• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Teori Perilaku Produsen SEMESTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Teori Perilaku Produsen SEMESTER"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Teori Perilaku Produsen

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ekonomi Islam

DISUSUN OLEH : KELOMPOK : 6 (Enam)

DIANA KHAIRI ELLA ANGGRAINI MUHAMMAD IRFAN NURSYAHRI SIMANJUNTAK

SEMESTER IV-A PERBANKAN SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA

ISLAM JAM’IYAH

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah manajemen bank syariah.. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun makalah.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “TEORI PRILAKU PRODUSEN”, yang kami sajikan berdasarkan materi yang kami dapatkan.

Semoga makalah kami dapat bermanfaat buat rekan-rekan sekalian, khususnya pada diri saya sendiri dan semua yang membaca makalah ini, Dan Mudah -mudahan Juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca . Walaupun Karya Ilmiah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya.

Terima kasih.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar...i

Daftar isi...ii

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan Penulisan...1

BAB II. PEMBAHASAN...2

A. Pengertian dan Tujuan Produksi Menurut Islam...2

B. Prilaku dalam Produksi dalam Ekonomi Islam...4

C. Motif Berproduksi dalam Islam...5

D. Nilai-Nilai Islam dalam Berproduksi...6

E. Pola Produksi...7

F. Etika Produksi...8

BAB III. PENUTUP...11

A. Kesimpulan...11

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Atau dengan kata lain, problema dasar dari Ekonomi adalah bagaimana menggunakan semua sumber daya yang terbatas, untuk selanjutnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya. Permasalahan itu kemudian menyebabkan kelangkaan, juga menyebabkan beberapa perilaku yang berasal dari produsen dan konsumen.

Adapun perilaku produsen adalah menghasilkan produksi berupa barang dan jasa. Tanpa kegiatan produksi, maka konsumen tidak dapat mengonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkannya. Kegiatan produksi dan konsumsi adalah sebuah mata rantai yang saling berkaitan dan tidak bisa saling dilepaskan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan konsumsi pada dasarnya juga akan menjadi prinsip dalam kegiatan produksi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan mencoba menguraikan materi mengenai perilaku produsen, yang meliputi motivasi dan tujuannya dalam berproduksi, perilaku yang berkaitan dengan upaya meraih mashalahah, hingga prinsip dan nilai yang harus dipegang produsen itu sendiri. Maka dari itu, makalah ini diberi judul “Teori Perilaku Produsen Dalam Islam”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perilaku Produsen dalam berproduksi menurut pandangan islam ?

C. Tujuan Penulisan

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Tujuan Produksi Menurut Islam

Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. 1

Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan

ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir alintaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas). Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen.

Beberapa ahli ekonomi islam memberikan definisi yang berbeda mengenai pengertian produksi, meskipun substansinya sama. Berikut pengertian produksi menurut para ekonomi muslim kontemporer.

1. Kahf (1992)

Kegiatan produksi dalam perspektif Islam adalah usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat (falah).

2. Mannan (1992)

Menekankan pentingnya motif altruisme bagi produsen yang Islami, sehingga ia menyikapi dengan hati-hati konsep Pareto Optimality dan Given Demand Hypothesis yang banyak dijadikan sebagai konsep dasar produksi dalam ekonomi konvensional.

1 An-Nabhani,Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persektif Islam,

(7)

3. Rahman (1995)

Menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan produksi (distribusi output produksi secara merata ke seluruh lapisan masyarakat).

4. Ul Haq (1996)

Tujuan produksi adalah memenuhi kebutuhan yang bersifat fardhu kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya menjadi keharusan.

5. Siddiqi (1992)

Produksi sebagai proses penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan

keadilan dan mashlahahnya bagi masyarakat. Sepanjang produsen telah berlaku adil dan membawa kebaikan bagi masyarakat, ia telah bertindak secara Islami.

Manusia dengan akalnya yang sempurna telah diperintahkan oleh Allah untuk dapat terus mengoleh alam ini bagi kesinambungan alam itu sendiri, dalam hal ini nampaklah segala macam kegiatan produksi amat bergantung kepada siapa yang memproduksi (subyek) yang diharapkan dpat menjadi pengolah alam ini menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Ayat yang berkaitan dengan produksi terdapat dalam Surat Al-Baqarah : 272

bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)”.

Kegiatan produksi merupakan respon terhadap kegiatan konsumsi, atau sebaliknya. Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan konsumsi. Apabila keduanya tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi tidak berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.

(8)

Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan

mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya:

1. Pemenuhan kebutuhan manusai pada tingkat moderat. 2. Menemukan kebutuhan masyarakat da pemenuhannya. 3. Menyiapkan persediaan barang/jasa dimasa depan.

4. Pemenuhan sarana bagi kegaitan social dan ibadah kepada Allah.

Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat. Hal ini akan menimbulkan setidaknya dua implikasi. Pertama, produsen hanya menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan meskipun belum tentu merupakan keinginan konsumen. Barang dan jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan yang islami. Kedua, kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar. Produksi barng dan jasa secara berlebihan tidak saja menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan kemubadziran, tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi ini secara cepat.

Tujuan yang terakhir yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada Allah. Sebenarnya ini merupakan tujuan produksi yang paling orisinal dari ajaran islam. Dengn kata lain, tujuan produksi adalah mendapatkan berkah, yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh pengusaha itu sendiri.

B. Perilaku dalam produksi Dalam Ekonomi Islam

Akhlak akan mendasari bagi seluruh aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas ekonomi produksi.

(9)

Beberapa aspek dalam melakukan produksi oleh seorang muslim adalah :

1. Berproduksi adalah ibadah, sama saja seorang muslim mengaktualisasikan Ibadah bersama dengan bisnis yang dijalankan.

2. Factor produksi yang digunakan untuk menyelenggarakan produksi sifatnya tidak terbatas, untuk menggunakan manusia perlu berusaha mengoptimalkan segala kemampuan yang telah Allah berikan.

3. Seorang muslim yakin bahwa Sesutu yang dikerjakan dengan ajaran islam tidak membuat hidupnya menjadi sulit.

4. Berproduksi bukan hanya mencari keuntungan belaka. Dalam islam harta adlah titipan Allah sebagai amanah untuk dikelola mencapai kemaslahatan. 5. Seorang muslim menghindari praktek produksi yang mengandung unsure

haram atau riba, pasar gelap dan spekulasi.

C. Motif Berproduksi Dalam Islam

Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan yang menciptakan manfaat (utility) baik dimasa kini maupun dimasa mendatang (M.Frank, 2003). Dengan pengertian yang lusa tersebut, kita memahami kegitan produksi tidak terlepas dari keseharian manusia.

Motif maksimalisasi kepuasan dan maksimalisasi keuntngan yang menjadi pendorong utama sekaligus tujuan dari keputusan ekonomi dalam pandangan ekonomi konvensional bukannya salah ataupun dilarang dalam Islam. Islam ingin mendudukkannya pada posisi yang benar, yakni semua itu dalam rangka maksimalisasi kepuasan dan keuntungan di akhirat. Perlu diingat sejarah pemikiran ekonomi dan ilmu pengetahuan pada umumnya yang bangkit sejak jaman Renaisans, suatu jaman dimana terjadi perubahan ukuran kebenaran dari yang semula bersandar kepada wahyu dan dogma gereja menjadi bersandar kepada logika, bukti-bukti empiris, positivisme. Perubahan ukuran kebenaran tersebut membuat ilmu pengetahuan maju pesat, akan tetapi ia menjadi sangat sekuler.

(10)

Sebagai akibatnya, fokus dari kegiatan produksi adalah mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga seringkali merugikan pihak lain. Sebagai contoh, praktik illegal logging.

Dalam perspektif Islam, tujuan produksi adalah mashlahah maximizer sebagaimana konsumsi. Mencari keuntungan dalam Islam tidak pernah dilarang sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam.

D. Nilai-Nilai Islam Dalam Berproduksi

Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang islami. Metwally mengatakan, “perbedaan dari perusahan-perusahan non muslim tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya.

Nilai-nilai islam yng relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalm ekonomi islam, yaitu: khilafah, adil, dan takaful secara lebih rinci nilai-nilai islam dalam produksi meliputi:2

1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat; 2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal; 3. Memenuhi takran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran;

4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis; 5. Memuliakan prestasi/produktifitas;

6. Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi; 7. Menghormati hak milik individu;

8. Mengikuti syarta sah dan rukun akad/transaksi; 9. Adil dalam bertransaksi;

10. Memiliki wawasan social;

11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak;

12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalm islam.

2 Lubis, Ibrahim, H. Drs, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Kalam Mulia, 1995

(11)

Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah yang diproleh oleh produsen merupakan satu mashlahah yang akan member kontribusi bagi tercapinya falah. Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.

E. Pola Produksi

Berdasarkan pertimbangan kemashlahatan (altruistic considerations) itulah, menurut Muhammad Abdul Mannan, pertimbangan perilaku produksi tidak semata-mata didasarkan pada permintaan pasar (given demand conditions). Kurva permintaan pasar tidak dapat memberikan data sebagai landasan bagi suatu perusahaan dalam mengambil keputusan tentang kuantitas produksi. Sebaliknya dalam sistem konvensional, perusalas arikan kebebasan untuk berproduksi, namun cenderung terkonsentrasi pada output yang menjadi permintaan pasar (effective demand), sehingga dapat menjadikan kebutuhan riil masyarakat terabaikan.

Dari sudut pandang fungsional, produksi atau proses pabrikasi (manufacturing) merupakan suatu aktivitas fungsional yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk menciptakan suatu barang atau jasa sehingga dapat mencapai nilai tambah (value added). Dari fungsinya demikian, produksi meliputi aktivitas produksi sebagai berikut; apa yang diproduksi, berapa kuantitas produksi, kapan produksi dilakukan, mengapa suatu produk diproduksi, bagaimana proses produksi dilakukan dan siapa yang memproduksi?

Berikut akan dijelaskan sekilas mengenai ketujuh aktivitas produksi.

1. Apa yang diproduksi

Terdapat dua pertimbangan yang mendasari pilihan jenis dan macam suatu produk yang akan diproduksi; ada kebutuhan yang harus dipenuhi masyarakat (primer, sekunder, tertier) dan ada manfaat positif bagi perusahan dan masyarakat (harus memenuhi kategori etis dan ekonomi)

2. Berapa kuantitas yang diproduksi; bergantung kepada motif dan resiko

(12)

masyarakat, kebutuhan ekonomi, market share yang dimasuki dan dikuasai,

a. Kemudahan memperoleh suplier bahan dan alat-alat produksi b. Murahnya sumber-sumber ekonomi

c. Akses pasar yang efektif dan efisien d. Biaya-biaya lainnya yang efisien

6. Bagaimana proses produksi dilakukan: input- proses – out put - out come 7. Siapa yang memproduksi; negara, kelompok masyarakat, indovidu

Dengan demikian masalah barang apa yang harus diproduksi (what), berapa jumlahnya (how much), bagaimana memproduksi (how), untuk siapa produksi tersebut (for whom), yang merupakan pertanyaan umum dalam teori produksi tentu saja merujuk pada motifasi-motifasi Islam dalam produksi.

F. Etika Produksi

(13)

serta cara berfikir yang dipakai untuk membenarkan pernyataan-pernyataan etika. Metaetika mempertanyakan makna yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipakai untuk membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.

Apa yang mendasari para pengambil keputusan yang berperan untuk pengambilan keputusan yang tak pantas dalam bekerja? Para manajer menunjuk pada tingkah laku dari atasan-atasan mereka dan sifat alami kebijakan organisasi mengenai pelanggaran etika atau moral. Karenanya kita berasumsi bahwa suatu organisasi etis, merasa terikat dan dapat mendirikan beberapa struktur yang memeriksa prosedur untuk mendorong oragnisasi ke arah etika dan moral bisnis. Organisasi memiliki kode-kode sebagai alat etika perusahaan secara umum. Tetapi timbul pertanyaan: dapatkah suatu organisasi mendorong tingkah laku etis pada pihak manajerial-manajerial pembuat keputusan.

Jika kita berbicara tentang nilai dan akhlak dalam ekonomi dan mu’amalah Islam, maka tampak secara jelas di hadapan kita empat nilai utama,yaitu: Rabbaniyah (Ketuhanan), Akhlak, Kemanusiaan dan Pertengahan. Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam. Makna dan nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi, sirkulasi, dan distribusi10.

Raafik Isaa Beekun dalam bukunya yang berjudul Islamic Bussines Ethics menyebutkan paling tidak ada sejumlah parameter kunci system etika Islam yang dapat dirangkum sbb:

a. Berbagai tindakan ataupun keputusan disebut etis bergantung pada niat individu yang melakukannya. Allah Maha Kuasa dan mengetahui apapun niat kita sepenuhnya secara sempurna.

b. Niat baik yang diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah. Niat yang halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.

(14)

d. Percaya kepada Allah SWT memberi individu kebebasan sepenuhnya dari hal apapun atau siapapun kecuali Allah.

e. Keputusan yang menguntungkan kelompok mayoritas ataupun minoritas secara langsung bersifat etis dalam dirinya. etis bukanlah permainan mengenai jumlah.

f. Islam mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai system yang tertutup, dan berorientasi diri sendiri. Egoisme tidak mendapat tempat dalam ajaran Islam.

g. Keputusan etis harus didasarkan pada pembacaan secara bersama-sama antara Al-Qur’an dan alam semesta.

(15)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang bisa dilakukan manusia dalam “memproduksi” tidak sampai pada merubah substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi (ekstraktif).

Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

An-Nabhani,Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persektif Islam,

Risalah Gusti, 1996, Surabaya.

Karim, M.A S.E, Adiwarman. Ir.,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, The International Institut of Islamic Thought Indonesia, 2001, Jakarta

Lubis, Ibrahim, H. Drs, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Kalam Mulia, 1995 Jakarta.

Sholahuddin, M. S.E, M.Si., Asas-asas Ekonomi Islam, PT.Raja Grafindo Persada, 2007, Jakarta.

http://syahmiruddinpane.blogspot.com/2012/07/ekonomi-islam.html

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, dalam penelitian ini diteliti apakah pembelajaran baca tulis yang meliputi pengenalan huruf, cara menulis huruf, cara mengeja, dan membaca kata dapat lebih efektif

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa penambahan dosis probiotik berbeda memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap efisiensi pakan dan

Kombinasi pendekatan top-down dan bottom-up Pembangunan kota yang berkelanjutan.. Mitigasi/peringanan resiko bencana Penguatan

Priatmoko (2012) mengatakan melalui permainan sirkuit cerdik menyebabkan suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan santai sehingga diharapkan turut membantu siswa untuk

Metode pendekatan utama yang digunakan dalam memecahkan persoalan mitra yang telah disepakati bersama, yaitu: Metode Manajemen Pelatihan, yang merupakan metode yang

Sementara itu keharusan untuk memiliki ijazah sarjana pendidikan tinggi hukum, mengikuti pendidikan khusus profesi advokat, lulus ujian profesi, dan kewajiban

Hasil yang sama juga diperoleh Raffa dan Berryman (1982) yang menemukan tingkat serangan hama dan penyakit berhubungan erat dengan kuantitas produksi getah yang

Personal Skill (kecakapan personal) diberikan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan atau kecakapan secara individu agar masing-masing anak atau siswa mampu