Dosen Pengampu:
Agus Triyono,MSi
Universitas Dian Nuswantoro
Semarang
Deskripsi Singkat:
Dalam mata kuliah Jurnalistik Keilmuan ini dibahas materi-materi
tentang; pengertian dan ruang lingkup jurnalistik, jenis-jenis media
massa, karakteristik bahasa jurnalistik, dan teori-teori kejurnalistikan.
Selain disajikan secara teoritis, mata kuliah ini juga disajikan secara
praktikum khususnya perihal penulisan karya ilmiah, penulisan berita
dan artikel lepas, dan penulisan features, serta bagaimana proses
pembuatan jurnal/majalah dan pengelolahannya sebagai salah satu
media massa keilmuan. Pelaksanaan kuliah dalam mata kuliah
jurnalistik keilmuan diharapkan mahasiswa mampu menguasai
kejurnalistikan di bidang keilmuan (ilmiah) baik secara teoritis maupun
praktris khususnya perihal kepenulisan.
Kompetensi Umum:
Melalui mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
dan memiliki keterampilan yang berkaitan dengan konsep dan praktek
jurnalistik keilmuan sebagai bagian dari upaya meningkatkan
wider
mandate
para lulusan dengan kompetensi dalam bidang tulis menulis
dan pengelolaan media massa khususnya jurnal dan majalah.
Pert.
ke
Pokok Bahasa
1 Rasionalitas perkuliahan
2 Pengertian dan ruang lingkup Jurnalistik
3 Jenis-jenis media massa dan media keilmuan
4 Karakteristik bahasa jurnalistik
5 Prinsip-prinsip bahasa jurnalistik
6 Dasar-dasar penulisan berita
7 Dasar-dasar penulisan artikel (opini)
8 Ulangan Tengah Semester
9 Dasar-dasar penulisan features
10 Dasar-dasar dan teknik wawancara
11 Prinsip-prinsip penulisan karya ilmiah keilmuan
12 Prinsip-prinsip pengelolaan media massa keilmuan (jurnal dan majalah)
13 Praktik menulis berita, artikel (opini), dan features
14 Praktik menulis karya ilmiah keilmuan
15 Praktik pengelolaan media massa keilmuah (jurnal dan majalah)
16 Ulangan Akhir Semester
Materi Perkuliahan:
Evaluasi Perkuliahan :
Partisipasi & Tugas : 30 % UTS: 30 %
UAS : 40 %
Buku Ajar (Sumber Referensi):
Romli Asep, Dasar-dasar Jurnalistik, Batik Press, Bandung, 2000.
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature,
Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2005.
Andreas Harsono, Jurnalisme Sastrawi, KPG, Jakarta, 2002. Alex Sobur, Jurnalistik, Rosda Karya, Bandung 2002.
A Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan
Kepenulisan, Batik Press, Bandung, 2005.
I Suhirman, Menjadi Jurnalis Masa Depan, Dimensi Publisher, Bandung, 2005. Kunjana R. Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik, Santusta, Yogyakarta, 2006. Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, Nuansa, Bandung, 2004.
Septiawan Santana, Menulis Feature, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2005. Markus G. Suniyakto, Kiat Menulis Artikel IPTEK Populer di Media Cetak,
PENGERTIAN JURNALISTIK
Secara etimologi, jurnalistik berasal dari kata
journ
(bahasa
prancis) berarti catatan atau laporan harian.
Dalam
kamus,
jurnalistik
diartikan
sebagai
kegiatan
menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah,
atau berkala lainnya (Assegaf, 1983:9)
Dalam Ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi
yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan
atau
kehidupan
sehari-hari
secara
berkala
dengan
menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada (Suhandang,
2004:22)
Dalam leksikon komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah
pekerjaan
mengumpulkan,
menulis,
menyunting,
dan
menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah,
dan media massa lainnya seperti radio dan televisi
(Kridalaksana, 1977:44)
Secara sederhana jurnalistik dapat diartikan sebagai kegiatan
Pendapat para ahli:
F. Fraser Bond dalam
An Introduction to Journalism
(1961:1)
menjelaskan: jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita
dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.
Roland E. Wolseley dalam
Understanding Magazines
(1969:3)
menjelaskan:
jurnalistik
adalah
pengumpulan,
penulisan,
penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum,
pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat
dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan
disiarkan di stasiun siaran (Mappatoto, 1993:69-70).
Adinegoro menjelaskan, jurnalistik adalah semacam kepandaian
mengarang yang pokoknya memberi pekabaran pada masyarakat
dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya (Amar,
1984:30).
Astrid S. Susanto (1986:73) menjelaskan, jurnalistik adalah kegiatan
pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejasian
sehari-hari.
Onong Uchjana menjelaskan, jurnalistik adalah sebagai teknik
mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada
menyebarkannya kepada masyarakat (2003:95).
dll
Bentuk dan Pengelolaan Jurnalistik dibagi tiga bagian:
1)
Jurnalistik Media Cetak (
newspaper and magazine
journalism)
2)
Jurnalistik Media Elektronik Auditif (
radio broadcast
journalism)
3)
Jurnalistik Media Elektronik Audiovisual (
television
journalism)
Ruang Lingkup Jurnalistik:
Kegiatan mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk
tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan
media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang
tersedia.
Produk Jurnalistik
adalah
s
urat kabar, tabloid, majalah, buletin,
atau berkala lainnya seperti radio, televisi, dan media massa
online
internet.
Surat kabar, tabloid, majalah, dan buletin dapat digolongkan pada
tiga kelompok besar; 1) berita (
news
), 2) opini (
views
), dan 3) iklan
(
advertising).
Dari ketiga kelompok besar itu hanya berita dan opini saja yang
disebut produk jurnalistik, dan iklan bukanlah produk jurnalistik.
Kelompok berita (
news
) meliputi antara lain; berita langsung
(
straight news),
berita menyeluruh (
comprehensive),
berita
mendalam (
depth news
), pelaporan mendalam (
depth reporting),
berita penyelidikan (
investigative news),
berita khas bercerita
(
feature news),
berita gambar (
photo news).
Sifat berita adalah
objektif.
Kelompok opini (
views
) meliputi; tajuk rencana, karikatur, pojok,
artikel, kolom, esai, dan surat pembaca. Sifat opini adalah subjektif.
Lima fungsi utama pers yang ditemukan di setiap
negara demokrasi, yaitu:
1.
Informasi (to inform)
2.
Edukasi (to educate)
3.
Koreksi (to influence)
4.
Rekreasi (to intertain)
5.
Mediasi (to mediate)
Karakteristik pers terdapat lima, yaitu:
1.
Periodesitas
2.
Publisitas
3.
Aktualitas
4.
Universalitas
5.
Objektivitas
Tipologi (Pengelompokkan) Pers dapat disebutkan
sebagai berikut:
1.
Pers berkualitas (quality newspaper)
2.
Pers populer (populer newspaper)
3.
Pers kuning (yellow newspaper)
Pers bisa berdiri dengan sangat baik apabila
bertumpu pada tiga pilar (prinsip), yaitu:
1.
Idealisme
2.
Komersialisme
3.
Profesionalisme
Karakteristik bahasa jurnalistik:
singkat, padat,
lugas,
jelas,
jernih,
menarik,
demokratis,
mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin
menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah
teknis, dan
tunduk kepada kaidah atau etika bahasa
baku
.
Pengertian Berita:
Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di
dunia.
Para pakar jurnalistik menjelaskan, berita adalah apa yang
ditulis surat kabar, disiarkan radio, dan ditayangkan
televisi.
Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta
merupakan berita. Berita biasanya berkenaan dengan
orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita.
Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia,
tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan. Jadi, tidak
ada satu pengertian khusus tentang “berita” yang bisa
diterima secara umum.
Pendapat Para Ahli:
Paul De Massenner dalam buku
Here’s The News: Unisco Associate
menjelaskan,
news
atau berita adalah sebuah informasi yang penting
dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.
Charnley dan James M. Neal menjelaskan, berita adalah laporan
tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi,
interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya
disampaikan kepada khalayak (Errol Jonathans dalam Mirza,
2000:68-69)
Doug Newson dan James A. Wollert dalam
Media Writing: News for
the Mass Media
(1985:11) menjelaskan, berita adalah apa saja yang
ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat.
Dean M. Lyle Spencer dalam
News Writing
menjelaskan, berita adalah
suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian
sebagian besar pembaca (Assegaff, 1983:23).
Michael V. Chamley dalam
Reporting
(1965) menjelaskan, berita
adalah laporan tercepat mengenai fakta dan opini yang menarik atau
penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah penduduk (Assegaff,
1983:24).
Dll.
Berita diklasifikasi ke dalam dua kategori:
berita berat
(hard
news)
dan
berita ringan
(soft news
).
Berita berat merupakan berita yang berkenaan dengan peristiwa
yang mengguncangkan dan menyita perhatian, seperti
kebakaran, gempa bumi, kerusuhan dan lain sebagainya.
Berita ringan merupakan berita yang berkenaan dengan
peristiwa yang lebih bertumpu pada unsur-unsur ketertarikan
manusiawi, seperti pesta pernikahan bintang film, atau seminar
sehari tentang perilaku seks bebas di kalangan remaja.
Berdasarkan lokasi peristiwanya, berita dapat dibedakan dengan
di tempat terbuka (
outdoor news
) dan di tempat tertutup
(indoor
news).
Berita
indoor
biasanya berkenaan dengan sidang kabinet,
seminar, pengadilan, dan peristiwa lainnya yang di tempat
tertutup.
Berdasarkan sifatnya, berita dapat dipilah menjadi berita diduga
(sudah direncanakan) dan berita tak diduga (tidak terencana).
Berdasarkan materi isinya, berita dapat dikelompokan
sebagai berikut:
Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan (
talking
news)
Berita ekonomi (
economic news
)
Berita keuangan (
financial news)
Berita politik (
political news)
Berita sosial kemasyarakatan (
social news)
Berita hukum dan keadilan (
law and justice news)
Berita pendidikan (
education news)
Berita olah raga (
sport news)
Berita bencana dan tragedi (
tragedy and disaster news)
Berita kriminal (
crime news)
Berita perang (
war news)
Berita ilmiah (
scientifict news
)
Berita hiburan (
entertainment news
)
Berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau
Berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi pada tiga
kelompok:
elementary, intermediate,
dan
advance.
Berita
intermediate
mencakup pelaporan berita
langsung (
straight news)
, berita mendalam (
depth
news report),
dan berita menyeluruh (
comprehensive
news report)
.
Berita
intermedate
meliputi pelaporan berita
interpretatif (
interpretative news report)
dan pelaporan
karangan khas (
feature story report).
Berita
advance
menunjuk pada pelaporan mendalam
(
depth reporting)
, pelaporan penyelidikan (
investigative
reporting)
, dan penulisan tajuk rencana (
editorial
writing)
.
Penjabaran berdasarkan penjelasan Rivers (1994:6-7):
Straight news report
adalah laporan langsung mengenai suatu
fakta peristiwa. Berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang
dimulai dari
what, who, when, where, why,
dan
how
(5W + 1H).
Depth news report
merupakan laporan yang sedikit berbeda
dengan
straight news report,
yaitu menghimpun suatu fakta/
peristiwa dengan fakta lainnya dalam waktu yang berbeda
sebagai data pendukung. Berita jenis ini memerlukan pengalihan
informasi, bukan opini reporter. Jadi, fakta-fakta yang nyata masih
tetap besar.
Comprehensive news
merupakan laporan tentang fakta yang
bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
Interpretative report
lebih menfokuskan suatu isu, masalah, atau
peristiwa-peristiwa kontroversial, akan tetapi tetap diseputar fakta
(bukan opini).
FeaTure story
lebih menekankan pada penarikan perhatian
pembaca dengan memunculkan fakta, dan menyajikan suatu
pengalaman pembaca (
reading experiences)
yang lebih
bergantung pada gaya (
style
) penulisan dan humor daripada
pentingnya informasi yang disajikan.
Depth
reporting
adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat
mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa
fenomena atau aktual. Berita jenis ini dalam tradisi pers sering
disajikan dalam rubrik khusus, seperti
laporan utama, bahasan
utama, fokus.
Dalam penyajiannya biasanya dilakukan dengan
beberapa judul untuk menghindari kejenuhan pembaca.
Investigasi
reporting
berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda
dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya
memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi, dan
pelaksanaan pencarian/pengumpulan faktanya sering ilegal
atau tidak etis.
Editorial writing
adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di
depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian
fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting
dan memengaruhi pendapat umum. Jurnalis yang bergiat di
berita jenis ini terkadang merasa dirinya sebagai petugas
informasi masyarakat (
public information officer).
George Fox Mott dalam
New Survey of Journalism
(1958)
menjelaskan, paling tidak terdapat delapan konsep berita
yang harus diperhatikan oleh praktisi dan pengamat
media massa (Effendy, 2003:130-134), yaitu:
Berita sebagai laporan tercepat (
news as timely report)
,
Berita sebagai rekaman (
news as record),
Berita sebagai fakta objektif (
news as objective facts),
Berita sebagai interpretasi (
news as interpretation),
Berita sebagai sensasi (
news as sensation),
Berita sebagai minat insani (
news as human interest),
Berita sebagai ramalan (
news as prediction),
Berita sebagai gambar (
news as picture).
Kriteria umum nilai berita dalam penjelasan Brian S. Brooks,
George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam
News
Reporting and Editing
(1980:6-17) sebagai berikut:
Keluarbiasaan (
unusualness)
Kebaruan (
newness)
Akibat (
impact)
Aktual (
timeliness)
Kedekatan (
proximity)
Informasi (
information)
Konflik (
conflict)
Orang penting (
prominence)
Ketertarikan manusiawi (
human interest)
Kejutan (
surprising)
Seks (
sex
)
Persyaratan Wawancara Berita (Jonathan
dalam Mirzan, 2000:86-88):
a.
Mempunyai tujuan yang jelas
b.
Efisien
c.
Menyenangkan
d.
Mengandalkan persiapan dan riset awal
e.
Melibatkan kepentingan khalayak
f.
Menimbulkan spontanitas
g.
Pewawancara berfungsi sebagai pengendali,
dan
h.
Mampu mengembangkan logika.
Jenis-jenis wawancara berita berdasarkan
bentuknya
(Flyod G. Arpan dalam
Toward Better
Communications
yang dikutik Mappatoto, 199,
21-22):
a.
Wawancara sosok pribadi (personal interview)
b.
Wawancara berita (news-page interview)
c.
Wawancara jalanan (man in the street
interview)
d.
Wawancara sambil lalu (casual interview)
e.
Wawancara telepon (telephone interview)
f.
Wawancara tertulis (written interview), dan
Hal yang harus diperhatikan selama
wawancara (Patmono, 1996:41-48):
a.
Menjaga suasana
b.
Bersikap wajar
c.
Memelihara situasi
d.
Tangkas dalam menarik kesimpulan
e.
Menjaga pokok persoalan
f.
Bersikap kritis, dan
Berdasarkan pokok persoalan (
subject matter)
dan tipe
orang
yang
diwawancarai
terdapat
dua
pola
wawancara (Bruce D. Itule dikuti Muhtadi,
1999:217-218):
1)
Funnel interview,
yaitu pola wawancara yang disusun
seperti bentuk corong atau cerobong (
funnel
).
Funnel
interview
merupakan pola yang paling banyak
digunakan, dan yang paling rileks dirasakan baik oleh
nara sumber maupun oleh reporter sendiri. Sebab,
pertanyaan-pertanyaan yang berat dan serius sedapat
mungkin dikemas dan diubah menjadi sebaliknya.
2)
Interved funnel interview,
yaitu pola wawancara yang
disusun seperti cerobong terbalik. Dalam pola ini
reporter langsung menanyakan masalah-masalah
pokok tanpa harus memulainya dengan
pertanyaan-pertanyaan umum dan ringan.
Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
berita
(Semi, 1995:43-48) sebagai brikut:
Pertanyaan terbuka
Pertanyaan hipotetik terbuka
Pertanyaan langsung
Pertanyaan tertutup
Pertanyaan beban
Pertanyaan terpimpin, dan
Pertanyaan orang ketiga
Teknik penulisan berita secara universal dapat dibedakan,
sesuai dengan prinsip pelaporan (
to report),
menjadi dua
pola, yaitu: pola penulisan piramida terbalik (
inverted
pyramid)
dan pola penulisan dengan rumus 5W+1H.
Berita disajikan dengan pola piramida terbalik karena tiga
asumsi, yaitu; memudahkan khalayak pembaca dan
pendengar, memudahkan reporter dan editor dalam
memotong bagian-bagian yang dianggap kurang atau
tidak penting ketika dihadapkan kepada kendala teknis,
dan memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan
berita melalui rumus baku.
Berita ditulis dengan rumus 5W+1H agar berita itu
lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis
jurnalistik.
Penulisan piramida terbalik
:
Lanjutan...
Head Line/Judul Berita
DATE
LINE
Titimang
sa
LEAD
Teras Berita
BRIDGE
Perangkai
BODY
Tubuh Berita
LEG
Kaki Berita
sangat penting
penting
cukup penting
Judul adalah identitas. Tanpa judul, tulisan
sehebat apapun tidak ada artinya.
Judul berita yang baik harus memenuhi tujuh
syarat, yaitu: 1) provokatif, 2) singkat-padat, 3)
relevan, 4) fungsional, 5) formal, 6) representatif,
dan 7) menggunakan bahasa baku (Sumardiria,
2004:62-69).
Secara sederhana, feature adalah cerita atau
karangan khas yang berpijak pada fakta dan data
yang diperoleh melalui proses jurnalistik.
Penulisan feature tidak tunduk pada kaidah pola
piramida terbalik dengan rumus 5W+1H atau
cara penyusunan pesan secara deduktif. Akan
tetapi, feature tetap harus mengandung unsur
5W+1H.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan,
feature adalah karangan yang melukiskan suatu
pernyataan dengan lebih terinci sehingga apa
yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam
imajinasi pembaca (Balai Pustaka, 1990:350).
N
O BERITA FEATURE KETERANGAN
1 Ditulis dengan
menggunakan teknik melaporkan (to report)
suatu peristiwa secara faktual
Ditulis dengan teknik mengisahkan (to story)
suatu situasi, peristiwa, atau keadaan secara faktual
Berita ditulis dengan gaya laporan yang sifatnya kaku, tegak lurus, ringkas, dan tegas. Feature ditulis dengan gaya menulis cerita pendek (cerpen) yang sifatnya
lentur, hidup, dan memikat 2 Berisi laporan peristiwa
yang sifatnya aktual, faktual, objektif, benar, dan akurat.
Berisi tentang suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan yang sifatnya faktual,
objektif, benar, dan akurat.
Laporan fakta atau peristiwa pada berita bersifat tembak langsung (to the point). Cerita faktual pada feature menggunakan alur dan pemantik.
3 Hasil karya liputan jurnalistik melalui
Hasil karya liputan jurnalistik melalui
Liputan jurnalistik untuk berita sering dilakukan
secara tiba-tiba, tak terduga, tanpa rancangan, dan
singkat. Liputan jurnalistik untuk feature lebih banyak direncanakan sebelumnya, dan butuh waktu cukup lama.
N
O BERITA FEATURE KETERANGAN
4 Bertujuan hanya untuk memberi tahu atau menyampaikan informasi kepada khalayak (informatif)
Bertujuan untuk memberi tahu atau menyampaikan informasi tetapi sekaligus juga
menghibur khalayak (informatif dan rekreatif)
Laporan berita hanya
menyentuh wilayah kognitif khalayak pembaca,
pendengar, atau pemirsa. Cerita feature tak hanya menyentuh kognitif tetapi juga efektif khalayak.
5 Rangkaian fakta atau informasi disajikan secara resmi dan formal
Rangkaian fakta atau informasi disajikan secara tidak resmi dan informal.
Laporan berita hanya memaparkan peristiwa secara singkat dan lugas. Cerita feature melukiskan peristiwa secara naratif memikat.
6 Sangat terikat kepada aktualitas. Berita
adalah laporan tercepat peristiwa faktual terkini. Cepat tetapi mudah basi (out of date)
Tidak terikat kepada
aktualitas. Cerita feature bisa dipersiapkan,
diliput, ditulis, dan disajikan kapan saja sesuai dengan
kebutuhan. Tahan lama.
Hanya feature news yang peliputan dan penyajiannya sangat terikat kepada
aktualitas. Pemuatan atau penyajian feature news (soft news) biasanya digandengkan dengan
straight news (hard news)
7 Nama lengkap
wartawan atau reporter peliput biasanya tidak dicantumkan. Cukup dengan nama inisial (singkatan atau
akronim)
Nama lengkap wartawan atau reporter penulis cerita feature biasanya dicantumkan lengkap.
Pada berita, nama lengkap reporter tidak diantumkan dengan pertimbangan
teknis jurnalistik dan alasan politis keamanan.
Lanjutan...
N
O BERITA FEATURE KETERANGAN
8 Beiita mencerminkan karya kolektif
institusional suatu media massa.
Cerita feature dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif individual
seorang reporter.
Berita tidak terdapat hak cipta. Cerita feature
terdapat hak cipta dan dihargai atau dihormati. 9 Selalu mencantumkan
baris tanggal (date line) pada awal teras berita (lead)
Tidak menccantumkan baris tanggal pada awal intro cerita atau
paragraf pertama.
Sebagian media cetak, hanya mencantumkan
nama tempat cerita feature terjadi (setting atau lokasi peristiwa)
10 Karena disajikan
dengan pola piramida terbalik, berita dapat dipotong pada bagian bawah sesuai dengan keperluan tanpa
mengubah dan
mengganggu isinya.
Karena ditulis dengan teknik mengisahkan di luar pola piramida terbalik, setiap bagian cerita feature sama pentingnya satu sama lain hingga pada bagian bawah tidak bisa
dipotong begitu saja.
Berita disusun dengan skala prioritas dimulai dari urutan pesan sangat penting
(lead), penting (bridge),
cukup penting (body), dan kurang penting (leg). Cerita feature ditulis dengan
urutan pesan bagian awal-atas (intro) dan bagian
akhir-bawah (penutup tetap sama penting.
11 Tidak menyampaikan pesan moral tertentu, kecuali informasi atau laporan fakta peristiwa semata.
Selalu membawa pesan moral tertentu, seperti nilai kejujuran,
kesetiaan, sikap tulus, cinta kasih, kegigihan, pengorbanan dan
sebagainya.
Laporan berita hanya untuk mengisi kepala
(pengetahuan atau dimensi kognitif) khalayak. Cerita feature lebih banyak
bersifat menusuk dada dan hati (emosi, perasaan,
Lanjutan..
.
N
O BERITA FEATURE KETERANGAN
12 Ditulis dengan
menggunakan judul yang dicetak tebal, tegak-lurus,
mengesankan formal dan maskulin (hard news)
Ditulis dengan
menggunakan judul yang dicetak normal tipis, miring (italic),
mengesankan informal dan feminim (soft news)
Hard nesw (berita)
menunjuk bacaan serius.
Soft news (feature)
menunjuk bacaan ringan.
13 Disusun dengan menggunakan pola piramida terbalik dan rumus 5W+1H
Disusun dengan pola induktif, kronologis, logis, topikal, atau spesial.
Dalam karya feature
wwalau tidak tunduk pada kaidah jurnalistik, tapi tetap mengandung unsur
5W+1H. 14 Ditulis dengan
menggunakan bahasa jurnalistik dan sangat terikat pada kaidah jurnalistik.
Ditulis dengan
menggunakan gaya
bahasa jurnalistik sastra dan mengadobsi
penulisan fiksi.
Feature bersifat naratif ekspresif. Berita bersifat eksplanatif dan produktif.
15 Setiap reporter
diasumsikan mampu meliput dan menyusun berita sesuai dengan kaidah pokok jurnalistik konvensional.
Tidak setiap reporter mampu, tertarik, dan gemar meliput, menulis, dan menyajikan cerita feature.
Penulisan berita bersifat teknis, rutin, dan
menekankan keterampilan institusional. Penulisan feature lebih banyak
menekankan jiwa seniman, sastrawan, dan
Wolseley dan Cambell dalam
Exploring Journalism
(Assegaff, 1983:56) menjelaskan, paling tidak
terdapat enam jenis feature:
1)
Feature minat insani (human interest feature)
2)
Feature sejarah (hystorical feature)
3)
Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan
seorang tokoh (biografical feature)
4)
Feature perjalanan (travelogue feature),
5)
Feature yang mengajarkan suatu keahlian atau
petunjuk praktis (how to do feature), dan
6)
Feature ilmiah (scientific feature)
Empat Ciri Utama Cerita Feature
(Kurnia, 2002:45-76):
1.
Penyusunan adegan
2.Dialog
3.
Sudut pandang orang ketiga
4.
Mencatat detail atau lengkap dari suatu peristiwa
Unsur-Unsur Pokok Cerita Feature:
5.
Tema
6.
Sudut pandang (
point of view)
atau visi pengarang
7.
Plot (berbeda dengan plot cerpen, dalam feature tidak
perlu memunculkan dan menajamkan konflik).
8.
Karakter
9.Gaya
10.
Suasana
11.
Lokasi peristiwa
MENULIS KREATIF
Kalau engkau tidak punya waktu untuk membaca,
kau tidak punya waktu (atau peralatan) untuk menulis.
Mudah saja. Membaca adalah pusat kreatif kehidupan
seorang penulis.
(Stephen King)
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi
selama tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian
Pengembangan keterampilan menulis merupakan
prioritas utama dalam kegiatan pendidikan, karena
menulis memiliki peran penting dalam kehidupan
akademik, sosial, dan bahkan personal (Chapman,
2001).
Seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk
apa ia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan
merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Padahal,
manfaat menulis sangat banyak, diantaranya:
peningkatan
kecerdasan,
pengembangan
daya
inisiatif dan kreativitas, penumbuhan keberanian,
pendorongan
kemauan
dan
kemampuan
mengumpulkan informasi.
Menulis merupakan salah satu keterampilan yang mesti
dikuasai oleh mahasiswa.
Takala (dalam Achmadi, 1990) menjelaskan, menulis
adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan
mengorganisasi makna dalam tataran ganda; bersifat
interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu
dengan
menggunakan
sistem
tanda
konvensional yang dapat dibaca.
Unsur-unsur dalam kegiatan menulis adalah: 1) penulis,
2) makna atau ide yang disampaikan, 3) tujuan (suatu
yang diinginkan penulis terhadap gagasan yang
disampaikan kepada pembaca), dan 6) adanya
interaksi antara penulis dan pembaca lewat tulisan.
Keterampilan yang diperlukan untuk menyusun sebuah karangan
yang baik meliputi: 1) keteampilan gramatikal (kemampuan
menyusun kalimat yang benar), 2) penuangan isi, 3) keterampilan
stilistik (kemampuan menggunakan kalimat dan bahasa secara
efektif, 4) keterampilan mekanis (kemampuan menggunakan secara
tepat ejaan dan tata bahasa), 5) keterampilan memutuskan
(kemampuan menulis dengan cara yang tepat untuk tujuan dan
pembaca
khusus,
bersama
dengan
kemampuan
memilih,
mengorganisasikan, dan menyampaikan informasi yang releval.
Karena menulis sebagai keterampilan kognitif yang kompleks,
seorang penulis harus mampu memanfaatkan situasi sebagai
berikut: 1) tujuan penulis, 2) pembaca, 3) kesempatan
(keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian, waktu,
tempat, dan situasi).
Karakteristi pembaca hendaknya dipahami oleh penulis, sebagai
berikut: 1) usia, 2) jenis kelamin, 3) tempat tinggal, 4) latar belakang
pendidikan, 5) minat budaya, minat-minat sosial, 7) kegemaran
pembaca, dan sebagainya.
Pendapat Hairston (1986), hal-hal yang perlu diperhatikan dan
dilakukan penulis berkenaan dengan pembaca atau calon
pembaca adalah: 1) mendeskripsikan pembaca (tingkat
pendidikan, ekonomi, jenis kelamin, dan usia), 2) menganalisis
hal-hal penting pada diri pembaca (penghargaan yang mereka
miliki atas persoalan yang dibicarakan/ditulis dan kesibukan
pembaca), 3) mengestimasi pengetahuan yang telah mereka
miliki tentang topik tulisan (seberapa banyak latar pengetahuan
mereka, seberapa banyak penulis harus memberikan penjelasan,
dan dapat tidaknya menggunakan istilah khusus), 4)
menganalisis sikap yang akan dimiliki pembaca pada topik
(perasaan mereka tentang pokok permasalahan dan kemauan
mereka untuk mempelajarinya), 5) mengetahui alasan pembaca
(harapan pembaca untuk memperoleh sesuatu), dan 6)
mengetahuan pertanyaan atau persoalan yang ingin dijawab
oleh pembaca.
Beberapa praysarat bagi penulis (Keraf, 1998) sebagai berikut:
1) kemampuan berbahasa, 2) kemampuan penalaran, dan 3)
kemampuan mengenai dasar-dasar retorika.
Tahapan dalam kegiatan menulis
sebagai
berikut:
1)
Perencanaan (planning) atau persiapan
(prewriting)
2)
Penulisan buram (drafting) atau penulisan
(composing), dan
3)
Perbaikan (revising) atau revisi (revision)
(Mc. Crimmon, 1986, dan Hairston, 1986)
Pengertian Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa adalah terjadinya penyimpangan
kaidah dalam tindak berbahasa, baik secara lisan maupun
tertulis.
Jenis-Jenis Kesalahan Berbahasa:
1)
Taksonomi (kafisikasi) kategori linguistik (
linguistic
category),
2)
Taksonomi siasat permukaan (
survase taxonomy),
3)
Taksonomi komparatif (
comparative taxonomy)
, dan
4)
Taksonomi efek komunikasi (
communicative effect
taxonomy).
(
Duley, Burt, dan Krashen, 1982)
Kesalahan dalam berbahasa:
1)
Penggunaan ejaan
Contoh:
B. Rumusan Masalah.
(seharusnya tidak titik setelah sub judul)
Hindari unsur K.K.N!
(seharusnya tidak titik setelah huruf
kapital yang berturut-turut)
Namun demikian dari pihak sekolah yang bekerjasama dengan
masyarakat dan ....
(seharusnya koma setelah kalimat “namun
demikian”)
2)
Pemilihan
kata
Contoh:
Diharapkan sekolah
dapat mampu
melaksanakan...
...
yakni seperti
gudang rusak
3)
Penggunaan kalimat
Contoh:
Kritik dan saran
pada
pembaca untuk kesempurnaan buku ini
Dan
mahasiswa yang berhasil adalah mereka yang memiliki
kemampuan menulis
Pendekatan Latihan Menulis
(Proett dan Gill, 1986, 1986):
a)
Pendekatan
frekuensi,
banyak
latihan
mengarang
sekalipun tidak dikoreksi (seperti buku harian atau surat),
akan membantu meningkatkan menulis seseorang.
b)
Pendekatan gramatikal, kemampuan pengetahuan tentang
struktur bahasa akan mempercepat kemahiran dalam
menulis.
c)
Pendekatan koreksi, banyak koreksi atau masukan yang
diperoleh atas tulisannya akan membangkitkan semangat
menjadi penulis.
d)
Pendekatan formal, keterampilan menulis akan diperoleh
bila pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan,
serta konversi atau aturan penulisan dikuasai dengan
baik.
Pengertian
Penalaran
Penalaran (
reasoning)
adalah suatu proses berfikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau
reviden, ataupun suatu yang dianggap bahan bukti, menuju
pada suatu kesimpulan (Keraf, 1982; Moeliono, 1989).
Penalaran dapat dikatakan proses berfikir yang sistematik
dan
logis
untuk
memperoleh
sebuah
kesimpulan
(pengetahuan atau keyakinan).
Penalaran dapat dilakukan dengan cara induktif dan
deduktif.
Penalaran induktif adalah suatu proses berfikir yang
bertolek dari hal-hal khusus menuju sesuatu yang umum.
Penalaran deduktif adalah suatu proses berfikir yang
Jenis-Jenis Penalaran
Penalaran induktif. Penalaran ini dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu; generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab akibat).
Generalisasi atau perampatan adalah proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk
menarik kesimpulan mengenai semua/sebagian dari gejala atau
peristiwa itu.
Analogi induktif atau analogi logis adalah suatu proses penalaran
yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu
sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan.
Penalaran kausal (sebab akibat) didasarkan pada hukum
kausalitas. Hukum kausalitas menyatakan, semua peristiwa yang
terjadi di dunia ini terjalin dalam rangkaian sebab akibat. Corak
penalaran kausalitas dapat terwujud dalam pola
sebab ke akibat,
akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.
Penalaran deduktif kebalikan dari penalaran induktif, yaitu bersifat
spesifikasi (pengkhususan). Dalam penalaran ini diperlukan
mengumpulkan bahan atau fakta secara memadai sebelum pada
suatu kesimpulan.
Kesalahan Nalar
Kesalahan nalar (
reasoning
atau
logical
fally
) adalah kekeliruan dalam
proses berfikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan.
Kekeliruan nalar dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan,
atau ketidaktahuan.
Macam-Macam Kesalahan Nalar
Generalisasi yang terlalu luas
. Hal ini terjadi karena kurangnya data,
sikap “menggampangkan”, malas mengumpulkan dan menguji data
secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan
yang terbatas.
Kerancuan analogi
. Hal ini disebabkan penggunaan analogi yang tidak
tepat, atau perbandingan dua hal yang tidak memiliki kesamaan
esensial.
Kekeliruan kausalitas (sebab akibat)
. Hal ini disebabkan seseorang keliru
menentukan sebab atau akibat dari suatu peristiwa.