• Tidak ada hasil yang ditemukan

Turki Menuju Sistem Pendidikan Modern.do

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Turki Menuju Sistem Pendidikan Modern.do"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TURKI : MENUJU SISTEM PENDIDIKAN MODERN DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI

Makalah Ini Dipersentasikan Pada Mata Kuliah

Sejarah Sosial Pendidikan Islam

OLEH:

DEDEK DIAN SARI

MODERATOR : AHMAD BASUKI

SEMESTER II PEDI B

DOSEN PEMBIMBING

Prof. Dr. DJA’FAR SIDDIQ, MA.

Dr. SITI ZUBAIDAH, M.Ag

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Kerajaan Utsmani sebagai kerajaan yang mampu bertahan lebih lama dibandingkan dengan dua kerjaan besar lainnya yaitu Mughal di India dan Safawi di Persia, telah berhasil mengembangkan sistem kemiliteran dan perluasan wilayah. Sementara itu, pada bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan tidak mendapatkan perhatian serius di awal dan masa pertengan Kerajaan Turki.

Sementara itu di Eropa telah bangkit dari masa kegelapan, sehingga mengalami kemajuan pesat baik itu di bidang ekonomi, politik, kemiliteran dan ilmu pengetahuan. Hal ini menyadarkan Mahmud II untuk melakukan pembaharuan di segala bidang agar mampu mengejar ketertinggalan dan untuk mengimbangi kekuatan Eropa, dan pendidikan mendapatkan perhatian yang serius dalam pembaharuan yang dilakukan oleh Mahmud II. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan sebagai dimensi dinamis pada perkembangan suatu bangsa.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kerajaan Turki Utsmani

Kerajaan ini berasal dari bangsa Turki dan kabilah Oghuz yang menempati daerah Mongol dan daerah utara dataran Cina, yang kemudian mereka meminta perlindungan dari Jalalludin dari Dinasti Khawarizmi Syah di Transoxiana untuk menghindari serangan Mongol. Setelah tiga abad, mereka berpindah ke Turkistan kemudian ke Persia dan selanjutnya ke Irak.1

Pada abad ke-9 atau ke-10 mereka memeluk Islam di bawah kepemimpinan Ortoghol, yang kemudian mengabdikan diri kepada Sultan Dinasti Saljuk yaitu Sultan Alauddin yang pada saat itu sedang berperang melawan Bizantium. Atas kemenangannya ini, maka Sultan Alauddin menghadiahi sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium kepada Orthogol dan kemudian berkembang menjadi sebuah ibu kota yang diberi nama Syukut.2

Orthogol meninggal dunia tahun 1289 M. Sehingga kepemimpinan diteruskan oleh putranya yaitu Utsman bin Orthogol bin Sulaiman Syah.3 Utsman inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani.

Kerajaan Turki Utsmani yang memerintah hampir enam abad lamanya (1294-1924), yang dipimpin oleh 38 sultan, yaitu:

1. Usman I (1299-1326 M); 2. Orkhan (Putra Usman I) (1326-1359 M); 3. Murad (Putra Orkhan) (1359-1389 M); 4. Bayazid I (Putra Murad I) (1389-1402 M); 5. Muhammad I (Putra Bayazid I) (1403-1421 M); 6. Murad II (Putra Muhammad I) (1421-1451 M); 7. Muhammad II Al-Fatih (Putra Murad II) (1451-1481 M); 8. Bayazid II (Putra Muhammad II) (1481-1512 M); 9. Salim I (Putra Bayazid II) (1512-1520 M); 10. Sulaiman I Al-Qanuni (Putra Salim I) (1520-1566 M); 11. Salim II (Putra Sulaiman I) (1566-1573 M); 12. Murad II (Putra Salim II)

(1573-1 Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 113.

(4)

1596 M); 13. Muhammad II (Putra Murad III) (1596-1603 M); 14. Ahmad I (Putra Muhammad III) (1603-1617 M); 15. Mustafa I (Putra Muhammad III) (1617-1618 M); 16. Suman I (Putra Ahmad III) (1618-1622 M); 17. Murad I (Yang kedua kalinya) (1622-1623 M); 18. Murad IV (Putra Ahmad I) (1623-1640 M); 19. Ibrahim I (Putra Ahmad I) (1640-1648 M); 20. Muhammad II (Putra Ibrahim I) (1648-1687 M); 21. Sulaiman I (Putra Ibrahim I) (1691-1695 M); 22. Ahmad II (Putra Ibrahim I) (1691-1695 M); 23. Mustafa II (Putra Muhammad IV) (1695-1703 M); 24. Ahmad II (Putra Muhammad IV) (1703-1730 M); 25. Mahmud I (Putra Mustafa II) (1730-1754 M); 26. Usman III (Putra Mustafa II) (1754-1757 M); 27. Mustafa III (Putra Ahmad III) (1774-1788 M); 28. Abdul Hamid I (Putra Ahmad III) (1774-1788 M); 29. Salim III (Putra Mustafa III) (1789-1807 M); 30. Mustafa IV (Putra Abdul Hamid I) (1808-1839 M); 31. Mahmud II (Putra Abdul Hamid I) (1808-1839 M); 32. Abdul Majid (Putra Mahmud II); 33. Abdul Aziz (Putra Mahmud II (-1861 M); 34. Murad V (Putra Abdul Majid I) (1861-1876 M); 35. Abdul Hamid II (Putra Abdul Majid I) (1876-1909 M); 36. Muhammad VI (Putra Abdul Majid I) ((1876-1909-1918 M); 37. Muhammad VI (Putra Abdul Majid I) (1918-1922 M); 38. Abdul Majid II (1922-1924 M).4

Kerajaan Utsmani melakukan ekspansi besar-besaran pada Utsman I yaitu di tahun 1290 M hingga 1326 M sehingga dapat menaklukan kota Broessa (1317 M). Sehingga pada masa kepemimpinan Orkhan, wilayah Eropa sebagian telah ditundukkan. Kerajaan Turki Utsmani mencapai kegemilangannya saat dapat menaklukan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Konstantinopel oleh Sultan Mahmud II yang bergelar al-Fatih pada tahun 1453 M. Setelah itu Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota yang namanya berubah menjadi Istanbul. Bukan hanya itu saja, Sultan Mahmud II juga merubah gereja Aya Sophia menjadi sebuah masjid.

Kegemilangan terus diraih sehingga pada abad ke 16, dibawah kepemimpinan Salim kerajaan Safawi dapat ditaklukan dan wilayah kekuasaan mencapai ke Selatan yaitu sampai ke Mesir dan Hijaz. Hal ini membuat wilayah

(5)

kekuasaan Turki semakin meluas dari Selat Persia di Asia sampai ke pintu gerbang Kota Wina di Eropa dan dari laut Gaspienne di Asia sampai ke Aljazair di Afrika Barat.5

Kemajuan-kemajuan yang diraih oleh Kerajaan Turki Utsmani, yaitu:

a. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan

Dibawah kepemimpinan Sulthan Orkhan (1336-1359 M) dilakukan pembenahan bidang kemiliteran yaitu berupa mutasi personel pimpinan dan perubahan dalam keanggotaan. Hal ini dapat terlihat, ketika dimasukkannya bangsa non-Turki menjadi anggota. Sehingga kekuatan militer Utsmani sangat tangguh dam disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariyah.6

b. Bidang Ilmu Pengetahuan

Dalam bidang ilmu pengetahuan seperti tafsir, ilmu kalam, Hadits, dan ilmu keislaman lainnya tidak begitu berkembang secara signifikan, selain karena fanatik terhadap suatu mahzab sehingga membuat ijtihad tidak berkembang sebagaimana seharusnya, juga dikarenakan para ulama lebih suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (seperti catatan) terhadap karya klasik. Faktor lain yang membuat tidak berkembangnya ilmu pengetahuan dikarenakan Turki lebih memfokuskan kepada bidang kemiliteran dan ekspansi.

c. Bidang Kebudayaan

Dalam bidang kebudayaan, Turki Utsmanu memberikan sumbangsih antara lain yaitu seni bersyair dan arsitektur. Dalam bidang seni bersyair, hampir semua sultan Turki memiliki minat bersyair. Sehingga lahirlah penyair-penyair ternama di Turki, yaitu Sultan Walid, Yazzi Oghlu, Syekh Zada. Sementara itu, dalam bidang arsitektur, Turki memadukan antara arsitektur Byzantium dan Turki Usmaniyah. Hal ini dapat terlihat dari gaya bangunan masjid seperti Masjid Aya Sophia dan Masjid Sultan Muhammad Al-Fatih.7

5 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010), h. 196-199. 6 Badri Yatim, Sejarah.., h. 134.

(6)

Kerajaan Utsmani menggapai puncak kegemilangannya pada abad ke-16, akan tetapi setelah itu kerajaan mengalami kekacauan dan kemunduran. Pada abad ke-17 dan ke-18, kerajaan Utsmani melakukan perubahan secara keseluruhan dalam sistem dan struktur kerajaan sehingga menyebabkan melemahnya kerajaan ini.

Menurut Hasan Asari, melemahnya Kerajaan Utsmani disebabkan oleh:8 1. Semakin rendahnya kualitas aparat pada pemerintah pusat. Hal ini disebabkan pada abad ke-17, kualitas individual para sultan Kerajaan Utsmani sangat rendah dibandingkan sultan sebelumnya karena mereka tidak mempunyai pengalaman politik-mikiter yang memadai sebelum menjadi sultan;

2. Melemahnya ekonomi Kerajaan Utsmani dikarenakan terhentinya penaklukan dan rampasan perang sehingga menyebabkan merosotnya disiplin dan loyalitas

Yenisari (pasukan elit militer Kerajaan Utsmani) karena tidak dapat mendanai pasukan ini;

3. Kemajuan teknologi perang yang dikembangkan oleh Eropa memepengaruhi daya saing militer Kerajaan Utsmani;

4. Kebangkitan Eropa sebagai kekuatan ekonomi, sosial, dan politik baru, membuat Kerajaan Utsmani terlibat persaingan. Eropa memiliki keuntungan besar dalam persingan ini dikarenakan didukung oleh teknologi transportasi yang memadai. Sementara itu, Kerajaan Utsmani masih berkutik untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka yang melemah.

Akibat dari melemahnya kerajaan Turki Utsmani ini, Eropa mengambil kesempatan dengan menjajah dan menguasai daerah-daerah Muslim yang dulunya di kuasai oleh Turki Utsmai.

B. Reformasi Turki Utsmani

Pada akhir abad ke-18 kekuatan bangsa Eropa lebih maju dan kuat dibandingkan dengan Imperium Utsmani, baik itu dibidang kemiliteran, ekonomi

(7)

dan teknologi. Hal ini membuat Imperium Utsmani tidak mampu bertahan menghadapi perkembangan kekuatan militer Eropa. Walaupun Kerajaan Utsmani harus kehilangan sebagian wilayah kekuasaannya secara perlahan-lahan, tetapi Utsmani berusaha melakukan dan menyusun reformasi dan modernisasinya sendiri.

Kerajaan Utsmani di bawah kepemimpinan Sultan Salim III (1789-1800) berusaha melakukan pembaharuan yang dikenal dengan Nizam-I Jedid (Orde Baru) yang memusatkan modernisasi militer, meningkatan ekonomi dengan menaikkan pajak, serta mendirikan sekolah-sekolah teknik tapi tetap tidak berhasil merubah keadaan. Penyebab ketidak erhasilan ini dikarenakan tantangan ulama konservatif disatu pihak dan militer (yang takut kehilangan peran) di pihak lain.9

Pada masa Mahmud II (1807-1839) mulai dibangkitkannya program reformasi, yaitu program kemiliteran, administrasi, meningkatkan penghasilan negara, mendirikan sekolah-sekolah yang berorientasi terhadap Barat dan menerapkan konsep sentralisasi negara yang lebih radikal. Program ini ditujukan untuk mempertahankan penguasa-penguasa Utsmani yang didukung oleh elite baru yang lebih memiliki kecakapan dan untuk mengamankan otoritas rezim Utsmani. Reformasi fase pertama ini diikuti juga dengan Reorganisasi (Tanzimat)10 yang berlangsung mulai dari tahun 1839-1876.11

Periode tanzimat ini, dilatar belakangi oleh para intelektual yang telah bersentuhan dengan ide-ide dari Eropa, yang didapatkan melalui bacaan maupun dari kesempatan berkunjung langsung kesana. Salah satu yang menonjol dari masa ini yaitu terjadinya perubahan pada struktur masyarakat elit yaitu dengan menghancurkan pasukan elit yenisari dan berkurangnya peran ulama. Hal ini menyebabkan tujuan dari tanzimat yaitu untuk menghapuskan absolutisme tidak dapat tercapai, apalagi bila melihat dari kacamata masyarakat lapisan bawah.

9Ibid.., h. 109.

10 Tanzimat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti penataan atau pengorganisasian. Yang memiliki makna yaitu pengorganisasian kembali sebagai langkah pembaharuan. Sehingga secara sederhana, tanzimat merupakan rangkaian usaha restrukturisasi Kerajaan Usmani untuk menciptakan pemerintah sentral yang efisien. Lihat dalam Hasan Asari, op.ccit., h. 113.

(8)

Hal ini memicu protes dari kalangan muda yang dikenal sebagai Usmani Muda. Usmani Muda memiliki tujuan yaitu melalukan pembaharuan secara liberal-humanis dengan mencontoh konstitusi Eropa. Ibrahim Syinasi (1826-1871), Mihdat Pasya (1822-1883), Ziya Pasya (1825-1880) dan Namik Kemal (1840-1888) sebagai tokoh pemuka Usmani Muda.12 Akan tetapi, ide dari Usmani Muda ini ditentang oleh sultan dan kalangan ulama dikarenakan Kerajaan Usmani belum siap menerima ide konstitusi demokrasi.

Pada akhir abad ke 19, muncul organisasi baru bernama Turki Muda yang tetap membawa cita-cita Usmani Muda hanya saja pembaharuannya lebih cenderung ke arah sekularis. Turki Muda banyak mendapatkan dukungan dari kelompok bawah tanah, salah satunya yaitu Komite Persatuan dan Kemajuan (Ittihad ve Terekki) sehingga pecahlah pemeberontakan di Salonika yang menuntut pengaktifan kembali sistem pemerintahan parlemen. Pada akhirnya, sultan menyetujuinya dan membuat sebagian besar parlemen dikuasai oleh Komite Persatuan dan Kemajuan dan Turki Muda.

Dengan keberhasilan ini, membuat Turki Muda lebih mempertahankan struktur Kerajaan dengan menekankan unsur Turki. Sehingga parlemen didominasi oleh keturunan Turki yang menimbulkan protes dari bangsa lain. Sebagaimana dengan Usmani Muda, akhirnya Turki Muda pun gagal mempertahankan cita-cita awal mereka. Hal ini membuat, harus ada solusi baru yang berbeda. Pada akhirnya, muncul salah satu pemikir yang terkenal adalah Ziyah Gokalp.

Ziyah Gokalp yang mendapatkan sentuhan pemikiran dari Prancis, mengusung pemikiran peradaban melalui kebangsaan (nation). Kebangsaan ini memiliki makna bahwa suatu bangsa bisa memilih satu peradaban, mengadopsinya atau menggantinya dengan yang lain. Sekarang, bangsa Turki dapat saja beralih dengan meninggalkan peradaban Islam dan mengadopsi peradaban Barat. Walaupun demikian, Ziyah Gokalp mempertimbangkan Islam untuk dijadikan sebagai peradaban baru.

(9)

Lain dari Ziyah Gokalp, muncul pembaharu Turki bernama Mustafa Kamal yang memiliki latarbelakang militer. Mustafa Kamal memiliki persamaan ide dengan Ziyah Gokalp yaitu nasionalisme, sehingga Turki hanya bisa masuk ke dunia modern dan menjamin eksistensinya sebagai sebuah entitas politik dengan merumuskan diri sebagai bangsa, bukan dalam bentuk tradisional Kerajaan Usmani. Dalam hal ini, sultan dan khalifah merupakan rintangan untuk menerapkan ide-ide tersebut. Sehingga Mustafa mengambil langkah drastis dengan membentuk pemerintah tandingan di Anatolia. Tidak hanya itu saja, pada tahun 1920 ia juga membentuk Majlis Nasional Agung utuk menandingi parlemen Istanbul.

Dalam sidang majlis ini di Ankara menghasilkan beberapa keputusan, yaitu:13

1. Kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat;

2. Majlis Nasional Agung adalah lembaga perwakilan rakyat tertinggi;

3. Majlis Nasional Agung berfungsi sebagai badan legislatif sekaligus eksekutif;

4. Majlis Nasional Agung akan membentuk satu Majlis Negara untuk menjalankan pemerintahan, yang anggotanya dipilih dari anggota Majlis Nasional Agung; dan

5. Ketua Majlis Nasional Agung merangkap ketua Majlis Negara.

Dengan adanya sistem baru ini, membuat posisi sultan dan khalifah terancam posisinya sehingga pada tahun 01 November 1922, Majlis Nasional Agung mengumumkan penghapusan jabatan sultan dan jabatan khalifah hanya sebagai pemimpin religius semata. Sejalan dengan itu, pada bulan Juli 1923 Mustafa Kemal mendapatkan pengakuan internasional atas kekuasaannya. Pada tahun yang sama pula, Majlis Nasional Agung merubah bentuk negara menjadi Republik Turki.

Pada tanggal 03 Maret 1924, Mustafa Kamal mengusulkan untuk menghapus Khilafah dan akhirnya disetujui oleh Majlis Nasional Agung.

(10)

Sehingga berakhirlah Kerajaan Usmani dan juga berkahirlah lembaga Khilafah.

Pada tahun yang sama pula, demi tercapainya pembaharuan Turki yang nasionalime, sekularisme, dan westernisme maka didirikanlah Partai Republik Rakyat yang bertugas menunjuk anggota Majlis Nasional Agung. Prinsip-prinsip dasar dari partai baru ini, yaitu:14

1. Bentuk negara adalah republik dengan pemerintahan konstitusional yang diplih oleh rakyat;

2. Pemerintahan berdasarkan nasionalisme, dengan mengembangkan budaya dan kesaatuan nasional;

3. Populisme, yaitu mengutamakan kepentingan dan kebutuhan rakyat;

4. Negara bertanggung jawab meciptakan kemakmuran bersama;

5. Perlakuan yang sama terhadap semua ras dan kelompok umat beragama;

6. Reformisme, yaitu secara terus menerus melaksanakan pembaharuan, dengan mengambil hal-hal baru yang lebih baik dan meninggalkan hal-hal yang tradisional.

Pembaharuan dengan bentuk Nasionalisme Turki telah berhasil sehingga mengantarkan Turki ke arah tujuan akhir berupa sekularisme dan westernisai, yaitu memisahkan agama dari politik kenegaraan, dan membuat Republik Turki sama dengan negara-negara Barat.

C. Turki Menuju Sistem Pendidikan Modern

Perkembangan pendidikan di Turki tidak dapat dilepaskan dari budaya, dan kondisi sosial politik pada masa itu. Hal ini dikarenakan, Turki adalah negara yang memiliki perpaduan dari Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia, Turki mempelajari tentang etika, tatakrama dalam kehidupan di Istana. Sementara dari Bizantium, mereka dapat mengetahui tentang Organisasi pemerintahan dan kemiliteran. Dan dari kebudayaan Arab, mereka mendapatkan

(11)

ajaran tentang prinsip dalam berekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.15

Bangsa Turki merupakan bangsa yang mudah berasimilasi dan terbuka terhadap budaya asing.16 Dalam sistem sosial dan politik, kehidupan beragama merupakan hal yang terpenting sehingga ulama mempunyai kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan untuk menyampaikan fatwa resmi tentang problematika keagamaan.

Pada masa Turki Utsmani kegiatan tarekat sangat berkembang pada masa ini. Ada dua tarekat yang paling besar yaitu Al-Bektasyi dan al-Maulawy. Tarekat Bektasyi sangat berpengaruh pada kalanan tentara Yennissery sedangkan tarekat Maulawy berpengaruh besar dikalangan para penguasa.

Sufisme berkembang pesat dan sangat digemari pada masa itu, sehingga madrasah-madrasah yang ada diwarnai dengan kegiatan-kegiatan sufi yang menuntun masyarakat untuk kembali kepada Tuhan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan keislaman seperti fiqih, tafsir, ilmu kalam dan lain-lain, tidak mengalami perkembangan.

Walaupun pada masa ini banyak perpustakaan yang berisi kitab-kitab, akan tetapi semua buku-buku tersebut berbau sufi. Sistem pengajaran yang dikembangkan pada Turki Utsmani adalah menghafal matan-matan, seperti matan al-Jurumiah, matan Taqrib, matan Alfiah, matan Sultan dan lain-lain.17 Sehingga pada masa ini, ilmu pengetahuan menyempit dikarenakan madrasah-madrasah hanya diajarkan pendidikan agama.

Hal inilah yang menyebabkan reformasi fase pertama, salah satu pembaharuan di bidang pendidikan yang dilakukan Mahmud II yaitu dengan mendirikan sekolah-sekolah yang berorientasi terhadap Barat dengan tetap menggunakan kurikulum madrasah tradisional tapi dengan disisipkan ilmu-ilmu umum. Sultan Mahmud II mendirikan Mekteb-I Ma’arif (Sekolah Pengetahuan

15 Mukarom, Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Turki Usmani 1300-1922 M, dalam Jurnal TARBIYA, vol. 1, no.1, 2015, h. 114.

(12)

Umum) dan Mekteb-I Ulum-u Edebiye (Sekolah Sastra). Pada sekolah ini, diajarkan bahasa Perancis, ilmu bumi, ilmu ukur, sejarah, dan politik di samping bahasa Arab.18

Selain itu didirikan pula sekolah militer, teknik dan kedokteran. Sekolah-sekolah ini berada dalam satu wadah yang bernama Dar-ul lum-u Hikemiye ve Mekteb-I Tibbiye-I Sahane , yang menyediakan buku-buku filsafat dan berbagai pengetahuan umum, sehingga memunculkan ide-ide modern sebagai counter opinion. Selain itu, Sultan Mahmud II juga mengirimkaan para siswa ke Eropa untuk menuntut ilmu, berharap ketika kembali membawa ide-ide baru. Kemudian pada tahun 1831 M, ia menerbitkan surat kabar resmi Takvim-I Vekayi yang memuat berita peristiwa-peristiwa dan artikel-artikel mengenai ide-ide yang berasal dari Barat.19

Program reformasi diperluas ke bidang pendidikan yaitu dengan membentuk sistem pendidikan yang dimulai dari pembentukan sekolah-sekolah profesional seperti pendidikan dasar dan pendidikaan lanjutan yang bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik menuju ke pendidikan yang lebih tinggi. Hingga pada pertengahan abad ke 20, pendidikan dasar dan lanjutan mengandung muatan pendidikan agama, akan tetapi pada tahun 1847 dan setelah perang Crimea, Kementerian Pendidikan dan Kementerian militer mengambil alih kebijakan untuk mengorganisir pendidikan dasar dan menengah dengan memperkenalkan aritmatika, geografi, dan pelajaran sejarah Utsmani. Hingga pada tahun 1870 dibangunlah Universitas sebagai langkah awal untuk mensinergikan studi profesional, humanistik, dan studi agama.

Pada masa Sultan Abdul Hamid (diangkat 1876), ia juga melakukan pembaharuan pada bidang pendidikan, ia telah mendirikan perguruan-perguruan tinggi, seperti Sekolah Hukum Tinggi (1878), Sekolah Tinggi Keuangan (1878), Sekolah Tinggi Kesenian (1879), Sekolah Tinggi Dagang (1882), Sekolah Tinggi

18 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 94-95.

(13)

Teknik (1888), Sekolah Dokter Hewan (1889), Sekolah Tinggi Polisi (1891), dan Universitas Istanbul (1900).20

Pada tahun 1905, ketika Sultan Mehmed diangkat menjadi khalifah, ia melakukan pembaharuan di berbagai bidang, salah satunya yaitu di bidang pendidikan, di sini tenaga guru mendapatkan perhatian khsusus, sehingga untuk megatasi kebutuhan tenaga guru maka dibukalah sekolah-sekolah guru. Kaum wanita bebas memilih sekolah, hingga bermunculan dokter-dokter dan hakim-hakim dari wanita. Dalam bidang publikasi, surat kabar, majalah-majalah muncul dengan berbagai bidang, seperti sastra, politik dan sebagainya. Ide-ide yang dimuat bersumber dari Perancis, antara lain, filsafat Positivisme August Comte.21

Dari usaha memodernkan pendidikan oleh Mahmud II, Sultan Abdul Hamid, dan Sultan Mehmed V, dapat difahami bahwa tanpa pendidikan sulit bagai masyarakat untuk mencapai kemajuan. Sehingga modernisasi atau pembaruan merupakan suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh suatu bangsa atau negara untuk “menyesuaikan diri” dengan konstelasi dunia pada suatu kurun tertentu di mana bangsa itu hidup. Dengan pengertian ini, maka dalam setiap kurun waktu atau zaman, usaha dan proses modernisasi itu selalu ada.22

Dalam banyak hal, pendidikan digunakan sebagai instrumen untuk perubahan dalam sistem politik dan ekonomi. Karena itu banyak ahli pendidikan yang berpandangan bahwa “pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu ke arah modernisasi”.23 Jadi, dapatlah difahami bahwa modernisasi pendidikan Islam merupakan poses penyesuaian pendidikan Islam dengan kemajuan zaman seperti ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Walaupun pendidikan Islam kurang mendapatkan perhatian, tetapi tidak dipungkiri bahwa masih ada tokoh-tokoh atau ulama kenamaan. Berikut ini adalah ulama-ulama yang terkenal pada masa Turki Utsmani, yaitu:24

20Ibid.., h. 288. 21Ibid.., h. 289.

22 Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), h. 196.

(14)

1. Syaikh Hasan bin Ali Ahmad Al-Syabi’iy (wafat 1170 H / 1756 M) yang terkenal dengan Al-Madabighy. Ia juga merupakan pengarang Khasiyah Jam’ul

dan Syarah al-Jurmiyah.

2. Ibnu Hajar Al-Haijsyamy (wafat 975 H / 1567 M), pengarang Tuhfa.

3. Syamsuddin Ramali (wafat 1004 H / 1595 M), pengarang Nihayah.

4. Muhammad bin Abdur Razaq, Murtadhoh al-Husaini al-Zubaidi (wafat 1205 H / 1790 M), pengarang sejarah al-Qomus.

5. Abdurrahman Al-Jabartiy (wafat 1240 H / 1825 M), pengarang dari kitab Tarikh Mesir yaitu al-Zaibul atsar fi al-Tarjim wa al-Akhar.

6. Syaikh Hasan Al-Kafrawy Al-Safi’y Al-Azhary (wafat 1202 H / 1787 M) pengarang dari kitab Nawu yaitu Syrah al-Jurumiyah.

7. Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bijrmy Al-Syafi’iy (wafat 1221 H / 1806 M), pengarang dari syarah-syarah dan khasiroh-khasiroh.

8. Syaikh Hasan Al-Atthar (wafat 1250 H / 1834 M) ahli ilmu pasti dan ilmu kedokteran.

9. Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Arfah Al-Dusuqy Al-Maliki (wafat 1230 H / 1814 M) ahli filsafat dan ilmu falak serta ilmu ukur.

(15)

khotib. Sehingga pada tahun 1933, pendidikan agama resmi ditiadakan dan Fakultas Teologi resmi ditutup saat kepemimpin Mustafa Kemal.25

Walaupun kegiatan yang bernuansa Islam di larang pemerintah, kegiatan agama tidak begitu terpengaruh oleh reformasi sekular yang dipaksakan Kemal. Sekalipun kegiatan tarekat dan sufi dilarang oleh pemerintah, tapi tetap aktif dibawah tanah. Bahkan dikalangan terpelajar di kota-kota besar, pengaruh sekulerisasi tidak begitu terasa. Berdasarkan kebijakan diatas, sesunggguhnya Kemal menginginkan kemajuan untuk turki walaupun langkah yang diambilnya sangat frontal dan radikal yang memicu sejumlah reaksi. Mustafa kemal merupakan tokoh gerakan modernisasi dan westernisasi.

BAB III

25 Zainur Arifin, Politik Pendidikan Islam Masa Modern (Membaca Gagasan Tokoh

(16)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembaharuan pertama yang dilakukan oleh Mahmud II telah mengantarkan Turki menuju pendidikan modern, diantaranya yaitu didirikannya

Mekteb-I Ma’arif (Sekolah Pengetahuan Umum) dan Mekteb-I Ulum-u Edebiye

(Sekolah Sastra). Pada sekolah ini, diajarkan bahasa Perancis, ilmu bumi, ilmu ukur, sejarah, dan politik di samping bahasa Arab. Selain itu didirikan pula sekolah militer, teknik dan kedokteran. Sekolah-sekolah ini berada dalam satu wadah yang bernama Dar-ul lum-u Hikemiye ve Mekteb-I Tibbiye-I Sahane.

Bukan hanya itu saja pada masa Sultan Abdul Hamid, ia juga melakukan pembaharuan pada bidang pendidikan, diantaranya yaitu dengan mendirikan perguruan-perguruan tinggi, seperti Sekolah Hukum Tinggi (1878), Sekolah Tinggi Keuangan (1878), Sekolah Tinggi Kesenian (1879), Sekolah Tinggi Dagang (1882), Sekolah Tinggi Teknik (1888), Sekolah Dokter Hewan (1889), Sekolah Tinggi Polisi (1891), dan Universitas Istanbul (1900).

Pada masa Sultan Mehmed, ia melakukan pembaharuan di berbagai bidang, salah satunya yaitu di bidang pendidikan, diantaranya untuk megatasi kebutuhan tenaga guru maka dibukalah sekolah-sekolah guru. Kaum wanita bebas memilih sekolah, hingga bermunculan dokter-dokter dan hakim-hakim dari wanita. Dalam bidang publikasi, surat kabar, majalah-majalah muncul dengan berbagai bidang, seperti sastra, politik dan sebagainya. Ide-ide yang dimuat bersumber dari Perancis, antara lain, filsafat Positivisme August Comte.

Sementara itu, saat Mustafa Kemal Attaturk memimpin, madrasah-madrasah dan pelajaran agama dihapus, tidak hanya itu bahasa Arab digantikan dengan bahasa Latin. Pembaharuan ini disebabkan, Kemal mengingin seperti peradaban Eropa ada pada Turki.

(17)

Amin Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010.

Arifin Zainur, Politik Pendidikan Islam Masa Modern (Membaca Gagasan Tokoh Pembaharu di Negara Turki, India dan Mesir, dalam Jurnal Tafaqquh, vol. 3, no. 1, 2015.

Asari Hasan, Modernisasi Islam: Tokoh Gagasan dan Gerakan, Bandung: Citapustaka, 2002.

Hitti Philip K., History of the Arabs, terj. Jakarta: Serambi, 2010, Cet. 2.

Ismail Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis,

Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997.

Lapidus Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.

Mubarok Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Mukarom, Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Turki Usmani 1300-1922 M,

dalam Jurnal TARBIYA, vol. 1, no.1, 2015.

Nasution Harun, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,

Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Nata Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.

Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Bogor: Kencana, 2003.

Supriyadi Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

yang optimal dengan mendapatkan media terbaik un- tuk (1) induksi kalus embriogenik, (2) regenerasi kalus membentuk struktur embrio somatik, (3) sistem per- akaran tunas in vitro,

Melalui analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dari delapan faktor yang telah di analisis yaitu perencanaan suksesi, perencanaan strategis,

Dapat dipahami bahwa, prapenuntutan menurut Pasal 30 UU Kejaksaan itu adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan berkas perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang

Dengan menggunakan User Accaptance Test dalam bentuk kuesioner guna menilai dan menguji konsep framework yang diterapkan dalam software IKMS-Edu telah terbukti secara

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual pada paduan suara SD Muhammadiyah Kleco 2 Yogyakarta kelas percobaan A dan B pada berbagai macam lagu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan perlakuan dosis ekstrak rimpang rumput teki memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan ketebalan zona cadangan

dan mutasi cukup banyak diantaranya adalah referensi [4] yang melakukan evaluasi terhadap pasangan crossover dan mutasi yang memiliki nilai fitness yang terbaik serta

forklift ini menjadi altrenatif solusi dalam memposisikan barang pada rak 3 lantai secara otomatis sesuai perintah atau tanpa perintah user dengan mamasukan