KESINONIMAN NOMINA INSANI DALAM BAHASA
MELAYU DIALEK SAMBAS
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH
ARI WAHYUNINGSIH F11408002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK 2013
KESINONIMAN NOMINA INSANI DALAM BAHASA
MELAYU DIALEK SAMBAS
ARTIKEL PENELITIAN ARI WAHYUNINGSIH F11408002 Disetujui, Pembimbing I Drs. Paternus Hanye, M.Pd. NIP195208211984031001 Pembimbing II
Drs. Firman Susilo, M.Hum. NIP 196903301992031001
Mengetahui,
Dekan FKIP Untan Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni
Dr. Aswandi Drs. Nanang Heryana, M.Pd.
KESINONIMAN NOMINA INSANI DALAM BAHASA
MELAYU DIALEK SAMBAS
Ari Wahyuningsih, Paternus Hanye, dan Firman Susilo
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PBS, FKIP Untan, Pontianak
e-mail: [email protected]
Abstrak: Penelitian tentang Kesinoniman Nomina Insani dalam BMDS bertujuan
mendeskripsikan kesinoniman nomina insani BMDS. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Dari hasil deskripsi dalam satu wilayah makna diperoleh leksem-leksem yang mempunyai makna sama. Dari hasil substitusi diperoleh bahwa leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS yang berada dalam satu wilayah makna dapat saling menggantikan dalam konteks kalimat yang sama. Dari analisis komponen makna, sifat hubungan kesinoniman nomina insani dalam BMDS dapat terlihat dengan memperhatikan komponen makna tiap-tiap pasangan leksem yang bersinonim. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesinoniman nomina insani dalam BMDS dapat dikaji dari tiga sudut kesinoniman, yaitu berdasarkan deskripsi, substitusi, dan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina insani.
Kata kunci: kesinoniman, nomina, insani
Abstract: The Research about Human Noun Synonymy BMDS aims to describe
human nouns BMDS. The method that has to be use is descriptive method with the form of research is qualitative. From the description in the area of meaning-leksem obtained meaning-leksem that have the same meaning. From the results obtained that leksem synonymy substitution human nouns in the BMDS within the meaning of the region are interchangeable in the context of the same sentence. From the analysis of the components of meaning, the nature of human relationships in the BMDS noun synonymy can be seen by considering the meaning of the components of each pair leksem synonymous. Based on the results of this study concluded that the BMDS human noun synonymy can be studied from three angles synonymy, which is based on the description, substitution, and analysis of the components of human noun meaning leksem synonymy.
Keywords: synonymy, nouns, human
ahasa Melayu Dialek Sambas (selanjutnya disingkat BMDS) merupakan satu di antara bahasa daerah yang ada di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat yang masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat penuturnya. Penutur utama dari BMDS ini adalah masyarakat suku Melayu Sambas. BMDS berkedudukan sebagai lambang identitas dari masyarakat Sambas. BMDS berfungsi sebagai alat komunikasi antara individu satu dengan yang lainnya di dalam kehidupan masyarakat Sambas, baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Di samping sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat,
BMDS juga digunakan sebagai wahana memelihara aspek kebudayaan, sarana pengembangan dunia pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik.
Sebagai bahasa daerah, BMDS memberikan pengaruh positif terhadap perbendaharaan kata bahasa Indonesia dalam kontribusinya terhadap bahasa nasional (Indonesia) sebagai bahasa persatuan dan kesatuan. Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar disekolah-sekolah di daerah tertentu, dan (3) alat pengembang serta pendukung budaya daerah. Hal ini sesuai dengan UUD Tahun 1945 bab XV pasal 36 yang berbunyi: “Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik (misalnya Bahasa Jawa, Sunda, Melayu, dan sebagainya) bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara oleh negara. Bahasa-bahasa itupun merupakan bagian-bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup”.
Mengingat pentingnya fungsi tersebut, perlu dilakukan upaya untuk membina, memelihara, mengembangkan, dan melestarikan bahasa daerah, khususnya BMDS. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar BMDS tetap terjaga dan terpelihara kelestariannya, yaitu melalui penelitian. Peneliti sebagai penutur asli BMDS tertarik dan berkewajiban untuk melakukan penelitian dalam upaya pendokumentasian BMDS.
Penelitian yang peneliti lakukan ini berkenaan dengan bidang linguistik, khususnya semantik. Adapun alasan peneliti memilih BMDS sebagai objek penelitian, yaitu 1) BMDS memiliki keunikan-keunikan yang membedakannya dengan bahasa serumpun yang ada di Kalbar. Hal ini dapat dilihat dari kayanya kosakata yang ada pada bahasa tersebut, 2) Peneliti ingin mengangkat kedudukan dan fungsi BMDS agar BMDS dikenal oleh masyarakat luas, 3) Akibat terbukanya jalur transportasi ke daerah lain, mobilisasi penduduk untuk keluar dari daerahnya semakin meningkat sehingga dapat menyebabkan percampuran bahasa akibat komunikasi dengan penutur bahasa lainnya. Hal tersebut menyebabkan keaslian dari BMDS semakin terancam. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi dari kepunahan agar BMDS tetap terjaga kelestariannya, 4) Peneliti ingin mendeskripsikan dan menginformasikan BMDS dalam bentuk kesinoniman nomina insani sebagai usaha menambah inventarisasi penemuan ilmiah tentang bahasa daerah yang ada di Kalbar yang kemudian dapat dipergunakan sebagai studi perbandingan dengan bahasa serumpun yang ada di Indonesia, dan 5) Penelitian terhadap BMDS untuk mendukung usaha pelestarian dan pengembangan bahasa daerah khususnya BMDS sehingga bahasa ini terus ada dan dapat diwariskan pada generasi berikutnya.
Alasan peneliti memilih kesinoniman nomina insani dalam BMDS sebagai objek penelitian, yaitu 1) Penelitian kesinoniman nomina insani dalam BMDS perlu dilakukan karena jika dicermati dalam percakapan antarmasyarakat Sambas di dalam kehidupan sehari-hari masih terdapat hal-hal yang perlu disempurnakan. Antara satu kata dengan kata lain yang mempunyai makna bermiripan didefinisikan sama, 2) Kesinoniman nomina insani dalam BMDS digunakan dalam situasi nonformal yaitu sebagai alat komunikasi antarpenutur BMDS, 3) Kesinoniman nomina insani memiliki peranan yang sangat penting dalam peristiwa bahasa, 4) Mengingat peranan kesinoniman nomina insani untuk
mengetahui makna, hubungan makna, dan komponen makna kata yang terdapat pada BMDS, 5) Peneliti ingin memperoleh gambaran yang lengkap mengenai kesinoniman nomina insani dalam BMDS, dan 6) Peneliti sebagai penutur asli BMDS ingin memunculkan dan mendokumentasikan kesinoniman nomina insani dalam BMDS. Hal ini dikarenakan pemakaian kesinoniman nomina insani sangat dominan ditemui dalam percakapan sehari-hari masyarakat melayu Sambas, contohnya ma biak dan bini, bibi dan ma tua, si madit dan si kuit. Contoh dalam kalimat sebagai berikut.
1. a) Bibi Ani bantar ag na data. b) Ma tua Ani bantar ag na data. 2. a) Usah disantoh bara si madit y. b) Usah disantoh bara si kuit y.
Contoh-contoh kalimat di atas merupakan penggunaan BMDS yang dalam tuturannya terdapat kesinoniman nomina insani.
Selain itu, pemakaian kesinoniman nomina insani dalam BMDS pada pergaulan sehari-hari oleh masyarakat Sambas juga dapat dilihat dari beberapa contoh kalimat berikut ini. 1) Dian ha unda rakan dakat. 2) Dian ha unda taman dakat.3) Dian ha unda kawan dakat. 4) Dian ha unda sohib dakat. 5) Dian ha unda sahabat dakat.
Kelima kalimat di atas mengandung pemakaian leksem ‘teman’. Rakan,
taman, kawan, sohib dan sahabat merupakan leksem nomina insani yang berada
dalam satu wilayah dengan makna ‘teman’. Secara gramatikal, penyubstitusian kelima leksem itu berterima. Kelima leksem itu menduduki slot fungsi objek. Dalam tataran gramatikal, kelima leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dengan demikian, secara gramatikal kelima leksem itu merupakan kesinoniman nomina insani. Namun, secara semantis belum tentu kelima leksem itu dapat berterima. Oleh karena itu, kesinoniman tersebut perlu dibuktikan lagi secara semantis. Selanjutnya, untuk membuktikan leksem nomina insani itu benar-benar bersinonim dilakukan analisis komponen makna.
Apabila dikaitkan dengan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah perbendaharaan materi guru dalam menyampaikan materi tentang sinonim. Guru dapat menggunakan contoh-contoh dalam bahasa daerah sehingga siswa yang memakai BMDS sebagai bahasa pertamanya lebih mudah memahami materi tersebut. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMK kelas XI semester 1, materi kesinoniman terdapat pada Standar Kompetensi 2. Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat Madya dengan Kompetensi Dasar 2.4. Membaca untuk memahami makna kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat dalam konteks bekerja. Berdasarkan uraian di atas, pendokumentasian bahasa daerah dapat memberikan kontribusi dalam pengajaran bahasa Indonesia. Dalam hal ini untuk menambah pengetahuan siswa mengenai sinonim sehingga memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kesinoniman Nomina Insani dalam BMDS?”. Agar pembahasan lebih terarah, masalah umum tersebut dibatasi dalam submasalah, yaitu 1) Bagaimana deskripsi leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS? 2) Bagaimana subsitusi leksem kesinoniman nomina insani dalam
BMDS? dan 3) Bagaimana analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS?
Menurut Chaer (2003:297) sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu ujaran dengan satu ujaran lainnya. Waridah (2008:60) mengemukakan bahwa sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi berlainan bentuk luarnya. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Kridalaksana (2008:198) yang mengatakan bahwa sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain. Kesinoniman adalah perihal sinonim; hubungan antara sinonim. (KBBI, 2005:1072).
Kridalaksana (2008:145) mengemukakan bahwa nomina adalah kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa. Kelas nomina ini sering berpadanan dengan orang, benda, atau hal lain yang dibendakan. Nomina dalam bahasa Indonesia ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan partikel tidak, misalnya tidak Ayah adalah nomina karena tidak mungkin dikatakan tidak Ayah. Menurut Alwi dkk. (2003:213) nomina yang sering disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi, yakni dari segi semantis, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantis, dapat dikatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing, kursi, dan kebangsaan adalah nomina. Nomina insani adalah kelas kata yang mengacu pada sesuatu benda yang bernyawa. Bahasa Melayu Dialek Sambas adalah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat yang bersuku Melayu di wilayah Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesinoniman nomina insani dalam bahasa Melayu dialek Sambas adalah hubungan kata-kata yang memiliki persamaan makna antara kata benda bernyawa yang satu dengan makna kata benda bernyawa yang lainnya dalam bahasa melayu dialek Sambas.
Secara umum penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesinoniman nomina insani BMDS, sedangkan tujuan secara khusus dari penelitian ini, yaitu 1) Mendeskripsikan leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS, 2) Mendeskripsikan substitusi leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS, dan 3) Mendeskripsikan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS. Pembahasan leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS difokuskan mendeskripsikan pasangan kesinoniman yang termasuk dalam kelas kata nomina, khususnya nomina insani. Nomina insani dibatasi hanya pada nomina persona (insan/manusia). Selanjutnya, pasangan sinonim nomina insani yang dianalisis dibatasi hanya pada makna denotatifnya saja, bukan pada makna kiasannya.
Setiap pasangan sinonim merupakan kata yang selalu sama kelas katanya, artinya sinonim nomina pasangan kelas katanya merupakan kelas nomina juga. Kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda atau hal yang dibendakan dalam alam. Berikut contoh kesinoniman nomina: 1) Bapak bersinonim dengan
ayah. 2) Buruh bersinonim dengan pegawai atau karyawan. 3) Abdi bersinonim
dengan hamba, orang bawahan, pelayan. 4) Rumah bersinonim dengan istana atau gubuk. 5) Jilbab bersinonim dengan kerudung. Dari kelima contoh tersebut
terdapat empat kalimat yang mengandung kesinoniman nomina insani, yaitu pada kalimat 1-3 dan empat kalimat yang mengandung kesinoniman nomina noninsani, yaitu pada kalimat 4-6. Analisis kesinoniman nomina insani dalam BMDS ini cenderung melihat makna leksikalnya, terutama makna denotasinya. Makna denotasi diperhatikan karena leksem pasti mempunyai makna denotasi, tetapi belum tentu semua memiliki makna konotasi.
Menurut Kridalaksana (2008:204) substitusi merupakan proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan struktur tertentu. Substitusi dilakukan untuk mengetahui apakah data pasangan sinonim yang terkumpul itu benar-benar bersinonim, pasangan leksem yang berada dalam satu medan makna tersebut harus disubstitusikan di dalam kalimat. Jika suatu kata dapat diganti dengan kata lain dalam konteks yang sama dan makna konteks tidak berubah, kedua kata itu dapat dikatakan bersinonim.
Analisis komponen makna sinonim dimaksudkan untuk mendeskripsikan pemakaian kata-kata yang bersinonim dan untuk mengetahui sejauh mana kesinoniman dalam suatu tuturan kalimat. Berdasarkan analisis komponen makna akhirnya akan diketahui ciri makna pembeda dalam kesinoniman. Menurut Parera (2004:161-162) analisis komponen semantik makna dapat memberi jawaban mengapa beberapa kalimat benar, mengapa beberapa kalimat lain tidak benar, dan mengapa beberapa kalimat bersifat anomali. Dengan analisis komponen atau komposisi komponen makna kata, kita meramal hubungan antara makna. Hubungan antara makna dibedakan secara umum atas lima tipe, yakni (1) kesinoniman, (2) keantoniman (kontradiktoris dan kontrer), (3) keberbalikan, dan (4) kehiponimian.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penulis menggunakan metode ini untuk mendeskripsikan kesinoniman nomina insani BMDS sehingga diperoleh gambaran atau deskripsi yang jelas dan sahih. Menurut Sudaryanto (1988:62) metode deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti apa adanya. Dengan demikian metode ini dilakukan dengan meneliti fakta yang ada mengenai kesinoniman nomina insani dalam BMDS sesuai dengan apa yang dituturkan tanpa harus mengurangi atau menambah penggunaan bahasa.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menganalisis data satu per satu, apa adanya sesuai dengan sifat data yang ilmiah. Bentuk kualitatif ini direalisasikan berupa penyajian data dan langkah-langkah analisis data serta kesimpulan yang uraiannya dalam bentuk kata-kata maupun kalimat, tidak berupa rumusan matematis atau angka-angka. Penelitian ini merupakan penelitian yang datanya berupa kata-kata untuk menyaring kesinoniman nomina insani dalam BMDS yang diperoleh di lapangan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah BMDS yang dituturkan oleh penutur asli BMDS melalui informan yang telah peneliti tentukan. Selain itu, dokumen-dokumen lainnya yang mengandung kesinoniman nomina insani dalam BMDS yang dijadikan data sekunder. Dalam hal ini peneliti akan mengambil tiga orang sebagai informan, sedangkan data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung kesinoniman nomina insani dalam BMDS yang digunakan oleh masyarakat melayu Sambas di desa Dungun Laut.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak libat cakap. Penetapan teknik pengumpulan data ini berdasarkan pendapat Mahsun (2012:93) yang mengemukakan bahwa teknik simak libat cakap maksudnya si peneliti melakukan penyadapan itu dengan cara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan. Dalam hal ini, peneliti terlibat langsung dalam dialog. Berdasarkan pendapat tersebut, teknik simak libat cakap dalam penelitian ini maksudnya peneliti menyimak penggunaan bahasa berupa tuturan dari informan. Pada teknik ini upaya peneliti untuk memperoleh data dilakukan dengan menyadap penggunaan bahasa yang dituturkan informan. Selain itu, peneliti terlibat langsung dalam pembicaraan untuk menentukan pembentukan dan pemunculan calon data. Dalam percakapan tersebut peneliti memberi pancingan (stimulasi) kepada informan untuk memunculan data yang diharapkan oleh peneliti. Pancingan atau stimulasi itu berupa daftar kata dan daftar pertanyaan.
Sejalan dengan pelaksanaan teknik simak libat cakap tersebut, peneliti juga menggunakan teknik catat dan teknik rekam. Teknik catat maksudnya peneliti mencatat penggunaan bahasa yang dituturkan oleh informan. Setelah menyimak bahasa yang dituturkan informan kemudian peneliti mencatat data yang diperlukan yang berhubungan dengan masalah penelitian, sedangkan teknik rekam maksudnya peneliti merekam bahasa yang dituturkan oleh informan untuk mendokumentasikan bahasa lisan ke dalam bentuk rekaman bunyi sehingga dapat diputar berulang-ulang. Dalam hal ini peneliti merekam cerita rakyat yang dituturkan oleh informan.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen kunci. Kedudukan peneliti sebagai instrumen utama yaitu sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.
Selain peneliti sebagai instrumen utama, digunakan juga instrumen lainnya yaitu berupa: 1) Instrumen yang berupa daftar kata dan kalimat untuk menjaring data yang ditanyakan oleh peneliti kepada informan, 2) Daftar Pertanyaan, 3) Cerita rakyat, 4) Alat perekam berupa handphone (Hp) untuk merekam ujaran yang dituturkan oleh informan, dan 4) Alat tulis untuk mencatat tuturan yang diperoleh dari informan sebagai acuan penyaringan data.
Penelitian ini menggunakan beberapa tahap dalam menganalisis data. Tahap-tahap tersebut yaitu, 1) Transkripsi. Pada tahap ini pendeskripsian data yang telah diperoleh dilakukan setelah proses perekaman dan pencatatan. Hasil pencatatan yang masih berupa data lisan kemudian ditranskripsikan ke dalam teks tertulis, 2) Penerjemahan. Setelah transkripsi dilakukan, tahap berikutnya peneliti melakukan penerjemahan terhadap data dari BMDS yang dituturkan informan ke
dalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menganalisis data, 3) Klasifikasi Data. Tahap selanjutnya yang akan dilakukan peneliti yaitu melakukan pengklasifikasian atau pengelompokan data berdasarkan deskripsi leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS, substitusi leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS, dan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS, 4) Analisis Data. Pada tahap ini data yang sudah diklasifikasikan, dianalisis sesuai dengan rumusan masalah penelitian yaitu deskripsi leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS, substitusi leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS, dan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS. Adapun alurnya yaitu menganalisis data dengan menggunakan teknik pilih yaitu memilah nomina yang bersinonim dan nomina yang tidak bersinonim. Sesuai dengan masalah penelitian, maka dalam penelitian ini difokuskan hanya pada kesinoniman nomina insani, selanjutnya data yang diperoleh dari lapangan yang sudah dipilah kemudian dianalisis dengan menggunakan konsep analisis semantik, yaitu dengan teknik deskripsi, substitusi, dan analisis komponen makna. Cara ini ditempuh karena dalam penelitian ini yang menjadi tujuan utama adalah gambaran mengenai kesinoniman nomina insani dalam BMDS, dan 5) Penarikan Kesimpulan. Tahap akhir dalam langkah-langkah analisis data, yakni peneliti menyimpulkan secara keseluruhan mengenai data yang diperoleh sehingga mendapatkan gambaran linguistik secara menyeluruh tentang kesinoniman nomina insani dalam BMDS. Hal ini dilakukan untuk memperjelas hasil penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kesinoniman nomina insani dalam BMDS dapat ditinjau dari tiga sudut kesinoniman, yaitu berdasarkan deskripsi leksem kesinoniman nomina insani, substitusi leksem kesinoniman nomina insani, dan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina insani.
Deskripsi Leksem Kesinoniman Nomina Insani dalam BMDS
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘penggurau’ yaitu leksem
pemoah, pembalar, peat, dan peom. Leksem pemoah, pembalar,
peat, dan peom adalah nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani
yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Nomina insani tersebut berjiwa humor yang tinggi. Pada umumnya, makhluk hidup ini mudah bergaul dan pembawaannya santai. Di setiap kesempatan makhluk hidup tersebut pandai menciptakan suasana yang semula tegang atau hambar menjadi suasana yang rileks atau santai serta selalu mencari bahan candaan di lingkungannya.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘penyedih’ yaitu leksem
pemilo, pelb, dan peadh. Leksem pemilo, pelb, dan peadh
adalah nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani, baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun berjenis kelamin perempuan. Makhluk hidup ini mempunyai sifat yang mudah sedih, bahkan mudah menangis. Pada umumnya, makhluk ini sangat peka terhadap hal-hal di sekitarnya dan mudah iba terhadap orang yang sedang menderita. Di samping itu, makhluk hidup ini juga mudah sedih bahkan menangis apabila disinggung orang. Berdasarkan deskripsi leksem
yang berada dalam satu wilayah makna ‘penyedih’ tersebut, dapat diketahui bahwa leksem pemilo, leksem pelb, dan leksem peadh mempunyai makna yang sama. Ketiga leksem nomina insani tersebut merupakan sinonim.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘pengejek’ yaitu leksem
peria dan peolo. Leksem peria dan peolo adalah nomina yang
mengacu ke makhluk hidup insani yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Makhluk hidup ini gemar menertawakan, mengejek, dan mengolok-olok orang lain. Selain itu, makhluk hidup ini juga gemar mencari kelemahan atau kekurangan orang lain. Hal yang dianggapnya lucu atau tidak sesuai dengan dirinya menjadi bahan ejekannya.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘pesolek’ yaitu leksem
pemsn, peol, dan pemap. Leksem pemsn, peol, dan pemap adalah
nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani yang berjenis kelamin perempuan. Makhluk hidup ini suka berdandan atau berhias. Pada umumnya percaya diri, suka menjadi pusat perhatian orang, dan selalu mementingkan penampilan.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘si keras kepala’ yaitu si
takaran, si jual, si karas kepala, si karas takak, dan si pakkak lantak.
Leksem si takaran, si jual, si karas kepala, si karas takak, dan si pakkak
lantak adalah nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani yang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Makhluk hidup ini pada umumnya tidak mau menerima masukan dari orang lain. Bersifat acuh tak acuh bahkan marah apabila diberi masukan, merasa dialah yang terbaik dan yang paling benar serta suka membantah.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘si tuli’ yaitu leksem si
tul, si pakak, dan si baal. Leksem si tul, si pakak, dan si baal
adalah nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani, baik yang berjenis kelamin perempuan maupun berjenis kelamin laki-laki. Nomina insani ini secara nyata mempunyai pendengaran yang kurang baik sehingga kurang/tidak tanggap bila diajak berbicara. Nomina insani ini juga sering bersikap tak acuh, dan sering meminta agar orang mengulang pembicarannnya. menggunakan isyarat dalam berkomunikasi. Untuk mendengar nomina insani tersebut menggunakan alat bantu pendengaran; tetapi ada juga yang tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘si bisu’, yaitu leksem si
awa dan si biso. Leksem si awa dan si biso adalah nomina yang mengacu
ke makhluk hidup insani, baik yang berjenis kelamin perempuan maupun berjenis kelamin laki-laki. Nomina insani tersebut tidak mampu untuk berbicara secara normal, kalaupun berbicara dengan nada keras dan tidak jelas. Nomina insani ini pada umumnya menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi. Di samping itu, nomina insani ini suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya. Berdasarkan deskripsi kedua leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘si
bisu’ tersebut, dapat diketahui bahwa leksem si awa dan leksem si biso
mempunyai makna yang sama. Kedua leksem nomina insani tersebut merupakan sinonim.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘si pelit’, yaitu leksem si
si sk. Leksem si pal, si madit, si lok, si tort, si kuit, si rtok, si kedakut, si keminti, dan si sk adalah nomina yang mengacu ke makhluk
hidup insani, baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun berjenis kelamin perempuan. Pada umumnya, nomina insani ini paling perhitungan untuk mengeluarkan uangnya. Nomina insani ini mempunyai sifat yang sangat hemat bahkan cenderung pelit, rela hidup prihatin asal rekening tidak terkuras. Padahal uang di rekeningnya berlimpah. Tidak suka melakukan kegiatan dengan dalih pemborosan dan paling anti meminjamkan uang ke orang lain serta sangat menjaga keutuhan barang-barang miliknya karena membeli barang baru berarti pemborosan baginya. Dalam hal apapun nomina insani ini cenderung pelit. Berdasarkan deskripsi leksem yang berada dalam satu wilayah ‘si pelit’ tersebut, dapat diketahui bahwa leksem si pal mempunyai makna yang sama dengan leksem si madit, leksem si lok, leksem si tort, leksem si kuit, leksem si
rto, leksem si kedakut, leksem si keminti, dan leksem si sk. Dengan
demikian, kesembilan leksem itu merupakan sinonim.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘pemakan’, yaitu si bogoh,
si bagak, si salak, si salap, pemakan, penam, pemajoh, peradak, peompol,
dan peampa dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1) Leksem si bogoh dan si
bagak adalah nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani, baik yang berjenis
kelamin laki-laki maupun berjenis kelamin perempuan. Makhluk hidup tersebut suka makan dan makan dengan porsi yang banyak. Nomina ini identik dengan orang yang kuat makan. Pada umumnya, nomina insani ini berbadan gemuk dan berbentuk badan yang agak gempal. Namun, ada juga yang berbadan tidak gemuk dan tidak gempal. 2) Leksem si salak, dan si salap adalah nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani, baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun berjenis kelamin perempuan. Makhluk hidup tersebut suka makan dan terkesan rakus atau berlebihan, terlebih makanan yang dimakannya tersebut pemberian dari orang lain dan jenis makanannya baru atau jarang ditemuinya. Ia tidak ingin menyia-nyiakannya meskipun ia sudah kenyang. Nomina insani ini ada yang berbadan gemuk dan ada juga yang berbadan tidak gemuk. 3) Leksem pemakan,
penam, pemajoh, peradak, peompol, dan peampa adalah nomina yang
mengacu ke makhluk hidup insani, baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun berjenis kelamin perempuan. Makhluk hidup tersebut suka makan. Oleh karena itu, ia selalu menyediakan stok makanan di rumahnya. Pada umumnya, nomina insani ini identik dengan orang yang suka jajan atau berwisata kuliner. Nomina insani ini ada yang berbadan gemuk dan ada juga yang berbadan tidak gemuk. Berdasarkan deskripsi kesepuluh leksem yang berada dalam satu wilayah
‘pemakan’ tersebut, dapat diketahui bahwa leksem si bogoh mempunyai makna
yang sama dengan leksem si bagak. Leksem si salak mempunyai makna yang sama dengan leksem si salap. Sementara itu, leksem pemakan, leksem
penam, leksem pemajoh, leksem peradak, leksem peompol, dan leksem peampa mempunyai makna yang sama. Dengan demikian, ada tiga pasangan
sinonim di antara kesepuluh leksem-leksem nomina insani tersebut, yaitu: si
pemakan-penam-pemajoh-peradak-peompol-peampa. Namun, kesinoniman kesepuluh leksem itu masih harus
dibuktikan lagi dengan substitusi kalimat dan analisis komponen makna.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘teman’, yaitu taman,
kawan, sahabat, sohib, dan rakan. Leksem taman, kawan dan rakan adalah
nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani, baik yang berjenis kelamin perempuan maupun berjenis kelamin laki-laki. Nomina insani tersebut mempunyai hubungan yang dekat dan erat; tetapi ada juga yang tidak mempunyai hubungan dekat dan erat. Biasanya nomina ini berada dalam satu kelompok tertentu, tetapi ada juga yang tidak berada dalam satu kelompok tertentu. Makhluk tersebut sudah lama dikenal, tetapi ada juga yang baru dikenal. Leksem sahabat dan sohib nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani, baik yang berjenis kelamin perempuan maupun berjenis kelamin laki-laki. Nomina insani tersebut mempunyai hubungan yang dekat dan erat. Makhluk insani tersebut sudah lama dikenal dan dapat berupa kawan pribadi. Nomina insani ini adalah kawan dalam suatu kelompok, tetapi ada juga yang bukan kawan dalam suatu kelompok. Berdasarkan deskripsi kelima leksem yang berada dalam satu wilayah makna
‘teman’ tersebut, dapat diketahui bahwa leksem kawan mempunyai makna yang
sama dengan leksem taman dan leksem rakan. Sementara itu, leksem sahabat mempunyai makna yang sama dengan leksem sohib. Dengan demikian, ada dua pasangan sinonim yang berada dalam satu wilayah makna ‘teman’, yaitu:
kawan-taman-rakan, dan sahabat-sohib. Namun, kesinoniman itu masih harus
dibuktikan dengan substitusi kalimat dan analisis komponen makna.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘bibi’ yaitu leksem bibi dan ma tua. Leksem bibi dan ma tua adalah nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani yang berjenis kelamin perempuan. Nomina insani tersebut mengacu ke saudara perempuan dari orang tua seseorang, baik itu adik maupun kakak dari orang tua seseorang. Makhluk hidup ini mempunyai hubungan darah, hidup dalam suatu rumah tangga, dan berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan deskripsi kedua leksem yang berada dalam satu wilayah makna‘bibi’ tersebut, dapat diketahui bahwa leksem bibi dan ma tua mempunyai makna yang sama. Kedua leksem nomina insani tersebut merupakan sinonim. Namun, kesinoniman kedua leksem itu masih harus dibuktikan dengan substitusi kalimat dan analisis komponen makna.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna‘sepupu’ yaitu leksem
sepupu dan petugalan. Leksem sepupu dan petugalan adalah nomina yang
mengacu ke makhluk hidup insani berjenis kelamin laki-laki maupun berjenis kelamin perempuan. Nomina insani tersebut mengacu pada anak-anak dari orang yang bersaudara kandung. Nomina insani ini mempunyai hubungan kekerabatan antara anak-anak dari dua orang bersaudara kandung terebut; anak dari paman/bibi seseorang. Berdasarkan deskripsi kedua leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘sepupu’ tersebut, dapat diketahui bahwa leksem sepupu dan leksem petugalan mempunyai makna yang sama. Kedua leksem nomina insani tersebut merupakan sinonim. Namun, kesinoniman kedua leksem itu masih harus dibuktikan dengan substitusi kalimat dan analisis komponen makna.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘keponakan’ yaitu leksem
keponakkan dan anak buah. Leksem keponakan dan anak buah adalah nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani, baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun berjenis kelamin perempuan. Nomina insani tersebut mengacu ke sebutan dalam hubungan/sistem kekerabatan yang mengacu pada anak dari saudara seseorang. Saudara yang dimaksud biasanya adalah saudara kandung (kakak maupun adik, laki-laki maupun perempuan). Nomina insani tersebut mempunyai hubungan darah, hidup dalam suatu rumah tangga, dan berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan deskripsi kedua leksem yang berada dalam satu wilayah makna
‘keponakan’ tersebut, dapat diketahui bahwa leksem keponakkan dan leksem anak buah mempunyai makna yang sama. Kedua leksem nomina insani tersebut
merupakan sinonim. Namun, kesinoniman kedua leksem itu masih harus dibuktikan dengan substitusi kalimat dan analisis komponen makna.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘suami’ yaitu leksem laki dan pa biak. Leksem laki dan pa biak adalah nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani yang berjenis kelamin laki-laki. Nomina insani ini berstatus sudah menikah dan merupakan laki-laki yang menjadi pasangan hidup seorang wanita (istri). Di samping itu, leksem laki ini hidup dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan deskripsi kedua leksem yang berada dalam satu wilayah makna‘suami’ tersebut, dapat diketahui leksem nomina insani
laki mempunyai makna yang sama dengan leksem nomina insani pa biak. Kedua
leksem nomina insani tersebut merupakan sinonim. Namun, kesinoniman kedua leksem itu masih harus dibuktikan lagi dengan substitusi kalimat dan analisis komponen makna.
Leksem yang berada dalam satu wilayah makna ‘istri’ yaitu leksem bini dan ma biak. Leksem bini dan ma biak adalah nomina yang mengacu ke makhluk hidup insani yang berjenis kelamin perempuan. Nomina insani ini berstatus sudah menikah dan merupakan wanita yang menjadi pasangan hidup seorang laki-laki (suami). Di samping itu, leksem ini hidup dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan deskripsi kedua leksem yang berada dalam satu wilayah makna‘istri’ tersebut, dapat diketahui leksem nomina insani bini mempunyai makna yang sama dengan leksem nomina insani ma
biak. Kedua leksem nomina insani tersebut merupakan sinonim. Namun,
kesinoniman kedua leksem itu masih harus dibuktikan lagi dengan substitusi kalimat dan analisis komponen makna.
Subsitusi Leksem Kesinoniman Nomina Insani dalam BMDS
Substitusi leksem Nomina Insani Pemoah, Pembalar, Peat, dan
Peom ‘Penggurau’ dalam kalimat.
pemoah
Andi jadi pembalar di kalas, abis biak dibuat btawa.
‘Andi jadi peat di kelasnya, habis-habisan mereka dibuatnya
peom tertawa.’
Secara gramatikal, penyubstitusian keempat leksem itu berterima. Keempat leksem itu menduduki fungsi objek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal,
keempat leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, keempat leksem itupun berterima. Keempat kalimat itu mempunyai makna yang sama dan dapat saling menggantikan. Penyubstitusian leksem pemoah, pembalar, peat, dan peom di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, keempat leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi leksem Nomina Insani Pemilo, Pelb, dan Peadh
‘Penyedih’ dalam kalimat.
Dita jadi pemilo gar-gar suk nonton plam sadeh. ‘Dita menjadi pelb gara-gara suka menonton film sedih.’
peadh
Secara gramatikal, penyubstitusian ketiga leksem itu berterima. Ketiga leksem itu menduduki fungsi objek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, kedua leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, ketiga leksem itupun berterima. Kedua kalimat itu mempunyai makna yang sama dan dapat saling menggantikan. Penyubstitusian leksem tersebut di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, ketiga leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi leksem Peria dan Peolo ‘Pengejek’ dalam kalimat. Peria iye mule nawakan ura.
Peolo ‘itu mulai menertawakan orang’.
Secara gramatikal, penyubstitusian kedua leksem itu berterima. Kedua leksem itu menduduki fungsi subjek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, kedua leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, ketiga leksem itupun berterima. Kedua kalimat itu mempunyai makna yang sama dan dapat saling menggantikan. Penyubstitusian leksem peria dan leksem peolo di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, kedua leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi leksem Pemsn, Peol, Pemap ‘Pesolek’ dalam kalimat. Nela jadi pemsn gar-gar bekawan daan Ita.
‘Nela menjadi peol gara-gara berteman dengan Ita.
pemap
Secara gramatikal, penyubstitusian ketiga leksem itu berterima. Ketiga leksem itu menduduki fungsi objek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, ketiga leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, ketiga leksem itupun berterima. Ketiga kalimat itu mempunyai makna yang sama dan dapat saling menggantikan. Penyubstitusian leksem pemsn, leksem peol dan leksem pemap di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, ketiga leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi leksem Si Takaran, Si Jual, Si Karas Kepala, Si Karas
Si takaran
Si jual iy usah dinashat, pasti dan didulikan. Si karas kepala ‘itu jangan dinasihati, pasti tidak dihiraukannya. Si karas takak
Si pakak lantak
Secara gramatikal, penyubstitusian kelima leksem itu berterima. Kelima leksem itu menduduki fungsi subjek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, kelima leksem itu merupakan sinonim. Ketiga leksem itu menduduki fungsi subjek di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, kelima leksem itupun berterima. Kelima kalimat itu mempunyai makna yang sama. Penyubstitusian kelima leksem tersebut di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, kelima leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi leksem s itul, si pakak, si baal ‘Si Tuli’ dalam kalimat. Si tul iy raji barshkan rumah.
Si pakkak ‘itu rajin membersihkan rumah.’
Si baal
Secara gramatikal, penyubstitusian ketiga leksem itu berterima. Ketiga leksem itu menduduki fungsi subjek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, ketiga leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, ketiga leksem itupun berterima. Ketiga kalimat itu mempunyai makna yang sama. Penyubstitusian ketiga leksem tersebut di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, ketiga leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi leksem Si Awa dan Si Biso ‘Si Bisu’ dalam kalimat. Si awa ya di Duun y pencuri.
Si biso ‘yang di Dungun itu seorang pencuri’
Secara gramatikal, penyubstitusian kedua leksem itu berterima. Kedua leksem itu menduduki fungsi subjek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, kedua leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, kedua leksem itupun berterima. Kedua kalimat itu mempunyai makna yang sama. Penyubstitusian leksem si awa dan si biso di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, kedua leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi leksem nomina insani Si Pal, Si Madit, Si Lok, Si Tort,
Si Kuit, Si Rto, Si Kedakut, Si Keminti, dan Si Skk ‘Si Pelit’dalam kalimat.
si pal
si madit si lok
Batolah si tort eluwarkan duit seribu pun daan mao. ‘Betullah si kuit mengeluarkan uang seribu saja tidak mau.’
si rto si kedakut
si keminti si sk
Secara gramatikal, penyubstitusian kesembilan leksem itu berterima. Kesembilan leksem itu menduduki fungsi subjek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, kesepuluh leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, kesembilan leksem itupun berterima. Kesembilan kalimat itu mempunyai makna yang sama. Penyubstitusian leksem si pal, si madit, si
lok, si tort, si kuit, si rto, si kedakut, si keminti, dan si sk di dalam
kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, kesembilan leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi Leksem Bibi dan Ma tua ‘Bibi’dalam kalimat.
Bibi ku pagi ke Jakarta. Mak tua ‘saya pergi ke Jakarta.’
Kalimat di atas memperlihatkan bahwa secara gramatikal, penyubstitusian kedua leksem ke dalam kalimat itu berterima. Kedua leksem itu menduduki fungsi subjek dalam kalimat. Setelah penyubstitusian, leksem bibi mempunyai makna yang sama dengan leksem ma tua. Penyubstitusian kedua kalimat itu tidak mengubah makna kalimat. Oleh karena itu, leksem bibi dan leksem ma tua dapat dipasangkan dan dapat berterima di dalam penyubstitusian. Dengan demikian, kedua leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Selanjutnya, untuk membuktikan bahwa pasangan leksem nomina insani bibi dan leksem ma tua benar-benar bersinonim, kedua pasangan leksem nomina itu akan dianalisis berdasarkan komponen maknanya.
Substitusi leksem Sepupu dan Petugalan ‘Sepupu’ dalam kalimat. Sepupu Sinta carkan cant.
Petugalan ‘Sinta sangat cantik.’
Secara gramatikal, penyubstitusian kedua leksem itu berterima. Kedua leksem itu menduduki fungsi subjek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, kedua leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, ketiga leksem itupun berterima. Kedua kalimat itu mempunyai makna yang sama dan dapat saling menggantikan. Penyubstitusian leksem sepuppu dan leksem petunggalan di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, kedua leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi Leksem Nomina Insani Keponakan dan Anak buah
‘Keponakan’dalam kalimat.
Keponakan Dina carkan ceramut-ceramut. Anak buah Dina sangat lucu dan imut-imut.
Secara gramatikal, penyubstitusian kedua leksem itu berterima. Kedua leksem itu menduduki fungsi subjek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, kedua leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, ketiga leksem itupun berterima. Kedua kalimat itu mempunyai makna yang sama dan dapat saling menggantikan. Penyubstitusian leksem keponakan dan leksem anak buah di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan
demikian, kedua leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi Leksem Nomina Insani Laki dan Pa Biak ‘Suami’ dalam kalimat.
Laki ku na pagi ke PT. Pa biak ‘saya mau pergi ke PT.’
Secara gramatikal, penyubstitusian kedua leksem itu berterima. Kedua leksem itu menduduki fungsi subjek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, kedua leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, kedua leksem itupun berterima. Kedua kalimat itu mempunyai makna yang sama dan dapat saling menggantikan. Penyubstitusian leksem laki dan leksem pa biak di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, kedua leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Substitusi Leksem Bini dan Ma Biak ‘Istri’ dalam kalimat. Bini ku bantar ag melahirkan, dah peadaan diy. Ma biak ‘saya sebentar lagi melahirkan, sudah masuk bulannya.’
Secara gramatikal, penyubstitusian kedua leksem itu berterima. Kedua leksem itu menduduki fungsi subjek di dalam kalimat. Dalam tataran gramatikal, kedua leksem itu dapat saling menggantikan kedudukan di dalam kalimat. Dalam tataran semantis, kedua leksem itupun berterima. Kedua kalimat itu mempunyai makna yang sama dan dapat saling menggantikan. Penyubstitusian leksem bini dan leksem ma biak di dalam kalimat tidak mengubah makna. Dengan demikian, kedua leksem itu dapat dikatakan bersinonim. Namun, kesinoniman itu masih harus dibuktikan dengan analisis komponen makna.
Komponen makna leksem kesinoniman nomina insani dalam BMDS
Leksem pemoah, pembalar, peat, dan peom mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) sifat/perilaku: (1) berjiwa humor tinggi, (2) pembawaannya santai, (3) selalu membuat lelucon, dan (4) pandai menciptakan suasana ceria.
Leksem pemilo, pelb dan peadh mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) sifat/perilaku: (1) mudah sedih, (2) mudah menangis, (3) peka terhadap hal-hal di sekitarnya, dan (4) mudah iba dengan orang.
Leksem peria dan peolo mempunyai komponen makna seperti:a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) sifat/perilaku: (1) suka mengejek orang, (2) suka menertawakan orang, (3) selalu mencari kekurangan orang, dan (4) selalu mencari bahan ejekan.
Leksem pemsn, peol dan pemap mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) perempuan, (3) dewasa, dan (4) remaja.
b) sifat/perilaku: (1) suka berdandan atau berhias, (2) selalu mementingkan penampilan, dan (3) suka menjadi pusat perhatian.
Leksem si takaran, si jual, si karas kepala, si karas takak, dan si
pakak lantak mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) sifat/perilaku: (1) tidak mau menerima masukan orang lain, (2) suka membantah, (3) bersikap acuh tak acuh bahkan marah apabila diberi masukan, dan (4) bersifat dialah yang terbaik dan yang paling benar.
Leksem si tul, si pakak, dan si baal mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) sifat/perilaku: (1) mempunyai pendengaran yang kurang baik, (2) kurang tanggap bila diajak berbicara, dan (3) sering meminta orang untuk mengulang pembicaraanya.
Leksem si awa dan si biso mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) sifat/perilaku: (1) tidak mampu berbicara normal, (2) berbicaranya tidak jelas, (3) berbicaranya aneh, (4) menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi, (5) suka melihat gerak bibir lawan bicaranya, dan (6) suka melihat gerak tubuh lawan bicaranya.
Leksem si pal, si madit, si lok, si tort, si kuit, si rto, si kedakut,
si keminti, dan si sk mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1)
insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) sifat/perilaku: (1) sangat perhitungan untuk mengeluarkan uang, (2) rela hidup prihatin agar kantong tidak menipis, (3) paling anti meminjamkan uang atau barang, (4) sangat menjaga keutuhan barangnya, (5) cenderung pelit dalam hal apapun, dan (6) selalu berdalih tidak mempunyai uang.
Leksem si bogoh dan si bagak mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) sifat/perilaku: (1) suka makan, (2) suka jajan (berwisata kuliner), dan (3) makan dengan porsi yang banyak. Leksem si salak dan si salap mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) sifat/perilaku: (1) suka makan, (2) suka jajan (berwisata kuliner), (3) makan dengan porsi yang banyak, dan (4) rakus saat makan.
Leksem pemakan, penam, pemajoh, peradak, peompol, dan peampa mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) sifat/perilaku: (1) suka makan dan (2) suka jajan (berwisata kuliner).
Leksem taman, kawan, dan rakan mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) hubungan kekerabatan: 1) kawan dalam kelompok, (2) sudah lama dikenal, dan (3) baru dikenal.
Leksem sahabat dan sohib mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja,
dan (6) anak-anak. b) hubungan kekerabatan: (1) kawan dalam kelompok, (2) kawan pribadi, (3) sudah lama dikenal, dan (4) hubungan dekat dan erat.
Leksem bibi dan ma tuamempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) perempuan, (3) dewasa, dan (4) remaja. b) hubungan kekerabatan: (1) saudara perempuan dari orang tua seseorang dan (2) mempunyai hubungan darah.
Leksem sepupu dan petugalan mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) hubungan kekerabatan: (1) anak dari paman atau bibi seseorang dan (2) mempunyai hubungan darah.
Leksem keponakan dan anak buah mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) perempuan, (4) dewasa, (5) remaja, dan (6) anak-anak. b) hubungan kekerabatan: (1) anak dari saudara kandung seseorang dan mempunyai hubungan darah.
Leksem laki dan pa biak mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) laki-laki, (3) dewasa, dan (4) remaja. b) Hubungan kekerabatan: (1) pasangan hidup seorang perempuan yang telah menikah (2) membina rumah tangga, dan (3) hubungan dekat dan erat.
Leksem bini dan ma biak mempunyai komponen makna seperti: a) subjek: (1) insan/manusia, (2) perempuan, (3) dewasa, dan (4) remaja. b) Hubungan kekerabatan: (1) pasangan hidup seorang laki-laki yang telah menikah (2) membina rumah tangga, dan (3) hubungan dekat dan erat.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kesinoniman nomina insani dalam BMDS dapat dikaji dari tiga sudut kesinoniman, yaitu berdasarkan deskripsi, substitusi, dan analisis komponen makna leksem kesinoniman nomina insani. Pasangan leksem nomina insani dideskripsikan berdasarkan satu wilayah makna yang sama. Dari deskripsi tersebut dapat terlihat komponen makna yang mendasari setiap definisi nomina-nomina insani. Untuk menguji leksem yang berada dalam satu wilayah makna itu benar-benar bersinonim, leksem-leksem itu ditelaah berdasarkan substitusi dan analisis komponen makna. Jika suatu kata dapat diganti atau disubstitusi dengan kata lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah, leksem yang mempunyai kemiripan dapat dikatakan bersinonim. Selanjutnya, leksem-leksem itu ditelaah berdasarkan analisis komponen makna. Dengan teknik itu, sifat hubungan kesinoniman nomina insani BMDS dapat dilihat dengan memperhatikan komponen makna dalam tiap-tiap pasangan leksem yang bersinonim.
DAFTAR RUJUKAN
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana, Harimukti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan