• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CP1L PADA SISTEM OTOMASI OVERHEAD CRANE UNTUK PROSES PERENDAMAN LOGAM PT. PURA BARUTAMA KUDUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CP1L PADA SISTEM OTOMASI OVERHEAD CRANE UNTUK PROSES PERENDAMAN LOGAM PT. PURA BARUTAMA KUDUS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Kerja Praktek

PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CP1L PADA SISTEM

OTOMASI OVERHEAD CRANE UNTUK PROSES PERENDAMAN LOGAM

PT. PURA BARUTAMA KUDUS

Rezon Arif Budiman1, Karnoto, ST. MT.2

1

Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Email : rezon_arif@yahoo.com

Abstrak - Dunia industri modern saat ini tidak bisa lagi dipisahkan dengan masalah otomasi untuk berbagai sarana produksi ataupun pendukung produksi. Otomasi selalu berkaitan dengan sistem kendali dan kontrol. Dengan semakin beragamnya sarana industri yang membutuhkan otomatisasi, maka kita membutuhkan suatu media kontrol yang bersifat universal, bisa diterapkan pada semua bidang industri namun tepat guna.

PLC (Programmable Logic Controller) atau pengendali logika terprogram dengan berbagai kelebihan dan kemudahan pemakaiannya merupakan salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Programnya bisa dibuat sesuai logika otomatisasi yang diinginkan dan antarmuka masukan/keluarannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Pada pelaksanaan kerja praktek ini akan dibahas mengenai dasar teori PLC, pengenalan PLC OMRON SYSMAC CP1L dan ladder diagram maupun tabel mnemonic sebagai sarana pemrogramannya serta contoh aplikasinya tentang sistem otomasi overhead crane untuk proses perendaman logam. Karena kebanyakan crane yang digunakan saat ini masih manual dan membutuhkan tenaga manusia untuk mengopersaikannya sehingga kemungkinan terjadinya human error cukup besar serta agar didapatkan operasi crane yang lebih efektif dan efisien . Dengan adanya faktor-faktor seperti hal di atas, diperlukan otomatisasi proses kerja crane dengan menggunakan PLC. PLC yang digunakan merupakan PLC jenis relay dengan jumlah 30 I/O (input/ input). Program yang dipakai untuk menjalankan PLC dibuat dengan menggunakan Software CX- Programmer Ver 9.0.

Kata kunci: PLC, Otomasi Crane, CX-Programmer Ver 9.0

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Proses perendaman logam untuk pelapisan

atau yang sering disebut

galvanisasi

masih

menggunakan proses yang manual. Terdapat

beberapa tahap dalam perendaman logam ini

yaitu meliputi

cleaning - pickling (acid) - fluxing

- and dipping

. Material logam yang akan

direndam

diangkat

menggunakan

katrol

kemudian diangkat dan dimasukkan ke bak yang

berisi larutan untuk melapisi material logam

tersebut. Pengoperasian sistem kendali Overhead

Crane masih bekerja secara manual, peralatan

kendali yang digunakan masih sederhana, yaitu

menggunakan peralatan seperti

relai, timer

dan

counter

yang kesemuanya dirangkai dan dipadu

menjadi suatu rangkaian kendali. Cara tersebut

dianggap kurang efisien, karena banyaknya

pengawatan yang rumit di samping itu akan

diperlukan ukuran panel kontrol yang besar,

sehingga menyebabkan besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk instalasi terutama dalam hal

perawatan, karena peralatan kendali tersebut

cepat panas dan aus. Disamping itu operator

yang mengendalikan sistem mengalami kesulitan

dalam

mengoperasikannya

sehingga

dapat

menyebabkan kecelakaan akibat human error.

Untuk meningkatkan efektifitas pada

proses perendaman logam ini salah satunya

adalah dengan melakukan otomasi pada katrol

atau

crane

yang digunakan untuk mengangkat

material logam tersebut. Proses yang terjadi

dalam

unit

sistem

ini

diatur

dengan

menggunakan satu unit alat kontrol yang berbasis

PLC. Otomatisasi sistem

overhead crane

untuk

proses perendaman logam menggunakan PLC

bertujuan untuk memudahkan dalam proses

pengangkatan

material

logam,

kemudian

perendaman dan proses peletakan material logam

tersebut serta mengurangi tingkat kesalahan

manusia

(human error)

.

1.2

Maksud dan Tujuan

Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan

laporan kerja praktek ini adalah :

1. Memperkenalkan PLC sebagai salah satu

pendukung otomasi industri.

2. Mempelajari dasar pemrograman PLC

dan aplikasi PLC khususnya seri Omron

Sysmac CP1L.

3. Mempelajari pembuatan program ladder

diagram dengan menggunakan software

CX – Programmer.

(2)

1.3

Pembatasan Masalah

Materi kerja praktek ini dibatasi pada

penggunaan PLC OMRON SYSMAC CP1L dari

sisi perangkat kerasnya dan pemrograman dasar

diagram ladder untuk mendukung kerja PLC

dalam

aplikasinya

untuk

otomasi

sistem

overhead crane

untuk proses perendaman logam.

Fungsi-fungsi tambahan di luar fungsi dasar

pada pemrograman dan aplikasi-aplikasi PLC

selain aplikasi dasar tidak diulas pada makalah

kerja praktek ini.

II.

KAJIAN PUSTAKA

2.1

PLC (Programmable Logic Control)

Berdasarkan

pada

standar

yang

dikeluarkan

oleh

National

Electrical

Manufacture Association (NEMA) ICS3-1978

Part ICS3-304,

PLC didefinisikan sebagai

berikut : “PLC adalah suatu peralatan elektronik

yang bekerja secara digital, memiliki memori

yang dapat diprogram menyimpan

perintah-perintah untuk melakukan fungsi-fungsi khusus

seperti

logic, sequening, timing, counting,

dan

aritmatika

untuk mengontrol berbagai jenis

mesin atau proses melalui analog atau digital

input/output modules

”.

Di dalam PLC berisi

rangkaian elektronika yang dapat difungsikan

seperti

contact relay

(baik NO maupun NC) pada

PLC dapat digunakan berkali-kali untuk semua

intruksi dasar selain intruksi

output

.

Gambar 1 Fungsi PLC

2.1.1

Prinsip Kerja PLC

Pada prinsipnya sebuah PLC melalui

modul

input

bekerja menerima data-data berupa

sinyal dari peralatan

input

luar (

external input

device

) dari sistem yang dikontrol seperti yang

diperlihatkan pada gambar 3. Peralatan

input

luar

tersebut antara lain berupa sakelar, tombol,

sensor. Data-data masukan yang masih berupa

sinyal analog akan diubah oleh modul

input

A/D

(

analog to digital input module

) menjadi sinyal

digital. Selanjutnya oleh prosesor sentral (CPU)

yang ada di dalam PLC sinyal digital itu diolah

sesuai dengan program yang telah dibuat dan

disimpan di dalam ingatan (

memory

). Seterusnya

CPU

akan

mengambil

keputusan

dan

memberikan perintah melalui modul output

dalam bentuk sinyal digital. Kemudian oleh

modul output D/A (

digital to analog module

)

dari sistem yang dikontrol seperti antara lain

berupa

kontaktor, relay,

solenoid, heater, alarm

dimana nantinya dapat untuk mengoperasikan

secara otomatis sistem proses kerja yang

dikontrol tersebut.

Gambar 2 Bagian-bagian Blok PLC

2.1.2

Prinsip Dasar PLC

Perbandingan cara kerja PLC dengan

sistem kontrol konvensional dapat dilihat pada

gambar 3 dan gambar 4 switch S1 dan S2 adalah

push-button normally open (NO)

, S1 akan

mengalirkan arus ke L1 sedangkan S2 akan

mengalirkan arus ke L2 pada saat kedua

switch

tersebut ditekan, gambar 3

Pada

gambar

4

komponen

yang

sama

disambungkan ke PLC. Dari gambar tersebut

terlihat beberapa perbedaan yaitu

switch

tidak

disambungkan secara langsung ke lampu tetapi

melalui modul

input

PLC, sedangkan lampu

disambungkan ke modul

output

PLC.

Input

tidak

berhubungan dengan

output

secara langsung

tetapi keduanya dihubungkan oleh prosesor

berdasarkan program logic yang dimasukkan.

Gambar 3 Hardwired Sistem

Counting

Squencing Logic

Timing

Data Handling Control

PROGRAMMABLE LOGIC CONTROL

S1

L1

S2

(3)

Gambar 4 Sistem PLC

Dari segi operasional,

switch

dan lampu

yang disambungkan langsung dengan sistem

PLC adalah identik, perbedaannya terletak pada

cara arus listrik mengalir. Pada

hardwired

sistem

arus listrik mengalir berasal dari suatu sumber

tegangan melalui

switch

menuju lampu yang

bersangkutan, arus listrik mengalir melalui kawat

penghantar ke lampu, pada saat

switch

terbuka

arus terputus dan lampu akan padam.

Pada sistem PLC arus yang berasal dari

sumber tegangan mengalir melalui S1 dan S2

menuju

input

module.

Input

module akan

mengirim sinyal ke prosesor, tegangan dari

switch

terisolir dengan sinyal tegangan yang

masuk ke prosesor, pengisolasian ini mutlak

diperlukan kerena prosesor bekerja dengan

tegangan dan arus rendah. Prosesor menerima

sinyal dari

input

module pada saat switch

tertutup, dan akan mengirimkan sinyal yang

sama ke

output

module atas pengarahan dari

program. Program berfungsi untuk mengarahkan

sinyal dari

input

module yang tersambung

dengan S1. Semua kejadian ini berlangsung

dalam orde milidetik. Pada saat S2 tertutup,

kejadian yang sama berlangsung akan tetapi kali

ini sinyal

output

prosesor dikirimkan ke

output

module yang tersambung dengan L2.

2.1.3

Keuntungan Pemakaian PLC

Keuntungan PLC terbesar sangat terasa

pada saat diperlukan perubahan atau modifikasi

pada rangkaian. Sebagai contoh bila dikehendaki

S1 mengontrol L2 dan S2 mengontrol L1 akan

diperlukan

waktu

relatif

lama

untuk

memindahkan kawat penghubung pada sistem

hardwired.

Pada PLC perubahan tersebut tidak

diperlukan, perubahan cukup dilakukan pada

programnya saja sehingga waktunya lebih

singkat. Untuk rangkaian yang terdiri dari

puluhan atau bahkan ratusan I/O

device,

penghematan waktu dan biaya yang dapat

diberikan PLC pada saat terjadi perubahan dalam

rangkaian akan sangat terasa.

2.2

PLC OMRON SYSMAC CP1L

PLC OMRON SYSMAC CP1L adalah

salah satu produk PLC dari Omron yang terbaru.

CP1L merupakan PLC tipe paket yang tersedia

dengan 10,14, 20, 30, 40 atau 60 buah I/O

(

input/output

). Sistem input outputnya berupa bit.

Atau lebih dikenal dengan PLC tipe relay karena

hanya

membaca

masukan

(

input

)

dan

menghasilkan keluaran (

output

) dengan logika 1

atau 0.

Gambar 5 PLC Omron Sysmac CP1L 30I/O

2.2.1

Bagian-bagian umum PLC OMRON

CP1L

Gambar 6 BagianPLC Omron Sysmac CP1L 30 I/O

1.

Blok power suplai, ground dan input terminal.

2.

Blok eksternal power suplai dan output

terminal.

3.

Peripheral USB

Port untuk menghubungkan

dengan

komputer

dan

komputer

dapat

digunakan

untuk

memprogram

dan

memonitoring.

4.

Operation indicator, mengindikasikan status

operasi dari CP1L termasuk power status,

mode operasi, errors, dan komunikasi USB.

5.

Baterai untuk mempertahankan internal clock

dan isi RAM ketika suplai OFF.

6.

Input Indicator, menyala jika kontak terminal

input kondisi menyala.

7.

Output Indicator,

menyala jika kontak terminal output kondisi

menyala.

8.

Expansion I/O unit connector,

digunakan untuk menambah input/output PLC.

9.

Option board slot,

digunakan untuk menginstal RS-232C

1 2 3 4 5 6 7 8 9

(4)

2.2.2

Spesifikasi PLC Omron Sysmac CP1L

Tabel 1 Spesifikasi PLC Omron

Item CPU Units

with 20 I/O Points CPU Units with 30 I/O Points AC Power 100 to 240 VAC, 50/60 Hz Supply Voltage DC Power 24 VDC AC Power 85 t0 264 VAC Operating

Voltage Range DC Power 20.4 to 26.4 VDC AC Power 60 VV max Power

Consumtion DC Power 20 W max AC Power 60 A max Inrush Current DC Power 20 A max Supply Voltage 24 VDC External Power Suply (AC Power supplies only) Output Capacity

300 mA: Use for input device only. Cannot be used to drive outputs

(when the external power supply provides an overcurrent or is short circuited. The Insulation resistance 20 M min. (at 500 VDC)

between the external AC and Protective earth terminals Dielectric Strength 2,300 VAC 50/80 Hz for 1 min

between the external AC and protective earth terminals, leakage current: 10 mA max. Noice Immunity Conform to IEC6100-4-4; 2

KV (power lines)

Vibration resistance 10 to 57 Hz, 0.075-mm Amplitude, 57 to 150 Hz, acceleration: 9,8 m/s2

in X, Y, and Z directions for 80 minutes each

(time coefficient; 8 minutes x coefficient factor 10 = total time 80 minutes)

Shock Resistance 147 m/s2 three times each in X, Y, and Z directions

Ambient Temperature Operating : 0 to 55C Storage : -20 - 75 C Humidity 10% to90% (with

condensation)

Atmosphere Must be free from corrosive gas

Terminal screw size M3

Power interrupt time AC Power supply : 10 ms min. DC Power supply : 2 ms min. (A power interrution occurs if power falls below 85% of the rated voltage for longer than the power interrupt time) AC

Power

650 g max 700 g max Cpu unit weight

DC Power

550 g max 600 g max

Expansion I/O Unit Weight Units with 20 I/O points: 300 g max.

Units with 8 output points : 250 g max.

Units with 8 input points : 200 g max.

Expansion Unit Weight Analog I/O units : 150 g max Temperature sensor units : 250 g max.

Compo bus I/O Link units : 200 g max.

2.2.3

Port terminal Input Output PLC

Omron CP1L

Port pada PLC CP1L 30 I/O terdiri dari

18 buah terminal input yaitu dari CIO 0.00 – 0.11

dan CIO 1.00 – 1.05. Untuk port outputnya

terdapat 12 buah terminal yaitu dari CIO 100.00

– 100.07 dan CIO 101.00 – 100.03.

Pada port input terdapat dua buah

terminal untuk masukan suplai AC PLC yaitu

pada teminal L1 dan L2/N. Port input terhubung

pada satu titik COM (common). Masukkan pada

terminal COM dapat berupa polaritas + atau

negatif -.

Gambar 7 Port Input model suplai AC dan DC

Pada port output terdapat 4 buah titik

COM. Masing masing titik COM terhubung

dengan titik output yang dibatasi dengan garis

batas seperti yang terlihat pada gambar dibawah

ini.

Gambar 8 Port Output model suplai AC dan DC

Pada model AC power supply terdapat

output 24 VDC pada terminal + dan -. Suplai ini

dapat digunakan untuk suplai VDC pada terminal

input.

(5)

2.3

Proses Perendaman dan Pelapisan

Logam (Galvanisasi)

Istilah Galvanisasi didefinisikan sebagai

proses membenamkan atau merendam material

besi atau baja di dalam bak yang berisi seng (Zn)

cair untuk menghasilkan lapisan yang tahan

korosi. Lapisan ini terbentuk sebagai hasil reaksi

metalurgi antara cairan seng dengan besi atau

baja. Lapisan ini akan membentuk ketebalan

yang sama pada seluruh permukaan material

yang terendam dalam bak perendaman. Berikut

adalah gambar proses galvanisasi.

Gambar 9 Tahapan Proses Galvanisasi

2.4

CX- Programmer Ver 9.0

Program CX Omron merupakan sebuah

software pemprograman PLC untuk membuat,

memonitor dan merubah dari berbagai program

PLC Omron. CX Programmer dapat dijalankan

dengan standar minimal komputer prosessor 486

MHz dengan sistem operasi

Windows

XP.

Berikut

adalah

tampilan

dari

CX

Programmer Ver 9.0

Gambar 10 Tampilan CX-Programmer

III.

Dasar Pemrograman

Pokok dari penggunaan PLC yaitu pada

pemrogramannya

yang

disesuaikan dengan

kebutuhan pada suatu alat yang akan di kontrol.

Bahasa

program

yang

digunakan

sudah

dikonversi menjadi bahasa yang dimengerti

manusia. Khususnya memakai istilah, simbol dan

gambar teknik standar yang sudah dikenal.

Bahasa program disajikan dalam dua bentuk

yaitu diagram tangga (

Ladder Diagram

) dan

tabel

Mnemonic

.

3.1.1

Ladder Diagram/Diagram Tangga

Diagram Tangga merupakan bahasa teknik

yang

menggunakan

simbol-simbol

dan

keterangan-keterangan

mengenai

input

dan

output

dalam bentuk gambar diagram untuk

mewakili fungsi kerja suatu proses dari sistem

yang dikontrol. Simbol-simbol yang digunakan

dalam pemrograman PLC, yaitu :

Load

dan

Load Not

Gambar 11 Simbol LOAD dan

LOAD NOT

Kondisi pertama untuk mengawali setiap

pemrograman dari pergantian garis anak tangga

menggunakan instruksi

load

atau

load not.

And dan And Not

Gambar 12 Simbol AND dan AND NOT

Bila terdapat dua atau lebih kondisi

terhubung serial dalam satu garis anak tangga,

maka kondisi yang pertama harus menggunakan

instruksi

load

atau

load not,

dan kondisi yang

lainnya dengan instruksi

and

atau

and not.

Or

dan

Or Not

Gambar 13 Simbol OR dan OR NOT

Bila terdapat dua atau lebih kondisi

terhubung paralel dalam satu garis anak tangga,

maka kondisi yang pertama harus menggunakan

instruksi

load

atau

load not,

dan kondisi yang

lainnya dengan instruksi

or

atau

or not.

LOAD LOAD NOT

AND AND NOT

(6)

Normal Terbuka dan Normal Terhubung

Gambar 14 Simbol Normally Open , Normally Close

Setiap instruksi harus didahului oleh bit

operand

kondisi normal terbuka atau terhubung.

Suatu kondisi disebut normal terbuka bilamana

output

bekerja atau aktif ketika bit

operand

di

depannya ON, dan disebut normal terhubung

bilamana

output

bekerja atau aktif ketika bit

operand

di depannya OFF.

Fungsi

END

Gambar 15 Simbol END

Instruksi

end

digunakan untuk menandai bahwa

program telah selesai. CPU melakukan scan dari

awal hingga akhir program mebentuk

loop

tetutup. Jadi tanpa

end

maka program PLC tidak

akan bekerja.

Output

dan

Output Not

Gambar 16 Simbol OUT dan OUT NOT

Instruksi

output

dapat digunakan untuk

rancangan dimana

output

harus aktif bilamana

kondisi-kondisi normal di depannya terhubung.

Instruksi

output not

digunakan untuk rancangan

dimana

output

harus tidak aktif bilamana

kondisi-kondisi normal di depannya terhubung.

Beberapa

output

atau

output not

yang terhubung

paralel pada satu garis anak tangga dapat

diperlakukan dengan instruksi

output

atau

output

not

yang berurutan.

DIFU ( 13 ) dan DIFD ( 14 )

DIFU adalah instruksi untuk memberi

trigger sesaat pada saat awal masukan ON.

Perintah DIFU mempunyai sebuah masukan

dimana DIFU akan ON hanya sesaat pada awal

masukan

ON

kemudian

OFF

tanpa

menghiraukan lamanya masukan ON. Saat

masukan OFF DIFU tidak bereaksi apapun.

DIFU akan ON lagi setelah masukan OFF dan

kemudian ON.

DIFD adalah instruksi untuk memberi

trigger sesaat pada saat awal masukan OFF.

Perintah DIFD mempunyai sebuah masukan

dimana DIFD akan ON hanya sesaat pada awal

masukan

ON

kemudian

OFF

tanpa

menghiraukan lamanya masukan OFF. DIFD

akan ON lagi setelah masukan ON dan kemudian

OFF.

Gambar 17 Simbol DIFU dan DIFD

TIMER

Timer adalah instruksi untuk menunda suatu

proses. Timer mempunyai sebuah masukan,

dimana apabila masukan ON timer menghitung

dan bila masukan OFF timer reset. N

menunjukkan timer ke berapa ( Tim 1, Tim 2 dst

) dan SV adalah Set Value dengan batasan antara

000.00 sampai dengan 999.9. Apabila masukan

ON maka timer aktif dan mulai menghitung

sesuai set value, setelah timer selesai menghitung

sampai angka set value terpenuhi maka timer

akan ON, timer akan OFF dan reset apabila

masukan OFF. Untuk mengambil kondisi timer

maka dibuat diagram ladder seperti gambar

dibawah. Timer akan OFF apabila masukan

kondisinya OFF sehingga Timer reset. Timer

menggunakan unit 100 ms ( Hundred-ms Timer )

Gambar 18 Simbol Timer

IV.

Perancangan Sistem

Sebelum membuat program pengontrolan

maka sebelumnya harus ditentukan lebih dahulu

sistem apa yang akan dikontrol. Sistem dari

overhead crane yang akan dikontrol oleh PLC

dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 19 Sistem Katrol Overheadcrane NC

NO

END

OUT OUT NOT

DIFU ( 13 )

DIFD ( 14 )

TIM 016 TIM 000 #0150 0000

(7)

4.1

Flow Chart Sistem

Gambar 20 Flowchart Sistem Overhead Crane

4.2

Perancangan Program , Start up CX -

Programmer

Program perangkat lunak atau

software

yang digunakan untuk membuat ladder diagram

adalah CX- Programmer Ver 9.0. Langkah dari

awal

dalam

pembuatan

ladder

diagram

menggunakan CX-Programmer adalah sebagai

berikut. Dari menu [Start], pilih

[Programs] > [OMRON] > One] > Programmer] > [CX-Programmer] untuk memulai CX-Programmer. ( atau pilih [All Programs] > [OMRON] > One] > [CX-Programmer] > [CX-[CX-Programmer]).

Kemudian untuk memulai Project baru, klik

New

(Ctrl + N ) atau pilih

File > New

Gambar 21 Screenshot New Project

Lalu akan muncul layar seperti berikut

ini, klik kiri pada anak panah untuk memilih

jenis model PLC yang akan digunakan kemudian

klik Setting untuk memilih Tipe CPU yang

digunakan kemudian

klik OK

Gambar 22 Screenshot Select and Setting PLC

Setelah itu kotak dialog diatas akan

hilang dan muncul layar utama pada proyek baru

yang dibuat seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 23 Screenshot Diagram Workspace

4.2.1

Memasukkan

kontak

(Inputing

Normally Open Contact)

Untuk memasukkan kontak pada workspace,

klik ikon

New Contact

pada toolbar atau

dapat juga dengan menekan huruf C untuk NO

dan / untuk NC.

Gambar 24 New Contact Mulai

(8)

4.2.2

Memasukkan Coil (Entry Coil)

Untuk

memasukkan

kontak

pada

workspace, klik ikon

New Coil

pada toolbar

atau dapat juga dengan menekan huruf O untuk

NO atau Q untuk NC coil.

Masukkan alamat dari

koil sebagai alamat output, sebagai contoh

100.00 , alamat ini sekaligus menentukan letak

output pada port output PLC.

Setelah itu

klik OK

atau

tekan Enter

maka akan muncul kotak dialog Symbol

Comment sebagai berikut. Isikan comment pada

kotak tersebut, sebagai contoh “koil start”,

kemudian

klik OK

atau

tekan Enter

Gambar 25 Rung lengkap/ Normalize Rung

4.2.3

Memasukkan Fungsi Timer

Selain koil, output dapat juga berupa Timer.

Berikut langkah untuk memasukkan timer pada

ladder

diagram.

Klik

icon

New

PLC

Instruction

pada toolbar atau tekan huruf I.

Klik pada workspace maka akan tampil

kotak dialog seperti gambar dibawah ini.

Ketikkan ”TIM_timer ke-n_#value dalam satuan

100ms” pada kotak dialog tersebut untuk

memunculkan fungsi timer. Sebagai contoh TIM

0 #50, ini menunjukkan Fungsi Timer, timer ke 0

dengan value (50 x 100ms) 5 detik.

Gambar 26 Memasukkan Fungsi Timer

4.2.4

Memasukkan Fungsi DIFU / DIFD

Fungsi ini berfungsi untuk memberikan

trigger. Berikut adalah langkah dalam membuat

fungsi DIF. Klik icon

New PLC Instruction

pada toolbar atau tekan huruf I.

Lalu klik pada workspace maka akan tampil

kotak dialog seperti gambar dibawah ini.

Ketikkan ”DIFU_differensial ke-n” pada kotak

dialog tersebut. Sebagai contoh “DIFU 0”, ini

menunjukkan Fungsi Differensial Up ke 0. Untuk

Differesial Down maka ditulis DIFD kemudian

nomor

urutannya.

Contoh

DIFD

1,

ini

menunjukkan fungsi Diferensial Down ke 1

Gambar 27 Instruksi Fungsi Differensial lengkap

4.2.5

Memasukkan End Instruction

Apabila program (ladder diagram) telah

selesai dibuat maka ladder tersebut harus diakhiri

dengan instruksi END.Klik icon

New PLC

Instruction

pada toolbar atau tekan huruf I.

Gambar 28 Instruksi END lengkap

4.2.6

Meng compile program

Dengan melakukan compile maka akan

kita dapat mengecek error atau kesalahan pada

program. Pilih [Program] – [Compile] atau tekan

Ctrl + F7

Gambar 29 Compile program

4.2.7

Menyimpan Program (Saving Program)

Untuk menyimpan program yang telah

dibuat. Pilih [File] – [Save As] pada main menu.

Kemudian tentukan lokasi untuk menyimpan dan

masukkan nama file. Klik Save.

Gambar 30 Menyimpan program

4.2.8

Membuka program (Loading program)

Untuk membuka program yang telah

disimpan sebelumnya, pilih [File] – [Open] pada

main menu. Kemudian cari lokasi penyimpanan

file lalu klik Open

(9)

4.2.9

Ladder Diagram Sistem

Gambar 32Ladder Diagram Aplikasi Overhead Crane

4.2.10

Diagram Blok Input/Output PLC

Gambar 33 Diagram Blok Input Output PLC

4.2.11

Cara Kerja Keseluruhan Sistem

a.

Setelah catu daya dinyalakan, tombol START

utama ditekan

b.

Secara otomatis PLC akan menginisialisasi

semua sinyal input, posisi crane dan posisi

katrol akan di kondisikan pada posisi

Home

yaitu pada posisi Ambil dan katrol berada pada

posisi atas. Motor 1 berputar

reverse

untuk

menggeser katrol ke kiri, motor 2

forward

untuk mengangkat katrol ke atas. Sensor Posisi

1 akan mendeteksi apakah katrol sudah berada

pada posisi 1, jika belum maka motor 1 akan

tetap ON sampai menyentuh sensor posisi 1.

Sensor posisi 4 akan mendeteksi apakah katrol

sudah berada diatas, jika belum maka motor 2

akan tetap ON sampai menyentuh sensor posisi

4. Kedua motor akan berputar. Setelah semua

kondisi terpenuhi maka sistem berada pada

kondisi

Ready

dan siap dijalankan dengan

menekan tombol Run.

c.

Saat setelah tombol Run ditekan maka motor 2

akan berputar

rever

se sehingga katrol akan

turun dan berhenti setelah terdeteksi oleh

sensor posisi 5 pada posisi siap mengambil

material.

d.

Ketika pada posisi ini, elektromagnet pada

katrol akan diaktifkan sehingga material akan

menempel pada katrol. Pada kondisi ini

diberikan waktu tunda untuk memastikan

bahwa material telah mantap siap untuk

diangkat.

e.

Setelah waktu tunda habis maka secara

otomatis motor 2 berputar

forward

sehingga

katrol akan naik dan berhenti saat menyentuh

sensor posisi 4.

f.

Kemudian motor 1 berputar

forward

untuk

menggeser katrol ke arah kanan sampai

menyentuh sensor posisi 2 yaitu pada posisi

perendaman material logam.

g.

Selanjutnya motor 1 akan berhenti dan motor

2 akan berputar

reverse

sehingga katrol akan

turun dan berhenti saat mengenai sensor posisi

6. Kemudian diberikan waktu tunda untuk

proses perendaman material logam.

h.

Setelah waktu tunda habis yang menandakan

proses perendaman selesai, maka motor 2 akan

berputar

forward

dan menarik katrol keatas dan

akan berhenti pada saat terdeteksi oleh sensor

posisi 4.

i.

Proses selanjutnya adalah motor 1 kembali

berputar

forward

untuk menggeser katrol ke

kanan dan berhenti saat mengenai sensor posisi

3 yaitu pada posisi peletakan barang.

j.

Ketika sudah berada pada posisi 3 maka motor

1 akan berhenti kemudian motor 2 akan

(10)

berputar

reverse

sehingga katrol turun dan

berhenti saat mengenai sensor 7.

k.

Kemudian setelah katrol berhenti, secara

otomatis elektromagnet akan di matikan

sehingga material material logam akan lepas

dari katrol.

l.

Setelah itu motor 2 akan berputar

forward

yang

menyebabkan

katrol

kembali

ke

atas.

Kemudian bergerak ke kiri penuh sampai

kembali ke posisi 1.

m.

Sistem katrol dapat dijalankan lagi apabila

tombol Run kembai ditekan. Jika ingin

menghentikan proses maka tombol stop

ditekan

.

V.

Penutup

5.1

Kesimpulan

Selama melaksanakan kerja praktek di

PT. Pura Barutama Kudus Divisi Engineering,

dengan mengambil tema otomasi PLC penulis

dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut

:

1.

Sistem otomasi overhead crane dapat berjalan

dengan lancar tanpa terjadi error pada program

ladder diagram.

2.

Sistem yang dibuat berupa sistem yang

sekuensial atau berurutan tanpa pengulangan

sub rutin program.

3.

Ladder diagram dibuat setiap Rung dengan

menggunakan inisialisasi input output sehingga

memudahkan dalam hal pengecekan kesalahan

program yang sedang berjalan.

5.2

Saran

1.

Perancangan

yang

dibuat

ini

dapat

dikembangkan maupun direalisasikan dalam

bentuk yang nyata dengan penambahan fungsi

program yang lebih handal dalam menangani

kegagalan atau error saat operasi sehingga

proses perendaman logam dapat berjalan utuh

sebagaimana mestinya

.

2.

Untuk sistem yang lebih efisien maka bisa

ditambahkan

conveyor belt

pada bagian

pengambilan material dan saat peletakan

material.

3.

Pada proses yang sebenarnya yaitu proses

galvanisasi (Galvanized) tidak hanya satu bak

perendaman sehingga memerlukan tambahan

sequence program yang sama agar proses

berjalan sampai pada tahap akhir.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Budiyanto, M., A. Wijaya,

Pengenalan

Dasar-dasar

PLC(Programmable

Logic

Controller)

, Gava Media, Yogyakarta.

[2]

CX-Programmer User Manual Version 9.0

[3]

CX-Programmer Introduction Guide

[4] OMRON.

2009.

SYSMAC

CP1L

Introduction Manual

[5] OMRON.

2009.

SYSMAC

CP1L

Programming Manual

[6] http://belajarplconline.wordpress.com/2010

/04/13/komponen-komponen-pada-plc/

[7]

http://www.galvanizeit.org/aga/inspection-

course/galvanizing-process/time-to-first-maintenance/

[8] http://www.galvindo.co.id/ galvanizing_

process.htm

BIODATA PENULIS

Rezon Arif B. (L2F008082)

Penulis lahir di Semarang,

3 Mei 1990. Menempuh

jalur pendidikan dasar di

TK Nurul Islam Semarang,

SD Negeri Purwoyoso 03

Semarang,

SMP

N

1

Semarang,

dan

SMA

Negeri 3 Semarang dan

saat ini sedang menjalani

pendidikan S1 di Teknik

Elektro

Universitas

Diponegoro

Semarang

Konsentrasi Teknik Energi Listrik.

Semarang, 14 November 2011

Mengetahui Dosen

Pembimbing

Karnoto, ST. MT.

NIP 196907091997021001

Gambar

Gambar 2 Bagian-bagian Blok PLC
Gambar 4 Sistem PLC
Gambar 8 Port Output  model suplai AC dan DC
Gambar 10 Tampilan CX-Programmer
+4

Referensi

Dokumen terkait