• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada awal tahun 1990-an, semangat globalisasi yang ditandai dengan. Proses Pembuatan Undang-undang Migas. bagian X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pada awal tahun 1990-an, semangat globalisasi yang ditandai dengan. Proses Pembuatan Undang-undang Migas. bagian X"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

P

ada awal tahun 1990-an, semangat globalsas yang dtanda dengan duna tanpa sekat ekonom, melanda duna termasuk Indonesa. Tema globalsas d sampng kemandran bangsa adalah tema yang dajukan oleh Menter Gnandjar pada 1992 untuk melhat potens pegawa jabatan Eselon II. Gnandjar memandang su n pentng karena dua tahun kemudan yatu pada tahun 1994 Indonesa menjad tuan rumah Konferens Tngkat Tngg (KTT) Asia Pacific Economy Cooperation

(APEC) d Bogor. Bag rakyat Indonesa, KTT APEC yang dselenggarakan d Istana Bogor tersebut lebh mereka ngat karena seluruh kepala negara yang hadr mengenakan baju batk. Deklaras Bogor yang merupakan hasl dar KTT APEC tersebut menyatakan tekad bersama untuk mencptakan perdagangan dan nvestas serta pembangunan ekonom d kawasan Asa Pasfk yang lebh bebas dan terbuka berlandaskan pada prnsp General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization

(WTO) palng lambat tahun 2020.

Deklaras Bogor memberkan penekanan pada penolakan atas pembentukan blok perdagangan yang bersfat inward looking. Rachmat

mash ngat tentang su yang berkembang saat tu, bahwa Indonesa

Proses Pembuatan

Undang-undang

Migas

(2)

merupakan satu dar sedkt negara, antara lan Kuba dan Albana, yang mash menerapkan monopol pasar BBM. Setahun kemudan Menter I.B. Sudjana, yang menggantkan Gnandjar, memnta agar segera dsapkan Undang-undang Mgas yang sesua dengan jwa dan semangat Deklaras Bogor dalam rangka mempersapkan dr menghadap tahun 2020. Umar Sad selaku Sekjen saat tu membentuk Tm Persapan Undang-undang Mgas dan menunjuk Rachmat sebaga Ketua Tm Pelaksana. “Sebenarnya tmbul pertanyaan pada dr saya kenapa Sekjen menunjuk saya selaku Drektur EP untuk menyapkan perubahan Undang-undang Mgas?” Namun Rachmat juga memaham bahwa membuat Undang-undang mgas yang relatf komplek juga membutuhkan pengetahuan tekns dan struktur ndustr yang jelas. Sedangkan peran hukum d sn adalah bagamana melhat flosof, herark dan keterkatan dengan peraturan perUndang-undangan yang berlaku.

Sebaga Drektur EP Mgas, sebenarnya tugas terkat dengan regulas n bukan merupakan pekerjaan yang pertama kal da lakukan. Pada tahun 1993, Rachmat pernah menyapkan dan menyusun Peraturan Pemerntah (PP) tentang kegatan hulu mgas, bersamaan dengan PP tentang kegatan hlr mgas yang dsapkan oleh Drektorat Pengolahan Mgas. Da memang sempat heran saat mengetahu bahwa selama kurang lebh 30 tahun belum ada peraturan pelaksanaan yang menjabarkan Undang-undang Mgas 1960 dan Undang-Undang-undang Pertamna 1971 secara lebh rnc. Pada satu kesempatan, pernah hal n dtanyakan kepada Wyarso, Staf Ahl Menter yang sebelumnya lama menjabat sebaga Drjen Mgas. ”Buat apa? Tanpa aturan pelaksanaan saja Undang-undang tersebut sudah berjalan dengan bak. Dengan banyak aturan pelaksanaan mungkn malah bsa banyak menmbulkan masalah,” jawabnya enteng. “Memang banyak putusan yang dambl ddasarkan pada dskres pejabat, tap asalkan pejabat beran mempertanggungjawabkan tdak ada masalah.” Namun bagamanapun hal n tdak bsa dbarkan terus berlangsung. Apalag pada Undang-undang Pertambangan Mgas 1960 ada juga beberapa pasal yang mengamanatkan dbuatnya PP sebaga peraturan pelaksanaan dar pasal-pasal tersebut. Saat hal n dsampakan kepada Pertamna, mereka menentang de tersebut. Pandangan Pertamna

(3)

kurang lebh sama dengan apa yang dkemukakan oleh Wyarso.

Gambar 45. Rapat Kerja Departemen Pertambangan dan Energ d Istana Merdeka 1994

Bag Rachmat, pengalaman menyusun PP tersebut sangat berharga. Banyak praktk yang sudah lama dlakukan d kegatan hulu mgas yang tdak memlk dasar aturan formal yang dadops dalam draft PP.

Pertamna dapat menerma draft PP kegatan hulu mgas tersebut untuk

dteruskan menjad PP, sedangkan PP kegatan hlr mgas yang terkat dengan pengolahan, dstrbus dan naga BBM gagal dteruskan karena dtolak Pertamna.

Reaks penolakan Pertamna terhadap rencana dsusunnya Undang-undang Mgas yang baru, jauh lebh keras dbandng penolakan mereka terhadap usulan PP melengkap Undang-undang Pertambangan Mgas yang lama. Apalag setelah dsampakan bahwa dalam Undang-undang Mgas yang baru status Pertamna akan dubah menjad PT Persero. “Memangnya Pertamna dsamakan dengan PT Pasar Raya?” cetus Fasal Abda’oe, Drektur Utama Pertamna saat tu. Memang banyak elte Pertamna, terutama dar kegatan hulu yang keberatan atas kehadran Undang-undang Mgas yang baru. Tdak saja pada saat pembahasan d DPR, tap bahkan jauh setelah Undang-undang Mgas tersebut dberlakukan.

(4)

Karena penolakan Pertamna n, pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) Mgas menjad sangat alot dan berkepanjangan. Dmula dar masa jabatan Menter I.B. Sujana (1996-1997), dlanjutkan oleh Kuntoro Mangkusubroto yang berakhr dengan penolakan oleh DPR (1998-1999), dlanjutkan pada masa Suslo Bambang Yudhoyono (pertengahan 1999-2000) dan dakhr pada masa jabatan Purnomo Yusgantoro pada tahun 2001 karena RUU tersebut berhasl dgolkan menjad Undang-undang. Perumusan RUU n juga melewat beberapa masa kepresdenan, mula dar masa Soeharto, B.J. Habbe, Abdurrahman Wahd, dan terakhr Megawat yang menandatangan Undang-undang Mgas tersebut. Rachmat sendr terlbat mula dar persapan penyusunan RUU tersebut pada tahun 1995 saat menjabat Drektur EP Mgas hngga menjad Drjen Mgas saat Undang-undang Mgas dterbtkan pada tahun 2001, kecual pada saat da menjabat Sekretars DKPP (1997-1998). Pada awal penyusunan RUU Mgas, su yang mengemuka adalah dbukanya kegatan usaha hlr mgas sesua dengan semangat Deklaras Bogor waktu tu. Sedangkan pada kegatan hulu mgas dperdebatkan tentang peran Pertamna sebaga pemegang manajemen operas PSC. Sebagamana dcertakan Rachmat, dbawah Undang-undang yang berlaku saat tu, Pertamna terbeban oleh dua hal. D sektor hulu, akbat krss Pertamna pada tahun 1975, Kuasa Pertambangan (KP) Pertamna dalam melakukan pengawasan terhadap PSC dkurang. Sebelumnya, sebaga pemegang KP, Pertamna menerma langsung semua penermaan mgas bagan negara, termasuk yang berasal dar PSC. Semenjak krss Pertamna, berdasarkan Instruks Presden (Inpres) No. 12/1975 seluruh penermaan bagan negara dar PSC tersebut langsung masuk ke kas negara. Sebaga kompensas, Pertamna memperoleh fee manajemen sebesar 2% (setelah pajak) dar penermaan tersebut.

D lan phak, pada kegatan hlr pemerntah memberlakukan sstem cost and fee dmana Pertamna memperoleh fee pengolahan dan dstrbus

BBM masng-masng sebesar USD 0.20 per barel. Secara bergurau, Prof. Kho Kan Ho, Ketua Kelompok III DKPP yang juga dosen ITB, berkomentar: “Pertamna n baratnya sepert tukang jaht. Bak mesn jaht, kan, dan benang semuanya dar pemerntah. Da sendr hanya menerma

(5)

upah jaht.” Tdak banyak yang menyadar akan nasb Pertamna saat tu, termasuk kebanyakan karyawan Pertamna sendr. Sebagan besar penermaan Pertamna berasal dar upah. D sektor hulu Pertamna menerma upah manajemen pengawasan PSC, sementara d sektor hlr menerma upah kerja dar pengolahan dan dstrbus BBM. Sedangkan penermaan usaha sendr yang bukan upah adalah produks mnyak Pertamna dar own-operation yang relatf kecl, sektar 5% dar total

produks mnyak Indonesa sebesar 1,3 juta barel per har. Sedangkan dar kegatan hlr Pertamna menerma hasl penjualan non-BBM yang besarnya tdak lebh dar seperlma dar penermaan BBM yang dkelola. “Inlah konds nternal Pertamna saat tu yang tdak banyak dlhat oleh phak luar. Konds n dperberat dengan serng terlambatnya pembayaran penggantan baya operas dan fee pengadaan BBM Pertamna oleh

Departemen Keuangan. Serngkal phak manajemen Pertamna terpaksa mengalhkan sebagan anggaran kegatan hulu Pertamna agar dapat dpaka menalang baya pengadaan BBM. In tentu sangat mengganggu knerja Pertamna. Walaupun d mata masyarakat Pertamna terlhat besar dan kokoh, namun sebenarnya lebh mrp dengan Perusahaan Jawatan yang memperoleh upah dar pemerntah,” ungkap Rachmat.

Pada saat pembahasan RUU Mgas, keberadaan Inpres No. 12/1975 yang membatas KP Pertamna sesua Undang-undang Pertamna, sudah berlangsung selama 20 tahun. Tentu Inpres n, yang notabene herarknya berada d bawah Undang-undang tdak dapat dberlakukan secara terus menerus. Namun Inpres n tdak mungkn dcabut tanpa merubah Undang-undang yang berlaku karena mekansme penermaan negara akan kembal kepada sstem yang lama, yatu masuk melalu Pertamna. Masalah n sekalgus dapat dpecahkan dengan memasukkan semangat dar Inpres n ke dalam rumusan RUU Mgas yang baru. Dengan berbaga pertmbangan tersebut, dputuskan bahwa Pertamna tdak lag berusaha berdasarkan upah, bak tu upah dar pengelolaan PSC maupun dar pengadaan BBM. Pertamna harus menjad perusahaan bsns yang rl dan lebh mandr, yatu sebaga PT Persero dengan harapan ke depan Pertamna akan menjad world class company.

(6)

Sebaga PT Persero, Pertamna tdak lag berperan sebaga pengelola PSC. Kalaupun bekerja sama dengan phak lan Pertamna harus membentuk

joint-venture atau joint-operation dan bukan sebaga pengawas.

Sebaga konsekuens dar pembatasan n, TAC yang dterapkan d wlayah own-operation Pertamna tdak lag dperbolehkan kecual yang

sedang berjalan hngga berakhrnya masa kontrak. Banyak kalangan berpandangan bahwa Pertamna selama n lebh berat perannya sebaga wast dbandng sebaga peman. Dengan dpsahkannya peran ‘wast’, yatu sebaga pengawas PSC, dharapkan Pertamna dapat lebh berkonsentras pada penngkatan produks own-operation sehngga

sebaga peman yang berpengalaman d lapangan dharapkan Pertamna dapat mengembangkan sayap d luar wlayah operas sendr maupun ke luar neger. D hlr, pemerntah tdak lag sekedar member ‘upah jaht’ kepada Pertamna, tap memberkan kompensas pengadaan BBM sesua harga pasar. Selsh dar harga pasar dengan harga yang dtetapkan pemerntah merupakan subsd yang dberkan pemerntah kepada konsumen. Dengan demkan, dharapkan Pertamna akan berusaha untuk melakukan efsens semaksmal mungkn agar baya produks dapat dtekan serendah mungkn d bawah harga pasar agar dapat memperoleh laba yang optmal. Stuas n tentu berlanan bla dbandng dengan sstem cost and fee yang berlaku waktu tu karena berapa pun baya operas yang dkeluarkan Pertamna selalu dgant pemerntah, d sampng fee yang dperoleh dar pengadaan BBM.

(7)

Terdapat perubahan yang mendasar dalam RUU yang dusulkan, yatu pemerntah langsung bertndak sebaga KP yang mencakup kegatan usaha hulu. Kegatan usaha hlr mgas tdak lag tercakup dalam KP dengan rezm fskal dan perznan yang dberlakukan sama sepert halnya pada kegatan ndustr lannya. D bdang hulu mgas, pemerntah membentuk Badan Pelaksana, yang kemudan dsebut BP Mgas untuk menggantkan peran Pertamna sebaga pemegang manajemen operas PSC sedangkan d bdang hlr dbentuk Badan Pengatur, kemudan dsebut BPH Mgas, khusus untuk menangan transportas gas melalu ppa karena bersfat monopol alamah. Fungs Badan Pengatur n kemudan dtambah dengan pengaturan masalah penyedaan BBM tertentu selama BBM tersebut mash dsubsd.

Proses pembahasan Undang-undang tersebut mendapatkan tantangan dar berbaga kalangan termasuk sebagan anggota DPR sehngga berkepanjangan. Pada masa Kuntoro Mangkusubroto, kalangan DPR sempat menolak RUU tersebut terutama karena ada klausul bentuk kontrak yang dperbolehkan selan PSC. RUU tersebut kemudan dhdupkan kembal setelah terjad krss moneter tahun 1998. Krss ekonom tersebut dengan cepat berkembang menjad krss sosal dan krss poltk yang melumpuhkan hampr seluruh send-send kehdupan bangsa. Konds n menyulut gelombang reformas dan semangat ant korups, kolus, dan nepotsme (KKN) yang marak waktu tu yang danggap sebaga penyebab tmbulnya krss. D tengah semangat reformas tersebut, Pertamna mendapat sorotan tajam atas banyaknya proyek KKN yang melemahkan Pertamna. Masyarakat menla bahwa korups d tubuh Pertamna telah sedemkan parah sehngga membutuhkan restruktursas yang mendasar. Sekalpun Pertamna memegang monopol atas kegatan ndustr mgas, struktur keuangan Pertamna tdak pernah menjad kuat. Sementara tu pada tataran nasonal aspras masyarakat terhadap perombakan mendasar d bdang sosal-poltk-ekonom dlaksanakan melalu sdang MPR yang menghaslkan Tap MPR No. IV/1999 tentang Gars-gars Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 serta Program Pembangunan Nasonal (Propenas) 2000-2004. Dalam proses pembahasan RUU Mgas yang terus berlanjut, semangat yang

(8)

tertuang dalam Tap MPR dan Propenas tersebut djadkan sebaga azas dan tujuan Undang-undang Mgas, termasuk semangat menghapuskan subsd BBM dan menggantkannya dengan sstem subsd langsung kepada golongan masyarakat tertentu. Pada tataran daerah semangat reformas dwujudkan dengan menguatnya otonom daerah yang tdak dapat dbendung lag. Dan semangat otonom daerah n mau tdak mau harus dmasukkan d dalam RUU Mgas melalu bentuk partspas yang lebh aktf dar daerah penghasl. Dengan dlatarbelakang oleh semangat reformas d bdang mgas, akhrnya semua fraks d Koms VIII DPR-RI, antara lan PDIP, Parta Golkar, Parta Keadlan, PAN, PPP, PBB dan PKB menyetuju RUU Mgas dsahkan menjad Undang-undang Mgas No. 22 tahun 2001, kecual Fraks Demokras Kash Bangsa, parta kecl berbass keagamaan (krsten) sebaga satu-satunya fraks yang menolak UU Mgas.

Walaupun demkan Undang-undang Mgas yang baru n mash mendapat tantangan terutama dar kelompok yang menentang RUU Mgas sebelumnya. Melalu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kelompok n mengajukan beberapa kal judicial review ke Mahkamah Konsttus (MK) dengan tujuan agar Undang-undang Mgas dcabut dengan alasan nkonsttusonal. Tuduhan yang gencar dlancarkan adalah bahwa Undang-undang Mgas n merupakan pesanan International Monetary Fund (IMF) yang waktu tu dmnta pemerntah untuk membantu

menanggulang krss moneter. Kelompok penentang tu lupa bahwa Undang-undang Mgas sudah lama dsusun dan dperdebatkan secara ntensf selama lebh dar lma tahun pasca Sdang APEC d Bogor tahun 1994 dan tdak mungkn dalam waktu seketka dapat dubah oleh IMF dan dmanpulas sesua kehendak mereka. Rachmat mengemukakan bahwa pembahasan Undang-undang Mgas dlaksanakan melalu sdang-sdang yang berjenjang, yatu mula dar sdang pleno Koms (yang dhadr Menter), sdang Tekns (dhadr Eselon I), sampa sdang Tm Kecl dan Tm Perumus yang membahas aspek hukum yang sangat detal termasuk stlah-stlah sampa dengan ttk komanya. Phak yang ngn membatalkan Undang-undang Mgas tu seharusnya juga membaca kembal Tap MPR No. IV tahun 1999 yang pmpnan waktu tu antara lan

(9)

Amen Ras dan Kwk Kan Ge untuk mengngat suasana kebatnan dan perombakan yang dtuntut oleh gerakan reformas waktu tu .

Hal lan yang dtentang adalah keberadaan BP Mgas sebaga penggant peran Pertamna selaku pemegang manajemen operas dar PSC. Mereka mempermasalahkan status BP Mgas yang bukan BUMN, karena mereka beranggapan bahwa pemegang manajemen operas PSC harus berbentuk BUMN dan kalau tdak berart bertentangan dengan konsttus. Menurut penafsran mereka, d dalam UUD 1945, pengertan dkuasa oleh negara dalam Pasal 33 harus dlakukan oleh BUMN. Menurut Rachmat mereka mencampuradukkan peran perusahaan negara yang damanatkan dalam Undang-undang No. 44 tahun 1960 seolah-olah bagan yang tak terpsahkan dar UUD 1945. Menanggap tuntutan LSM n, MK memberkan pengertan tentang apa yang dmaksud dengan ‘dkuasa oleh negara’ dar Pasal 33 UUD 1945 dan menolak nterpretas LSM tentang hal tu melalu Putusan MK No. 002/PUU-I/2003 tahun 2003. Rachmat pun menunjukkan bahwa d sektor lan tdak ada satu pun yang menerapkan apa yang dnterpretaskan oleh LSM tersebut. Apabla benar bahwa pengertan dkuasa oleh negara harus dlakukan hanya oleh BUMN, tdak mungkn sektor lan tdak melaksanakan amanat UUD 1945. Sebenarnya ada preseden hukum terkat dengan pelaksana

mining right dar Pemerntah yang dterapkan secara khusus d Timor Gap, waktu Tmor Tmur mash menjad bagan dar NKRI. Pemerntah RI

bersama Australa waktu tu membentuk Joint Authority yang mengelola

kegatan hulu mgas d daerah tersebut. Fakta bahwa pengelolaan hulu mgas antara pemerntah dengan phak kontraktor (PSC) harus bersfat B-to-B terbantahkan bak oleh phak Indonesa maupun phak

Australa. Dalam Putusan MK tersebut ada beberapa pasal atau ayat yang dbatalkan, salah satunya adalah adalah kata ‘maksmum’ pada frasa ‘maksmum 25%’ pada kewajban memasok kebutuhan domestk, DMO. Sebenarnya kata maksmum tersebut bersfat sangat tekns karena pelaksanaannya yang dlakukan secara bulanan dan telah berlaku sejak sstem Kontrak Karya tahun 1960 sampa pada masa PSC hngga RUU tersebut dbahas. Tba-tba persyaratan yang sudah berlaku selama 40 tahun tu dnyatakan nkonsttusonal oleh MK. Barangkal ada benarnya

(10)

apa yang dkatakan Wyarso waktu tu bahwa tdak perlu ada peraturan pelaksanaan yang bersfat detal dan tekns, terlebh-lebh pada tataran Undang-undang.

Kta semua memang harus tunduk pada putusan MK, tap anehnya Putusan MK pada masa pmpnan Jmly Assdq yang dkatakan fnal dan mengkat tu mash bsa dubah oleh Putusan MK No. 36/PUU-X/2012 pada masa pmpnan Mahfud MD, dmana salah satu hakm anggotanya terjerat masalah hukum yang berat. Yang mengundang tanda tanya besar adalah bahwa putusan pembubaran BP Mgas tdak dserta dengan pemberan masa transs. “Phak MK mungkn tdak mengert dmens operas mgas yang sedemkan besar sehngga dengan entengnya membubarkan BP Mgas tanpa memberkan masa transs sedkt pun. Ada sektar 200 PSC yang beroperas bak yang mash dalam tahap eksploras maupun sudah berproduks yang berada dbawah pengelolaan BP Mgas. Apabla pemerntah tdak bertndak cepat waktu tu, tdak akan ada satu pun PSC yang beran melanjutkan operas tanpa ada Badan yang memberkan persetujuan lifting maupun baya operas yang mereka keluarkan.

Sebagamana dsampakan oleh Rachmat bahwa pada saat Sdang Koms VIII, yang waktu tu membdang subsektor mgas, bentuk Badan Pelaksana n cukup rama dbahas. Waktu tu ada tga alternatf bentuk BUMN yang dbahas yatu Persero, Perusahaan Umum (Perum) atau Perusahaan Jawatan (Perjan). Persero adalah BUMN yang 100& berorentas pada proft. Perum adalah BUMN yang 70% berorentas pada proft dan 30% berfungs sosal. Perjan adalah BUMN yang 30% berorentas pada proft, sedangkan 70% berfungs sosal. Dar kebjakan pemerntah yang berkembang waktu tu bentuk Perjan maupun Perum secara berangsur-angsur fungs sosalnya dkurang dan banyak yang dkonvers menjad Persero. Namun mengngat fungs dar Badan Pelaksana yang lebh bersfat pengendalan dan bukan pelaksana operasonal yang berorentas pada proft, Badan Pelaksana dpandang tdak cocok untuk djadkan Persero. Demkan juga dengan bentuk Perum dan Perjan, karena yang sudah adapun jumlahnya dkurang dan dkonvers menjad Persero. Karena tulah mengapa pemerntah dan

(11)

DPR waku tu sepakat untuk member bentuk Badan Pelaksana sebaga Badan Hukum Mlk Negara (BHMN), dan karena sfatnya yang strategs, bertanggung jawab kepada Presden.

Gambar 47 Sdang dengan Koms VIII DPR-RI Tahun 2001

Pada kegatan usaha hulu mgas, sesua dengan struktur yang datur Undang-undang Mgas No. 22/2001, stlah ‘dkuas negara’ dar Pasal 33 ayat 3 mengandung art bahwa seluruh kekayaan alam berupa sumber daya mgas dmlk negara (mineral right). Selanjutnya KP, yang

sebelumnya berada d tangan perusahaan negara (Pertamna), dpegang oleh pemerntah (mining right). Badan usaha bak tu nasonal maupun

asng tdak mempunya kedua hak tersebut kecual hak untuk memperoleh keuntungan dar kegatan usahanya (economic right) selaku kontraktor

pemerntah. KP (mining right) dar pemerntah n dlakukan melalu

Badan Pelaksana yang dbentuk khusus untuk tu. Dengan demkan, pemerntah selaku pemegang mining right mempunya kekuasaan

penuh terhadap pengelolaan sumber daya mgas, dar mula melakukan pengelolaan sumber daya dan cadangan mgas, menawarkan wlayah kerja serta menetapkan persyaratan kontrak kerja sama dengan phak kontraktor. Kontrak Kerja Sama (KKS) n dapat berbentuk PSC ataupun bentuk lan yang danggap menguntungkan negara. Badan Pelaksana (BP Mgas), sesua namanya, bertndak selaku pelaksana dan pemegang manajemen operas KKS/PSC. BP Mgas dpmpn oleh seorang Kepala

(12)

yang bertanggungjawab langsung kepada Presden. Kepala BP Mgas dangkat dan dberhentkan oleh Presden, dan pengangkatannya melalu rekomendas dar DPR. Dengan struktur sepert tu sungguh mengherankan bahwa keberadaan BP Mgas dnyatakan nkonsttusonal dan adanya tuduhan bahwa dbawah Undang-undang Mgas No. 22/2001, kekayaan mgas dkuasa oleh asng.

Selan Badan Pelaksana yang berwenang terhadap pengawasan KKS/ PSC, d hlr mgas dbentuk Badan Pengatur Kegatan Usaha Hlr Mgas (BPH Mgas). Badan yang bersfat ndependen n mempunya tugas pokok untuk mengatur transportas dan dstrbus gas melalu ppa yang bersfat monopol alamah. D bawah Undang-undang Mgas sapa pun boleh membangun ppa dengan syarat bahwa da harus mau datur untuk melakukan open access. Artnya, perusahaan yang membangun dan

memlk ppa gas tersebut tdak boleh melarang sapapun untuk lewat selama kapastasnya ada. ”Jad kalau kapastas mash ada, perusahaan lan boleh memaka ppa mlknya asalkan mereka membayar tarf toll (toll fee) yang dtetapkan oleh BPH Mgas. Penetapan tarf toll n dlakukan

dengan mempertmbangkan kepentngan semua phak bak tu dar kalangan pemlk ppa, produsen, konsumen, transporter maupun dar

pemerntah,” Rachmat menjelaskan. Dengan cara tersebut, ke depan akan terbuka kesempatan berusaha bag kalangan bsns yang lebh luas. Rachmat memberkan contoh peluang bsns bag perusahaan

broker yang tdak mempunya sumber gas maupun ppa transms,

tetap mempunya jarngan hubungan konsumen yang luas. Selan tu, BPH Mgas juga mempunya kewenangan mengawas penyaluran BBM bersubsd ke konsumen dan masyarakat selama BBM mash dsubsd oleh pemerntah. Dbandng dengan BP Mgas yang bersfat eksekutf, BPH Mgas berbentuk Komte yang jumlah anggotanya harus ganjl supaya dhaslkan keputusan apabla harus dlakukan votng. Karena harus bersfat ndependen, Ketua BPH Mgas dangkat dan dberhentkan oleh Presden dan pengangkatannya harus mendapat persetujuan DPR. Sementara tu Dtjen Mgas tetap mempunya wewenang yang lebh luas pada kegatan usaha hlr lannya sepert pemberan zn dan pengawasan

(13)

terhadap kegatan pengolahan, tranportas, dstrbus, dan naga (non subsd) BBM. D bawah Undang-undang Mgas yang baru, kegtan hlr mgas tdak lag termasuk dalam KP yang terntegras dar hulu sampa hlr. Izn yang dberkan pun dbag menjad beberapa golongan yatu zn pengolahan, zn pengangkutan, zn penmbunan (storage) dan zn

naga mgas. Dengan demkan bsns terkat dengan sektor hlr mgas akan semakn bergarah dan dharapkan lebh banyak perusahaan yang bernvestas sesua dengan mnat dan tngkat kemampuan mereka. Ada satu lag tuduhan yang cukup mendasar bahwa Undang-undang Mgas n menyatakan Pertamna akan dpecah-pecah dan d’bonsa’kan. Mereka yang ant Undang-undang Mgas berprasangka ataupun untuk menjadkan tu sebaga alasan bahwa dpecahnya ndustr hlr menjad beberapa kegatan atau dpsahkannya kegatan hulu dan hlr akan mengkerdlkan Pertamna, d sampng su bahwa ndustr mgas dkuasa oleh asng. Kenyataan yang terjad pada Pertamna adalah sebalknya. D bawah Undang-undang Mgas No. 22/2001 poss Pertamna bertambah kuat. Rachmat mengetahu betul konds Pertamna saat da menjad Sekretars DKPP. Pada saat pasca Undang-undang Mgas walaupun produks mnyak nasonal menurun namun sebalknya produks mnyak Pertamna nak tajam dar sektar 50-60 rbu barel per har saat n mendekat 200 rbu barel per har. Bahkan Pertamna sudah mula go

international walaupun mash dalam tahap awal. Subssd BBM tdak

lag membuat Pertamna menanggung beban karena keclnya fee yang

dberkan pemerntah. Oleh pemerntah mnyak mentah yang dgunakan sebaga pasokan klang Pertamna dgant sesua dengan harga pasar Mean of Plants Sngapore (MOPS) dan mash dtambah untuk ongkos dstrbus dan transportas, yang secara fnansl dsebut sebaga faktor “alpha”. Anggaran kegatan hulu tdak lag terganggu oleh kebutuhan pembayaan untuk kegatan hlr. Dengan demkan, saat n keuangan Pertamna sangat sehat. Sebaga Persero, kebutuhan modal pun dapat dengan lebh leluasa dperoleh Pertamna. “Haslnya bsa dlhat sekarang. Apakah Pertamna menjad lebh besar atau lebh kecl? Apa betul Pertamna dbonsakan? Itu mestnya dlhat secara proporsonal,” komentar Rachmat.” Pernah dalam satu debat Rachmat mengemukakan

(14)

argumentasnya. ”Ada yang berprasangka bahwa UU Mgas n ngn mengebr Pertamna. Tap yang sebenarnya terjad adalah bahwa peraturan perUndang-undangan yang berlaku saat n sepert sebuah sangkar ‘emas’ yang membatas ruang gerak Pertamna. Pemerntah berkengnan mengambl sangkar tu agar Pertamna bsa lebh leluasa bergerak, tap elte Pertamna melhat ‘emas’nya yang dambl dan ngn agar sangkar tersebut tetap berada pada tempatnya yang semula,” Rachmat mengakhr ulasannya.

Gambar

Gambar 45. Rapat Kerja Departemen Pertambangan dan Energ d Istana Merdeka 1994
Gambar 46. Sdang dengan Koms VIII DPR-RI Tahun 2000
Gambar 47 Sdang dengan Koms VIII DPR-RI Tahun 2001

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Pimpinan Perusahaan tidak bisa/berhalangan hadir dapat di wakilkan oleh Pengurus yang namanya tercantum dalam Akte Perusahaan dengan membawa surat Kuasa/ Tugas bermaterai

Mandor Pemasangan Rangka Atap Baja Ringan (TS 056) 1

Mohammad Ibn Ishaaq stated of Wahb Ibn Munbah said that when Allah took Kalih Ibn Yofra (Jephtha) after Joshua, Ezekiel Ibn Buzi succeeded him as the prophet to the Israelites..

[r]

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Kelompok Kerja Konstruksi IV (empat) ULP Kabupaten Lampung Tengah menurut ketentuan – ketentuan yang berlaku,

Kontrak Pekerjaan Yang Sedang Dilaksanakan (jika ada) Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima

Seluruh asli dokumen penawaran Saudara yang telah diunggah melalui LPSE

Kelengkapan Dokumen yang harus Saudara bawa pada saat acara dimaksud terdiri atas: - asli Dokumen Pengadaan sebagaimana yang telah diunggah pada LPSE Kota Medan; - asli