• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Quantum Teaching dalam Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Todanan 01 Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Semester II Tahun 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Quantum Teaching dalam Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Todanan 01 Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Semester II Tahun 2014/2015"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat IPA

2.1.1.1 Pembelajaran IPA

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam struktur kurikulum pendidikan di tingkat sekolah dasar. Dalam kurikulum pendidikan

dasar GBPP (Dekdibud, 1994: 61) mengemukakan bahwa mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pelajaran IPA perlu diajarkan di sekolah dasar dengan menekankan pada pemberian pengalaman langsung melalui ketrampilan proses dan sikap ilmiah yang didukung dengan berbagai sarana dan prasarana atau media yang sesuai. Salah satu tujuan pengajaran IPA adalah siswa dalam memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Maslichah Asy’ari (2006: 7) mengemukakan bahwa “IPA dikatakan sebagai pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Pengetahuan manusia yaitu sebagai prosesnya yaitu bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut”. Menurut Trianto (2012: 137) “IPA merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan, konsep dan bagan konsep. Sebagai proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains dan sebagai aplikasi yaitu teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan”.

(2)

10

IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga buka hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep maupun prinsip-prinsip tetapi merupakan suatu proses penemuan. Proses belajar ini melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir dan berbagai macam gerakan otot. Pemberian pengalaman langsung dapat digunakan untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar. Pada pendidikan dasar diperlukan pembelajaran yang harus diajarkan bersifat alamiah dengan didukung oleh sarana atau media belajar agar siswa dapat

berpikir secara rasio dan mampu merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Permendiknas no. 22 tahun 2006 mengenai Standar Isi tentang tujuan pelajaran IPA di SD/MI agar siswa dapat memilki kemampuan sebagai berikut.

1)Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran; 4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan memebuat keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar.

Maslichah Asy’ari (2006: 23) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagai berikut.

a. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA. b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Berperan aktif dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

(3)

11

Dari pemaparan diatas bahwa tujuan mata pelajaran IPA yaitu dapat meningkatkan kesadaran akan menjaga dan melindungi lingkungan sekitar atau ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahunya mengenai kegiatan-kegiatan atau percobaan yang dapat mempengaruhi cara berpikir siswa secara ilmiah. Dengan didukung oleh sumber belajar dan media belajar yang sesuai dengan materi pokok pelajaran IPA secara langsung siswa dapat memperoleh pengetahuan dan konsep baru, ketrampilan yang dimiliki siswa menjadi lebih kreatif dan mampu berimajinatif tinggi sehingga dapat

diterapkan secara nyata pada kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan yang diperoleh di pendidikan dasar yang digunakan sebagai bekal di pendidikan yang lebih lanjut.

2.1.1.3 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA ditanamkan mulai dari pendidikan sekolah dasar, pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan, Djojosoediro (2015)

(4)

12 Tabel 2.1

Kompetensi IPA Sekolah Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7. Memahami perubahan

yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

7.2Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa materi pokok bahasan mengenai “bumi dan alam semesta” dengan Standar Kompetensi “Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan pengunaan sumber daya alam” yang terbagi menjadi beberapa Kompetensi Dasar dimana salah satu Kompetensi Dasar diambil yaitu “Mengidentifikasi jenis-jenis tanah”. Indikator pencapaian kompetensi digunakan sebagai pedoman dalam merancang tujuan pembelajaran yang akan dicapai, adapun indikator pembelajaran yang dibahas, meliputi: “mengidentifikasi susunan lapisan tanah dan mengidentifikasi jenis-jenis tanah, misalnya berpasir, tanah liat dan tanah humus”. Materi pokok bahasan tersebut dipelajari di pendidikan dasar dengan tujuan mengenal dan mempelajari alam sekitar agar dapat meningkatkan kesadaran dalam melestarikan dan menghargai karya ciptaan Tuhan.

2.1.2 Quantum Teaching

2.1.2.1 Strategi Quantum Teaching

Menurut Bobbi DePorter (2014: 32) “Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang

(5)

13

Menurut Syaiful Sagala (2010: 108) Quantum teaching adalah mengubah belajar meriah dengan segala nuansanya, juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan untuk memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang

mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Hernawan (2008: 6) mengemukakan bahwa quantum teaching merupakan model pembelajaran yang melejitkan kemampuan guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Quantum teaching menawarkan tentang cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak dari

usaha pembelajaran melalui penciptaan lingkungan belajar yang efektif untuk memudahkan semangat belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian strategi Quantum Teaching dapat dijelaskan bahwa Quantum Teaching adalah kerangka

kegiatan belajar yang digunakan untuk mengetahui karakteristik siswa dan potensi siswa dalam berprestasi melalui memaksimalkan momen belajar, memadukan berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri siswa sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar mereka. Quantum Teaching dengan teknik peta pikiran atau mind mapping dan simulasi dapat meningkatkan potensi akademis (prestasi belajar) maupun potensi kreatif yang terdapat dalam diri siswa. Dengan mengubah suasana belajar meriah dengan segala nuansanya, mengubah interaksi dalam kegiatan belajar maupun hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru serta siswa sehingga mengalami kemajuan dalam proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

2.1.2.2 Dasar Strategi Quantum Teaching

(6)

14

dialami oleh siswa. Cara yang dilakukan oleh seorang guru adalah dengan mengajarkan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, maka dapat membawa mereka ke dalam dunia kita dan memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia itu. “Dunia Kita” dipeluas mencakup tidak hanya para siswa, tetapi juga guru. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi

baru.

Menurut Bobbi DePorter (2014: 36) prinsip yang digunakan dalam Quantum Teaching terdiri dari lima prinsip sebagai berikut.

a. Segalanya berbicara, segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran semua mengirim pesan tentang belajar.

b. Segalanya bertujuan, semua penggubahan mempunyai tujuan. c. Pengalaman sebelum pemberian nama, proses belajar paling

baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. d. Akui setiap usaha, mereka patut mendapat pengakuan atas

kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dalam belajar.

(7)

15

Segalanya bertujuan kaitannya dalam penelitian ini adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah siswa mempelajari materi. “Pengalaman sebelum pemberian nama”, maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mengidentifikasi, mengkonseptualisasi, membedakan, mengkategorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut. Pengalaman sebelum pemberian nama jika dikaitkan pada penelitian ini adalah tindakan ketika guru memberikan lembar kerja siswa kemudian siswa mengerjakan sesuai dengan pengalamannya. “Mengakui setiap usaha”, maksudnya semua usaha yang telah dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya.

Pengakuan ini penting agar siswa selalu berani melangkah ke bagian berikutnya dalam pembelajaran. Mengakui setiap usaha bila dikaitkan dengan penelitian ini adalah siswa mempresentasikan hasil diskusi dan guru menguatkan serta memberikan kesimpulan bersama. “Merayakan keberhasilan”, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi untuk kemajuan dan peningkatan hasil belajar berikutnya. Merayakan keberhasilan bila dikaitkan dengan penelitian ini adalah siswa dan kelompok terbaik mendapatkan bintang prestasi dan tepuk tangan.

2.1.2.3 Konsep Quantum Teaching

Menurut De Porter, dkk (2014: 39) Quantum Teaching memodelkan filosofi pengajaran dan strateginya dengan “Maestro” pada margin, mengingat pada komponen kerangka rancangan saat membeca keseluruhan bab. Di bawah ini adalah tinjauan sekilas konsep mengenai TANDUR dan maknanya.

a. Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan memuaskan.

b. Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.

c. Namai, sediakan kata kunci, konsep, rumus, model strategi sebuah “masukan”.

d. Demonstrasikan, sediakan kesempatan kepada pelajar “untuk menunjukkan bahwa mereka tahu”.

(8)

16

f. Rayakan, pengakuan untuk partisipasi dan pemperolehan keterampilan dalam ilmu pengetahuan.

Dari konsep Quantum Teaching diatas dijelaskan bahwa pertama “Tumbuhkan”, artinya membuat siswa tertarik dengan materi yang akan diajarkan yaitu dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kedua “ Alami”, maksudnya berikan pengalaman nyata kepada siswa untuk mencoba. Tindakan guru dalam penelitian ini adalah siswa mencoba mengerjakan materi sesuai dengan pengalaman nyata siswa dari lingkungan sosial. Ketiga “Namai”, siswa merencanakan untuk membuat laporan hasil diskusi secara lengkap. Keempat “Demonstrasikan”, hasil alami dan namai kemudian dipresentasikan di depan kelas untk dipertanggung jawabkan kepada setiap anggota kelompok. Kelima “Ulangi”, maksudnya beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang bisa. Sedangkan keenam “Rayakan”, bisa dilakukan dengan pujian, tepuk tangan, bernyanyi bersama.

2.1.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Quantum Teaching

Pada setiap strategi pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Elsusanti (2015) menyebutkan kelebihan strategi pembelajaran Quantum Teaching.

a. Pembelajaran Quantum Teaching menekankan aktivitas siswa. b. Dirancang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga siswa

menjadi antusias, termotivasi, nyaman dan menyenangkan. c. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara

teori dengan kenyataan dan dapat mencoba melakukannya. d. Karena model pembelajaran quantum teaching membutuhkan

kreativitas dari guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar.

e. Pelajaran yang diberikan oleh guru disesuaikan dengan kehidupan siswa.

Adapun kekurangan strategi pembelajaran quantum teaching, Miftahul

Huda (2013: 196).

(9)

17

b. Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik. c. Tidak semua kelas memiliki sumber belajar, alat belajar maupun fasilitas belajar yang dijadikan prasyarat dalam quantum teaching, selain juga karena pembelajaran ini menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.

Dalam menyikapi kelemahan pada strategi pembelajaran Quantum Teaching agar tercipta pembelajaran yang optimal maka dapat dilakukan alternatif

pemecahan masalah.

a. Guru harus senantiasa belajar memahami strategi dalam mengembangkan ketrampilan mengajarnya agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien sesuai dengan strategi pembelajaran quantum teaching.

b. Dalam melakukan perncanaan dan persiapan yang baik atau matang sebelum pembelajaran berlansung, hendaklah guru menyiapkan perangkat pembelajaran (RPP), media pembelajaran maupun sumber

belajara yang akan digunakan.

c. Untuk mendukung model pembelajaran quantum teaching, guru dapat menyiapkan fasilitas seperti sumber belajar dan media pembelajaran yang mudah dibuat oleh guru namun dapat diaplikasikan pada materi pokok pelajaran.

2.1.2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran dalam Quantum Teaching

Menurut De Porter (2014: 127) bahwa sebelum pembelajaran dilakukan, guru harus peka dengan apa keinginan dari siswa, agar siswa nyaman dan siap untuk belajar. Ada dua seksi utama yaitu konteks dan isi. Dalam seksi konteks terdapat empat aspek yang perlu diperhatikan guru dalam menata kelas yaitu suasan, landasan, lingkungan dan rancangan. Sedangkan seksi isi terdiri dari penyajian, fasilitas, ketrampilan dan hidup.

(10)

18

a) Kekuatan ambak, motivasi yang bermanfaat dan akibat-akibat suatu keputusan; b) Penataan lingkungan belajar, dapat membuat siswa merasa aman; c) Memupuk sikap juara, memberikan pujian atau hadiah pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya; d) Membebaskan gaya belajar, tidak terpaku pada satu gaya belajar saja seperti visual, auditorial dan kinestik; e) Membiasakan mencatat, dengan simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti siswa itu sendiri; f) Membiasakan membaca, dapat meningkatkan perbendaharaan kata, pemahaman, wawasan; g) Menjadikan anak lebih kreatif, menghasilkan siswa dalam ide-ide yang baru dalam belajarnya; h) Melatih kekuatan memori.

Dengan adanya strategi quantum teaching, guru merancang atau mendesain segala aspek yang ada di lingkungan kelas yakni: guru, media pembelajaran, siswa, sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan peserta didik maupun karakteristik pembelajaran IPS di SD. Piaget (dalam Burhanudin; 2012:123) menyatakan bahwa karakteristik perkembangan siswa kelas V berada pada tahap operasional konkrit, melalui model pembelajaran quantum teaching, pembelajaran dirancang dengan mengaitkan kehidupan siswa sehingga siswa akan mengalami pembelajaran yang bermakna meaningfull learning. Informasi pada pembelajaran kemudian dihubungkan dengan

pengetahuan sebelumnya, sehingga siswa mampu mengkombinasikan hubungan secara logis guna memahami kesimpulan tertentu.

(11)

19

Tabel 2.2

Sintaks Pembelajaran melalui Konsep Quantum Teaching

Fase Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Fase 1

Penyampaian tujuan dan memotivasi siswa

Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa dengan diminta menyebutkan jenis tanah yang terdapat di lingkungan tempat tinggal masing-masing kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Fase 2

Penyampaian informasi

Guru menyampaikan materi dan memberikan contoh yang berkaitan dengan pengalaman umum kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi dan berkelompok sesuai dengan jumlah siswa melakukan diskusi, pemberian nama dengan menggunakan kata kunci untuk mempermudah memahami dan mengingat.

Fase 4 Presentasi

Siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Siswa lain diberi kesempatan untuk bertanya atau menyanggah terhadap kelompok presentasi.

Fase 5 Refleksi

(12)

20

Dari beberapa fase kegiatan dapat dijelaskan bahwa pada fase pertama pemberian motivasi belajar dilakukan dengan membimbing siswa untuk menyiapkan alat tulis di meja masing-masing dan menanya tentang kesiapan pembelajaran agar siswa dapat semangat dan memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung, apersepsi digunakan untuk menarik perhatian dan rasa ingin tahu siswa pada materi yang akan diajarkan. Setelah siswa merasa ingin tahu tentang materi yang akan dibahas, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada satu pembelajaran

supaya siswa mengetahui apa kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam pembelajaran berlangsung.

Fase kedua, guru menyampaikan dan mengembangkan materi pokok bahasan kepada siswa secara sistematis mulai dari perluasan materi hingga materi yang lebih spesifik, guru memberikan contoh konret yang berkaitan dengan pengalaman umum dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa sehingga mempermudah siswa untuk memahami materi dan muncul antusias yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Pada fase ketiga, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok belajar dengan membimbing siswa untuk berdiskusi sesuai dengan jumlah siswa dalam kelas. Guru memberikan nama pada masing-masing kelompok agar mempermudah berinteraksi dari satu identitas kelompok dengan identitas kelompok lain. Masing-masing kelompok dibimbing guru untuk melakukan percobaan dan mengerjakan pada lembar yang telah disediakan sesuai dengan prosedur kegiatan, guru memberikan waktu dalam berdiskusi agar masing-masing kelompok dapat memanfaatkan waktu secara optimal. Hal tersebut dapat melatih ketrampilan dan kedisiplinan siswa dalam menggunakan waktu sebaik mungkin.

Setelah waktu yang ditentukan selesai dilanjutkan dengan fase keempat,

(13)

21

keseluruhan kelompok mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian. Guru bersama siswa mengoreksi jawaban dari masing-masing kelompok dan meluruskan jawaban yang kurang tepat.

Fase kelima, pada pengoreksian jawaban yang benar diberi penguatan. Guru menguji pemahaman siswa atau mengulang kembali materi yang telah diajarkan dengan memberikan soal evaluasi, siswa diberi waktu untuk mengerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjakan lembar jawaban evaluasi dikumpulkan oleh guru. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya

mengenai pemahaman materi yang belum jelas terhadap guru. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas pada satu pembelajaran kemudian siswa dibimbing untuk meringkas materi di buku catatan masing-masing, hal ini dapat melatih siswa dalam ketelitian, tanggung jawab dan kedisiplinan yang dapat diterapkan pada kegiatan belajar sehari-hari.

Pada kegiatan akhir guru tidak hanya menutup pembelajaran dengan memberikan pesan moral, namun fase keenam guru memberikan penghargaan atau reward kepada siswa yang aktif dan berprestasi dalam mengikuti pembelajaran berlangsung. Sedangkan siswa yang kurang aktif diberikan motivasi yang digunakan sebagai wujud pengakuan dalam ikut berpartisipasi pemerolehan ketrampilan maupun pengetahuan padapembelajaran.

2.1.2.6 Penerapan Pembelajaran IPA dalam Quantum Teaching berdasarkan Standar Proses

Dengan langkah-langkah strategi pembelajaran quantum teaching yang dipaparkan secara keseluruhan namun harus disesuaikan dengan desain pembelajaran dalam Standar Proses yang telah dirancang. Menurut Permendikbud no. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses pendidikan dasar dan menengah bahwa

(14)

22

Pembelajaran disesuaikan pendekatan atau model pembelajaran yang digunakan, dimana komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terdiri atas.

a. Menentukan identitas sekolah, materi pelajaran, alokasi waktu dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dirumuskan berdasarkan KD.

b. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

c. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;

d. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; e. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran;

f. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;

g. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan

h. Penilaian hasil pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas mengenai komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang terdapat pada rencana pelaksanaan, adapun pelaksanaan pembelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut.

I. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran ditetapkan untuk pendidikan SD/MI yaitu 35 menit. Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pengelolaan kelas disesuaikan dengan tujuan dan karakteristik proses

pembelajaran.

II.Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

(15)

23 Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional;

c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan

e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan, meliputi sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

2. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:

a. Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;

b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik

tugas individual maupun kelompok; dan

d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

(16)

24 I. Tahap Persiapan

1. Mempersiapkan media belajar, sumber belajar, materi pokok bahasan dan penataan ruang kelas secara bentuk U.

2. Menyusun alat replika susunan lapisan tanah dan jenis-jenis tanah sehingga dapat dilihat dan diamati oleh siswa.

II. Tahap Pelaksanaan 1. Kegiatan Awal

a. Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa dengan diminta

menyebutkan jenis tanah yang terdapat di lingkungan tempat tinggal masing-masing.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2. Kegiatan Inti

a. Melalui media replika susunan tanah dan contoh jenis-jenis tanah guru membimbing siswa untuk memahami susunan dan jenis-jenis tanah. b. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok dengan pemberian nama. c. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya dan

masing-masing kelompok membahas tentang materi yang sudah dibagi. d. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan

kelas, sedangkan kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi hasil diskusi.

e. Siswa bersama guru mengoreksi dan meluruskan hasil diskusi. f. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. g. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 3. Kegiatan Akhir

a. Siswa bersama guru menyimpulkan secara keseluruhan dengan membuat rangkuman di buku tulisnya masing-masing.

b. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam mengikuti pelajaran.

(17)

25 2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2006: 155) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan

keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Sudjana (2010: 22) mengemukakan hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran apakah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa berhasil atau tidak. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi proses belajar yang dilakukan maka semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui sberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Menurut Winkel (Purwanto, 2014: 450) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

(18)

26

kognitif, afektif dan psikomotorik setelah menerima pengalaman belajar melalui pengamatan dan pengukuran yang dilakukan oleh guru. Pada hasil belajar kognitif merupakan perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir. Belajar yang melibatkan otak maka perubahan perilaku akibatnya juga terjadi dalam otak berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk menyelesaikan masalah, hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal. Pada belajar afektif merupakan mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan,siswa tidak hanya

memberikan perhatian kepada rangsangan tapi juga berpatisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan tersebut. Sedangkan belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa ketrampilan, kemampuan menciptakan serangkaian gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengkombinasikan gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru. Hasil belajar yang diperoleh ini merupakan akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui dan mengukur pencapaian keberhasilan proses pembelajaran. Hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Setiap manusia mempunyai cara yang khas untuk mengusahakan proses belajar terjadi dalam dirinya. Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya.

Kerlinger (Purwanto, 2014: 2) mengemukakan bahwa “pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukur dan kemudian menerakan angka menurut sistem aturan tertentu”. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data yang objektif, objektivitas dapat dicapai karena pengumpulan data diambil dari jarak dengan objek yang diukur dan menyerahkan wewenang pengukuran kepada alat ukur. Penyerahan kewenangan pengukuran kepada alat ukur

(19)

27

membandingkan sesuatu dengan alat ukurnya. Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan tes yang digunakan untuk membandingkan kemampuan siswa sebagai alat ukur.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat dijelaskan bahwa dalam mengukur keberhasilan pada proses belajar mengajar, hasil yang dicapai siswa dalam proses tersebut diukur menggunakan evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pengukuran hasil digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran dan membuat keputusan

evaluasi berdasarkan hasil pengukuran. Evaluasi diperlukan untuk memperoleh informasi apakah program sudah berlangsung dengan baik. Sistem pengukuran sebagai usaha mendapatkan hasil pengamatan yang objektif mendorong usaha pengukuran dalam tujuan pendidikan dengan menghindarkan masuknya subjektifitas pengumpul data. Pengukuran dalam pendidikan melibatkan objek-objek yang terdapat dalam proses pendidikan, misalnya seperti pelaku pendidikan.

2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada dari luar individu.

a. Faktor intern adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang timbul dari sisi individu yang sedang belajar, beberapa faktor intern meliputi: faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh); faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat,bakat, motif, kematangan dan kesiapan); faktor kelelahan baik itu jasmani maupun rohani.

(20)

28

Hamdani (2011:60) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut.

a. Model pembelajaran untuk mencapai ketuntasan hasil belajar, diantarannya pembelajaran individu, pembelajaran sejaeat, pembelajaran kelompok, dan tutorial.

b. Peran guru, guru harus inisiatif dalam hal menjabarkan KD, mengajarkan materi, memonitor pekerjaan siswa, menilai perkembangan sosial dalam mencapai kompetensi (kognitif, afektif, psikomotorik), menyediakan alternatif strategi pembelajaran siswa yang kesulitan belajar.

c. Peran siswa, dengan paradigma KTSP menempatkan peran siswa sebagai subjek didik. Siswa diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi.

Berdasarkan pendapat ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dijelaskan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang tinggi untuk dididik. Potensi itu berupa perilaku yang dapat diwujudkan menjadi kemampuan nyata. Dengan didasari oleh faktor intern dan faktor ekstern dapat mempengaruhi hasil belajar, faktor intern yang berasal dari diri individu itu sendiri dapat mengubah potensi perilaku kejiwaannya agar menjadi perwujudan dari kemampuan. Sedangkan faktor ekstern yang berasal dari luar individu dapat membantu ataupun merugikan seorang individu untuk mengubah potensi perilaku diri untuk diwujudkan dalam tindakan.

2.1.3.3 Pentingnya Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum IPA yang menganjurkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah melibatkan siswa dalam penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya, Djojosoediro (2015). Melalui kegiatan penyelidikan, siswa

(21)

29

gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau minds-on. Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus memperoleh pengalaman .

Untuk mengetahui sejauh mana antusias dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPA perlu dilakukan pengukuran terhadap hasil belajar. Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran apakah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa berhasil atau tidak. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa.

Berdasarkan paparan mengenai pentingnya hasil belajar pada pembelajaran IPA dijelaskan bahwa hasil belajar IPA dapat diukur melalui ketrampilan proses di dalam pembelajaran berlangsung. Dimana pengukuran ini dilakukan untuk mencari informasi seberapa jauh pemahaman siswa dalam menerima materi yang telah diajarkan pada mata pelajaran IPA, melalui keaktifan yang dilakukan oleh siswa seperti tanya jawab mengenai fenomena alam yang belum teruji secara pasti, melakukan percobaan yang bersifat ilmiah dan mampu menyimpulkan hasil akhir dari kegiatan ilmiah tersebut.

2.1.3.4Hubungan Quantum Teaching dengan Hasil Belajar

Quantum teaching mencakup petunjuk untuk menciptakan lingkungan

belajar yang efektif dan penyampaian materi secara sistematis. Strategi pembelajaran quantum teaching dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam berfokus dan mempermudah menyerap informasi. Lingkungan sekeliling juga mampu meningkatkan kepercayaan diri dan mutu pelajaran. Dengan pengaturan bangku dan penggunaan alat bantu dapat menghidupkan gagasan-gagasan baru yang bersifat rasional sehingga memberikan kemampuan dalam memecahkan

(22)

30

Menurut Miftahul Huda (2013: 16) “guru menjadi desainer utama dalam memilih metodenya sendiri untuk menciptakan pembelajaran dan keberhasilan siswa”. Quantum teachingdigunakan dalam pembelajaran untuk memaksimalkan perpaduan berbagai interaksi yang ada di dalam maupun di sekitar momen belajar siswa sehingga dapat mempengaruhi aktivitas siswa dengan meminimalkan kesulitan dalam belajar melalui penataan bangku dan penggunaan alat bantu yang tepat agar siswa dapat dengan alami dan mudah dalam belajar. Sehingga dengan adanya strategi pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

2.2 Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian tentang pengaruh penggunaan Model Quantum Teaching yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa antara lain, Nelly Maghfiroh (2010) dalam penelitian berjudul “Upaya peningkatan prestasi belajar melalui metode Quantum Teaching pada mata pelajaran PKn pada siswa kelas IVSD N Talang III”. Penelitian Nelly tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode quantum teaching yang semula nilai rata-rata kelas dari nilai sebesar 6,55 meningkat menjadi 7,93 atau sekitar 4% siklus I, sedangkan peningkatan prestasi belajar antara siklus II dengan siklus I adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 6,55 meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 30%. Secara keseluruhan dengan penggunaan metode quantum teaching tersebut mampu meningkatkan hasil belajar siswa 2,11. Hal ini berarti melalui pembelajaran quantum teaching, prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn mampu ditingkatkan. Dari hasil penelitian terdahulu ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SD.

(23)

31

Teaching tipe TANDUR untuk Meningkatkan Hasil Belajar dalam Pembelajaran

Matematika Siswa Kelas IV SD. Penelitian ini bertujuan: meningkatkan hasil belajar Matematika tentang operasi pecahan di kelas IV dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching tipe TANDUR. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Madurejo yang berjumlah 29 siswa. Sumber data berasal dari siswa, teman sejawat dan peneliti. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan

sumber. Analisis data yang digunakan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil perbandingan hasil belajar siklus I, II dan III keaktifan siswa sesuai dengan indikator capaian kerja yaitu 80%. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan metode Quantum Teaching tipe TANDUR, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di kelas IV.

Menurut Nurul Azizah (2013) dengan judul penelitian “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Media Flashcard Pada Siswa Kelas IVA SDN Sampangan 02 Kota Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketrampilan guru, aktivitas dan hasil belajar IPS siswa meningkat. Hasil observasi ketrampilan guru siklus I memperoleh skor 39 dengan kategori B (Baik). Pada siklus II terjadi peningkatan skor menjadi 44 dengan kategori A (sangat baik). Peningkatan juga terjadi pada aktivitas siswa, siklus I jumlah rerata skor 18,9 dengan kategori C (cukup). Pada siklus II jumlah rerata skor 20,6 dengan B (baik). Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa 71,75 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 62,2%. Siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi 77,86 dengan presentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 78%. Pada siklus III terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi 80,4 dengan persentase ketuntasan belajar

klasikal sebesar 86,4%.

Dari beberapa penelitian diatas dapat diperoleh persamaan dan perbedaan yang muncul. Persamaan yang terletak pada variabel pembelajaran quantum

teaching, dalam penggunaan quantum teaching terdapat persamaan dengan

(24)

32

“strategi” pembelajaran, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan “model” pembelajaran. Perbedaan terletak pada hasil belajar IPA, hasil belajar yang dibahas oleh penelitian sebelumnya yaitu hasil belajar PKN, matematika dan IPS. Dalam penelitian Nelly dan Indah dkk terdapat persamaan yang terletak pada dua variabel, sedangkan dalam penelitian Nurul muncul perbedaan dimana terdapat tiga variabel yang terletak pada penggunaan media Flascard dalam pembelajaran. Berdasarkan perbedaan dan persamaan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat persamaan yang dapat diyakini bahwa hasil belajar

IPA dapat mengalami peningkatan melalui berbagai macam strategi dalam belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menimbulkan antusias belajar yang tinggi, siswa terlibat secara aktif dan meningkatkan hasil belajar siswa adalah strategi pembelajaran Quantum Teaching.

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas V SD Negeri Todanan 01 Kecamatan Todanan Kabupaten Blora menunjukkan bahwa pembelajaran kurang optimal, karena pembelajaran yang kurang interaktif menyebabkan siswa kurang berperan aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Penggunaan media dalam pembelajaran kurang sesuai dengan materi pokok menyebabkan siswa tidak memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti pelajaran seperti cepat merasa bosan, perhatian mudah teralihkan pada hal-hal lain di luar pelajaran sehingga pada waktu proses pembelajaran kurang dilakukan secara optimal. Hal ini menimbulkan keraguan, dimana semua tingkah laku tersebut dapat mempengaruhi timbulnya hal negatif yang tidak diinginkan dan diyakini menjadi penyebab hasil belajar pada mata pelajaran IPA memperoleh nilai di bawah KKM, sehingga kompetensi yang diharapkan belum tercapai.

Dengan mempersiapkan perangkat pembelajaran dan memilih desain strategi pembelajaran yang sesuai melalui mempersiapkan ruang kelas yang menarik, materi pokok bahasan, sumber dan media pembelajaran disesuaikan

(25)

33

masalah dan menyimpulkan materi secara keseluruhan. Dengan diterapkan strategi pembelajaran quantum teaching di kelas, pada proses pembelajaran siswa akan muncul antusias mengikuti pembelajaran, sehingga terjadi perubahan tingkah laku positif dan hasil belajar mengalami peningkatan. Strategi quantum teaching dapat diartikan dengan suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik yang

digunakan dalam pembelajaran untuk memaksimalkan perpaduan berbagai interaksi yang ada di dalam maupun di sekitar momen belajar siswa sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dengan meminimalkan kesulitan dalam

belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat agar siswa dapat dengan alami dan mudah dalam belajar. Sehingga dengan adanya strategi pembelajaran quantum teaching dapat membandingkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD

Negeri Todanan 01 Kecamatan Todanan Kabupaten Blora dengan penerapan pembelajaran konvensional. Adapun manfaat dari pemilihan strategi yang tepat dapat mempengaruhi hal seperti: ketrampilan guru, keaktifan siswa dan peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA.

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Nasution (2014: 39) hipotesis adalah pernyataan tentatif merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang diamati dalam usaha untuk memahaminya. Teori yang masih perlu diuji kebenarannya berdasarkan data empiris untuk menerimanya karena terbukti benar atau menolaknya, bila ternyata tidak benar. Dengan hipotesis statistika berikut ini:

H0 : XI = X2

Keterangan: Tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penggunaan pembelajaran Quantum Teaching dengan pembelajaran konvensional, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sama dengan rata-rata hasil belajar kelas kontrol.

H1 : X1> X2

Gambar

Tabel 2.1 Kompetensi IPA Sekolah Dasar
Tabel 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Radar Bandung lahir dari kalangan muda berbakat di bidang surat kabar, berkibar bersama bendera Grup Jawa Pos, harian pagi ini bukan hanya memberi saluran aspirasi komunitas

Whenever a purpose is regarded as the basis of a liking, it always carries with it an interest, as the basis that determines the judgment about the object of the

Objek penelitian ini adalah mengenai Sistem Informasi Akademik penglolaan nilai mahasiswa di STBA YAPARI Bandung, penelitian ini di lakukan untuk memperoleh data

Untuk melihat respon mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media poster berbasis pendidikan karakter, peneliti memberikan angket kepada

B Strong Islamic fnancial institutions and markets Islamic banking Islamic banking Zakat institution Zakat institution Takaaul Takaaul Micro fnance Micro fnance Islamic

[r]

1) Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam kelompok (mengamati mata dengan lup, mengamati pembentukan bayangan pada manusia dan pada

peneliti mengambil judul “Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Assets dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa