• Tidak ada hasil yang ditemukan

Online Support Peran Diaspora melalui Du

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Online Support Peran Diaspora melalui Du"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Online Support

: Peran Diaspora melalui Dunia Maya

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara politik domestik dengan politik transnasional melalui peran diaspora dengan memanfaatkan dunia maya/internet. Lebih lanjut, tulisan ini menilik bagaimanakah peranan internet sebagai media penghubung antara diaspora dengan kelompok-kelompok di negara asal. Diaspora yang ‘hidup dalam dua ruang’ merupakan salah satu aktor etnik transnasional yang perannya patut diperhitungkan. Untuk mencapai keberhasilan perjuangannya, internet merupakan salah satu media penting yang digunakan oleh diaspora untuk memberi dukungan pada perjuangan kelompok-kelompok identitas. Diaspora adalah aktor transnasional strategis yang memainkan peranan krusial, baik sebagai pemicu maupun penyelesai konflik. Peran ini dapat dimainkan melalui internet karena internet memberi keleluasaan dalam mengatasi masalah spasial dan keterwakilan. Internet memfasilitasi dukungan eksternal bagi proses berhentinya atau berlanjutnya konflik internal. Diaspora menggantikan peranan superpower karena diaspora merupakan sumber dukungan eksternal yang dapat dimobilisasi dan hal ini dapat dipandang sebagai representasi nasionalisme jarak jauh diaspora.

Perjuangan diaspora melalui dunia maya merupakan bentuk gerakan transnasional yang tidak terpengaruh oleh faktor kedaulatan dan batas-batas teritorial negara. Para diaspora yang bermukim jauh dari negara asal merupakan kelompok yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya tujuan yang hendak dicapai. Diaspora di berbagai tempat membentuk jejaring etnis dan masyarakat sipil global sebagai bentuk perlawanan kuatnya ‘globalisasi dari atas’ yang untuk mencapai tujuan yang ditargetkan. Internet memberi penguatan ‘sense of belonging’ sekaligus memberi ruang baru bagi mobilisasi sosial dan politik, sehingga internet merupakan “third space” bagi bagi diaspora (Demmers 2002, 86). ‘Sense of belonging’ yang hilang merupakan ekspresi dari hilangnya proses nation building yang menurut diaspora ingin diisi, sekali pun melalui internet. Diaspora memainkan “triadic relationship” yaitu hubungan antara (a) kelompok etnis yang teridentifikasi secara kolektif namun tersebar secara global; (b) negara tujuan dan konteks dimana kelompok tersebut menetap; (c) negara asal dan konteks dimana mereka pernah menjalani masa lalu. (Vertovec 1999, dalam Demmers 2002, 68).

(2)

Diaspora dalam Network society

ICT dapat dipandang sebagai salah satu sarana yang strategis untuk mengkonsolidasikan dan memperkuat keterlibatan diaspora dalam proses pembangunan. Dengan kemajuan dalam ICT, sejumlah organisasi diaspora telah memfasilitasi diskusi yang dapat memberi manfaat bagi negara asal. Beberapa hambatan yang dialami seseorang ketika menjadi diaspora, seperti rasa kehilangan budaya dan etnis, sebagian dapat diatasi dengan ICT. Sejumlah situs web sosial dan/atau agama telah diciptakan sebagai cara untuk membangun kembali hambatan spasial antara diaspora dan negara-negara asal mereka. Beberapa laman diaspora yang cukup berhasil dalam menggalang solidaritas adalah http://www.ethiopiandiaspora.org dan http://www.armeniadiaspora.com/. Terdapat pula jejaring digital diaspora yang dibentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa seperti http://www.unicttaskforce.org/stakeholders/ddn.html serta laman yang disponsori oleh Bank Dunia seperti http://go.worldbank.org/HT1YT23NS0. Representasi virtual kelompok diaspora tidak hanya bermanafaat secara ekonomi, tetapi juga secara potensial dapat memperkuat komunikasi lintas batas antar berbagai elemen dari komunitas diaspora.

Komunikasi dengan bantuan internet atau Computer-Mediated Communication (CMC) sering dianggap sebagai simbol globalisasi dan sarana untuk menyebarkan ide dan menggerakkan modal di tingkat global. Seperti halnya globalisasi, internet merupakan peluang sekaligus tantangan bagi gerakan sosial (della Porta dan Mosca 2005, 165). Internet juga memfasilitasi komunikasi internal dan eksternal, memungkinkan pesan yang sama dikirim ke ratusan alamat sehingga mengatasi hambatan dalam ruang dan waktu (della Porta dan Mosca 2005, 168). Banyak manfaat yang diperoleh ketika sebuah kelompok memanfaatkan ICT sebagai sarana berkomunikasi, khususnya bagi kelompok yang tidak sering memanfaatkan media arus utama (mainstream), seperti diaspora Afrika di Inggris karena adanya perasaan ”beban keterwakilan” (burden of representation). Dengan demikian media online dapat dianggap mengisi kekosongan antara kebutuhan aktualisasi dan ekspresi diri mereka dengan ”beban keterwakilan” di media arus utama. Ogunyemi (2006, 334) mencontohkan, masyarakat Afrika sangat diuntungkan dengan kahadiran layanan online karena layanan online menyediakan sarana untuk diaspora Afrika untuk berkomunikasi interaktif, mengambil, berbagi, menampilkan, dan menyimpan informasi audiovisual tentang praktek-praktek budaya mereka dan berita tentang isu-isu politik dan sosial ekonomi mengenai negara asal mereka. Menurut Lin dan Jeffres (2001, 569, dalam Ogunyemi, 2006, 334), bagi diaspora Afrika, media online digunakan sebagai alat untuk menciptakan ”sebuah platform alternatif” untuk mengakses berita informasi, hiburan, dan mengungkap sejarah, serta untuk mempromosikan praktek-praktek budaya mereka dan cara ini dapat membantu memperkuat identitas kultural mereka. Bahkan cara ini membentuk identitas transnasional baru di kalangan diaspora. Bagi diaspora, makna identitas menjadi berarti dengan bantuan internet karena dalam taraf tertentu internet mampu menggantikan peranan lembaga-lembaga formal. Manuel Castells (1996, 3) menyatakan,

(3)

destructuring by organizations, delegitimation of of institutions, fading away of major social movements, and ephemeral cultural expressions. …Our societies are increasingly structured around a bipolar opposition between the Net and the Self.

CMC telah menciptakan bentuk hubungan baru antara negara/tanah air yang sedang berperang dengan diaspora. Ruang publik diaspora melalui internet dapat dianggap sebagai bentuk imajinasi kreatif bagi ruang nasional yang bersumber dari beragam situs global. Dalam konteks ini teks bermakna penting karena teks membentuk imajinasi nasionalisme diaspora. Diaspora Kroasia pada tahun 1990an, membentuk newsgroup ‘netnography’ sosial budaya Kroasia, yang merupakan habitus pembentukan kembali identitas Kroasia (Stubbs 1999). Peran baru diaspora dalam konflik deteritorial ini lebih mempertegas perang ‘model non-Clausewitzean’ Edward Azar dan ‘perang baru’ Mary Kaldor.

Salah satu kelebihan kaum diaspora yang berada dalam jejaring dunia maya adalah posisinya yang tak berbatas teritori (deterritoriality). Diaspora merupakan salah satu kelompok yang dianggap berpengaruh terhadap perkembangan yang terjadi di negara asal. Sekalipun terpisah oleh jarak fisik, diaspora saat ini tidak memandang jarak sebagai hambatan yang memisahkan secara emosional, terutama dengan mudahnya akses internet. Sifat deteritorialitas lebih dipertegas dengan hadirnya internet yang menghilangkan batas-batas geografis dan mengurangi sekat-sekat struktural formal. Menurut Robinson (2002 dalam Cuko dan Traore 2008, 9), ruang abstrak yang diciptakan oleh jaringan transnasional diaspora yang tak berbatas wilayah geografis tertentu, adalah sebuah ruang politik baru di mana jejaring tersebut menegaskan identitas politik mereka melalui proses translocality, yang melahirkan bentuk pemerintahan de-territorial.1

Komunitas diaspora semakin mendapat perhatian penting sebagai salah satu aktor non-negara sekaligus kekuatan penekan yang berpengaruh. Seperti halnya transnational advocacy networks (TANs)2, diaspora dengan jejaring etnik transnationalnya tidak hanya sekedar berstatus sebagai ‘imigran di negeri orang’, namun lebih dari itu, para imigran yang membentuk hubungan melalui jejaring dengan sesama etnis yang tinggal di berbagai tempat di dunia dapat berperan menjadi aktor politik non-negara lintas batas yang mempengaruhi dinamika negara asalnya. Oleh Wyland (2004, 410), makna peran tersebut digambarkan sebagai,

(1) …form political networks that work across state borders to influence policies, thereby engaging in substate relations, and (2) its

1 Berkat kemajuan teknologi transportasi, sekitar tiga sampai empat dekade ini terjadi perpindahan

manusia yang cukup masif sehingga menghasilkan dua jenis perpindahan manusia. Pertama, migrasi sukarela, yang bertujuan mencari kesempatan ekonomi yang lebih baik dengan tujuan menetap maupun sementara di negara penerima. Kedua, perpindahan paksa, yang disebabkan oleh kekacauan politik dan perang sipil atau oleh bencana alam (banjir, gempa bumi, dan kekeringan) dari negara asal menuju negara penerima; Termasuk dalam kelompok ini adalah pengungsi dan pencari suaka (Tambiah 2000, 164). Baik kelompok pertama maupun kedua disebut sebagai komunitas diaspora.

2 Adalah struktur komunikatif yang para anggotanya termotivasi oleh prinsip-prinsip atau nilai bersama

(4)

members have a common identity that spans state borders. Like TANs, transnational ethnic networks can be important actors on the world stage. Posisi lintas batas diaspora tersebut memungkinkan mereka berperan strategis dalam hubungan internasional. Seperti halnya TANs, kelompok ini berkomunikasi secara meluas, berbagi informasi dan pelayanan, mengedarkan personil, dan bekerja sama untuk mempengaruhi kebijakan. Mobilisasi diaspora diharapkan dapat menimbulkan ’efek bumerang’ seperti yang diharapkan dari pola TANs, yaitu ketika kekuatan di dalam negeri tidak mampu mempengaruhi negara, maka gerakan dan aliansi transnasional akan menghasilkan tekanan internasional kepada negara (Keck dan Sikkink 1998, 13). Menurut Keck dan Sikkink selanjutnya, sebuah jaringan transnasional sangat mungkin untuk muncul ketika (1) saluran antara kelompok-kelompok domestik dan pemerintah mereka tertutup, (2) ketika ”para petualang politik” percaya bahwa jaringan akan membantu keberhasilan kampanye mereka, dan (3) saat konferensi dan kontak lain merupakan sarana untuk menciptakan arena bagi terbentuknya jaringan.

“Diasnet” dan konflik dalam domestik

(5)

lagi adalah peran diaspora dalam transfer pengetahuan dan keterampilan. Hal ini dapat dicapai dengan lebih mudah saat ini dengn kemajuan dalam ICT, misalnya melalui jaringan profesional online.

Salah satu kelebihan diaspora adalah posisi mereka yang strategis. Diaspora berada dalam posisi yang unik karena secara bersamaan, yaitu memahami dua budaya (budaya negara asal/induk dan negara tujuan). Posisi ini memungkinkan mereka menjadi agen ideal untuk menawarkan alternatif dengan cara lebih efektif dalam mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan. Mereka memahami konteks lokal dan mampu mengidentifikasi beragam tantangan terkait. Diaspora, dengan budaya hibrida yang dimilikinya dan akar transnasionalnya, memungkinkan mereka untuk menjadi penghubung penting antara dua budaya.

Peran diaspora signifikan, tidak saja sebagai agen yang memfasilitasi percepatan pembangunan di negara asal, tetapi peran positifnya di dalam transformasi konflik. Peran diaspora dalam transformasi konflik tidak saja penting, namun secara keseluruhan memberi makna tersendiri bagi perkembangan konflik tersebut.

Meningkatnya peran diaspora dalam konflik merupakan fenomena baru seiring dengan berubahnya pola konflik dari konflik antarnegara (interstate) menjadi konflik dalam negara (intrastate) yang melibatkan kelompok agama, ras, etnis, dan budaya, seperti yang dijelaskan Edward Azar (1999) dan Mary Kaldor (2001). Evolusi pola konflik sejak akhir abad ke duapuluh berdampak pula pada cara penyelesaiannya sehingga kelompok-kelompok di dalam negara menjadi aktor yang diperhitungkan peranannya. Dukungan eksternal dalam konflik tidak lagi diperoleh dari superpowers, namun diperoleh dari diaspora.

(6)

konflik sehingga berdampak memperpanjang masa konflik (Cuko dan Traore 2008, 7).

(7)

Kesimpulan

(8)

Daftar Pustaka

Castells, Manuel, 1996. The Rise of the Network Society. Massachusetts, Blackwell Publishers Inc.

Demmers, Jolle, 2002. Diaspora and Conflict: Locality, Long distance Nationalism and Delocalisation of Conflict Dynamics. The Public, Vol. 9, No. 1, pp. 85-96. Gueron, Joseph dan Spevacek, Anne Marie, 2008. Diaspora-Development Nexus: the

Role of ICT. Washington D.C, USAID.

http://www.ethiopiandiaspora.org http://www.armeniadiaspora.com/

http://www.unicttaskforce.org/stakeholders/ddn.html http://go.worldbank.org/HT1YT23NS0

Ibrahim, Mohamed Hassan, 2010. Somaliland’s Investment in Peace: Analysing the Diaspora’s Economic Engagement in Peace Building. . Project Diasporas for Peace: Patterns, Trends and Potential of Long-distance Diaspora Involvement in Conflict Settings. Case Studies from the Horn of Africa (DIASPEACE). Bonn, Bonn International Center for Conversion.

Keck, Margaret E., dan Sikkink, Kathryn, 1998. Activists Beyond Borders: Advocacy Networks in International Politics (Ithaca and London: Cornell University Press.

Ogunyemi, Olatunji, 2006. The Appeal of African Broadcast Web Sites to African Diasporas: A Case Study of the United Kingdom. Journal of Black Studies, Vol. 36, No. 3 (Jan., 2006), pp. 334-352.

Porta, Donatella della, dan Mosca, Lorenzo. 2005. Global-Net for Global Movements? A Network of Networks for a Movement of Movements. Journal of Public Policy, Vol. 25, No. 1 (Jan. - Apr., 2005), pp. 165-190.

Sara Cuko and Traoré, Mariam, 2008. Diaspora Networks and Identity: Conflict Resolution in the Horn of Africa. Interdisciplinary Journal of International Studies, Vol. 5, No. 1.

Stubbs, Paul, 1999. Virtual Diaspora?: Imagining Croatia On-line. (abstract) http://www.socresonline.org.uk/4/2/stubbs.html

Tambiah, Stanley J., 2000. Transnational Movements, Diaspora, and Multiple Modernities. Daedalus, Vol. 129, No. 1, Multiple Modernities (Winter, 2000), pp. 163-194

(9)

Settings. Case Studies from the Horn of Africa (DIASPEACE). Bonn, Bonn International Center for Conversion.

Wayland, Sarah, 2004. Ethnonationalist Networks and Transnational Opportunities: The Sri Lankan Tamil Diaspora. Review of International Studies, Vol. 30, No. 3 (Jul., 2004), pp. 405-426.

Referensi

Dokumen terkait

Pulau Kodingareng Keke Makassar, yang dapat ditempuh dengan 30 menit dari pelabuhan rakyat (jetty) yang terletak di depan Benteng Fort Rotterdam merupakan tujuan

Naime, kvaliteta je faktor za koji ispitanici smatraju da ima najviše utjecaja pri njihovoj odluci o kupnji Nikeovih proizvoda, što potvrđuje i činjenica da

instrumen final yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur variabel. stres

Salah satu penyebab tidak maksimalnya Kinerja Sekdes PNS di Desa Cepokosawit dan Desa Gombang Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali adalah suasana serta lingkungan

d. Ancaman : 1) Belum optimalnya koordinasi antar SKPD yang menangani pengembangan investasi produk agribisnis, 2) Dengan posisi geografis Kabupaten Cilacap yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1 Pengembangan pembelajaran Al-Qur‟an di kedua pesantren tersebut berupa penyusunan program belajar seperti; tashih, tahfizh dan qiro‟ah,

Mata jangan sembarang melihat yang tidak layak dipandang karena menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; namun bila mata terpelihara, kita

Anak yang mempunyai penyesuaian sosial yang tinggi akan merasa nyaman dengan dirinya sendiri, cenderung mengetahui potensi yang ada pada dirinya, dapat bersosialisasi, dan