OPTIKA
GEOMETRI
Nurul Nisa’ul
Karimah
PETA
KONSEP
Optika
Geometri
Pemantulan
Cermin
Cermin
Datar
Cermin
Cekung
Cermin
Cembung
Pembiasan
Bidang
Datar
Permukaan
Lengkung
Lensa
Lensa
cembung
Lensa
Cekung
Kombinasi
Lensa
Prisma
Alat-Alat
Optik
Mata dan
Kacamata
Optik Geometri
Cahaya sebagai berkas
cahaya(
ray
) yang
merambat menurut garis lurus
Menjelaskan konsep tentang
pemantulan,
pembiasan cahaya dan penerapannya
pada cermin dan lensa
Muka Gelombang
Pemantulan Cahaya
Hukum Pemantulan Cahaya
Orang yang pertama kali mempelajari tentang
pemantulan cahaya adalah Willebord Snell. Oleh karena
itu, hukum pemantulan juga disebut hukum Snellius.
Hukum ini berbunyi sebagai berikut :
1.
Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak
pada satu bidang datar.
2.
Sudut datang
(i)
, sama dengan sudut pantul
(r)
.
Sinar datangGaris normal Sinar pantul
i r
i = r
Snellius
“Besarnya sudut
datang sama
dengan sudut
Pemantulan
Pada Cermin
Cermin
Datar
Cermin Cekung
Cermin Cembung
Cermin Positif
mengumpulkan cahaya/
Cermin Konvergen
menyebarkan cahaya/
Cermin divergen
Cermin
Ciri-ciri cermin :
1.
Bersifat memantulkan cahaya.
2.Benda tidak tembus cahaya.
Macam
–
macam cermin :
Cermin datar
Sifat bayangan yang terbentuk pada cermin
datar :
a. Maya
b. Sama besar dengan bendanya dan tegak
c. Jarak benda terhadap cermin sama dengan
jarak bayangan terhadap cermin.
Secara umum, jumlah bayangan
(n) yang terbentuk oleh 2 buah
cermin datar yang membentuk sudut
α
dapat dirumuskan
n =
360
α
- 1
Apabila 2 buah cermin berhadapan,
berarti sudut yang dibentuk kedua
cermin itu dapat dikatakan mendekati
nol (0). Akibatnya, menurut
persamaan diatas, jumlah
bayangannya ∞ (tak berhingga
).
1
360
0
n
Jumlah
bayangan (n)
0
360
n
atau
Cermin Lengkung
Cermin lengkung dibedakan menjadi 2, yaitu ;
1.
Cermin cekung
Cermin cekung adalah apabila permukaan dalam dari cermin lengkung yang mengkilap.
Untuk meluki bayangan pada cermin cekung, digunakan 3 sinar istimewa :
c. Sinar datang melalui pusat P dipantulkan
kembali melalui P.
a.
Sinar datang sejajar sumbu utama
dipantulkan melalui titik fokus F.
b. Sinar datang melalui fokus dipantulkan sejajar
sumbu utama.
Sifat bayangan:
1.
Hubungan antara Jarak Benda, Jarak Bayangan dan Jari-Jari
Kelengkungan Cermin
AB ≈ AO = s dan A’B = A’O = s’
Keterangan :
R = jari
–
jari kelengkungan cermin (m)
s = jarak benda (m)
s’ = jarak bayangan
(m)
Apabila benda terletak jauh tak terhingga (∞),
bayangan akan jatuh di titik api atau fokus (F)
sehingga
Dengan demikian, persamaan diatas dapat ditulis
1
2. Perbesaran Bayangan
Perbesaran Bayangan dirumuskan :
M =
ℎ′ℎ
= [
𝑠′2. Cermin Cembung
Karena
R dan s’
berharga negatif, maka
2 𝑅
=
1 𝑠
+
1 𝑠′
Untuk s = ∞ maka s’ = f sehingga
1 𝑓
=
1 𝑠
+
1 𝑠′
Sebagaimana pada cermin cekung,
perbesaran bayangan pada cermin cembung
dirumuskan :
M =
𝑠′𝑠+
𝑠′1
Sifat bayangan selalu: Maya,
Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung :
1.
Sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah
–
olah dari titik fokus.
3.
4.
Sinar yang datang menuju fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.
PEMBIASAN
1.
Pembiasaan pada permukaan
bidang datar
Menurut Huygens, pada setiap
pembiasan cahaya berlaku hubungan
antara sudut datang (i) dan sudut
bias (r) sebagai berikut
sin 𝑖
sin 𝑟
=
𝑣
1𝑣
2= konstanta
Jika konstanta itu dinotasikan n maka
n =
𝑣
1𝑣
2= n
2-1
Huruf n ini selanjutnya dinamakan
indeks bias relatif air terhadap udara.
Apabila cepat rambat cahaya dalam
ruang hampa dibandingkan dengan cepat
rambat cahaya di dalam medium
n =
𝑣
𝑐
Keterangan :
n = indeks bias mutlak suatu medium (zat optik)
c = cepat rambat cahaya dalam ruang hampa,
yaitu 3 x 10
8 𝑚 𝑠v = cepat rambat cahaya dalam medium (zat
optik)
Jika indeks bias mutlak dua buah zat optik
diketahui, indeks bias relatifnya dapat
ditentukan dengan cara sebagai berikut :
n
1=
𝑣𝑐Mengingat
sin 𝑖sin 𝑟
=
Hukum Snellius tentang pembiasan :
1.
Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak
pada satu bidang datar.
2.
Perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut
A
2. PEMBIASAN PADA PERMUKAAN LENGKUNG
s
Pada gambar diatas, sebuah titik A dan bayangannya (A’) terletak pada sumbu bidang lengkung. Dari hukum Snellius, diperoleh persamaan :
sin 𝑖 sin 𝑟 =
𝑛2 𝑛1
Untuk berkas sinar paraksial, persamaan diatas dapat ditulis : 𝑟𝑖 = 𝑛2
𝑛1 sehingga in1 = rn2
Dalam hal ini, i = (α + β) dan r = β + γ, maka
Untuk berkas sinar paraksial (sudut α, β dan γ) kecil, harga sinus dan tangen sudutnya sama dengan sudut itu sendiri. Jika titik B’ dapat dianggap berimpit dengan O, persamaan diatas dapat ditulis :
2Jika letak s ditempat jauh tak terhingga (∞), bayangan terletak
pada titik fokus. Sebaliknya, jika letak s di titik fokus, bayangannya
terletak jauh tak terhingga. Untuk s = ∞, pada keadaan ini s’ = f’,
persamaan diatas dapat ditulis
𝑛2
Jika bidang lengkung berupa bidang datar (R = ∞), per -samaan disamping dapat ditulis
3. PEMBIASAN PADA PRISMA
Peristiwa dispersi cahaya
Sudut deviasi, yaitu sudut yang dibentuk
perpanjangan sinar datang dan sinar bias yang
terakhir.
δ
= i
1+ r
2– β
Ket:
δ
= sudut deviasi
i
1= sudut datang
r
2= sudut bias
β
= sudut puncak atau pembias prisma
Jika terjadi deviasi minimum maka i
1= r
2sin (
δ
m+ β
2
) =
𝑛1𝑛2
sin (
β
2
)
r
1
i
1
r
2
δ
β
i
Pembiasan
Pada Lensa Tipis
Lensa Cekung
Lensa Cembung
Lensa Negatif (Konkaf) mengumpulkan cahaya/ Lensa Konvergen
menyebarkan cahaya/ Cermin divergen
Lensa Positif (Konveks)
Sinar” istimewa :
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus dibe-lakang lensa.
2. Sinar datang melalui fokus di depan lensa dibiaskan sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melalui pusat len-sa diteruskan (tidak dibiaskan).
Sinar” istimewa :
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan
seolah” berasal dari titik fokus di depan lensa.
2. Sinar datang menuju titik fokus di belakang lensa dibiaskan sejajar sumbu utama.
Hubungan jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus dan indeks bias lensa
Untuk benda yang jauh s = ~, bayangan terletak pada titik fokus (s
’= f)
1
Jika persamaan diatas digabung, diperoleh persamaan
1
Perbesaran Bayangan
Mengingat sudut yang dibentuk bayangan dan benda terhadap lensa adalah sama, misalnya
θ
maka
tan
θ
= tan
θ’
ℎ 𝑠
=
ℎ′
𝑠′
Karena perbandingan tinggi bayangan (h’) dengan tinggi benda
(h) merupakan definisi dari perbesaran (M) maka perbesaran
linier dirumuskan
M =
ℎ
ℎ
′=
𝑠
′𝑠
Kuat lensa
P =
𝑓
1
Keterangan :
ALAT
–
ALAT OPTIK
1.
Mata dan Kacamata
Mata adalah alat optik Alamiah ciptaan Allah Swt
BAGIAN BAGIAN MATA
Kornea: Bagian depan mata, berfungsi melindungi lensa mata
Pupil : Celah lingkaran yang dibentuk oleh iris
Iris : Selaput didepan lensa yang membentuk celah lingkaran (pupil), berfungsi mengatur intensitas cahaya
Lensa Mata : Sebagai lensa cembung untuk pembiasan cahaya dan membentuk bayangan
Retina : Sebagai layar tempat bayangan nyata terbalik diperkecil ditangkap lalu disampaikan ke syaraf mata
Daya Akomodasi
Akomodasi adalah: kemampuan lensa mata untuk mencembung atau
memipih
Mencembung: mata melihat benda yang dekat
Memipih : mata melihat benda yang jauh
Mata Miopi (Rabun Jauh)
Miopi : Mata tidak bisa melihat jauh, karena mata sulit memipih saat tidak berakomodasi, fokus lensa mata terlalu pendek. Dibantu dengan lensa cekung.
PP = 25 cm
PR < ~
Mata Hipermetropi (Rabun dekat)
Hipermetropi: Mata tidak bisa melihat dekat, karena mata mudah memipih saat tidak berakomodasi, fokus lensa mata terlalu panjang. Dibantu dengan lensa cembung.
PP > 25 cm
PR = ~
Mata Presbiopi (Mata tua)
Presbiopi: Cacat Mata karena berkurangnya daya akomodasi mata pada usia lanjut. Tidak bisa melihat jauh dan juga tidak bisa melihat dekat, dibantu dengan menggunakan lensa bifokal.
PP > 25 cm
PR < ~
Iris
Ligamen pemegang (aqueous humor)
Lensa(kristalin)
Cairan vitreous
(vit reous humor) Bintik buta
Pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena) Saraf
mata Bintik kuning
2. LUP (KACA PEMBESAR)
Lup ada lensa cembung yang memiliki jarak fokus
dekat dengan lensanya. Benda yang diletakkan
berjarak lebih kecil dari jarak fokusnya
Mata melihat tanpa lup
Mata melihat dengan lup
Perbesaran Anguler
Mata Tak Akomodasi (Rileks)
Mata Akomodasi
3. Mikroskop
Pengatur
Jarak/ fokus
Lensa
Lensa Okuler
Mata Tak Akomodasi (Sok=fok)
ok
Mata Akomodasi Maksimum
4. Teleskop/Teropong
Mata tak akomodasi
karena pengamatan yang
lama
Teropong Bintang
Teropong Prisma
Teropong prisma
adalah alat untuk melihat benda yang jauh tetapi
bayangannya tidak terbalik. Lensa-lensa pada teropong prisma sama
dengan tetopong bumi tetapi pada teropong prisma terdapat prisma yang
dapat membalikkan byangan benda sehingga bayangan yang dilihat mata
tidak terbalik. Teropong ini menggunakan 2 buah prisma siku-siku sama
kaki untuk menggantikan fungsi lensa pembalik. Kedua prisma disusun
bersilang satu sama lain.
Gambar : Terpong Prisma
Teropong demikian disebut juga teropong binokulerkarena menggunakan
dua buah lensa okuler, karena pengamat dapat melihat dengan 2 mata, maka kesan bayangan yang diperoleh adalah sebagai bayangan 3 dimensi (stereokopis).
Prinsip kerja teropong prisma:
Sinar masuk melalui lensa obyektif (depan)
Kemudian mengalami pemantulan pada sebuah prisma (sinar berbalik arah tetapi pada lintasan yang berbeda)
Sinar mengenai sisi prisma yang lain, sehingga mengalami proses seperti nomor 2.
Sinar menuju lensa okuler (dekat dengan mata)
Proses selanjutnya adalah kita yang menggunakan teropong tersebut seperti melihat benda secara langsung.
ok
ob
f
f
d
ok
ob
f
f
Teropong Bumi
Lensa pembalik diletakkan
sedemikian rupa sehingga bayangan
terbentuk pada titik fokus lensa objektif dan
dititik 2f
p(titik fokus lensa pembalik) serta
berimpit dengan titik fokus lensa okuler.
Perbesaran anguler teropong bumi adalah
sebagai berikut :
M
a=
𝛽Teropong Panggung
Teropong panggung pertama kali dibuat oleh Galileo
Galilei. Oleh karena itu, teropong panggung juga dinamakan
teropong Galilei. Teropong panggung juga dinamakan teropong
sandiwara. Teropong panggung terdiri atas dua lensa, yaitu
lensa positif sebagai lensa obyektif dan lensa negatif sebagai
lensa okuler.
Jarak kedua lensa (panjang teropong) pada teropong panggung
adalah
Perbesaran bayangan pada teropong panggung dirumuskan
M
a=
𝛽𝛼