• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 3 Fasilitas Dan Sistem Produksi Pt Ispat Indo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 3 Fasilitas Dan Sistem Produksi Pt Ispat Indo"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

BAB III

FASILITAS PRODUKSI PT ISPAT INDO

FASILITAS PRODUKSI PT ISPAT INDO

3.1

3.1 Bahan BakuBahan Baku 3.1.1

3.1.1 Bahan Baku UtamaBahan Baku Utama

Bahan baku utama dalam proses pembuatan billet adalah berasal d Bahan baku utama dalam proses pembuatan billet adalah berasal d ari:ari: a.

a. Scrap besi sebagai row material sebesar 60%Scrap besi sebagai row material sebesar 60% Scrap mempunyai bermacam

Scrap mempunyai bermacam  –  –   macam jenis dan asalnya. Scrap  macam jenis dan asalnya. Scrap tersebut berasal dari besi besi

tersebut berasal dari besi besi tua yang didapat di logistic. Scrap tersebuttua yang didapat di logistic. Scrap tersebut tersedia baik dari import maupun local. Import biasanya berasal dari tersedia baik dari import maupun local. Import biasanya berasal dari Australia, USA, Rusia, dan Ukraina. Kualitas scrap yang baik harus Australia, USA, Rusia, dan Ukraina. Kualitas scrap yang baik harus dipilih sebaik mungkin. Pemilihan scrap tersebut tergantung dari jenis dipilih sebaik mungkin. Pemilihan scrap tersebut tergantung dari jenis  produk

 produk yang yang akan akan dibuat dibuat berdasarkan berdasarkan pesanan pesanan dari dari konsumen, konsumen, baikbaik  jumlahnya

 jumlahnya maupun maupun jenisnya. jenisnya. Jenis Jenis jenis jenis scrap scrap yang yang digunakan digunakan di di PTPT ISPAT INDO adalah sebagai berikut.

ISPAT INDO adalah sebagai berikut. 1.

1. Skull yaitu bahan yang berasal dari cairan yang sudah membekuSkull yaitu bahan yang berasal dari cairan yang sudah membeku dan menempel pada ladle.

dan menempel pada ladle. 2.

2. Super USA yaitu bahan baku yang diimport dari Super USA yaitu bahan baku yang diimport dari USAUSA 3.

3. Super Australian yaitu bahan baku berupa scrap yang berasal dariSuper Australian yaitu bahan baku berupa scrap yang berasal dari Australia

Australia 4.

4. Super Hongkong yaitu bahan baku yang berasal dSuper Hongkong yaitu bahan baku yang berasal dari Hongkongari Hongkong 5.

5. Super local yaitu yang berasal dari IndonesiaSuper local yaitu yang berasal dari Indonesia 6.

6. Mix, yaitu scrap yang berasal dari bermacamMix, yaitu scrap yang berasal dari bermacam –  –  macam scrap ringan macam scrap ringan dan tidak begitu baik kualitasnya.

dan tidak begitu baik kualitasnya. 7.

7. Bundle machine press, yaitu yang berasal dari bahan baku prosesBundle machine press, yaitu yang berasal dari bahan baku proses yaitu bundle machine press local,

yaitu bundle machine press local, bundle machine press import, danbundle machine press import, dan  bundle machine press ispat.

 bundle machine press ispat. 8.

8. Turning SPL yaitu geram geram sisa proses pembubutanTurning SPL yaitu geram geram sisa proses pembubutan 9.

9. Turning ORD yaitu dari geramTurning ORD yaitu dari geram –  – geram bubut yang halus dan tigeram bubut yang halus dan tidakdak  berkarat.

(2)

10.

10. Premium, grade ini ada dua jenis yaitu kelas premium super denganPremium, grade ini ada dua jenis yaitu kelas premium super dengan ukuran diatas 10 mm (bisanya baru) dan premium standart dengan ukuran diatas 10 mm (bisanya baru) dan premium standart dengan ukuran diatas 10 mm dan memiliki panjang lebih dari 75 mm. ukuran diatas 10 mm dan memiliki panjang lebih dari 75 mm. 11.

11. Cast iron > 50 kg dan < 50 kg bisanya dari blok mobilCast iron > 50 kg dan < 50 kg bisanya dari blok mobil 12.

12. Big size, biasanya dari blok kapalBig size, biasanya dari blok kapal 13.

13. BMP SPLBMP SPL 14.

14. BMP ORDBMP ORD  b.

 b. Bahan campuran sponge iron sebesar 30% disebut firgin material. JenisBahan campuran sponge iron sebesar 30% disebut firgin material. Jenis ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu sponge iron dan pig iron.

ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu sponge iron dan pig iron. 3.1.2

3.1.2 Bahan Baku Bahan Baku PenunjangPenunjang

Selain bahan baku utama, PT ISPATINDO juga menggunakan bahan Selain bahan baku utama, PT ISPATINDO juga menggunakan bahan  penunjang diantaranya.

 penunjang diantaranya. 1.

1. LimeLime a.

a. Batu kapur atau batu tahor.Batu kapur atau batu tahor.  b.

 b. Dolomit yang mengandung CaO, MgO yang dalam bahanDolomit yang mengandung CaO, MgO yang dalam bahan tambang bumi. Dalam peleburan batu kapur dan dolomit akan tambang bumi. Dalam peleburan batu kapur dan dolomit akan mencair bersama dengan unsur

mencair bersama dengan unsur  –  –   unsur yang tidak diperlukan  unsur yang tidak diperlukan akan membentuk slag dimana lime ini juga berfungsi sebagai akan membentuk slag dimana lime ini juga berfungsi sebagai  pelapis refractory s

 pelapis refractory sehingga life cycle ehingga life cycle pemakain refractory lpemakain refractory lebihebih lama.

lama. 2.

2. CocasCocas

Cocas merupakan batubara yang dihasikan dari proses pembakaran Cocas merupakan batubara yang dihasikan dari proses pembakaran untuk memproses suatu hasil

untuk memproses suatu hasil produksi yang tidak sempurna denganproduksi yang tidak sempurna dengan hasil penyulingan gas dan air yang tertinggal hanya zat arang dan hasil penyulingan gas dan air yang tertinggal hanya zat arang dan abu. Cocas digunakan sebagai proses reduksi oksidasi besi sehingga abu. Cocas digunakan sebagai proses reduksi oksidasi besi sehingga didaerah lebur terjadi reduksi langsung.

didaerah lebur terjadi reduksi langsung. 3.

3. OksigenOksigen

Oksigen digunakan sebagai pengganti dari energy listrik yang Oksigen digunakan sebagai pengganti dari energy listrik yang  berfungsi

 berfungsi untuk untuk mempercepat mempercepat proses proses terjadinya terjadinya panas panas pada pada saatsaat  peleburan dilakukan.

(3)

4. Feromanganis (FeMn)

Feromanganis digunakan sebagai pengikat belerang dan berupa alloy.

3.1.3 Bahan Baku Lainnya a. Ferrosilicon (FeSi)  b. Silicon mangan (SiMn)

c. Prefill

d. Temperature tip electricity e. Gunning

3.2 Mesin dan Peralatan

3.2.1 Struktur Peralatan Pada Steel Melting Shop (SMS) Area Area SMS terbagi menjadi 3 unit yaitu

a. Unit melting pada EAF ( Electrical Arching Furnace)

 b. Unit refining dan penentuan grade pada LRF ( Ladle Refining Furnace) c. Unit casting pada CCM (Continuous Casting Machine)

3.2.1.1 Struktur Peralatan Pada EAF Unit a. Furnace

Furnace adalah tempat untuk melebur bahan scrap dan unsur paduan  –  paduan tertentu. Furnace yang digunakan di PT ISPATINDO adalah  jenis dapur elektrik dengan diameter luar dapur 5.8 meter dan tinggi

3.85. Dinding furnace terdiri dari lapisan yaitu lapisan terluar baja karbon 9, batu bata MgO 79%, batu bata MgO 77 % ( bagian tengah),  batu bata karbon resin manganesia (bagian dalam). Kapasitas furnace

yang dimiliki PT ISPATINDO adalah 80 ton dalam sekali peleburan. Dalam satu kali shift kerja dapat dilakukan lebih kurang 7  –   9 kali  proses peleburan, sehingga jika pabrik beroperasi selama 24 jam dengan dibagi 3 shift kerja maka proses peleburan akan berlangsung 21  –  27 kali peleburan dengan kapasitas perhari 1680 –  2160 ton per hari.

(4)

Pada furnace dilengkapi dengan atap sebagi tempat pemasangan dan dudukan elektroda furnace. Atap furnace memiliki diameter luar 5.8 meter dengan tinggi atap bervarias, pada satu sisi atap mempunyai tinggi 0,5 meter dan sisi lainnya mempunyai tinggi 1 meter. Atap mempunyai tiga lubang ditengah untuk memasukkan elektroda, diameter lubang ini sebesar 0. 65 meter.

 b. Elektroda

Elektroda berbentuk cylinder dengan diameter yang digunakan sebesar 24 inch dan panjang 24 inch. PT. ISPATINDO menggunakan elektroda ini pada proses peleburan di EAF. Suhu peleburan pada saat elektroda dihidupkan mencapai 1600  –  1650 derajat Celcius. Dengan suhu setinggi ini bahan scrap dan unsur paduan yang ada didalam furnace akan melebur. Pemakain elektroda ini dapat digunakan selama kurang lebih 20 kali proses atau 2.5 kali shift kerja.

(5)

3.2.1.2 Struktur peralatan pada LRF 1. Ladle car

PT ISPATINDO mempunyai 2 ladle car. Satu ladle car untuk mengangkut keluar melting scrap dari furnace sedangkan ladle car yang kedua untuk memasukkan melting scrap pada unit LRF yang akan mengalami proses lanjutan. Tipa ladle car memiliki kapasitas angkut ± 140 ton.

2. Hook crane

Fungsi hook crane untuk memindahkan peralatan dari satu proses ke proses lainnya, seperti memindahkan ladle dari unit LRF ke unit CCM, yang memiliki kapasitas angkut ± 140 ton.

3. Eletroda

Seperti pada unit EAF, pada unit LRF dibutuhkan tiga elektroda untuk meningkatkan suhu liquid metal, karena dari furnace suhu cairan telah menurun dari ±1610 derajat menjadi ± 1550 derajat celcius. Hal ini dikarenakan jarak dari furnace ke unit LRF sejarak ± 15m dan kondisi ladle yang terbuka. Spesifikasi elektroda unit LRF lebih kecil dibandingkan elektroda pada unit EAF

a. Panjang elektroda : 14” x 72”  b. Berat elektroda : 30 kg/batang

c. Berat ujung : 11.29 kg d. Total berat : 320 kg

(6)

4. Atap

Peralatan ini adalah tempat untuk memasukkan atau mengeluarkan elektroda dari ladle. Atap juga berfungsi untuk menutup bagian atas furnace sehingga meningkatkan suhu dalam ladle sampai te mperature yang diinginkan. Alat ini dilengkapi dengan dua dust collector untuk menghindari polusi udara.

3.2.1.3 Struktur peralatan pada unit CCM

a. Ladle

Ladle berbentuk seperti ember dengan diameter atas 2.5 meter. Diameter bawah 2 meter, tinggi 3 meter dan memiliki kapasitas maksimal sekitar 90 ton. Berfungsi sebagai tempat liquid metal dari LRF kemudian dituangkan ke tundish.

 b. Tundish

Tempat cairan dituangkan dari ladle. Tundish berbentuk seperti  perahu dengan volume 4,68 m3 atau 7 –  9 ton. Bagian dalam tundish dilapisi dengan gamex atau sindiform (MgO) atau AL2O3. Tundish

mempunyai nozzle dibagian bawah. Terdapat 4 nozzle. Tiap nozzle dapat berdiameter sama atau berbeda. Biasanya diameter nozlle  berkisar antara 15 mm sampai dengan 19 mm.

(7)

c. Mould tube

Mould tube adalah alat untu mencetak cairan. Pada mould tube ini terjadi perubahan fase dari fase cair menjadi fase solid atau padat. Mould tube dilengkapi aliran minyak. Fungsi aliran minyak ini adalah untuk melapisi permukaan bagian dalam dari mould tube, karena fact or gesekan tinggi. Molud tube mempunyai jaket pendingin. Perubahan fase bergantung pada kapasitas pendinginan. Dimana kapasistas  pendinginan ini mempunyai pembentukan sel pada proses solidfikasi. Pada saat liquid metal masuk pertama kali di mould tube ditahan dengan alat yang disebut dummy bar. Fungsi dummy bar ini adalah untuk menahan liquid metal yang memenuhi mould tube sampai dengan 80 % dari tinggi mould tube, kemudian dummy bar perlahan-lahan turun karena desakan liquid turun karena desakan liquid dan desakan liquid dan gerakan dari mould tube. Mould tube beroperasi dengan cara bergoyang dan bergetar dengan frekuensi 130 kali/menit. Getaran ini bertujuan untuk menurunkan billet padat dan panas dari mould tube. Untuk sekali proses peleburan daihasilkan sebanyak ± 53  billet.

d. Ring zone

Alat ini adalah pendingin untuk billet dan berada tepat dibawah mould tube. Tiap ring zone mempunyai spray sebanyak 32 buah dengan daya alir 4 m3 /jam dan tekanan yang dihasilkan sebesar 4.5 kg/cm3. Billet yang melewati ring zone didinginkan dengan air yang disemprotkan melalui spray pada ring zone pertama diikiuti zone kedua, dan terakhir zone ke tiga. Zone ini disebut dengan apron.

e. Rolling equipment

Rolling equipment adalah alat untuk menarik billet dari mould tube. Fungsi lainnya untuk transportasi billet dari peralatan casting menuju  billet area. Perputaran billet tergantung pada kecepatan casting.

(8)

Billet shear berfungsi untuk memotong billet sesuai dengan panjang yang diinginkan sebagai contoh 99.2 m, 8.2 m, dan 5.9 m. pemotongan digerakkan dengan tenaga hidrolik dan pemotong dapat memutar billet setelah pemotongan. Pemotongan dilengkapi dengan pendinginan. g. Billet area

Area billet adalah tempat billet diletakkan, dimana billet mengalami  proses pendinginan secara alami yaitu pada temperature ruangan 2 derajat celcius. Disini billet dijadikan sebagai persediaan bahan baku  proses rolling dan juga bisa langsung dipasarkan sebagai barang

setengah jadi.

3.2.2 Struktur peralatan pada rolling mill area

Pada rooling mill are terdapat dua line produksi yaitu line A dan line B. kedua line ini sama sama memiliki rolling mill equipment namun untuk line A teknologi rolling yang digunakan lebih canggih dan full automatis diabandingkan dengan line B. line B sendiri adalah rolling mill teknologi kuno dimana pengoperasiannya masih manual. Untuk line A mesin mesin  produksinya merupakan hasil manufaktur dari DANIELIE & C, S.p.A metal manufacturing Italy. Struktur rolling mill area di PT ISPATINDO adalah sebagai berikut.

3.2.2.1 Billet Reheating Furnace Area

Billet sebelum melewati proses rolling harus diletakkan telebih dahulu dengan cara dipanasi. Alat yang digunakan untuk memanaskan dahulukan  billet dinamakan BRF unit (Billet Reheating Furnace) sebelum masuk

(9)

Billet reheating furnace area terdiri dari : 1. Charging bed

Charging bed adalah tempat atau rak billet sebelum dipanasdahulukan (reheating) pada unit billet reheating furnace (BRF). Charging bed dapat menampung kurang lebih 30 buah billet. Bergerak dengan gerakan eksentrik dan digerakkan dengan satu motor penggerak. Pada charging  bed terdapat sensor yang berguna untuk medeteksi posisi billet.

2. Charging billet pusher

Charging billet pusher adalah peralatan untuk mendorong billet masuk ke billet reheating furnace (BRF), dengan menggunakan gerakan sistem dorong dua silinder.

Gambar 3.4 Billet Reheating Furnace

(10)

3. Charging positioner

Charging positioner adalah alat untuk mengatur posisi atau meluruskan salah satu ujung billet yang menonjol keluar, agar billet yang masuk ke BRF sejajar satu dengan yang lainnya.

4. Billet reheating furnace ( BRF)

Billet reheating furnace adalah tempat untuk memasukkan billet dan dapat menampung 82 buah billet dengan panjang billet 9.2 meter. Pemasangan berasal dari burner yang berjumlah 36 burner yang terbagi atas 12 burner pada shocking zone, 12 burner pada heating zone, dan 12  burner pada preheating zone. Bahan bakar yang digunakan pada BRF  berupa residu yang dibantu dengan hembusan udara untuk mempercepat  pemanasan sehingga temperature yang diinginkan melalui burner dan  blower. Billet membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam 40 menit dengan cycle time 105 detik untuk bergerak dalam BRF. Gerakan mentransfer  billet secara hidrolik dengan system “walking heart” yang digerakkan

dengan daya kw dan kuat arus ampere. Spesifikasi billet reheating furnace (BRF)

 Designed : Stein Heurty

 Type : Walking Hearth

 Capacity : 78 ton/hours

  Number of zone : 3 zone

 Dischargeing temperature : 1200 oC (max)

 Fuel : natural; pressure : 6 bar; pipe size 6 inch;

consumption : 0,265 kcal/kg

 Model of charging : Charging Pusher (auto)

 Model of discharging : Kick Off ( auto)

Spesifikasi combustion system BRF

  Number of burner : 36 burner

 Capacity of burner

(11)

 Heating 12 burners @ 95.6 Nm3/hours  Soaking 12 burners @ 43.3 Nm3/hours

  Number of combustions air blowers and their capacity : 2 unit ( 1 run, 1 stand by) @ 200 KW

 Automation

 PLC / DCS used  Automatic model

 HMI system with win cc software

 Siemens –  simatic 7

5. Kick off device

Digerakkan oleh 2 motor penggerak dengan daya 18.5 KW dan kuat arus 33.5 ampere. Equipment ini digunakan untuk mengambil billet dan walking hearth. Kick off device berjumlah tiga buah yang bergerak secara pneumatic, dan gerakannya sama dengan charging billet pusher.

6. Discharge roll table

Roll yang berfungsi untuk mengeluarkan billet dari BRF. Discharge roll table mempunyai rollyang berjumlah 17 roll. Sistem pendinginan menggunakan sistem indirect rolling water.

3.2.2.2 Mill equipment area

Peralatan mill equipment area diantaranya. 1. Descaler

(12)

Peralatan untuk mengurangi timbunan kerak carbon pada permukaan  billet dengan air yang disemprotkan. Pada descaler terdapat 8 buah

nosel untuk menyemprotkan air dengan tekana 80 -90 bar. Pompa yang digunakan untuk memompa air berdaya 110 KW, arus 191 ampere, dengan putaran motor 1485 rpm, sedangkan daya motor yang digunakan untuk menggerakkan roll berdaya 45 KW dengan arus motor 77 ampere.

2. Roller table BRF

Roller table brf adalah tempat mentransfer billet ke stand 1A, roll table digerakkan oleh 6 motor dengan daya 1,1 KW, arus 2,9 ampere dan tegangan 41,5 volt. Pada roll table terdapat stopper yang berguna untuk memindahkan billet ke hot out bila terjadi masalah / problem  pada equipment setelah roler table BRF. Roller table digerakkan

dengan sistem hidrolik. 3. Pinch roll

Pada line A terdapat 2 pinch roll. Pertama terletak sebelum stand 1A yang berfungsi untuk memperlambat kecepatan billet sedangkan yang kedua terletak sebelum turn forming head (TFH) yang berfungsi menahan billet.

(13)

Gambar 3.7 Stand rolling dan cellar 4. Stand

Terdapat 18 ESS stand (cantilever stand) yang  berfungsi mereduksi billet dengan dimensi sesuai groove dari roll. Satu stand terdapat 2 roll, roll tersusun secara horizontal dan vertical , groove roll berbentuk box, oval dan round.

Bentuk bentuk ini digunakan untuk merubah bentuk billet yang semula  persegi (bujur sangkar) menjadi silinder (round). Proses perubahan  bentuk ini dilakukan mulai dari roughing stand ( 1A-2A-1-2-3-4), intermediate stand (5 s/d 17), dan terakhir finishing stand/ block mill ( 17 s/d 26). Diameter akhir yang dicapai diantaranya 4.0, 5,5 mm, 6,0 mm dan 6,5 mm tau sesuai dengan permintaan yang masuk ke PT ISPATINDO. Pada stand kecepatan maksimal yang dapat dicapai oleh  billet yang direduksi adalah sebesar 100 m/detik.

Stand rolling mill dibagi ke dalam tiga bagian yaitu. A. Roughing mill

Spesifikasi dari roughing mill adalah sebagai berikut.

 Machine : Rolling block with cantilevere mounted rolls

 Manufacture : DANIELIE & C, S.p.A

 Type :

 ESS 650 V/H ( mill stand 1A & 2A)

(14)

 Rolling rings :

 Material : Nodular acicular cast iron

 Roll length : 370 mm & 315 mm

 Diameter max –  min : 685 –  580 mm &

550 –  485 mm

 Lubricant system : Cellar 1 with circulating oil system

 Motor perstand :

 Power 350 KW  Speed : 1250 rpm

B. Intermediate mill

 Machine : Rolling block with cantilevere mounted rolls

 Manufacture : DANIELIE & C, S.p.A

 Type :

 ESS 430 V/H ( mill stand 5 & 6)  ESS 380 V/H ( mill stand 7, 8, 9 &

10)

 Rolling rings :

 Material : Nodular acicular cast iron  Roll length : 225 mm & 200 mm

 Diameter max  –   min : 430  –   385

mm & 395 –  345 mm

 Lubricant system : Cellar 2 with circulating oil system

 Motor perstand :

 Power 350 KW

 Speed : 1250 rpm

C. Prefinishing mill

 Machine : rolling block with cantilevere mounted rolls

(15)

 Type :

 ESS 380 V/H ( mill stand 11 & 12)

 ESS 330 V/H ( mill stand 13 & 14)

 ESS 280 V/H ( mill stand 15 & 16)

 Rolling rings :

 Material : tungsten carbide /

cemented carbide

 Roll length : 200, 60 & 45 mm

 Diameter max  –   min : 395  –   345

mm; 345 - 295 mm & 292 –  252 mm

 Lubricant system : Cellar 3 with circulating oil system

 Motor perstand :

 Power 350 KW

 Speed : 1250 rpm

5. Vertical looper

Vertical looper berfungsi untuk mengatur besarnya tension ( tegangan tarik) pada billet yang berada pada stand. Jika tegangan yang  berada pada stand didepan billet lebih tinggi daripada tension yang ada  pada stand dibelakang billet maka akan terjadi cobbel yaitu keluarnya rollan billet dari groove roller. Namun jika tensionyang ada dibelakang  billet lebih besar dari ada yang didepan billet maka rollan billet akan  putus pada saat proses rolling mill. Vertical looper yang terpasang

sejumlah 4 unit pada mill equipment. 6. Shear

Shear berguna untuk memotong material pada kedua ujungnya, dikarenakan pada kedua ujung ini telah terjadi penurunan kualitas material. Penurunan kualitas material ini terjadi pada ujung bagian depan dan ujung bagian belakang, pada ujung bagian depan biasanya  bentuk hasil rolling kurang begitu baik karena ujung depan merupakan  bagian yang pertama kali masuk roller mill sehingga pada bagian ini

(16)

Gambar 3.8 Shear stand

struktur deformasi material kurang merata. Sedangkan pada bagian  belakang, bentuk ujung akan sedikit lebih pipih sebagai akibat sisa

tegangan yang menjalar pada hasil rolling billet.

Shear ini juga berfungsi memotong habis rolling billet jika terjadi cobbel, sehingga dapat dilakukan maintenance dan tidak mengganggu  proses produksi. Proses pemotongan oleh shear dilakukan secara

otomatis dengan sensor foto cell, foto cell akan mensensor kedua ujung rolling billet sengan sensor cahaya.

Shear pada mill equipment berjumlah 3 unit dengan spesifikasi s ebagai  berikut.

a. Shear 1

 Manufacture : DANIELIE & C. S.p.A

 Machine : Flying crank shear CVB-06

 Type : CVSB

 Function : Pemotongan head dan tail rolled bar dan  pemotongan darurat rolled bar saat terjadi

cobble

 Dimension : 2800 mm x 4700 mm x 3000 mm

 Weight : 14000 kg

(17)

 Maximum cutting diameter : rolls 80

mm, squares 50 mm

 Minimum temperature of rolled bar :

800 oC

 Maximum material cold tensile stress :

80 kg/mm2  Driving unit :  DC electric motor : 600 V  Power : 352 KW  Base speed : 390 rpm  b. Shear 2

 Manufacture : DANIELIE & C. S.p.A

 Machine : Flying crank shear CVB-06

 Type : CVSB

 Function : Pemotongan head dan tail rolled bar dan  pemotongan darurat rolled bar saat terjadi

cobble

 Dimension : 2800 mm x 4700 mm x 3000 mm

 Weight : 14000 kg

 Performance :

 Maximum cutting diameter : rolls 80

mm, squares 50 mm

 Minimum temperature of rolled bar :

800 oC

 Maximum material cold tensile stress :

80 kg/mm2

 Driving unit :

 DC electric motor : 600 V  Power : 352 Kw

(18)

c. Shear 5

 Manufacture : DANIELIE & C. S.p.A

 Machine : Chopping flying shear

 Type : CVR-012-0450

 Function : Pemotongan head dan tail rolled bar dan  pemotongan crops. Selain itu juga berfungsi mengalihkan rolled bar dari rolling line dan pemotongan rolled bar saat keadaan darurat

 Dimension : 1250 mm x 800 mm x 1595 mm

 Weight : 14000 kg

 Performance :

 Maximum shearing force : 12 tons

 Rolling speed : 9.7 - 16 m/sec

 Bar section : diameter 12.5 –  22 mm

 Blade unit :

 Blade holder center distance : 450 mm  Blades : quatity = 1 + 1, table = 80 mm,

gap = 0,1 mm+ gear blackslash, crossing = 1mm, tightening torque = 59,5 Nm for each screw

 Gear reduction ratio : 1 : 1

 Driving unit :

 AC electric motor : 400 V  Power : 15 KW

 Base speed : 750 rpm with inverter

 Torsion : 190 Nm

(19)

Gambar 3.9 water cooling box (kanan) dan block mill area (kiri) 7. Block mill area

Block mill area adalah block rolling dari stand 17 s/d 26 yang merupakan stand finishing mill. Spesifikasi dari block mill yang dimiliki oleh pt ispat indo adalah sebagai berikut

a. Kapasitas

Produksi berdiameter 5,5 mm sampai dengan 20 mm dan kecepatan maksimum rolling billet yang masuk memcapai 100 m/detik.

 b. Module shaft boxes

Block mill mempunyai 10 buah metode antara lain:

a. Mill-200 mempunyai 4 module dengan roll ring  berdiameter 200 mm, yaitu:

- Stand 17 dan stand 19, pada posisi shaft horizontal. - Stand 18 dan stand 20, pada posisi shaft vertikal  b. Mill 160 mempunyai 6 module dengan roll ring

 berdiameter 160 mm, yaitu:

- Stand 21, stand 23, dan stand 25 pada posisi shaft horizontal

- Stand 22, stand 24 dn stand 26 pada posisi shaft vertikal

c. Total ukuran blok mill

(20)

- Lebar : 3,30 meter - Tinggi dengan cover tertutup : 3,10 meter - Tinggi dengan cover terbuka : 4,60 meter d. Rolling mill BGV-200 (stand 17 –  20 )

- Diameter maximum : 215.94 mm - Diameter minimum : 192 mm - Panjang : 83 mm - Jarak center maximum : 216 mm - Jarak center minimum : 192 mm e. Rolling mill BGV-160 (stand 21-26 )

- Diameter maximum : 166 mm - Diameter minimum : 149.5 mm - Panjang meja : 62 mm - Jarak center maximum : 169.96 mm - Jaraj center minimum : 149.08 mm f. Electric motor

- Power : 2000 kw

- Rotor speed : 0 –  900 –  1200 rpm - Rotor voltage : 700 volt

8. Water Cooling Box

Water Cooling Box merupakan alat yang digunakan untuk membantu mendinginkan bar setelah melalui proses rolling pada  block mill area. Terdapat 2 Water cooling box untuk

mendinginkan bar. 9. Turn forming head

Turn forming head berfungsi untuk membentuk wire rod yang memanjang menjadi coil of wire (gulungan kawat berbentuk spiral). Cara kerja alat ini adalah dengan memutar wire rod yang telah keluar dari block mill kemudian wire rod ini akan masuk

(21)

Gambar 3.10 Turn forming head

ke dalam pipa spiral yang ada didalam mesin yang akan membentuk gulungan gulungan kawat.

3.2.2.3 Collection area

Collecton area terdiri dari 1. Colling conveyor

Colling conveyor berfungsi untuk mentransfer coil kawat baja dari turn forming head (TFH) ke filler dan juga untuk menurunkan temperature coil kawat baja dengan menggunakan hembusan angin dari  blower atau pada suhu ruangan. Jumlah blower colling conveyor sebanyak 23 buah dengan daya 35 KW, tegangan 415 volt, dan kuat arus 71 ampere. Pada colling conveyor terdapat roll dan hood. Hood adalah penutup colling conveyor yang digunakan untuk mengatur temperature coil kawat baja agar diperoleh struktur mikro yang diinginkan. Untuk menutup dan membuka hood yang diperlukan motor dengan daya 22 KW, tegangan 415 volt dan kuat arus 50 ampere. Roll  pada colling conveyor berjumlah 456 unit yang digerakkan oleh 19

(22)

Gambar 3.11 Colling conveyor Spesifikasi cooling conveyor :

 Manufacture : DANIELIE & C. S.p.A

 Machine : Turn cooling conveyor

 Type : TAP –  109

 Duty : Mengatur udara pendinginan wire rod  pada akhir proses rolling

 Mode :

 Rapidly cooled : High carbon steel biasanya diproses

dengan cara ini untuk mengeleminasi udara atau mematenkan timbal (Pb) pada wire rod.

 Slower cooled : Low –  medium carbon steel bisanya

menggunakan proses ini untuk meningkatkan sifat deformasi dingin

 Total length : Approx. 107,8 meter

 Conveyor rollers : diameter 122 mm, roller center distance = 254 mm, speed = 0,05  –   2,0 m/sec, montion transmission : chains type ISO 20-A, control gearmotors : no.19 –  13 KW –  max 255 rpm –  440 V/DC.

 Motor driven fans : Quantity = 23, intake air temperature = approx.. 20 C, motor power = 45/15 KW –  1000/1500 rpm, 415 –  50 Hz.

(23)

Gambar 3.13 Trestle dan tilting table Gambar 3.12 Easy down fork

 Hood rives motor : Quantity = 30, motor power = 2.2 KW  –  9000 rpm, 415 –  50 Hz.

2. Easy down fork

Easy down truck berfungsi untuk menerima gulungan coil kawat  baja dari colling conveyor, easy down fork bergerak secara vertical

dan horizontal.

3. Trestle dan tilitng table

Tilting table berfungsi untuk menerima dan mentransfer gulungan coil kawat baja dari coil conveyor ke hook. Trestle berfungsi untuk menampung coil kawat baja dari easy down fork sampai ke hook conveyor

(24)

Gambar 3.15 Compacting Gambar 3.14 Compacting 4. Discharge truck

Discharge truck berfungsi untuk mentrasfer coil kawat baja dengan cara mengangkut dari trustle ke hook conveyor dengan menggunakan 1 motor yang bekerja secara hidrolik.

5. Hook conveyor

Hook conveyor berfungsi untuk menerima coil kawat baja dari discharge truck ke compacting untuk diikat. Jumlah hook sebanyak 36 unit yang pergerakkannya melalui sebuah rel  –   rel yang telah dibuat sedemikian rupa dari easy down fork sampai dengan storage transfer mengelilingi finishing area.

6. Compacting

Compacting berfungsi untuk mengikat gulungan coil kawat baja agar menjadi lebih rapat dan rapi dengan 4 ikatan kawat baja. Alat ini bekerja dengan sistem hidrolik.

(25)

7. Storage transfer

Storage transfer berfungsi untuk mengambil gulungan coil kawat  baja yang sudah terikat dari hook transfer dan mempersiapkannya

Gambar

Gambar 3.1 Electric Arc Furnace
Gambar 3.2 Ladle Refining Furnace
Gambar 3.3 Proses pada Continous Casting Machine
Gambar 3.4 Billet Reheating Furnace
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan selanjutnya dari siklus akuntansi pemerintah daerah adalah penyusunan laporan keuangan konsolidasian (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, LKPD). Laporan keuangan

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran mnemonik terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada muatan IPA materi energi siswa kelas IV

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 287 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL BAGIAN 69-01 {ADVISORY CIRCULAR PART 69-01) TENTANG

Dalam tahapan identifikasi visual ini didapatkan beberapa hasil pengamatan yaitu padatnya lalu lintas bahan pada salah satu gang pada ruang produksi, beberapa ruangan yang

Siswa dapat menyebutkan fungsi dari jenis – jenis software Siswa dapat menyebutkan pekerjaan dari masing – masing perangkat manusia

Landasan teori berisi konsep atau teori yang berhubungan dengan permasalahan dan pemecahan masalah pada karya tulis ini.. Landasan teori ditulis dalam bentuk paragraf dan boleh

(viral cultures and Tzanck smear will confirm diagnosis in patients with atypical presentation).  Antibody to

PETA JALUR LEBARAN PULAU JAWA TOTAL PANJANG: 3.508 KM JALUR UTAMA = 3.508 Km KETERANGAN : JALAN TOL = 668 Km JALAN ALTERNATIF = 2.230 Km Jakart a DK I Banten Jawa Tengah