• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran untuk Menin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran untuk Menin"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP SISTEM PERTAHANAN TUBUH KELAS XI DI MAN BABAKAN CIWARINGIN.

Nuur Lelawati

Tadris IPA biologi IAIN Syekh Nurjati Email: nuur.lelawati@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang literasi sains siswa dan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan literasi sains siswa pada konsep system pertahanan tubuh kelas XI di MAN Babakan Ciwaringin. Literasi sains yang diukur meliputi dimensi konten sains, proses sains, dan konteks sains. Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen pretest–posttest control group design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan Sample Random Sampling, dengan jumlah siswa yang berpartisipasi sebanyak 50 siswa pada kelas XI IPA 3sebagai kelas eksperimen dan 50 sisiwa XI IPA 4 sebagai kelas kontrol. Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur literasi sains siswa adalah lembar observasi, tes objektif, dan angket. Hasil penelitian menunjukkan persentase aktivitas siswa setiap dimensi literasi sainsnya mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil Uji T menunjukkan nilai signifikansi yaitu 0.000 < 0,05, artinya Ho ditolak. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran inquiri, termasuk dalam kategori“kuat”, dengan rata-rata sebesar 73,50%. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran inquiri meningkatkan kemampuan literasi sains dan siswa merespon baik terhadap penerapan model pembelajaran inquiri.

Kata Kunci : Literasi Sains, Inkuiri

Abstract: The aim of this research is to describe the science literacy and respond of student about applied of inquiry learning to increase science literacy at system immunity in eleventh grade of science class in MAN Babakan Ciwaringin. Science literacy that be measured are science content, science process, and science context. The approach of this research is quantitative as pretest–posttest control group design. The technique of collecting sample is Sample Random Sampling with number of participants are 50 students XI IPA 3 as experiment class and 50 students XI IPA 4 as control class. The instruments that be used to collect the data to measure student’s science literacy are sheet of observation, objective test, and student responds sheet. The analysis of the data shows that dimension of students literacy is significantly increasing. T analyze shows that significance is about 0.000 < 0.05, it’s mean that Ho is rejected. Student respond of applied inquiry learning belongs to strong category, with average 73.50%. Thus, inquiry model can increase student’s science literacy and student give good respond about applied of inquiry model.

(2)

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

PENDAHULUAN

Mempersiapkan generasi muda menjadi generasi yang cerdas dan memiliki intelektual tinggi, sehingga manusia Indonesia kelak tumbuh menjadi manusia yang mandiri dan mampu mengangkat martabat bangsa merupakan tugas kita sebagai pendidik. Terutama pembentukan literasi sains anak bangsa yang berkualitas merupakan salah satu nya. Pendidikan terutama pendidikan sains (Biologi) merupakan faktor yang signifikan dan mampu meningkatkan kualitas kehidupan pribadi seseorang atau masyarakat bahkan negara sekaligus. Rutherford dan Ahlgren dalam Cartono (2007: 21) mengungkapkan bahwa pendidikan sains mampu membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman dan kebiasaanya dalam berpikir sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk lulus hidup.

Hasil PISA (Programme for International Student Assessment) 2012 mengenai mutu hasil pembelajaran sains siswa yang dilakukan secara internasional menunjukkan, pada tahun 2012 indonesia menduduki peringkat ke-63 dari 64 negara peserta, dengan score 375 dimana batas standar PISA 2012 adalah 494 (OECD: 2013). Angka tersebut menunjukkan bahwa proses penyelenggaraan pendidikan sains di Indonesia telah mengabaikan ketercapaian pada literasi sains peserta didik. Padahal literasi sains ini penting untuk dibelajarkan dan dikuasai oleh peserta didik, karena dengan pengajaran yang bertolak ukur pada kemampuan literasi sains, siswa dapat mengintegritaskan ketrampilan dan pengetahuannya untuk memecahkan masalah kesehariannya. Organization for Economic Cooperation and

Development mendefinisikan literasi sains sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia (OECD, 2013).

Besarnya peran pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai peserta didik sangat menentukan tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Satu diantara faktor penentu dalam peningkatan mutu pengajaran adalah peran guru dalam memilih dan menentukan serta menguasai model pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengembangkan pemahaman serta membiasakan diri dalam berfikir, sehingga peserta didik dapat berpikir kreatif dan dapat memecahkan masalah di dunia nyata. Salpeter (dalam Cartono, 2010: 21) menyatakan bahwa pada abad 21 ini kemampuan belajar, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah akan banyak dibutuhkan. Proses belajar mengajar ke arah proses pembelajaran yang bermutu salah satunya didapat dengan memilih dan menguasai model pembelajaran, karena selain dapat membimbing dan mengarahkan proses belajar mengajar ke arah proses pembelajaran yang bermutu, juga memegang peranan penting dalam meningkatkan literasi sains siswa.

(3)

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015 pembelajaran inkuiri, siswa akan diikut

sertakan dalam menggali atau menemukan ilmu, melibatkan aktivitas dan ketrampilan, tetapi fokusnya adalah mencari pengetahuan secara aktive atau memahami untuk memuaskan keingintahuannya.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah penerapan model pembelajaran inkuiri dalam rangka meningkatkan literasi sains siswa, bagaimanakah perbedaan kemampuan literasi sains siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri, dan bagaimanakah respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri pada konsep sistem pertahanan tubuh di kelas XI MAN Babakan Ciwaringin? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang Penerapan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan literasi sains siswa, perbedaan kemampuan literasi sains siswa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri dan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri pada pokok bahasan sistem pertahanan tubuh di kelas XI MAN Babakan Ciwaringin.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretest-posttest control group design. Penelitian ini diadakan di MAN Babakan Ciwaringin Cirebon pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang dimulai dari tangga 28 April 2015 sampai dengan tanggal 28 Juli 2015.

Objek penelitian dalam penelitiaan ini adalah 50 siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan 50 sisiwa XI IPA 4 sebagai kelas control.

TEKNIK ANALISIS DATA

Sebelum instrument tes atau alat pengumpul data digunakan, instrument tersebut terlebih dahulu diuji cobakan. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat instrument sebagai alat pengumpul data yang baik, sehingga instrument ini dapat digunakan. Kriteria yang harus diuji cobakan terhadap instrument penelitian adalah uji validitas, uji reabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda.

Setelah instrument digunakan data hasil pretest, posttest, lembar observasi dan angket dianalisis menggunakan Microsoft excel dan software SPSS V.17.0. Data hasil pretest dan posttest sebelumnya dianalisis N-Gain dan dilanjutkan dengan uji statistic, mulai dari uji prasyarat, uji hipotesisi, dan uji lanjutan menggunakan uji one way Anova.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(4)

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015 Pemahaman konsep, 2) Proses sains:

Mengenal pertanyaan ilmiah dan identifikasi bukti dan 3) Menginterpretasikan bukti dan Mengkomunikasikan kesimpulan, dan 4) Konteks sains: Mengaplikasikan sains. Berikut ini grafik rata-rata perbandingan aktivitas siswa pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2:

Gambar 1. Grafik Perbandingan Persentase Rata-Rata Aktivitas Siswa Pertemuan Ke-1 dan Pertemuan Ke-2

aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dipertemuan ke-1 ataupun pertemuan ke-2 bervariasi, dimana pada pertemuan kedua persentase rata-rata setiap indikatornya mengalami peningkatan. Persentase tertinggi terdapat pada dimensi konten tentang pemahaman konsepdan pada dimensi proses tentang mengenal pertanyaan ilmiah dan identifikasi bukti yaitu 80.50% dan persentase terendah

pada dimensi proses

menginterpretasikan bukti dan mengkomunikasikan kesimpulan yaitu 64.50%.

Berdasarkan gambar 4.3 jika dilihat dari seberapa besar peningkatan persentasenya, yang mengalami peningkatan paling tinggi yaitu pada

dimensi proses tentang

menginterpretasikan bukti dan mengkomunikasikan kesimpulan yaitu sebesar 15%. Data-data di atas mengemukakan bahwasanya siswa

memiliki kemampuan yang termasuk tinggi dalam memahami materi atau konsep sains. Kegiatan tindak lanjut yang harus ditempuh adalah siswa masih perlu diarahkan dan dibiasakan agar selalu menerapkan teori kedalam kehidupan nyata (aplikasi), dan dalam prosesnya siswa juga masih harus dibimbing dan sering dilatih lagi agar siswa terbiasa dalam mengenali pertanyaan ilmiah, mengidentifikasi dan menafsirkan bukti yang didapat, serta mengkomunikasikan kesimpulan dari bukti dan fakta yang didapat.

Gambar 2 Grafik Perbandingan Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan

Literasi Sains Siswa

Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dilihat dari rata-rata nilai pretest kelas eksperimen yaitu 11,84 dan kelas kontrol sebesar 12,52. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen mencapai 28 dan kelas kontrol 21,46. Gambaran grafik diatas mengindikasikan bahwa nilai posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan dengan postest kelas eksperimen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil postest kelas kontrol.

Gambar 3. Grafik Perbandingan Rata-Rata N-gain

35,00 40,00 45,00 50,00 55,00 60,00 65,00 70,00 75,00 80,00 85,00

konten proses proses konteks 80,00

69,50

49,50 65,00 80,50 80,50

64,50 75,00

rata-rata pertemuan ke-1 rata-rata pertemuan ke-2

0 20 40

pretest posttest 11,84

28

12,52

21,46

eksperiment kontrol

0 1

eksperimen kontrol 0,57

(5)

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015 Berdasarkan gambar 3 diketahui

bahwa perolehan rata-rata nilai N-gain pada kelas eksperimen mencapai 0,57 dengan kategori “sedang”, dan kelas kontrol nilai N-gain mencapai 0,31 juga dengan kategori “sedang”.

Gambaran grafik diatas

mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol. Nilai N-gain yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai N-gain kelas kontrol (0,57 > 0,31). Di bawah ini adalah tabel perbandingan kategori N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol jika dilihat per-kriterianya.

Gambar 4 Perbandingan Kategori N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

Gambar 4 memperlihatkan bahwa dari ketiga kategori tampak N-Gain tiap criteria pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas control. Hal tersebut menunjukan bahwa kategori nilai N-gain (peningkatan) siswa kelas eksperimen selalu lebih unggul dari kelas kontrol. Kecuali, pada kriteria “rendah” kelas kontrol jauh lebih mendominasi. Nilai N-gain terbanyak baik pada kelas eksperimen dan kelas control yaitu pada kategori “sedang”, artinya rata-rata peningkatan literasi sains siswa dalam proses pembelajaran tidak terlalu tinggi yaitu < 0.71 dan tidak terlalu rendah > 0.30. Dengan kata lain rata-rata peningkatan siswa

terkonsentrasi di angka antara 0,31 – 0,70.

Gambar 5 Grafik Perbandingan Rata-Rata Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Per-Dimensi Literasi Sains

Gambar 5 menunjukkan bahwasannya Nilai pretest dimensi konten memiliki rata-rata tertinggi jika dibandingkan dengan dimensi proses dan konteks baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Rata-rata pretest terrendah untuk kelas eksperimen yaitu pada aspek proses dengan rata-rata 3,58 dan kelas kontrol pada aspek konteks, yaitu 3,72. Rata-rata pretest kemampuan perdimensi literasi sains siswa jika diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil adalah sebagai berikut: urutan pretest kelas eksperimen yaitu konten > konteks > prosses. Sedangkan urutan pretest kelas kontrol yaitu konten > prosses > konteks. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol bertumpu pada aspek konten.

Nilai rata-rata posttest kemampuan literasi sains perdimensi untuk kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai rata-rata posttest kelas kontrol. Rata-rata nilai 0

50

tinggi sedang rendah 0

30

20

6

43

1

Ju

m

lah

si

swa

Kriteria

N-Gain

kontrol eksperiment

4,14 9,58

3,58 9,1

4,12 9,32

4,88 8,54

4,04 6,4

3,72 6,54

Rata-rata Kemampuan Literasi Sains Perdimensi

(6)

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015 posttest perdimensi kelas eksperimen

yaitu aspek konten 9.58, aspek proses 9.10, dan aspek konteks 9.32. Nilai rata-rata posttest perdimensi untuk kelas kontrol yaitu dimensi konten 8,54, dimensi proses 6,4, dan dimensi konteks 6,54. Dengan demikian dapat disimpulkan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, keduanya mengalami peningkatan kemampuan literasi sains, tetapi berdasarkan peningkatan nilai rata-rata dari pretest dan posttest terlihat bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan jauh lebih tinggi dari pada kelas kontrol terutama pada aspek proses. Dibawah ini merupakan grafik perbandingan rata-rata N-gain per dimensi literasi sains antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Gambar 6. Grafik Perbandingan Rata-Rata N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Per-Dimensi Literasi

Sains

Berdasarkan gambar 6 diketahui bahwa rata-rata N-Gain kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. N-gain tertinggi pada kelas eksperimen ada pada dimensi konten sebesar 0,61 (kategori sedang), sedangkan N-Gain terendah pada dimensi konteks sebesar 0,51 (masih dalam kategori sedang). Kelas kontrol rata-rata N-Gain tertinggi juga ada pada dimensi konten sebesar 0,42 (kategori sedang) dan yang paling

rendah terdapat pada dimensi proses dengan rata-rata 0,24 (kategori rendah). Gambaran grafik dan angka diatas mengindikasikan bahwa kemampuan literasi sains yang menduduki persentase tertinggi baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol adalah dimensi konten sains.

Table 2 Hasil Uji Normalitas Literasi Sains Keseluruhan

Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan menggunakan SPSS V.17,0 dengan tingkat kepercayaan α = 0,05 diperoleh nilai signifikansi (Sig.) baik pada uji Shapiro Wilk (Liliefors) Sig. 0.103 untuk eksperimen dan 0,097 untuk kontrol dan uji Kolmogorov-Smirnov sig.Eksperimen 0,069 dan sig. kontrol 0,200. Secara keseluruhan baik pada kelas control maupun eksperimen Sig. > 0,05, artinya data berdistribusi secara Normal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Table 2 Hasil Uji Homogenitas Literasi Sains Keseluruhan

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig. Ket.

Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df

Based on trimmed mean

konten proses konteks 0,61 0,59

0,51 0,42

0,24 0,26

Rata-Rata N-Gain Literasi Sains Perdimensi

eksperimen kontrol

Tests of Normality

kelas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Ket.

a. Lilliefors Significance Correction

(7)

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015 Tabel 2 memperlihatkan hasil uji

SPSS V.17, dengan menggunakan uji Levene diketahui bahwa nilai Sig. Sampel semuanya berada diatas 0,05 (sig > 0,05) yang artinya data

berdistribusi homogen.

Kesimpulannya, data test kemampuan Literasi sains siswa berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama.

Table 3 Hasil Uji Hipotesis dengan Independet Sample T Test

Group Statistics

Kelas

N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean eksperimen

kontrol

50 .5716 .12523 .01771 50 .3104 .15626 .02210

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means 95% Confidence

Interval of the Difference F Sig. Upper Lower Equal

variances assumed

3.901 .051 .20500 .31740

Equal variances not assumed

.20497 .31743

t-test for Equality of Means

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference 9.223 98 .000 .26120 .02832 9.223 93.5

62

.000 .26120 .02832

Hipotesis :

Ho = Tidak terdapat perbedaan

peningkatan yang signifikan antara literasi sains siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol

Berdasarkan hasil uji pada table di atas diperoleh nilai F yang mengansumsikan bahwa kedua varian sama adalah 3.901 dengan nilai t = 9.223 dengan derajat kebebasan (df) = n1 + n2 -2 = (50 + 50 – 2 = 98). α = 0,05 diperoleh Sig. 0,000. Karena Sig. 0,000 < 0,05 dengan demikian Ho ditolak atau dengan kata lain Ha diterima, artinya terdapat perbedaan signifikan antara literasi sains siswa

yang menggunakan model

pembelajaran inkuiri dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran inkuiri / metode ceramah. Ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri lebih baik daripada menggunakan metode ceramah.

Gambar 7 Grafik Perbandingan Rata-Rata Pretest Perkelompok Pada Kelas

Eksperimen

Berdasarkan Gambar 7 grafik perbandingan nilai rata-rata pretest menunjukan perbedaan hasil pretest antar kelompok dalam kelas yang menggunakan model pembelajaran inquiri. Hasil analisis data secara deskriptif menunjukkan kelompok tengah memperoleh nilai rata-rata pretest tertinggi yaitu 12.55, dan kelompok atas memperoleh nilai rata-rata pretest terrendah yaitu 10,64 jika dibandingkan kelompok bawah dengan rata-rata11,93.

Kel.atas Kel.tengah Kel.bawah 10,64

12,55

(8)

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

Gambar 8 Grafik Perbandingan Rata-Rata Posttest Per-Kelompok pada Kelas

Eksperimen

Berdasarkan Gambar 8 grafik perbandingan nilai rata-rata posttest menunjukan, perbedaan hasil posttest antar kelompok dalam kelas yang menggunakan model pembelajaran inquiri. Secara deskriptif hasil data menunjukkan, pembelajaran biologi setelah menggunakan pembelajaran inquiri untuk meningkatkan Literasi sains pada kelompok atas memperoleh nilai rata-rata pretest tertinggi (31.36) dibandingkan kelompok tengah (28.32) dan kelompok bawah (24.14). grafik diatas menggambarkan bahwa semakin tinggi kelompok semakin tinggi nilai posttestnya. Artinya, siswa kelompok atas sangat cocok belajar konsep system imun dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, karena berdasarkan grafik 8 kelas atas yang sebelumnya memiliki nilai rata-rata terkecil melaju pesat pada rata-rata hasil posttest yang tampak pada grafik 7. Dilihat dari uji anova dengan menggunakan software spss-pun tampak:

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

kelas atas 14 .7079 .08432 .02254 kelas tengah 22 .5750 .02988 .00637 kelas bawah 14 .4300 .09462 .02529

Total 50 .5716 .12523 .01771

95% Confidence Interval for Mean

max min Lower Bound Upper Bound

.6592 .7565 .88 .63

.5618 .5882 .63 .52

.3754 .4846 .52 .18

.5360 .6072 .88 .18

Tabel 4 Hasil Rata-rata Nilai N-Gain Per-Kelompok pada Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 4 Hasil N-Gain kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah menunjukan bahwa semakin tinggi kelompok, nilai rata-rata n-gain menunjukan peningkatan.

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig. Ket. 7.610 2 47 .001 Heterogen Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas Perkelompok pada Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 5 hasil uji homogenitas menunjukkan angka Levene Test diperoleh nilai 7.610 dan nilai Sig. 0,001 < 0,05. Nilai signifikansi 0,001 mengindikasikan bahwa H0 ditolak yang berarti varian

antar kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah adalah heterogen (relative berbeda).

Sum of Squares Between

Groups

(Combined) .541

Linear Term

Unweighted .540 Weighted .540 Deviation .000

Within Groups .228

Total .768

df

Mean

Square F Sig.

2 .270 55.851 .000

1 .540 111.608 .000

1 .540 111.608 .000

1 .000 .094 .761

47 .005

49

Tabel 6 Hasil Uji Anova

0,00 10,00 20,00 30,00

40,00 31,36 28,32

(9)

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015 Berdasarkan tabel 6 hasil uji

Anova menunjukkan nilai Sig. 0,00 < 0,05 dan sig untuk deviasi 0,761 > 0,05. Perbedaan nilai signifikansi mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga sampel.

Tabel 7 Hasil Uji Tukey

(I) peng-kelasan

(J)

pengkelasan

Mean Difference

(I-J) Tukey

HSD

kelas atas kelas tengah .13286* kelas bawah .27786* kelas

tengah

kelas atas -.13286* kelas bawah .14500* kelas

bawah

kelas atas -.27786* kelas tengah -.14500*

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound

Upper Bound .02379 .000 .0753 .1904 .02630 .000 .2142 .3415 .02379 .000 -.1904 -.0753 .02379 .000 .0874 .2026 .02630 .000 -.3415 -.2142 .02379 .000 -.2026 -.0874 Berdasarkan tabel 7 hasil Uji Tukey menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata nilai tes yang signifikan ada pada antar kelompok (perhatikan tanda asterik). Dimana untuk semua kelompok memperoleh nilai Sig. (0,000) < 0,05, sehingga Ho ditolak.

Ini berarti bahwa hasil rata-rata nilai tes antar kelompok kelas eksperimen memiliki perbedaan, dan penerapan model pembelajaran inquiri untuk meningkatkan Literasi sains siswa cocok digunakan untuk kelompok atas, tengah, dan kelompok bawah.

Gambar 9 Grafik Respon Siswa Terhadap Pernyataan Angket

Berdasarkan gambar 9 mengenai grafik respon angket siswa pada penerapan model pembelajaran inquiri di MAN Babakan Ciwaringin, dapat diketahui bahwa hasil dari 50 responden, 2% siswa merespon cukup terhadap model pembelajaran, 80% siswa merespon kuat, dan 18% siswa merespon sangat kuat terhadap pernyataan angket mengenai model pembelajaran inquiry dalam rangka meningkatkan literasi sains. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri adalah kuat dengan presentase rata-rata yaitu sebesar 80%. Adapun 20 pernyataan pada angket terdiri dari 15 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Selain itu, dari hasil respon siswa kitapun dapat mengetahui keefektifan suatu model dalam meningkatkan suatu kemampuan siswa. Analisis responden berdasarkan pada masing-masing item pernyataan, dapat dilihat dari rekapitulasi perhitungan angket pada tabel berikut:

0% 100%

0% 0% 2% 80%

(10)

Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon | 3 September 2015

Gambar 10 Grafik Rekapitulasi Hasil Angket Pernyataan Positif dan

Pernyataan Negatif

Berdasarkan Gambar 10 mengenai Grafik Rekapitulasi Hasil Angket Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif tanda asterisk pada sumbu X mengidentifikasi bahwa item pernyataan bersifat negative, dimana pedoman penilaian untuk item pernyataan negative adalah 5 jika sangat tidak setuju terhadap pernyataan negative dan bernilai 1 jika sangat setuju terhadap pernyataan negative.

Berdasarkan gambar grafik diatas tampak dari 20 pernyataan dalam penerapan pembelajaran inquiri untuk meningkatkan literasi sains terdapat 2 item pernyataan yaitu pada item nomor 15 dan 16 yang presentasinya 81% - 100% dikategorikan “sangat kuat”. Item sisanya berkategori “kuat” yaitu persentase 61% - 80%. Artinya pembelajaran inkuiri mendukung dalam hal meningkatkan literasi sains siswa, terutama dalam meningkatkan hal dalam item soal no. 15 dan 16.

KESIMPULAN

1. Aktivitas siswa pada pertemuan pertama terbilang rendah kecuali pada aspek konten, sedangkan tiap dimensi literasi sains pada

pertemuan kedua mengalami peningkatan, dan peningkatan persentase tertinggi yaitu pada dimensi proses. Ini menjelaskan bahwa melalui pembelajaran inquiri kemampuan aspek literasi siswa siswa mengalami peningkatan dikarenakan adanya proses pelatihan / kegiatan inquiri yang berulang. 2. Terdapat perbedaan peningkatan

literasi sains siswa yang signifikan antara kelas yang menerapan model pembelajaran inquiri dan kelas yang tidak menerapkan model pembelajaran inquiri.

3. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran inquiri, sebagian besar termasuk dalam kategori kuat yaitu rata-rata sebesar 73,50%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon yang baik terhadap penerapan model pembelajaran inquiri pada konsep sistem pertahanan tubuh.

Daftar Pustaka

Hayat, Bahrul, Suhendra Yusuf. 2010. Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

OECD. 2013. PISA 2012 Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy: OECD Publishing. Rooney, Caitriona. 2012. How am I

using Inquiry-Based Learning to Improve My Practice and to Encourage Higher Order Thinking among My Students of Mathematics?. Ireland. Dublin City University.

Toharudin, Uus,. dkk. 2011. Membangun literasi sains peserta didik. Bandung: Humaniora. 0%

50% 100%

1* 3 5 7 9* 11 13 15 17* 19

No. Item Pernyataan

Gambar

Gambar 2 Grafik Perbandingan Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan Literasi Sains Siswa  Berdasarkan gambar 2 dapat
Gambar 4 Perbandingan Kategori N-
Gambar 6. Grafik Perbandingan Rata-
Table 3 Hasil Uji Hipotesis dengan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selain berperan sebagai marketplace pertama yang menerapkan sistem escrow atau rekening bersama di Indonesia, Tokopedia juga menjadi perusahaan teknologi pertama di

 Identifikasi, berupa pengembangan model baterai dengan berbagai metode, integrasi model baterai pada model mobil listrik beserta komponen-komponen pendukungnya

Kualitas manajemen sekolah mengacu pada kemampuannya memenuhi standar kualitas yang diinginkan, dalam hal ini kualitas yang diharapkan adalah kualitas sekolah dalam

Dengan mengacu pada peraturan-peraturan yang sudah ada sebelumnya, seperti UU Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan

Supervisi bimbingan konseling adalah upaya untuk mendorong, mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan petugas bimbingan konseling atau konselor secara

Untuk menjaga kestabilan termal protein maka mutasi yang lebih baik adalah mutan 3 dimana GLU15 yang sifatnya polar negatif digantikan oleh ASN15 yang sifatnya polar netral

Data yang digunakan dalah analisa dan perhitungan adalah data hujan, data ketersediaan debit sungai bawah tanah, peta topografi serta pertumbuhan masyarakat Desa Candi,