• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah sistem penunjang keputusan Dan Prancis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah sistem penunjang keputusan Dan Prancis"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sistem informasi manajemen telah menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen baik pada tingkat operasional (pelaksana teknis) maupun pimpinan pada semua jenjang. Perkembangan juga telah menyebabkan perubahan-perubahan peran dari para manajer dalam pengambilan keputusan, mereka dituntut untuk selalu dapat memperoleh informasi yang paling akurat dan terkini yang dapat digunakannya dalam proses pengambilan keputusan.

Meningkatnya penggunaan teknologi informasi, khususnya internet, telah membawa setiap orang dapat melaksanakan berbagai aktivitas dengan lebih akurat, berkualitas, dan tepat waktu. Setiap organisasi dapat memanfaatkan internet dan jaringan teknologi informasi untuk menjalankan berbagai aktivitasnya secara elektronis. Para manajer di berbagai organisasi juga diharapkan dapat dengan lebih mudah untuk menganalisis kinerjanya secara konstan dan konsisten dengan pemanfaatan teknologi informasi yang tersedia.

Pemanfaatan teknologi informasi ini dikaitkan dengan pentingnya atau bantuannya dalam proses pengambilan keputusan manajemen. Dapat kita ketahui bahwa masih kurangnya organisasi baik pada sektor publik maupun organisasi pada sektor swasta yang menerapkan sistem informasi manajemen dalam pengambilan keputusan, khususnya pada organisasi pemerintah daerah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membahas mengenai pengambilan keputusan yang berbasiskan pada Sistem Informasi Manajemen.

(2)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum sistem informasi keputusan ?

2. Bagaimana karakteristik sistem informasi keputusan ?

3. Bagaimana model dan penerapan sistem informasi keputusan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui gambaran umum sistem informasi keputusan.

2. Untuk mengetahui karakteristik sistem informasi keputusan.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pada hakikatnya kegiatan pembuatan keputusan di latar belakangi oleh adanya suatu masalah atau problem dalam usaha mencapai suatu tujuan tertentu. Pembuatan keputusan ini bertujuan mengatasi atau memecahkan masalah yang bersangkutan sehingga usaha pencapaian tujuan yang di maksut dapat dilaksanakan secara baik dan efektif. Selain itu pembuatan keputusan di pandang sebagai usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu masaah yang terjadi. Di lain pihak masalah atau problem yang di maksud dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu : masalah korektif, masalah progresif, dan masalah kreatif.

(4)

dicontohkan pada sebuah pabrik mobil yang ingin menciptakan kendaraan energi dengan tenaga matahari.

Efesiensi dan efektifitas suatu perusahaan biasanya dapat diduga dari jenis atau macam masalah yang sering dihadapi. Sebuah perusahan yang terlalu sering menghadapi masalah korektif ,menggambarkan cara kerja yang kurang efisien dan kurang efektif. Di lain pihak, perusahaan yang sering progresif dan kreati menggambarkan perusahaan yang relatif sukses dan inovatif.1

Ruang lingkup Decision Support Systems (DSS) yakni diantaranya:

1. DSS dapat digunakan untuk mengawali kerja, dan masalah-masalah yang kemungkinan terjadi dan sangat tidak diharapkan kehadirannya.

2. DSS dapat menyediakan pendukung keputusan dalam kerangka waktu yang pendek atau terbatas.

3. DSS dapat berevolusi sebagaimana halnya pengambilan keputusan dalam mempelajari mengenai masalah-masalah yang dihadapinya.

4. DSS dapat di kembangkan oleh para profesional yang tidak melibatkan prosesan data.

Sedangkan Ditinjau berdasarkan karakteristik diantaranya yakni : 1. Kajiannya ada pada tugas- tugasnya yang terstuktur, dimana prosedur operasi

standar, peraturan-peraturan sebuah keputusan, dan alur informasinya dapat didefinisikan.

2. Hasil utamanya adalah meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya, waktu tunggu, dan dengan mengganti karyawan klerikal.

3. Relevansinya untuk manajer pengambilan keputusan biasanya tidak langsung di dapatkan, misalnya : dengan adanya penyediaan laporan dan akses ke data.2

1 Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen (yogyakarta: Andi, 2005),

hlm. 133.

2 Yulia Djahir, Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen (yogyakarta:

(5)

B. Tipe Pengambilan Keputusan

Pembuatan keputusan dapat didefenisikan sebagai penentuan serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pembuatan keputusan ini tidak hanya dilakukan oleh para manajer puncak, tetapi juga para manajer menengah dan lini pertama. Setiap jabatan seorang dalam organisasi menyangkut berbagai derajat pembuatan keputusan, bahkan untuk pekerjaan rutin sekalipun dan dalam macam organisasi apapun. Manajer akan membuat tipe-tipe keputusan yang berbeda sesuai perbedaan kondisi dan situasi yang ada. Salah satu metode pengklasifikasian keputusan yang banyak digunakan adalah untuk menentukan apakah keputusan itu diprogram atau tidak. Keputusan juga dapat dibedakan menjadi keputusan yang dibuat dibawah kondisi kepastian, resiko, dan ketidakpastian.

Keputusan yang diprogram (programemed decisions) adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur. Keputusan ini rutin dan berulang-ulang. Setiap organisasi mempunyai kebijaksanaan tertullis atau tidak tertulis yang memudahkan pembuatan keputusan dalam situasi yang berulang dengan membatasi dan menghilangkan alternatif. sebagai contoh, manajer tidak perlu memikirkan penetapan gaji karyawan baru karena organisasi pada umumnya mempunyai skala gaji untuk semua posisi. Manajer juga tidak perlu memikirkan masalah harian yang akan dihadapi karena prosedur untuk menangani masalah rutin yang tersedia.

(6)

contoh, keputusan tentang besarnya persediaan untuk menjaga produk tertentu dapat mencakup usaha pencarian data dan peramalan, kemudian analisis terhadap unsur masalah yang terpisah tersebut bisa menghasilkan serangkain keputusan rutin yang diprogram. Keputusan yang tidak (non-programmed decisions) dilain pihak adalah dengan masalah yang berkenaan dengan masalah khusus,khas atau tidak biasa. Bila suatu masalah timbul tidak cukup diliput oleh kebijaksaan atau sangat penting sehingga perlu penanganan khusus, harus diselesaikan dengan suatu keputusan yang tidak diprogram. Berapa contoh masalah yang memerlukan keputusan yang tidak di program antara lain cara pengalokasian sumber daya organisasi,penanganan ini produk yang jatuh di pasara,atau cara perbaikan hubungan masyarakat. Semakin tinggi kedudukan dalam hirarki organisasi, dibutuhkan kemampuan membuat keputusan yang tidak diprogram lebih tinggi. Atas dasar alasan ini, berbagai program latihan manjemen mencoba mengembangkan kemampuan manajer dalam membuat keputusan yang tidak diprogram.

Herbert A Simon mengemukakan teknik tradisional dan modern dalam pembuatan keputusan yang diprogram dan tidak diprogram. Kemajuan dalam pengembangan dan penggunaan peralatan riset operasi telah terjadi sangat cepat selama dekade terakhir ini,terutama di bidang simulasi komputer dan pengolahan data elektronik (electronic data processing). Sejalan dengan perkembangan teknik pembuatan keputusan, efisiensi pemecahan masalah yang di program dan kualitas pemecahannya juga telah meningkat. Banyak masalah yang tidak diprogram sebelumnya menjadi diprogram. Dilain pihak, teknik pemecahan masalah empirik (heuristic) bagi pembuatan keputusan yang tidak diprogram tidak berkembang dengan pesat dan penggunaannya semakin menyempit.

Tipe-tipe keputusan Teknik-teknik pembuatan keputusan

Tradisional Modern

Diprogram:

(7)

berulang-ulang Organisasi Tabel: Teknik-Teknik Pembuatan Keputusan Tradisional Dan Modern

Keputusan bisa dengan kepastian, resiko, dan ketidakpastian. Para manajer membuat keputusan adalah bagi kegiatan yang akan dilaksanakan dan tujuan yang akan dicapai di waktu yang akan datang. Situasi pembuatan keputusan ini menyangkut berbagai aspek yang tidak dapat diketahui dan sulit diperkirakan, seperti reaksi pesaing tertentu atau tingkat inflasi tiga tahun mendatang. Tingkat ketidakpastian dalam berbagai situasi akan berbeda. Karena itu, manajer akan menghadapi tiga macam situasi: kepastian, resiko, dan ketidakpastian.

(8)

paling menarik. Pembuatan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dapat dilakukan lebih tepat dengan menggunakan metode kuantitatif untuk mengantisipasi dan memperkirakannya.3

C. Kerangka Dasar Pengambilan Keputusan

Dalam manajemen, pengambilan keputusa (decision making) memegang peranan yang sangat penting karena keputusan yang diambil oleh manajer merupakan hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan organisasi yang ia pimpin. Penting karena menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam pengambilan keputusanbisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian uang. Ada kalanya keputusan diambil oleh manajer sendiri.tetapi tidak jarang juga bersama staf, tergantung dari besar kecilnya masalah yang dan gaya kepemimpinan yang di anut oleh si manajer. Yang jelas pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan secara sembarang. Pengambilan keputusan adalah salah satu proses pemikiran dalam rangka pemecahan masalah untuk memperoleh hasil akhir yang dilaksanakan. Masalah berbeda dengan persoalan berbeda, meskipun keduanya pertanyaan untuk dijawab. Jika untuk pertanyaan yang sudah ada jawabannya, bagi masalah belum. Soal yang diajukan kepada para mahasiswa dalam suatu ujian umpamanya, sudah ada jawabannya pada dosen mata kuliah yang bersangkutan. Akan tetapi, masalah yang dihadapi seseorang belum ada jawabannya.

Ada masalah yang mudah saja dipecahkan, ada yang sukar, ada juga yang sangat sulit, tergantung besarnya masalah dan luasnya sangku paut dengan berbagai faktor. Atas dasar itulah, maka keputusan yang di hasilkan ada yang tidak mengandung resiko apa-apa, ada yang resikonya kecil, ada pula yang resikonya besar. Bagaimana cara pengambilan keputusannya? Jawaban atas pertanyaan ini akan

(9)

mempengaruhi perancangan sistem informasi berdasarkan komputer yang dimaksudkan untuk medukung proses pengambilan keputusan yang penting dan kemudian juga mengenai hubungan antara teori tersebut untuk merancang sistem informasi. Model yang bermanfaat yang terkenal sebagai kerangka dasar prosespengambilan keputusan yang ditemukan oleh Herbert A. Simon akan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan. Model ini terdiri atas tiga tahap:

Tahap proses dalam pengambilan

keputusan Penjelasan

Pemahaman Menyelidiki lingkungan kondisi yang memerlukan keputusan. Data mentah yang diperoleh diolah dan diperiksa untk dijadikan petunjuk yang dapat menentukan masalahnya

Perancangan Menemukan, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin dapat digunakan hal ini mengandung proses untuk memahami masalah menghasilkan cara pemecahan dan pengujian apakah car pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.

Pemilihan Memilih arah tindakan tertentu dari semua arah tindakan yang ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.

Tabel : Tiga tahap mengambil keputusan

(10)

Tahap proses pengambilan keputusan

Hubungan dengan SIM

Pemahaman Proses penyidikan mengandung pemeriksaan data baik dengan cara yang telah ditentukan maupun dengan cara khusus. SIM harus memberikan kedua cara tersebut. Sistem informasi harus meneliti semua data dan mengajukan permintaan untuk diuji mengenai situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM maupun organisasi harus menyedikan saluran komukasi untuk masalah yang diketahui dengan jelas agardisampaikan kepada organisasi tingkat atas sehingga masalah tersebut dapat ditangani Perancangan SIM harus mengandung model keputusan model untuk

mengelolah data dan memprakasai pemecahan alternatif. Model harus membantu menganalisis alternatif.

Pemlihan SIM menjadi paling efektif apabila hasil perancangan disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong pengambilan keputusan. Apabila telah dilakukan pemilihan, peranan SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk umpan balik dan penilaian kemudian.

Tabel : Tiga tahap pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan SIM

(11)

yang digunakan untuk mengambil keputusan, dapat bersift tertutup atau terbuka. Sistem pengambilan keputusan tertutup menganggap bhwa keputusan dipisahkan dari masukanyang tidak diketahui oleh lingkungannya. Dalam sistem ini, pengambil keputusan di anggap:

1. Mengetahui semua alternatif dan akibat atau hsil masing-masing alternatif.

2. Mempunyai suatu metode ( aturan, hubungan, dan sebagainya) yang memungkinkan ia membuat urutan alterntif yang lebih disukai.

3. Memilih alternatif yang memaksimumkan sesuatu seperti keuntungan, volume penjualan, atau kegunaan

Paham pengambilan keputusan yang tertutup jelas menganggap bahwa orang yang rasional secara logis menguji semua alternatif, membuat dan berdasarkan hasilnyayang lebih disukai, an memilih alternatifyang mendatangkan hasil terbaik. Model kuantitatif pengambilan keputusan biasanya merupakan model sistem pengambilan keputusan yang tertutup.

Sistem pengambilan keputusan yang terbuka memandang keputusan sebagai terjdi dalam suatu lingkungan kompleks dan sebagian tidak diketahui. Keputusan dipengaruhi olehlingkungan dan proses pengambilan keputusan selanjutnya mempengaruhi lingkungan. Pengambilan keputusan di anggap tidak harus logis dan sepenuhnya rasional, tetapi lebih banyak menunjukkan rasionalitas hanya dalam batas yang ditentukan dalam latar belakang, penglihatan alternatif, kemampuan untuk menagnani model keputusan dan sebagainya. Mengingat tujuan model tertutup tela dirumuskan denagn baik, tujuan model terbuka sama denagn tingakat keinginan sebab model terbuka dapat berubah apabila pengambilan keputusan menerima bukti keberhasilan atau kegagalan. Dibandingkan dengan ketiga anggapan model tertutup, model keputusan terbuka menganggap bahwa pengambilan keputusan:

(12)

2. Melakukan penyelidikan sacara terbatas untuk menemukan beberapa alaternatif yang memuaskan.

3. Mengambil keputusan yang memuaskan tingkat keinginan.

Model terbuka adalah dinamis atas urutan pilihan karena tingkat keinginan berubah menanggapi perbedaan antara hasil dan tingkat keinginan.4

D. Model Sistem Informasi Keputusan

Dalam membangun sebuah DSS, manajemen perusahaan dan perancang sistem harus dapat merumuskan berbagai masalah dan jalan keluarnya. Rumusan ini sangat memerlukan model. Model adalah perwakilan atau gambaran atas sesuatu. Model dapat mewakili objek atau aktivitas, yang disebut dengan entitas.

Model ada beberapa jenis, yaitu model fisik, model naratif, model grafis, dan model matematis.

1. Model fisik

Gambaran berbentuk tiga dimensi yang menyamai objek aslinya, hanya saja ukurannya lebih kecil dari objek aslinya. Model ini banyak digunakan dalam perancangan objek yang bersifat berwujud, misalnya bangunan, mobil, pesawat, dan perangkat lainnya.

2. Model naratif

Gambaran suatu objek yang dirancang dalam bentuk uraian kata-kata. Model ini dapat dituangkan dalam tulisan ataupun ucapan.

3. Model grafis

Gambaran suatu objek yang berbentuk gambar, lambing, atau grafik. 4. Model matematis

(13)

Gambaran suatu objek yang berbentuk matematis. Model ini menggunakan berbagai bentuk rumus atau fungsi. Model ini banyak digunakan dalam perancangan Sistem Pemandu Keputusan

.

Model memiliki manfaat bagi pemecahan masalah. Beberapa manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Mempermudah pemahaman.

Apabila sebuah model yang sederhana telah dipahami, para pembuat keputusan dapat segera memahami masalah yang lebih kompleks.

2. Mempermudah komunikasi.

Semua empat jenis model dapat mengkomunikasikan informasi secara cepat dan akurat kepada orang-orang yang memahami arti dari bentuk, kata-kata, grafis, dan matematika. Dengan memanfaatkan model, dua pihak dapat berkomunikasi dengan lebih cepat dan lebih baik, dengan tingkat kesalahan yang rendah.

3. Memprediksi masa depan.

Model matematika dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi tidak 100 persen akurat. Tidak ada model yang baik. karena asumsi biasanya harus dibuat mengenai banyak data yang dimasukkan ke dalam model, manajer harus menggunakan penilaian dan intuisi dalam mengevaluasi output.5

E. Proses Pengambilan Keputusan

Banyak manajer yang harus membuat suatu keputusan dengan metode pembuatan keputusan informal untuk memberi pedoman bagi manajer. sebagai contoh, manajer dapat menggantungkan pada tradisi dan membuat keputusan sama seperti dibuat untuk masalah atau kesempatan serupa di waktu lalu.mereka juga dapat menarik wewenangnya dan membuat keputusan berdasarkan nasihat dari seorang ahli

(14)

atau manajer atasanya. manajer dapat menggunakan pemikiran yang disebut priori, yaitu manajer membuat anggapan bahwa penyelesaian masalah yang paling logis dan jelas adalah yang paling benar. Metode ini berguna dalam berbagai kasus,tetapi dalam kasus lainya akan mengarahkan manajer untuk membuat keputusan yang salah. Tidak ada pendekatan pembuatan keputusan yang dapat menjamin bahwa manajer akan selalu membuat keputusan yang benar. akan tetapi, bagaimana pun para manajer yang menggunakan suatu pendekatan yang rasional,intektual dan sistematis akan lebih berhasil dibandingkan para manajer yang menggunakan pendekatan informal.proses dasar pembuatan keputusan rasional hampir sama dengan proses prencanaan strategis formal. Ini mencakup identifikasi dan diagnosa masalah, pengumpulan dan analisa data yang relevan, pengembangan alternatif, penilaian berbagai alternatif terbaik, implementasi keputusan, dan evaluasi terhadap hasil seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.

Gambar : Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan

Tahap 1 :

Pemahaman dan Perumusan Masalah. Para manajer sering menghadapi kenyataan bahwa masalah yang sebenarnya sulit dikemukakan atau bahkan sering hanya mengidentifikasi masalah, bukan penyebab dasar. Para manajer dapat mengidentifikasi masalah dengan beberapa cara. Pertama, manajer secara sistematis

(15)

menguji hubungan sebab-akibat. Kedua, manajer mencari penyimpangan atau perubahan dari yang “normal”

Tahap 2 :

Pengumpulan dan Analisis Data yang Relevan. Setelah manajer menemukan dan merumuskan masalah, langkah selanjutnya adalah Manajer harus menentukan data-data apa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat dan kemudian mengolah data tersebut hingga menjadi informasi yang relevan.

Tahap 3 :

Pengembangan alternatif-alternatif. Kecenderungan untuk menerima alternatif keputusan pertama yang “feasible” sering menghindarkan manajer dari pencapaian penyelesaian yang terbaik untuk masalah manajer. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan manajer menolak kecenderungan untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat keputusan yang efektif.

Tahap 4:

Evaluasi alternatif-alternatif. Setelah manajer mengembangkan sekumpulan alternatif manajer harus mengevaluasi sekumpulan alternatif, manajer harus mengevaluasi untuk menilai efektifitas setiap alternatif

Tahap 5 :

Pemilihan alternatif terbaik. Pembuatan keputusan merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif. Alternatif terpilih akan didasarkan pada jumlah informasi bagi manajer dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan manajer

Tahap 6 :

(16)

mungkin dijumpai dalam penerapan keputusan. Dalam hal ini, manajer perlu memperhatikan berbagai resiko dan ketidakpastian sebagai konsekuensi dibuatnya suatu keputusan.. Disamping itu, pada tahap implementasi keputusan manajer juga perlu menetapkan prosedur laporan kemajuan periodik dan mempersiapkan tindakan korektif bila masalah baru muncul dalam pembuatan keputusan, serta merancang peringatan dini untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

Tahap 7 :

Evaluasi hasil-hasil Keputusan. Implementasi keputusan harus selalu dimonitor. Manajer harus mengevaluasi apakah implementasi dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil yang diinginkan.

Diharapkan dengan melakukan proses pengambilan keputusan secara tepat dapat mampu mengatasi atau memecahkan masalah yang bersangkutan sehingga usaha pencapaian tujuan yang dimaksud dapat dilaksanakan secara baik dan efektif.6

F. Kriteria Pengambilan Keputusan

Kriteria untuk memilih alternative dalam model normatif adalah pemaksimalan laba (laba, kegunaan, nilai yang di harapkan dan sebagainya). Tujuan ini apabila dinyatakan dalam bentuk kuantitatif disebut fungsi objektif untuk keputusan. Dalam model ekonomi klasik, manusia rsional di angggap memaksimalkan kegunaan. Kegunaan ini di rumuskan sebagai sifat hasil yang memberikan kesenangan atau menghindarkan kesusahan. Bagi suatu perusahaan, kegunaan biasanya di pandang sebagai laba, tetapi hal ini dapat juga berupa penjualan, bagian pasar, dan lain sebagainya. Pandangan menurut kebiasaan mengenai kriteria untuk pngambilan keputusan yang mengandung resiko adalah

(17)

memaksimalkan nilai yang di harapkan. Ada bukti yang memberi kesan pembatasan atas kriteria ini. Misalnya, orang yang naik pesawat terbang membeli asuransi penerbangan, tetapi nilai asusransi yang di harapkan jauh dari bawah biayanya. Selisih tersebut diperhitungkan melalui metode penjualan yang biayanya tinggi dan keuntungan bagi perusahaan asuransi. Gejala ini menimbulkan kesan bahwa individu lebih suka memilih memaksimalkan kegunaan yang di harapkan dari pada nilai yang di harapkan. Dengan kata lain, kegunaan suatu pembayaran yang besar (kepada ahli waris) pada kematian yang mendadak jauh lebih besar dari pada jumlah yang sama tanpa kondisi tersebut. Contoh ini memberi kesan bahwa kegunaan jumlah yang besar bagi individu mempunyai kegunaan yang lebih besar dari pada jumlah yang sangat kecil.

Suatu pandangan alternatif mengenai kriteria untuk mengambil keputusan adalah pemuasan. Pandangan ini berasal dari model perilaku deskriptif yang mengatakan bahwa pengambil keputusan tidak mengetahui alternatif yang jelas dan harus mengadakan penyelidikan untuk mendapatkannya. Mereka tidak sepenuhnya rasional atau cermat dalam penyelidikan atau penelitiannya. Mereka menyederhanakan factor-faktor yang harus di pertimbangkan. Oleh karena itu, anggapan paham pemuasan lebih banyak merupakan rasionalitas terbatas dari pada rasionalitas yang lengkap. Pengambil keputusan mempunyai kemampuan kesadaran yang terbatas untuk memahami alternatif dan akibat-akibatnya. Salah satu akibat pembatasan ini tampak apabila keputusan membatasi penyelidikan mereka dan menerima alternatif yang pertama yang memuaskan pembatasan masalah.7

(18)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manajemen sangat mendukung suatu organisasi atau instansi dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan menjadi lebih mudah, lebih cepat, tepat dan akurat.

Organisasi atau instansi juga tidak akan disalahkan jika keputusan yang diambil itu tidak benar dan tepat, karena suatu instansi mengambil keputusan dengan sistem komputerisasi atau terdaftar. Seperti kita lihat contoh penghitungan suara pemilihan umum yang dikrim dari daerah-daerah ke pusat menjadi cepat dan tepat, karena dijalankan dengan menggunakan komputer secara online, tidak perlu pengiriman dengan menggunakan kendaraan dan juga tidak berlarut-larut dalam pengiriman suara tersebut.

Sehingga sistem informasi ini sangat mendukung dalam pengambilan keputusan sebuah sistem keputusan, yaitu model dari sistem dengan mana keputusan diambil, dapat terbuka atau tertutup.

(19)

Djahir, Yulia, Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen, Yogyakarta: Deepublish, 2015.

Gambar

Tabel : Tiga tahap mengambil keputusan
Tabel : Tiga tahap pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan SIM
Gambar : Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan

Referensi

Dokumen terkait

Adapun unsur-unsur tindak pidana mendistribusikan VCD bajakan tersebut sebagai berikut : unsur setiap orang dan yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin

Hasil pemeriksaan tajam penglihatan jauh pasien dengan ETDRS chart di unit low vision mengalami peningkatan sampai 2/40 setelah operasi katarak pada mata kanan, meskipun

Perkulihan Seminar Pendidikan Fisika di Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI bertujuan memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk melatih kemampuan mengorganisasikan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Maluku Nomor 7 Tahun 2004 tanggal 17 September 2004 tentang Persetujuan terhadap Pembentukan Kabupaten Maluku Barat Daya, Surat

Berdasarkan penulisan tersebut maka dapat diketahui bahwasannya penulisan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran non-state actor , dalam hal ini yaitu World

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kelelahan yang dialami oleh pengemudi adalah kelelahan dengan tingkat ringan, gejala kelelahan yang dialami oleh

Metodologi merupakan langkah-langkah sistematis yang diperlukan untuk mempermudah dalam menganalisis dan merancang Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia pada PT.. Sampurna

Dengan pelaksanaan supervisi individual mengikuti kebenaran teori yang ada akhirnya kemampuan guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran 5M sesuai kurikulum