuhan modal kerja pada usaha yang besar berbeda dengan usaha kecil. Hal ini terjadi karena perusahaan besar mempunyai keuntungan kare lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan usaha kecil yang sangat tergantung dengan beberapa sumber saja.

2. Aktivitas usaha

Usaha yang bergerak dibidang jasa tidak memiliki persediaan, dan usaha menjual persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu usaha. 3. Volume penjualan

Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja juga akan ikut meningkat demikian pula sebaliknya.

(10)

Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasistas maksimum dapat tercapai.

5. Sikap terhadap likuiditas dan profitabilitas

Adanya biaya dari semua dana yang digunakan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba, tetapi dengan menahan kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat usaha lebih mampu untuk membayar transaksi-transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup.

2.2.2 Elemen Modal Kerja

Adapun elemen-elemen modal kerja adalah sebagai berikut :

1. Kas

(11)

Tetapi sebaliknya, apabila kas yang dimiliki terlalu banyak maka akan timbul kesan bahwa tidak dapat memanfaatkan kas dengan baik. Oleh karena itu, penentuan jumlah kas harus seimbang, dalam arti cukup untuk memenuhi kebutuhan pembayaran yang timbul dari kegiatan pokok usaha. Pengelolaan kas yang baik akan membuat suatu usaha mampu memenuhi semua kewajibannya kepada pihak ketiga misalnya pemasok atau bank sehingga proses produksi maupun aktivitas penjualan tidak terhambat. (Sundjaja : 2003)

2. Piutang

Piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. (Gitosudarmo Indriyo, 2000:81). Piutang timbul dari aktivitas penjualan yang dilakukan secara kredit dalam rangka mempebesar volume penjualan barang dan jasa mereka.Kebijakan penjualan kredit ini merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat pelanggan.Kebijakan ini dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar penjualan.Tentu saja kebijakan penjualan kredit memiliki risiko dengan tidak tertagihnya sebagian dari piutang tersebut atau bahkan sepenuhnya.

(12)

3. Persediaan

Persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal suatu usaha (Agus Sartono, 2001:443). Persediaan meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang menunggu untuk diproses lebih lanjut atau dijual. Persediaan mempunyai peran yang penting karena erat hubungannya dengan produksi dan penjualan. Produksi tidak akan berjalan lancar apabila persediaan bahan baku kurang, demikian pula halnya penjualan tidak akan berhasil apabila persediaan barang jadi kurang.

Ada beberapa alasan mengapa perlu menyimpan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi sebagai persediaan antara lain sebagai berikut : 1. Penyimpanan barang diperlukan agar suatu usaha dapat memenuhi pesanan

pembeli dalam waktu yang cepat. Jika tidak memiliki persediaan barang dan tidak dapat memenuhi pesanan pembeli pada saat yang tepat, maka kemungkinan pembeli akan berpindah ke pesaing.

2. Untuk berjaga-jaga pada saat barang di pasar sukar diperoleh.

3. Untuk menekan harga pokok per unit barang. Melakukan proses produksi dalam jumlah yang besar untuk memanfaatkan apa yang disebut dengan

(13)

2.2.3 Pentingnya Modal Kerja yang Cukup

Gambar 2.1 Siklus Operasi / Putaran modal kerja

Bahan baku / upah

Kas Barang jadi

Piutang

Sumber: Munawir (2007 :116)

Menurut Munawir (2007 :116) modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkin perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian-kerugian dan dapat mengatasi krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan.

(14)

Djarwanto (2004:89) memaparkan manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup, yaitu :

1. Melindungi usaha dari akibat buruk berupa turunnya nilai aset lancar, misalnya adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.

2. Memungkinkan usaha untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya tepat pada waktunya.

3. Memungkinkan untuk dapat membeli barang secara tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.

4. Menjamin suatu usaha memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya.

5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayanai permintaan konsumennya.

6. Memungkinkan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para pelanggan.

7. Memungkinkan untuk dapat beroperasi lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan.

(15)

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja

Djarwanyo (2004:91) mengemukakan adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja pada suatu usaha adalah sebagai berikut :

1. Sifat umum atau tipe perusahaan.

Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat. Perusahaan industri atau dagang memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.

2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual dan harga per satuan barang tersebut.

Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada pelanggan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang maka makin besar kebutuhan akan modal.

3. Syarat Pembelian dan Penjualan

(16)

lebih besar. Disamping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan kredit. Semakin lunak kredit (jangka waktu kredit lebih panjang) yang diberikan kepada pelanggan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang ditanam didalam piutang.

4. Tingkat Perputaran Persediaan

Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan untuk persediaan akan semakin rendah. Karena hal ini akan mengurangi resiko penurunan harga barang, perubahan permintaan maupun mode, juga menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan.

5. Tingkat Perputaran Piutang

Bila piutang terkumpul dalam jangka waktu yang pendek berarti kebutuhan kan modal kerja menjadi semakin rendah / kecil.

6. Pengaruh Konjungtur (business cycle)

(17)

7. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aset jangka pendek. Menurunnya nilai rill dibandingkan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja untuk mebayar bunga atau untuk melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga. 8. Pengaruh musim.

Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan modal pinjaman jangka pendek bagi perusahaan merupakan sumber penting dari aset lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya.

9. Kredit dari supplier atau trade creditor.

(18)

2.2.5 Kebijakan Modal Kerja

Menurut Syahyunan (2004:41), terdapat 3 kebijakan modal kerja yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu:

1. Kebijakan Moderat

Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan aset lancar permanen dengan menggunakan sumber dana jangka panjang, baik dari utang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo, perusahaan tidak dapat membayar kembali.

2. Kebijakan Konservatif

(19)

3. Kebijakan Agresif

Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan sebagian aset lancar permanen dengan sumber dana dari utang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) dan sebagian aset lancar permanen lainnya dan semua aset lancar variabel dengan utang jangka pendek. Oleh karena itu, perusahaan yang menggunakan kebijakan agresif menangggung pengembalian utang yang lebih besar sehingga resiko fluktuasi bunga kewajiban lancar juga semakin besar tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar.

2.2.6 Perputaran Modal Kerja

(20)

Perputaran Modal kerja

Contoh :

Pada tahun 2013 total penjualan PT. Niaga Lestari adalah Rp278,000,000 dan jumlah modal kerja bersih perusahaan tersebut adalah Rp126,000,000. Maka perputaran modal kerja dari perusahaan tersebut adalah :

Perputaran modal kerja = Penjualan / Modal kerja bersih

= , ,

, ,

= 2,20 = 2 kali

Artinya, selama satu periode akuntansi modal kerja berputar sebanyak 2 kali.Dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti perputaran sekali modal kerja membutuhkan waktu 182 hari.

Perputaran elemen-elemen modal kerja:

Perputaran Kas =

(21)

Perputaran Persediaan =

Contoh :

Keterangan 2012 (Rp) 2013 (Rp)

Kas 200.000 400.000

Piutang 500.000 600.000

Persediaan 700.000 800.000

Penjualan 20.000.000

Perputaran Kas = Penjualan / Rata-rata Kas

= 20.000.000 / ((200.000+400.000)/2) = 20.000.000 / 300.000

= 66,67 = 67 kali

Artinya, selama satu periode akuntansi perputaran kas terjadi sebanyak 67 kali.Dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti setiap kas yang tersedia membutuhkan waktu 5 hari untuk setiap putaran.

Perputaran Piutang = Penjualan / Rata-Rata Piutang

= 20.000.000 / ((500.000+600.000)/2)) = 20.000.000 / 550.000

(22)

Artinya, selama satu periode akuntansi perputaran piutang terjadi sebanyak 37 kali.Dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti setiap piutang yang ada membutuhkan waktu 9 hari untuk setiap putaran.Atau dalam waktu 9 hari, piutang sudah dapat tertagih.

Perputaran Persediaan = Penjualan / rata-rata Persediaan = 20.000.000 / ((700.000+800.000/2)) = 20.000.000 / 750.000

= 26,67 = 27 kali

Artinya, selama satu periode akuntansi perputaran persediaan terjadi sebanyak 27 kali.Dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti setiap persediaan barang yang tersedia membutuhkan waktu 13 hari untuk setiap putaran.

2.3 Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas

(23)

dapat memaksimalkan labanya. Sehingga modal kerja yang tinggi dapat meningkatkan profitabilitas.

Efisiensi modal kerja dapat dinilai dengan menggunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata yang sering disebut workingcapital turnover (perputaran modal kerja). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja akan berpengaruh kepada tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas yang rendah bila dihubungkan dengan modal kerja dapat menunjukkan kemungkinan rendahnya volume penjualan dibanding dengan ongkos yang digunakan. Sehingga untuk menghindari itu, diharapkan adanya pengelolaan modal kerja yang tepat di dalam perusahaan. Perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat profitabilitas tinggi berarti tinggi pula efisiensi penggunaan modal kerja yang digunakan perusahaan tersebut . (Munawir : 2007)

(24)

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Operasi / Putaran modal kerja

Referensi

Dokumen terkait

Asuhan Yatim PKU Aisyiyah Cabang Blambangan.. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kemandirian anak yatim setelah lepas dari pengasuhan Panti Asuhan Yatim PKU Aisyiyah cabang

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ IMPLEMENTASI AKUNTABILITAS

Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat disusun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan antara periklanan dan promosi penjualan rumah dalam mendorong minat

Contrariamente alle versioni a telaio oscillante, il sistema di guida lame senza tolleranze previene qualsiasi pressione laterale sulle seghe con il risultato di avere la

Membuat pelatihan online yang dikhususkan pada bidang kerja pembibitan dengan mengupas tuntas bidang kerja tersebut sehingga penyuluh lebih fokus dalam melakukan

Asuransi syariah merupakan salah satu upaya untuk saling melindungi dan saling membantu antar beberapa pihak melalui investasi pada aset dan atau tabarru yang

Apabila kondisi keluarga sudah baik, akan tetapi lingkungan sekitar tidak mendukung atau tidak kondusif, maka anak tersebut juga dapat terjerumus ke dalam pergaulan

Tingginya jumlah kasus aktif menyebabkan pelayanan kesehatan, terutama rumah sakit serta tenaga kesehatan di berbagai daerah menjadi kewalahan sehingga banyak pasien