• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAK Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kab. Luwu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAK Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kab. Luwu"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA ACUAN KERJA

KERANGKA ACUAN KERJA

Pekerjaan

Pekerjaan

REVIEW DESAIN PEMBANGUNAN BENDUNG DI RADA

REVIEW DESAIN PEMBANGUNAN BENDUNG DI RADA

KABUPATEN LUWU

KABUPATEN LUWU

Tahun Anggaran 2018

Tahun Anggaran 2018

(2)

[2] [2]

KERANGKA ACUAN KERJA

KERANGKA ACUAN KERJA

Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kabupaten

Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kabupaten Luwu

Luwu

1.

1. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG A.

A. PENDAHULUANPENDAHULUAN

Dalam rangka mendukung pemantapan ketahanan pangan nasional, maka Pemerintah Dalam rangka mendukung pemantapan ketahanan pangan nasional, maka Pemerintah Indonesia telah melaksanakan serangkaian usaha secara terus menerus yang bertitik tolak pada Indonesia telah melaksanakan serangkaian usaha secara terus menerus yang bertitik tolak pada sektor pertanian. Untuk

sektor pertanian. Untuk menunjang pembangunan sektor pertanian perlu pembangunan fasilitasmenunjang pembangunan sektor pertanian perlu pembangunan fasilitas  jaringan

 jaringan irigasi irigasi guna guna penyediaan penyediaan kebutuhan kebutuhan air air yang yang diperlukan diperlukan untuk untuk meningkatkan meningkatkan produksiproduksi tanaman utamanya beras.

tanaman utamanya beras.

Guna lebih mengoptimalkan keberhasilan kegiatan tersebut diatas serta mengupayakan Guna lebih mengoptimalkan keberhasilan kegiatan tersebut diatas serta mengupayakan keberlangsungan sistem irigasi maka hal tersebut perlu tetap ditumbuh kembangkan. keberlangsungan sistem irigasi maka hal tersebut perlu tetap ditumbuh kembangkan. Tersedianya infrastruktur yang memadai dan pendekatan partisipatif terhadap masyarakat Tersedianya infrastruktur yang memadai dan pendekatan partisipatif terhadap masyarakat mulaimulai tahapan perencanaan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi

tahapan perencanaan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi sangat diperlukan.sangat diperlukan. Bendung Rada me

Bendung Rada mengairi 1500 Ha ngairi 1500 Ha sawah yang terletasawah yang terletak di Kabupatek di Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesin Luwu Provinsi Sulawesi Selatan. Sumber air untuk Irigasi ini disuplai dari bendung yang dibuat oleh pemerintah Selatan. Sumber air untuk Irigasi ini disuplai dari bendung yang dibuat oleh pemerintah kabupaten Luwu. Tetapi kondisi bendung tersebut telah mengalami kerusakan sehingga kabupaten Luwu. Tetapi kondisi bendung tersebut telah mengalami kerusakan sehingga fungsinya tidak optimal. Perlu dilakukan

fungsinya tidak optimal. Perlu dilakukan kembali review terhadap desain bendungnya..kembali review terhadap desain bendungnya..

Berkaitan dengan hal tersebut, maka BBWS Pompengan Jeneberang pada tahun 2018 Berkaitan dengan hal tersebut, maka BBWS Pompengan Jeneberang pada tahun 2018 melakukan pekerjaan Review Desain Bendung DI Rada Kabupaten Luwu.

melakukan pekerjaan Review Desain Bendung DI Rada Kabupaten Luwu. B.

B. NAMA PEKERJAANNAMA PEKERJAAN

Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada

Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kabupaten LuwuKabupaten Luwu Kementerian Negara/

Kementerian Negara/ Lembaga

Lembaga

:

: Pekerjaan Pekerjaan Umum Umum dan dan Perumahan Perumahan RakyatRakyat Unit

Unit Eselon Eselon I I : : Direktorat Direktorat Jenderal Jenderal Sumber Sumber Daya Daya AirAir Program

Program : : Pengembangan dan Pengembangan dan Rehabilitasi Rehabilitasi Jaringan Jaringan IrigasiIrigasi Permukaan, Rawa dan Tambak

Permukaan, Rawa dan Tambak Hasil

Hasil (Outcome) (Outcome) : : Laporan Laporan Review Review Desain Desain Pembangunan Pembangunan Bendung Bendung DiDi Rada Kabupaten Luwu

Rada Kabupaten Luwu Kegiatan

Kegiatan : : Review Review Desain Desain Pembangunan Pembangunan Bendung Bendung DI DI RadaRada Kabupaten Luwu Kabupaten Luwu Indikator Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Kegiatan :

: membuat membuat detail detail desain desain rehabilitasi rehabilitasi bendung bendung dandan saluran utama serta sekunder yang sesuai dengan saluran utama serta sekunder yang sesuai dengan kriteria perencanaan irigasi

kriteria perencanaan irigasi Jenis

Jenis Keluaran Keluaran : : LaporanLaporan Volume

Volume : : 1 1 (satu)(satu) Satuan

(3)

KERANGKA ACUAN KERJA

KERANGKA ACUAN KERJA

Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kabupaten

Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kabupaten Luwu

Luwu

1.

1. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG A.

A. PENDAHULUANPENDAHULUAN

Dalam rangka mendukung pemantapan ketahanan pangan nasional, maka Pemerintah Dalam rangka mendukung pemantapan ketahanan pangan nasional, maka Pemerintah Indonesia telah melaksanakan serangkaian usaha secara terus menerus yang bertitik tolak pada Indonesia telah melaksanakan serangkaian usaha secara terus menerus yang bertitik tolak pada sektor pertanian. Untuk

sektor pertanian. Untuk menunjang pembangunan sektor pertanian perlu pembangunan fasilitasmenunjang pembangunan sektor pertanian perlu pembangunan fasilitas  jaringan

 jaringan irigasi irigasi guna guna penyediaan penyediaan kebutuhan kebutuhan air air yang yang diperlukan diperlukan untuk untuk meningkatkan meningkatkan produksiproduksi tanaman utamanya beras.

tanaman utamanya beras.

Guna lebih mengoptimalkan keberhasilan kegiatan tersebut diatas serta mengupayakan Guna lebih mengoptimalkan keberhasilan kegiatan tersebut diatas serta mengupayakan keberlangsungan sistem irigasi maka hal tersebut perlu tetap ditumbuh kembangkan. keberlangsungan sistem irigasi maka hal tersebut perlu tetap ditumbuh kembangkan. Tersedianya infrastruktur yang memadai dan pendekatan partisipatif terhadap masyarakat Tersedianya infrastruktur yang memadai dan pendekatan partisipatif terhadap masyarakat mulaimulai tahapan perencanaan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi

tahapan perencanaan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi sangat diperlukan.sangat diperlukan. Bendung Rada me

Bendung Rada mengairi 1500 Ha ngairi 1500 Ha sawah yang terletasawah yang terletak di Kabupatek di Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesin Luwu Provinsi Sulawesi Selatan. Sumber air untuk Irigasi ini disuplai dari bendung yang dibuat oleh pemerintah Selatan. Sumber air untuk Irigasi ini disuplai dari bendung yang dibuat oleh pemerintah kabupaten Luwu. Tetapi kondisi bendung tersebut telah mengalami kerusakan sehingga kabupaten Luwu. Tetapi kondisi bendung tersebut telah mengalami kerusakan sehingga fungsinya tidak optimal. Perlu dilakukan

fungsinya tidak optimal. Perlu dilakukan kembali review terhadap desain bendungnya..kembali review terhadap desain bendungnya..

Berkaitan dengan hal tersebut, maka BBWS Pompengan Jeneberang pada tahun 2018 Berkaitan dengan hal tersebut, maka BBWS Pompengan Jeneberang pada tahun 2018 melakukan pekerjaan Review Desain Bendung DI Rada Kabupaten Luwu.

melakukan pekerjaan Review Desain Bendung DI Rada Kabupaten Luwu. B.

B. NAMA PEKERJAANNAMA PEKERJAAN

Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada

Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada Kabupaten LuwuKabupaten Luwu Kementerian Negara/

Kementerian Negara/ Lembaga

Lembaga

:

: Pekerjaan Pekerjaan Umum Umum dan dan Perumahan Perumahan RakyatRakyat Unit

Unit Eselon Eselon I I : : Direktorat Direktorat Jenderal Jenderal Sumber Sumber Daya Daya AirAir Program

Program : : Pengembangan dan Pengembangan dan Rehabilitasi Rehabilitasi Jaringan Jaringan IrigasiIrigasi Permukaan, Rawa dan Tambak

Permukaan, Rawa dan Tambak Hasil

Hasil (Outcome) (Outcome) : : Laporan Laporan Review Review Desain Desain Pembangunan Pembangunan Bendung Bendung DiDi Rada Kabupaten Luwu

Rada Kabupaten Luwu Kegiatan

Kegiatan : : Review Review Desain Desain Pembangunan Pembangunan Bendung Bendung DI DI RadaRada Kabupaten Luwu Kabupaten Luwu Indikator Kinerja Indikator Kinerja Kegiatan Kegiatan :

: membuat membuat detail detail desain desain rehabilitasi rehabilitasi bendung bendung dandan saluran utama serta sekunder yang sesuai dengan saluran utama serta sekunder yang sesuai dengan kriteria perencanaan irigasi

kriteria perencanaan irigasi Jenis

Jenis Keluaran Keluaran : : LaporanLaporan Volume

Volume : : 1 1 (satu)(satu) Satuan

(4)

[3] [3] 2.

2. MAKSUD DAN TUJUANMAKSUD DAN TUJUAN

Maksud pekerjaan ini adalah melakukan identifikasi kerusakan-kerusakan bendung DI Rada termasuk Maksud pekerjaan ini adalah melakukan identifikasi kerusakan-kerusakan bendung DI Rada termasuk menginvestigasi penyebab kerusakannya serta membuat detail desain rehabilitasi bendung dan menginvestigasi penyebab kerusakannya serta membuat detail desain rehabilitasi bendung dan saluran utama serta sekunder. yang sesuai

saluran utama serta sekunder. yang sesuai dengan kriteria perencanaan irigadengan kriteria perencanaan irigasi.si.

Tujuannya adalah untuk menyiapkan suatu dokumen yang dapat dijadikan pedoman pada saat Tujuannya adalah untuk menyiapkan suatu dokumen yang dapat dijadikan pedoman pada saat pelaksanaan konstruksi yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis dan Rencana Anggaran Biaya pelaksanaan konstruksi yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis dan Rencana Anggaran Biaya (RAB), serta memberikan informasi kelayakan Rehabilitasi Daerah Irigasi Kelara dari segi

(RAB), serta memberikan informasi kelayakan Rehabilitasi Daerah Irigasi Kelara dari segi ekonomis.ekonomis.

3.

3. SASARANSASARAN

Sasaran pekerjaan ini adalah untuk meningkatkan kinerja jaringan dan mengembalikan fungsi semula Sasaran pekerjaan ini adalah untuk meningkatkan kinerja jaringan dan mengembalikan fungsi semula  jaringan irig

 jaringan irigasi DI Rada sehinggasi DI Rada sehingga produksi pertaa produksi pertanian bisa diopnian bisa dioptimalkan.timalkan.

4.

4. LOKASI KEGIATANLOKASI KEGIATAN

Lokasi Pekerjaan adalah Daerah Irigasi Rada yang terletak di Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Lokasi Pekerjaan adalah Daerah Irigasi Rada yang terletak di Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan.

Selatan.

5.

5. SUMBER PENDANAANSUMBER PENDANAAN

Untuk Pelaksanaan Kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp. 985.810.000,- (Sembilan Ratus Untuk Pelaksanaan Kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp. 985.810.000,- (Sembilan Ratus Delapan Puluh Lima Juta Delapan Ratus Sepuluh Ribu Rupiah) termasuk PPN yang dibiayai APBN Delapan Puluh Lima Juta Delapan Ratus Sepuluh Ribu Rupiah) termasuk PPN yang dibiayai APBN Rupiah Murni Tahun Anggaran 2018.

Rupiah Murni Tahun Anggaran 2018.

6.

6. ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMENORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen adalah PPK Perencanaan dan Program, Satker BBWS Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen adalah PPK Perencanaan dan Program, Satker BBWS Pompengan-Jeneberang.

Pompengan-Jeneberang.

7.

7. DATA DATA FASILITAS PENUNJANGDATA DATA FASILITAS PENUNJANG

Data dan fasilitas yang disediakan dapat digunakan serta dipelihara oleh Penyedia jasa adalah Data dan fasilitas yang disediakan dapat digunakan serta dipelihara oleh Penyedia jasa adalah Laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu, serta Peta Topografi dan gambar purna laksana (bila Laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu, serta Peta Topografi dan gambar purna laksana (bila ada) untuk digunakan se

ada) untuk digunakan sebagai Pedoman dalbagai Pedoman dalam am Pelaksanaan Pekerjaan iPelaksanaan Pekerjaan ini.ni.

8.

8. STANDAR TEKNISSTANDAR TEKNIS

Standar teknis yang digunakan sesuai dengan Kriteria Perencanaan Irigasi dan Norma, Standar, Standar teknis yang digunakan sesuai dengan Kriteria Perencanaan Irigasi dan Norma, Standar, Pedoman, Manual (NSPM).

Pedoman, Manual (NSPM).

Standart teknis yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Rehabiltasi Daerah Irigasi mulai dari Standart teknis yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Rehabiltasi Daerah Irigasi mulai dari kegiatan survey sampai kegiata

kegiatan survey sampai kegiatan penggambaran han penggambaran hasil desain sil desain seperti penjelasaseperti penjelasan berikut ini :n berikut ini : A.

A. SURVEYSURVEY

1). Topografi Trase Saluran 1). Topografi Trase Saluran

Kegiatan pengukuran dan pemetaan meliputi pengukuran trase saluran dan Kegiatan pengukuran dan pemetaan meliputi pengukuran trase saluran dan bangunan-bangunan pelengkap, yang mengacu pada KP Irigasi. Kegiatan analisis topografi meliputi bangunan pelengkap, yang mengacu pada KP Irigasi. Kegiatan analisis topografi meliputi

(5)

analisis kerangka horizontal dan koordinat, analisis ketinggian/waterpass, analisis situasi detail analisis kerangka horizontal dan koordinat, analisis ketinggian/waterpass, analisis situasi detail dan cross section dan

dan cross section dan penggambaran, yang mengacu pada PT-02, KP irigasi.penggambaran, yang mengacu pada PT-02, KP irigasi. 2). Pertanian

2). Pertanian

Menentukan pola tanam akhir

Menentukan pola tanam akhir (definitif).(definitif).

3). Hidrologi 3). Hidrologi

Kegiatan ini berupa perhitungan akhir untuk

Kegiatan ini berupa perhitungan akhir untuk laporan perencanaan.laporan perencanaan. 4). Penyelidikan Mekanika Tanah

4). Penyelidikan Mekanika Tanah

Kegiatan penyelidikan mekanika tanah detail meliputi bor tangan bila diperlukan untuk Kegiatan penyelidikan mekanika tanah detail meliputi bor tangan bila diperlukan untuk mengetahui daya dukung tanah terhadap lokasi bangunan utama, saluran, bangunan mengetahui daya dukung tanah terhadap lokasi bangunan utama, saluran, bangunan pelengkap, sumber bahan galian dan timbunan, mengacu pada KP Irigasi Bagian Geoteknik. pelengkap, sumber bahan galian dan timbunan, mengacu pada KP Irigasi Bagian Geoteknik. Kegiatan analisis laboratorium mekanika tanah untuk keperluan detail desain pembangunan Kegiatan analisis laboratorium mekanika tanah untuk keperluan detail desain pembangunan irigasi, meliputi analisa berat jenis tanah, berat isi tanah, kadar air, batas plastis tanah, batas irigasi, meliputi analisa berat jenis tanah, berat isi tanah, kadar air, batas plastis tanah, batas cair, batas susut tanah, gradasi butiran, triaxial test, consolidation test, permeability test, cair, batas susut tanah, gradasi butiran, triaxial test, consolidation test, permeability test, compaction test mengacu pada

compaction test mengacu pada

** SNI 03- Metode Pengujian Berat Jenis TanahSNI 03- Metode Pengujian Berat Jenis Tanah ** SNI 03-Metode Pengujian Kadar Air SNI 03-Metode Pengujian Kadar Air TanahTanah ** SNI 03-Metode Pengujian Batas PlastisSNI 03-Metode Pengujian Batas Plastis

** SNI 03-Metode Pengujian Batas Cair SNI 03-Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.dengan Alat Casagrande. ** SNI 03-Metode Pengujian Batas Susut SNI 03-Metode Pengujian Batas Susut TanahTanah

** RPT0 Pd T- Bagian-4 Analisis Geologi Teknik/Mekanika Tanah.RPT0 Pd T- Bagian-4 Analisis Geologi Teknik/Mekanika Tanah.

** Pd T-03.2-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-2 : Pengujian Lapangan danPd T-03.2-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-2 : Pengujian Lapangan dan Laboratorium.

Laboratorium. B.

B. ANALISIS HIDROLOGIANALISIS HIDROLOGI 1)

1) Analisis Analisis debit adebit andalanndalan

Debit andalan menunjukkan angka variabilitas ketersediaan air sekaligus menunjukkan Debit andalan menunjukkan angka variabilitas ketersediaan air sekaligus menunjukkan seberapa besar debit yang

seberapa besar debit yang dapat diandalkan. Analisis ketersediaan air yang termasuk dapat diandalkan. Analisis ketersediaan air yang termasuk besarnyabesarnya debit aliran yang ada di sungai sebagai sumber pengambilan untuk pemenuhan kebutuhan debit aliran yang ada di sungai sebagai sumber pengambilan untuk pemenuhan kebutuhan yang meliputi debit andalan dengan berbagai probabilitas (

yang meliputi debit andalan dengan berbagai probabilitas ( probability  probability ), sebagai berikut :), sebagai berikut : a)

a) Jika data debit yang tersediaJika data debit yang tersedia

≥≥

10 tahun dan berurutan maka metode yang digunakan adalah10 tahun dan berurutan maka metode yang digunakan adalah analisis lengkung kekerapan SNI 03-6738-2002 tentang Metode Perhitungan Debit Andal Air analisis lengkung kekerapan SNI 03-6738-2002 tentang Metode Perhitungan Debit Andal Air Sungai Dengan Analisis Lengkung Kekerapan, dan jika data debit yang tercatat kurang lengkap Sungai Dengan Analisis Lengkung Kekerapan, dan jika data debit yang tercatat kurang lengkap karena hilang atau rusak maksimum

karena hilang atau rusak maksimum 10 %, maka 10 %, maka dapat dilakukan pengisian sesuai dengan Pd.dapat dilakukan pengisian sesuai dengan Pd. T-22-2004-A.

T-22-2004-A. b)

b) Jika data debit yang tersediaJika data debit yang tersedia

≤≤

10 tahun, untuk memperpanjang data dapat digunakan Model10 tahun, untuk memperpanjang data dapat digunakan Model Simulasi Hidrologi Hujan-Aliran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalkan men

Simulasi Hidrologi Hujan-Aliran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalkan menggunakanggunakan Metode Mock, N-Reca, Scramento, Tank Model

Metode Mock, N-Reca, Scramento, Tank Model dan lain-lain.dan lain-lain. c)

c) Jika data debit dan data hujan tidak ada, maka perhitungan debit andal dapat dilakukanJika data debit dan data hujan tidak ada, maka perhitungan debit andal dapat dilakukan dengan:

dengan:

-- Cara Analisis Wilayah dari hasil penelitian yang sudah ada atau sesuai dengan ketentuanCara Analisis Wilayah dari hasil penelitian yang sudah ada atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

yang berlaku.

-- Model simulasi yang melahirkan data debit simulasi dengan menggunakan parameter dariModel simulasi yang melahirkan data debit simulasi dengan menggunakan parameter dari DAS sekitarnya yang mempunyai karakteristik basin yang sama (kondisi topografi, geologi DAS sekitarnya yang mempunyai karakteristik basin yang sama (kondisi topografi, geologi dan tanaman penutup) sesuai dengan

(6)

[5] 2) Analisis debit banjir

Pada kegiatan ini adalah dilakukan analisis frekuensi banjir rancangan berdasarkan curah hujan dan luas DAS SNI 03-2415-1991 tentang Metode Perhitungan Debit Banjir.

Metode perhitungan adalah sebagai berikut :

1. Metode analisis probabilitas frekuensi debit banjir

Jika data aliran sungai yang tersedia cukup panjang (> 20 tahun), sehingga analisisnya dapat langsung dilakukan dengan Metode Gumbel, Log Pearson atau Log Normal.

2. Metode analisis regional, jika data debit < 20 tahun dan > dari 10 tahun

3. Metode puncak banjir di atas ambang, apabila data debit yang tersedia antara 3

 –

 10 tahun 4. Metode empiris apabila perkiraan besarnya banjir berdasarkan parameter hujan dan

karakteristik DPS antara lain :

* Metode Rasional, digunakan pada perencanaan sarana drainase dengan daerah tangkapan yang kecil (< 40 Ha)

* Der Weduwen, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas < 100 km2

* Melchior, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas > 100 km2 * Haspers dan Mononobe digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS tanpa

memperhatikan luas DAS * Metode Hidrograf Satuan

*  Metode US

 –

Soil Conservation Service

5. Model matematik digunakan apabila selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang daripada pengamatan data debit selanjutnya yang selanjutnya digunakan untuk memperpanjang data aliran.

6. Hasil analisis digunakan untuk mendesain bangunan persilangan. C. Analisis Hidrolika

 Analisis profil muka air mengacu pada SNI 03-2830-1992 tentang Metode Perhitungan Tinggi Muka  Air dengan Cara Pias berdasarkan Rumus Manning.

Detail desain saluran dan bangunan Irigasi dan bangunan pelengkapnya. 1) Saluran primer, sekunder, dan tersier

(a) Tanpa pasangan

(1) Potongan Melintang

• Geometri

Saluran dengan debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan dangkal dengan perbandingan b/h sampai 10 atau lebih. Saluran yang lebih lebar mempunyai variasi muka air sedikit saja dengan debit yang berubah-ubah, sehingga mempermudah pembagian air. Pada saluran yang lebar, erosi atau pengikisan talud saluran tidak terlalu berakibat serius terhadap kapasitas debit.

• Kemiringan talud saluran

Besarnya kemiringan talud saluran dipengaruhi oleh jenis tanah, ketinggian daerah, dan  juga oleh kestabilan tanahnya. Kemiringan minimum talud saluran dapat dilihat pada KP

(7)

• Lengkung saluran

Jari-jari minimum lengkung untuk saluran tanpa pasangan diambil tujuh (7) kali lebar permukaan air. Maksud dibangunnya lengkung saluran adalah untuk menghindari terjadinya penggerusan di dasar sungai. Ketentuan mengenai besarnya jari-jari lengkung saluran dapat dilihat pada KP 03. Tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

• Tinggi jagaan

Tinggi jagaan adalah suatu ruangan antara puncak tanggul dan muka air maksimum. Besarnya tinggi jagaan dipengaruhi oleh debit saluran. Ketentuan mengenai besarnya tinggi jagaan saluran dapat dilihat pada KP 03. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

• Lebar tanggul

Digunakan untuk tujuan ekploitasi, pemeliharaan dan inspeksi. Besarnya lebar minimum tanggul dapat dilihat di dalam KP 03. , tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

(2) Potongan Memanjang

• Muka air yang diperlukan

Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama didasarkan pada tinggi muka air yang diperlukan di sawah-sawah yang diairi. Bila muka air jaringan utama naik di atas tanah, maka pengurangan tinggi muka air tersier dapat dipertimbangkan.

Hal ini dapat terjadi pada topografi yang sangat datar dimana kehilangan energi pada bangunan di petak tersier dapat menambah tinggi muka air yang diperlukan di jaringan utama jauh di atas muka tanah. Longgaran untuk variasi muka air Dh ditetapkan 0,18h100 (0,18 x kedalaman air rencana); 0,82h100 adalah kedalaman air perkiraan pada 70% dari Qrencana, Yang mengacu dan berpedoman pada KP 03 tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

• Kemiringan memanjang

Kemiringan memanjang ditentukan terutama oleh keadaan topografi, kemiringan saluran akan sebanyak mungkin mengikuti garis muka tanah pada trase yang dipilih.

- Kemiringan minimum

Diperlukan untuk usaha pencegahan terjadinya sedimentasi melalui kemiringan tanah dan harga I√R yang diperbesar ke arah hilir.

- Kemiringan maksimum

Untuk mencegah terjadinya erosi maka kecepatan maksimum aliran harus dibatasi. Kecepatan rencana pada tanah-tanah kohesif umumnya lebih rendah daripada kecepatan maksimum yang diijinkan untuk tanah. Kecepatan maksimum yang diijinkan dapat dilihat pada KP 03. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

- Detail desain kemiringan saluran

Dalam prosedur detail desain saluran dapat timbul kesulitan berupa :

* Kemiringan medan yang curam. Untuk mengurangi kecepatan rencana maka kemiringan saluran diambil lebih landai daripada kemiriingan tanah.

(8)

[7]

* Kemiringan minimum saluran primer garis tinggi, untuk menghindari pengendapan sedimen. Harga Iba√R yang dipakai untuk saluran primer harus lebih besar dari harga Iba√R  kantong lumpur dalam keadaan penuh.

* Saluran sekunder dengan kemiringan medan kecil, maka harga Iba√R sebaiknya paling tidak sama dengan harga ruas saluran hulu.

(b) Dengan Pasangan

(1) Kecepatan maksimum

Kecepatan maksimum yang diijinkan dipengaruhi oleh jenis pasangan saluran. Untuk aliran yang stabil, bilangan Froude harus kurang dari 0, 55 untuk aliran subkritis, atau lebih dari 1,4 untuk aliran subkritis. Saluran dengan bilangan Froude antara 0,55 dan 1,4 dapat memiliki pola aliran dengan gelombang tegak (muka air bergelombang yang akan merusak kemiringan talud). (2) Detail desain untuk aliran subkritis

Ruas saluran pasangan direncana menurut kriteria angkutan sedimen, dengan mengikuti I√R konstan, kedalaman air untuk saluran pasangan sama dengan kedalaman air saluran tanpa pasangan. Namun lebar dasar salurannya lebih kecil daripada saluran tanpa pasangan. Kemiringan talud bisa dibuat lebih curam, bahkan untuk saluran yang lebih kecil (h < 0,40 m) kemiringan talud dibuat vertikal.

(3) Lengkung saluran

Jari-jari minimum lengkung untuk saluran pasangan diambil tiga kali lebar permukaan air. Jika dibutuhkan tikungan yang lebih tajam, maka mungkin diperlukan kincir pengarah (guide vane) agar sebaran aliran di ujung tikungan itu lebih merata. Kehilangan tinggi energi tambahan juga harus diperhitungkan. Ketentuan mengenai besarnya jari-jari lengkung saluran dapat dilihat pada KP 03. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

(4) Tinggi jagaan

Besarnya tinggi jagaan dipengaruhi oleh debit saluran, dan berguna untuk:

Menaikkan muka air di atas tinggi muka air maksimum.

Mencegah kerusakan tanggul saluran dan menghindari terjadinya overtop apabila ada pintu yang macet.

 Agar saluran dapat menampung air hujan, sehingga tidak terjadi banjir. Ketentuan mengenai besarnya tinggi jagaan saluran dapat dilihat pada KP 03, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

2) Saluran pembuang (1) Jaringan pembuang

Muka air memegang peranan penting dalam detail desain kapasitas saluran pembuang maupun dalam detail desain bangunan-bangunan khusus (contohnya pintu otomatis) di lokasi di muara saluran pembuang. Di daerah-daerah yang diairi secara teknis jaringan, pembuangan mempunyai dua fungsi, yaitu :

Pembuang intern untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk mencegah terjadinya genangan dan kerusakan tanaman, atau untuk mengatur banyaknya air tanah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman.

(9)

 Air buangan dari luar jaringan irigasi biasanya memasuki daerah proyek irigasi melalui saluran-saluran pembuang alamiah.

(2) Kebutuhan pembuang untuk tanaman padi.

Komponen untuk perhitungan modulus pembuangan dapat diambil sebagai berikut : (1) Dataran rendah

Pemberian air irigasi sama dengan nol jika irigasi dihentikan.

Pemberian air irigasi sama dengan evapotranspirasi ET jika irigasi diteruskan. Kadang-kadang pemberian air irigasi dihentikan di dalam petak tersier, tetap air dari jaringan irigasi utama dialirkan ke dalam jaringan pembuang.

Tampungan tambahan di sawah pada 150 mm lapisan air maksimum, tampungan

tambahan ΔS pada akhir hari

-hari berturutan n diambil maksimum 50 mm.

Perkolasi (P) sama dengan nol. (2) Daerah terjal

Ketentuannya sama dengan untuk kondisi dataran rendah, tetapi dengan perkolasi P sama dengan 3 mm/hari. Untuk daerah sampai seluas 400 ha pembuang air per petak diambil konstan. Jika daerah-daerah yang akan dibuang airnya yang lebih besar akibat menurunnya curah hujan, dengan tampungan sementara yang relatif lebih besar, maka dipakai harga pembuang yang lebih kecil per petak.

(3) Kebutuhan pembuang untuk sawah non padi

Dalam merencanakan saluran-saluran pembuang untuk daerah dimana padi tidak ditanam, ada dua macam debit yang harus dipertimbangkan : Besarnya harga koefisien limpasan air hujan untuk perhitungan Qd dapat dilihat pada KP 03., tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran. 3) Bangunan bagi atau sadap

(a) Bangunan bagi

Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Biasanya pintu pengatur dipasang di saluran terbesar sedangkan alat-alat pengukur dan pengatur dibangun di bangunan sadap yang lebih kecil. (b) Bangunan pengatur

 Aspek penting dalam detail desain bangunan bagi adalah kepekaannya terhadap variasi muka air. Detail desain bangunan pengatur hendaknya memperhatikan perlindungan dari kemungkinan peristiwa debit penuh dengan cara membangun pelimpah samping di hulu, kapasitas yang memadai di atas pintu, atau dengan alat ukur tambahan dengan mercu setinggi debit rencana. Lebar bangunan pengatur berkaitan dengan kehilangan tinggi energi yang diizinkan serta biaya pelaksanaan.

Bangunan yang lebar mengakibatkan sedikit kehilangan tinggi energi, tetapi lebih mahal. Guna mengurangi kehilangan tinggi energi dan sekaligus menghindari penggerusan, disarankan untuk membatasi kecepatan di bangunan pengatur samoai kurang lebih 1,5 m/dt.

(10)

[9] (c) Bangunan sadap

(1) Bangunan sadap sekunder

Bangunan ini akan memberi air ke saluran sekunder dan melayani lebih dari satu petak tertier. Kapasitas bangunan-bangunan sadap ini lebih dari 0,250 m3/dt. Alat ukur Romijn digunakan hingga debit sebesar 2 m3/dt, untuk debit yang lebih besar dipilih pintu sorong yang dilengkapi alat ukur yang terpisah, alat ukur Crump de Gruyter digunakan bila kehilangan tinggi energinya memadai.

(2) Bangunan sadap tertier

Bangunan ini memberi air kepada petak-petak tersier, memiliki kapasitas antara 50-250 l/dt. Pemakaian beberapa tipe bangunan sadap tertier sekaligus di satu daerah tidak disarankan. Bila kehilangan tinggi energy bermasalah dan muka air hulu diatur, maka cocok digunakan alat ukur Romijn. Sedangkan jika kehilangan tinggi energi tidak menjadi masalah, muka air berfluktuasi, dan harus tetap memberikan air selama debit sangat rendah, alat ukur Crump de Gruyter akan lebih cocok digunakan. Jika pembuatan bangunan pengatur terlalu mahal dan muka air yang diperlukan di petak tertier lebih rendah dari elevasi air selama debit rendah di saluran, maka akan lebih menguntungkan menggunakan pipa sadap sederhana.

4) Bangunan pengukur

Rekomendasi penggunaan bangunan ukur tertentu didasarkan pada factor penting, antara lain :

Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit.

Ketelitian pengukuran di lapangan

Bangunan yang kokoh, sederhana, dan ekonomis.

Rumus debit sederhana dan teliti

Eksploitasi dan pembacaan papan duga mudah

Pemeliharaan sederhana dan murah.

Berdasarkan urutan bangunan yang lebih dianjurkan digunakan, maka jenis-jenis bangunan pengukur itu adalah sebagai berikut :

(a) Bangunan Ukur

Bangunan Ukur Ambang Lebar Horizontal dan Ujung Hulu Bulat, mengacu pada SNI 03-6467.1-2000 tentang Tata cara pengukuran aliran benda cair pada saluran terbuka dengan bangunan ukur ambang lebar horizontal dan ujung hulu bulat.

(b) Alat ukur Romijn

Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk mengatur dan mengukur debit di dalam jaringan saluran irigasi. Dapat digunakan sebagai bangunan sadap tersier dan juga dipakai sebagai bangunan sadap sekunder. Gambar alat ukur dan tabel harga-harga besaran debit berdasarkan dimensi yang dianjurkan dapat dilihat di dalam KP 04 tentang Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan.

(c) Alat ukur Crump De Gruyter

 Alat ukur ini dipakai dengan berhasil jika keadaan muka air di saluran selalu mengalami fluktuasi atau jika orifis harus bekerja pada keadaan muka air rendah di saluran. Untuk mengetahui karakteristik alat ukur ini dapat dilihat pada KP 04. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan.

(11)

(d) Bangunan Ukur Debit Cipoletti

Bangunan Ukur Debit Cipoletti mengacu pada SNI 03-6381-2000 tentang Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan bangunan ukur Cipoletti.

5) Bangunan pelengkap

Bangunan pelengkap atau bangunan pembawa adalah bangunan yang digunakan untuk membawa aliran air di tempat-tempat dimana tidak mungkin dibuat potongan saluran biasa tanpa pasangan, bangunan-bangunan tersebut adalah sebagai berikut:

Siphon

Terjunan

Gorong-gorong

Got miring

Talang

Keputusan mengenai tipe bangunan yang akan dipilih tergantung pada besar kecilnya biaya pelaksanaan. Semua hal yang berkaitan dengan bangunan pelengkap harus mengacu pada KP 08 tentang Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Pelengkap.

D. Penggambaran Desain

Penggambaran hasil kegiatan detail desain meliputi gambar hasil pengukuran dan pemetaan, layout saluran irigasi dan bangunan pelengkapnya, potongan memanjang dan melintang saluran irigasi, detail bangunan utama dan bangunan penunjang saluran irigasi. Penggambaran mengacu dan berpedoman pada KP-07, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran, dan BI- 01 dan BI-02

E. Manual Operasi Dan Pemeliharaan

a) Kegiatan operasi dan pemeliharaan harus mencakup seluruh bangunan irigasi.

b) Kegiatan operasi dan pemeliharaan harus melibatkan semua tenaga, alat yang digunakan pada kegiatan operasi dan pemeliharaan. RPT0-Pd T-xx-200x

c) Semua kegiatan operasi dan pemeliharaan mengacu pada Pedoman Umum Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal SDA T-03-2002, tentang Tata cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis, BSN.

F. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

Penyusunan Rencana Anggaran Biaya didasarkan pada tipe pekerjaan yang bersangkutan dengan pelaksanaan pembangunan saluran irigasi ditambah dengan PPN yang mengacu pada AB-K/RE-RT/TC/021/98 tentang Tata Cara Perancangan Anggaran Biaya, sedangkan RAB untuk petak tersier disendirikan.

G. Penyusunan Dokumen Pelelangan

Penyusunan dokumen lelang digunakan bagi keperluan pelelangan pekerjaan atau pengadaan barang maupun jasa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penyusunan Dokumen Lelang harus meliputi ketentuan-ketentuan, komponen bahan dan spesifikasi konstruksi dan cara pengerjaan yang mengacu pada KEPMEN Menteri PU

9. STUDI TERDAHULU

Laporan dari studi dan desain terdahulu dapat diperoleh pada Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan-Jeneberang dan atau instansi terkait lainnya.

(12)

[11] 10. REFERENSI HUKUM

a. Undang Undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan

b. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air c. Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang Irigasi

d. Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2011 tentang Sungai

e. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

f. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang RI No 2 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang Undang No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

g. PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air h. Peraturan Presiden No 99 tahun 2014 tentang perubahan kedua atas pertauran Presiden No 71

/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk kepentingan Umum.

i. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

 j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 30/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif

k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 31/PRT/M/2007 tentang pedoman Mengenai Komisi Irigasi

l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi Pemeliharaan Irigasi

m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 33/PRT /2007 tentang Pedoman Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A

n. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 390 /KPTS/M /2007 tentang Penetapan Status Daerah Irigasi Yang Pengelolaannya Menjadi Wewenang Dan Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

o. KepMen PU No 293/KPTS/M/2014 tentang Pembagian Kewenangan Daerah Irigasi 11. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik maka perlu dipahami terlebih dahulu pendekatan dan metodologi apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, hal ini perlu dilakukan agar pekerjaan dapat dilaksanakan secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran yang tepat, efisiensi kerja, tenaga dan waktu.

Subtansi Metode Pelaksanaan Mengacu Pada Lima Pilar   yang harus dilakukan pada pekerjaan Detail Desain Rahabilitasi Daerah Irigasi, yang secara garis besar dibagi dalam beberapa tahap kegiatan yang dirinci berdasarkan pada jenis pekerjaan sebagai berikut :

(13)

[12]

Tabel Metode Pelaksanaan Rehabilitasi Daerah Irigasi Mengacu Pada Lima Pilar 

No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang

diserahkan

Ket

1 2 3 4 5 6

1. Rehabilitasi Umum

Menyiapkan peta petak  jaringan irigasi 1:5.000

Kalau peta petak masih ada cukup disempurnakan, kalau nggak ada ukur dan gambar ulang.

Peta petak irigasi 1:5.000

Inventory jaringan irigasi Melakukan inventory kerusakan saluran dan bangunan

Tabel kerusakan saluran dan bangunan irigasi lengkap dengan sket dan foto-foto

Dimensi diukur ulang, dimensi dibawah tanah berdasar gambar as built drawing terdahulu Strip survey saluran irigasi Melakukan pengukuran sepanjang

saluran, cros memanjang dan melintang skala (lihat PT 02)

Gambar strip survey, cros memanjang dan melintang Gambar saluran

memanjang, saluran melintang, semua bangunan

Menggambar saluran memanjang, saluran melintang, semua bangunan

Gambar saluran memanjang, saluran melintang, semua bangunan

Bagian bangunan yang di rehab ditandai dengan bayangan (shadow)

2. Pilar I:

ketersediaan air

Desain tampungan air tambahan

 Analisa hidrologis tentang

kecenderungan debit andalan dan debit puncak 10 th terakhir dengan data 20 tahun terkhir

Rekomendasi pembuatan tampungan/reservoir, disertai Perencanaan dasar (Basic desain)

Kalau penurunan debit andalan melebihi 5% dalam 10 tahun terakhir, perlu dibuat tampungan air tambahan

Kajian hubungan hulu dan hilir

Melakukan penjajagan ke masyarakat petani pemanfaat mengumpulkan iuran untuk lingkungan/vegetasi, yang dimanfaatkan untuk perbaikan vegetasi bag hulu

Kajian harmonisasi hubungan hulu dan hilir

Contoh di Cidanau

3. Pilar II: Infrastruktur Irigasi

Lapisan kedap air Melakukan pengamatan untuk menseleksi lokasi yang harus di lining saluran

Lokasi lapisan kedap air Untuk mengurangi kehilangan air

No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang

diserahkan

Ket

1 2 3 4 5 6

Penggantian Pintu air Melakukan inspeksi lapangan untuk mengganti stop log yang > 1,50 m menjadi pintu sliding. Pintu sliding yang pelayanan > 2000 Ha diberi

elektromekanikal

Gambar desain pintu dan pintu elekromekanik

 Atap pelindung pintu Melakukan desain atap pelindung pintu Gambar atap pelindung pintu

Semua bangunan bagi dan bagi sadap

Balai petani Melakukan desain balai petani terbuka pada setiap bangunan bagi ukuran 3 x 4 m2

Gambar type Satu type

Bangunan pengeluar sedimen (sedimen excluder)

Melakukan kajian pemilihan lokasi dan tipe bangunan pengeluar sedimen

Gambar tipe bangunan pengeluar sedimen dan lokasinya

Patok batas sempadan saluran irigasi

Mengidentifikasi patok batas lama, dan mengusulkan patok batas yang baru sesuai Permen PU

Gambar lokasi patok batas saluran

Patok Km dan Hm Menetapkan posisi patok Km dan Hm Gambar patok dan lokasinya

Fasilitas OP: Kantor, rumah Pengamat, Juru, POB

Mendesain dan penentuan lokasi Gambar kantor dan rumah Fasilitas dan peralatan OP;

transportasi,

komunikasi,furniture dan perlatan kantor, ATK, compakror, pemotong rumput dll

Melakukan kajian dan mengusulkan kebutuhan fasilitas dan perlatan OP, antara lain: transportasi,

komunikasi,furniture dan perlatan kantor, ATK, compakror, pemotong rumput dll

Usulan fasilitas dan peralatan OP: transportasi,

komunikasi,furniture dan perlatan kantor, ATK, compakror, pemotong rumput dll

Pemasangan sipatan lining Mendesain dan menentukan lokasi sipatan lining

Gambar dan lokasi sipatan lining

(14)

[13]

No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang

diserahkan

Ket

1 2 3 4 5 6

Penggantian Pintu air Melakukan inspeksi lapangan untuk mengganti stop log yang > 1,50 m menjadi pintu sliding. Pintu sliding yang pelayanan > 2000 Ha diberi

elektromekanikal

Gambar desain pintu dan pintu elekromekanik

 Atap pelindung pintu Melakukan desain atap pelindung pintu Gambar atap pelindung pintu

Semua bangunan bagi dan bagi sadap

Balai petani Melakukan desain balai petani terbuka pada setiap bangunan bagi ukuran 3 x 4 m2

Gambar type Satu type

Bangunan pengeluar sedimen (sedimen excluder)

Melakukan kajian pemilihan lokasi dan tipe bangunan pengeluar sedimen

Gambar tipe bangunan pengeluar sedimen dan lokasinya

Patok batas sempadan saluran irigasi

Mengidentifikasi patok batas lama, dan mengusulkan patok batas yang baru sesuai Permen PU

Gambar lokasi patok batas saluran

Patok Km dan Hm Menetapkan posisi patok Km dan Hm Gambar patok dan lokasinya

Fasilitas OP: Kantor, rumah Pengamat, Juru, POB

Mendesain dan penentuan lokasi Gambar kantor dan rumah Fasilitas dan peralatan OP;

transportasi,

komunikasi,furniture dan perlatan kantor, ATK, compakror, pemotong rumput dll

Melakukan kajian dan mengusulkan kebutuhan fasilitas dan perlatan OP, antara lain: transportasi,

komunikasi,furniture dan perlatan kantor, ATK, compakror, pemotong rumput dll

Usulan fasilitas dan peralatan OP: transportasi,

komunikasi,furniture dan perlatan kantor, ATK, compakror, pemotong rumput dll

Pemasangan sipatan lining Mendesain dan menentukan lokasi sipatan lining

Gambar dan lokasi sipatan lining

[14]

No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang

diserahkan

Ket

1 2 3 4 5 6

Jalan inspeksi pada saluran drainase

Mendesain jalan inspeksi pada saluran drainase

Gambar jalan inspeksi pada saluran drainase 4. Pilar III: Sistem

pengelolaan air

Manual OP daerah irigasi Melakukan kajian dan menyiapkan manual khusus untuk daerah irigasi nyang bersangkutan

Manual OP daerah irigasi khusus

Manual yang cocok untuk daerah irigasi yang bersangkutan Kehilangan air di tingkat

Primer, sekunder, dan tersier

Melakukan pengamatan dengan uji coba lapangan kehilangan air di primer dan skunder. Melakukan pengamatan dengan perkiraan kehilangan air di petak tersier.

Laporan kajian kehilangan air di primer, sekunder, dan tersier

 Alternatife 2 metode uji coba: penggenangan atau

pengukuran inflow dan out flow

Kandungan sedimen di sungai dan saluran irigasi

Melakukan pengamatan dengan sample dan uji coba laborat kandungan

sedimen di sungai dan primer dan sekunder.

Laporan pengamatan kandungan sedimen di sungai, primer, dan sekunder

Penyempurnaan Alokasi air irigasi

Melakukan kajian dan petunjuk cara mengalokasikan air irigasi berdasar kebutuhan nyata air yang diperlukan tanaman (consumptive used) , Yaitu Evapotranspiration potensial (ETp), perkolasi (P), hujan efektif (Re)

Petunjuk tata cara mengalokasikan air irigasi berdasar kebutuhan nyata air yang diperlukan tanaman (consumptive used)

 Alokasi cara lama: unit kebutuhan air diperkirakan secara global

Produktivitas air (Kg GKG/m3 air)

Melakukan kajian dan menyiapkan tata cara monitoring produktivitas air

Tata cara monitoring produktivitas air 5. PIlar IV: Penguatan Institusi Institusi pengelola OP daerah irigasi

Melakukan kajian dan menyiapkan institusi pengelola OP sejak dari pengamat, juru, sub unit Penyuluh irigasi, Sub unit Pengaman irigasi, Sub unit Pemeliharaan mobile, PPA, POB, dan pekarya serta staf. Termasuk struktur, tupoksi, koordinasi, dan tugas

Laporan institusi pengelola OP

 Ada tambahan baru: sub unit Penyuluh irigasi, Sub unit Pengaman irigasi, Sub unit Pemeliharaan mobile

(15)

[14]

No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang

diserahkan

Ket

1 2 3 4 5 6

Jalan inspeksi pada saluran drainase

Mendesain jalan inspeksi pada saluran drainase

Gambar jalan inspeksi pada saluran drainase 4. Pilar III: Sistem

pengelolaan air

Manual OP daerah irigasi Melakukan kajian dan menyiapkan manual khusus untuk daerah irigasi nyang bersangkutan

Manual OP daerah irigasi khusus

Manual yang cocok untuk daerah irigasi yang bersangkutan Kehilangan air di tingkat

Primer, sekunder, dan tersier

Melakukan pengamatan dengan uji coba lapangan kehilangan air di primer dan skunder. Melakukan pengamatan dengan perkiraan kehilangan air di petak tersier.

Laporan kajian kehilangan air di primer, sekunder, dan tersier

 Alternatife 2 metode uji coba: penggenangan atau

pengukuran inflow dan out flow

Kandungan sedimen di sungai dan saluran irigasi

Melakukan pengamatan dengan sample dan uji coba laborat kandungan

sedimen di sungai dan primer dan sekunder.

Laporan pengamatan kandungan sedimen di sungai, primer, dan sekunder

Penyempurnaan Alokasi air irigasi

Melakukan kajian dan petunjuk cara mengalokasikan air irigasi berdasar kebutuhan nyata air yang diperlukan tanaman (consumptive used) , Yaitu Evapotranspiration potensial (ETp), perkolasi (P), hujan efektif (Re)

Petunjuk tata cara mengalokasikan air irigasi berdasar kebutuhan nyata air yang diperlukan tanaman (consumptive used)

 Alokasi cara lama: unit kebutuhan air diperkirakan secara global

Produktivitas air (Kg GKG/m3 air)

Melakukan kajian dan menyiapkan tata cara monitoring produktivitas air

Tata cara monitoring produktivitas air 5. PIlar IV: Penguatan Institusi Institusi pengelola OP daerah irigasi

Melakukan kajian dan menyiapkan institusi pengelola OP sejak dari pengamat, juru, sub unit Penyuluh irigasi, Sub unit Pengaman irigasi, Sub unit Pemeliharaan mobile, PPA, POB, dan pekarya serta staf. Termasuk struktur, tupoksi, koordinasi, dan tugas

Laporan institusi pengelola OP

 Ada tambahan baru: sub unit Penyuluh irigasi, Sub unit Pengaman irigasi, Sub unit Pemeliharaan mobile

No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang

diserahkan

Ket

1 2 3 4 5 6

masing2 petugas. Institusi pemanfaat air irigasi

(P3A/GP3A/IP3A)

Melakukan kajian dan menyiapkan pemberdayaan dan pengembangan Institusi pemanfaat air irigasi (P3A/GP3A/IP3A)

Laporan kajian, pemberdayaan, dan pengembangan Institusi pemanfaat air irigasi (P3A/GP3A/IP3A) Sistem pembiayaan OP

irigasi

Melakukan kajian dengan analisis besarnya pembiayaan OP irigasi

Laporan kajian besarnya pembiayaan OP irigasi. 6. Pilar V:

Pemberdayaan SDM

Kajian kebutuhan tenaga OP dari segi Kualitas dan kuantitas

Melakukan kajian dengan analisis kebutuhan tenaga petugas OP, sekaligus kuantitas yang diperlukan dan kualitas yang disyaratkan.

Laporan kajian kebutuhan tenaga OP

Kajian kebutuhan pelatihan petugas OP

Melakukan kajian dengan analisis kebutuhan akan diklat (KAD) bagi petugas OP

Laporan kajian dengan analisis kebutuhan Sistem penggajian petugas

OP

Melakukan kajian dengan analisis besarnya penggajian petugas OP

Laporan kajian besarnya penggajian petugas OP Kompetensi dan sertifikasi

petugas OP

Melakukan kajian dengan analisis tentang kompetensi dibutuhkan petugas OP dan sertifikasinya

Laporan kajian dengan analisis tentang kompetensi dibutuhkan petugas OP dan sertifikasinya

(16)

[15]

No Substansi Cakupan Metode yang harus dilakukan Hasil akhir yang

diserahkan

Ket

1 2 3 4 5 6

masing2 petugas. Institusi pemanfaat air irigasi

(P3A/GP3A/IP3A)

Melakukan kajian dan menyiapkan pemberdayaan dan pengembangan Institusi pemanfaat air irigasi (P3A/GP3A/IP3A)

Laporan kajian, pemberdayaan, dan pengembangan Institusi pemanfaat air irigasi (P3A/GP3A/IP3A) Sistem pembiayaan OP

irigasi

Melakukan kajian dengan analisis besarnya pembiayaan OP irigasi

Laporan kajian besarnya pembiayaan OP irigasi. 6. Pilar V:

Pemberdayaan SDM

Kajian kebutuhan tenaga OP dari segi Kualitas dan kuantitas

Melakukan kajian dengan analisis kebutuhan tenaga petugas OP, sekaligus kuantitas yang diperlukan dan kualitas yang disyaratkan.

Laporan kajian kebutuhan tenaga OP

Kajian kebutuhan pelatihan petugas OP

Melakukan kajian dengan analisis kebutuhan akan diklat (KAD) bagi petugas OP

Laporan kajian dengan analisis kebutuhan Sistem penggajian petugas

OP

Melakukan kajian dengan analisis besarnya penggajian petugas OP

Laporan kajian besarnya penggajian petugas OP Kompetensi dan sertifikasi

petugas OP

Melakukan kajian dengan analisis tentang kompetensi dibutuhkan petugas OP dan sertifikasinya

Laporan kajian dengan analisis tentang kompetensi dibutuhkan petugas OP dan sertifikasinya

12. LINGKUP KEGIATAN DAN METODOLOGI A. LINGKUP KEGIATAN

Pekerjaan Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada dibagi dalam lima kegiatan pokok sebagai berikut :

Kegiatan (A) :

Pengumpulan data, pembuatan dan penyempurnaan peta dasar daerah irigasi dan peta ikhtisar. Kegiatan (B):

Pengumpulan data-data hasil survei (Penelusuran Aset Irigasi) dan kerusakan jaringan irigasi dan usulan perbaikannya, pembuatan skema jaringan irigasi termasuk skema bangunan (existing), pengukuran dan penggambaran saluran pembawa, saluran pembuang dan bangunan yang ada maupun lokasi survei untuk yang direncanakan, serta pengumpulan data pendukung Operasi dan Pemeliharaan (termasuk kalibrasi dan perbaikan bangunan ukur), hidrometri dan hidrologi.

Kegiatan ( C ) :

Pembuatan Laporan Sistem Planning termasuk daftar usulan pekerjaan Konstruksi untuk Rehabiltasi yang melibatkan P3A.

Kegiatan (D) :

(17)

12. LINGKUP KEGIATAN DAN METODOLOGI A. LINGKUP KEGIATAN

Pekerjaan Review Desain Pembangunan Bendung DI Rada dibagi dalam lima kegiatan pokok sebagai berikut :

Kegiatan (A) :

Pengumpulan data, pembuatan dan penyempurnaan peta dasar daerah irigasi dan peta ikhtisar. Kegiatan (B):

Pengumpulan data-data hasil survei (Penelusuran Aset Irigasi) dan kerusakan jaringan irigasi dan usulan perbaikannya, pembuatan skema jaringan irigasi termasuk skema bangunan (existing), pengukuran dan penggambaran saluran pembawa, saluran pembuang dan bangunan yang ada maupun lokasi survei untuk yang direncanakan, serta pengumpulan data pendukung Operasi dan Pemeliharaan (termasuk kalibrasi dan perbaikan bangunan ukur), hidrometri dan hidrologi.

Kegiatan ( C ) :

Pembuatan Laporan Sistem Planning termasuk daftar usulan pekerjaan Konstruksi untuk Rehabiltasi yang melibatkan P3A.

Kegiatan (D) :

Pembuatan Desain rinci didahului konsep desain, Rencana Anggaran Biaya, dilengkapi data untuk analisa ekonomi, data harga satuan upah, bahan dan sewa alat bantu dilokasi proyek serta menyiapkan dokumen lelang untuk konstruksi Rehabilitasi, serta pembuatan Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan, dan Buku Data Daerah Irigasi.

Kegiatan ( E ) :

Pertemuan Konsultasi Masyarakat. B. METODOLOGI

B.1 Umum

Pekerjaan perencanaan rehabilitasi diperlukan untuk mendapatkan dokumen dalam rangka pelaksanaan rehabilitasi suatu jaringan yang sesuai degan Standar Mutu dan memenuhi kebutuhan pemakai air dari hasil kesepakatan dengan P3A / Gabungan P3A, Pemerintah Daerah, dan institusi terkait lainnya.

B.2 Proses Perencanaan Rehabilitasi

Perencanaan rehabilitasi digambarkan sebagai berikut: B.2.1. Pengenalan Kerusakan.

Hal yang sangat penting dalam rehabilitasi adalah bagaimana mengenali kerusakan dengan pengamatan dan pengkajian.

(18)

[17] B.2.2. Mencari Penyebab Kerusakan.

Tahap awal suatu perencanaan rehabilitasi adalah mencari penyebab kerusakan saluran dan bangunan. Penyebab kerusakan harus dicari akar permasalahan yang sebenarnya sebagai sebab penyakit.

Pecahnya sayap hilir bendung mungkin disebabkan kualitas pasangan , fondasi jelek atau gerusan lokal. Kalau kualitas pasangan baik dan fondasi cukup kuat maka tentu gerusan local penyebabnya. Gerusan lokal terjadi karena kolam pemecahenergi kurang berfungsi ; yang terakhir ini mungkin disebabkan banjir rencana salah hitung atau dimensi kolam olak kurang memadai . Kalau masalahnya banjir rencana tentu masalah hidrologi sebagai akar masalah pecahnya sayap. B.2.3. Kajian Perencanaan Terdahulu.

Tahap selanjutnya adalah melakukan peninjauan ulang (review) terhadap perencanaan terdahulu yang meliputi : melakukan kajian data penunjang (topografi, geologi/mekanika tanah, hidrologi, sedimen dll), pengecekan analisa data dan analisa perhitungan, dan yang terakhir pengecekan gambar perencanaan.

B.2.4. Elaborasi Teknik.

Proses ini adalah upaya mencari penyebab dan jalan keluar menurunnya fungsi suatu jaringan irigasi, yang berupa upaya perbaikan data dan penyempurnaan analisa dan perhitungan.

Perbaikan data dan analisa data bisa berupa :

 Topografi : pengukuran ulang dan pengukuran tambahan.

 Hidrologi : tambahan seri data hidrologi, perhitungan ulang dengan rumus yang benar, dan

perbaikan pendekatan.

 Geologi/Mekanika Tanah : tambahan data geologi/mekanika tanah, perubahan pendekatan

perhitungan ulang dengan rumus yang benar, interpretasi yang wajar.

 Sedimen : tambahan data, perbaikan teknik sampling, perubahan asumsi yang benar.

Penyempurnaan perhitungan teknik bisa berupa :

 Konsep pendekatan yang lebih sesuai.   Anggapan-anggapan (asumsi) yang benar  Rumus pengganti yang lebih tepat

 Perhitungan aritmatika yang betul  Besaran standar yang wajar   Angka keamanan yang memadai.

B.2.5. Teknik Penggambaran.

Setelah elaborasi teknik perbaikan dilakukan, dilanjutkan dengan penuangan rekayasa teknik, ini dalam bentuk gambar teknik. Gambar teknik harus disiapkan sesuai standar penggambaran KP-07: Jelas, rapi, bersih dan mudah dibaca.

(19)

B.3. Tata Laksana Perencanaan Rehabilitasi.

Seperti dijelaskan diatas bahwa perencanaan rehabilitasi adalah penyempurnaan terhadap perencanaan sebelumnya, maka untuk keperluan efisiensi (ditinjau dari segi waktu, biaya dan teknis) tidak perlu melakukan pengulangan secara utuh proses perencanaan lama.

Perencanaan rehabilitasi cukup dilakukan dengan menyempurnakan gambar lama, yang memang dengan maksud untuk penyempurnaan fungsi jaringan perlu tambahan perencanaan. Tentunya tetap bisa memenuhi kebutuhan untuk manajemen pengelola jaringan, yaitu :

 Sebagai dasar untuk perhitungan volume pekerjaan dengan pihak pelaksana konstruksi.  Sebagai dasar untuk keperluan O&P.

Tata Laksana berikut akan menjelaskan tentang pengukuran dan penggambaran dalam perencanaan rehabilitasi.

Dalam hal ini tata laksana perencanaan rehabilitasi akan dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu perencanaan rehabilitasi yang:

 Gambar lama tersedia lengkap.  Gambar lama tidak tersedia (hilang)

 Gambar lama tersedia tetapi tidak lengkap (sebagian hilang).

B.3.1. Gambar Lama Tersedia.

Pengumpulan data gambar purnalaksana untuk kesesuaian konstruksi di lapangan. Pengumpulan data topografi

1). Pengumpulan peta situasi 1 : 5000 / 1 : 2000, bila tidak tersedia atau tidak sesuai dengan topografi di lapangan maka dilakukan pengukuran baru. Sehingga pekerjaan pengukuran situasi hanya dilakukan dalam hal :

 Tambahan areal pelayanan.

  Ada perubahan situasi (misalnya sawah berubah menjadi pemukiman).

2) Pengukuran trase dilakukan bila ada perubahan areal atau penambahan areal.

3) Pengukuran situasi site bendung ; pengukuran ini tidak perlu dilakukan, kecuali kalau dilakukan perubahan total bendung; pemindahan lokasi bendung baru pada lokasi diluar pengukuran lama atau pada lokasi di dalam pengukuran lama tetapi ada perubahan regime sungai.

Pengukuran kecil tambahan mungkin perlu dilakukan kalau ada perbaikan parsial pada bendung, misalnya sayap hilir, endsill dan lain sebagainya.

4) Pengukuran situasi bangunan; pengukuran ini hanya dilakukan untuk bangunan yang akan diperbaiki.

Bangunan yang masih baik dan tidak diperbaiki perlu diukur elevasinya.

5) Penggambaran : hasil pengukuran digambar pada kertas re-kalkir gambar pengukuran lama. Demikian juga gambar perencanaan dilakukan pada kertas yang sama sehingga perlu dilakukan penggambaran ulang.

(20)

[19] B.3.2. Gambar lama tidak tersedia (hilang)

Mengingat gambar lama tidak ditemukan, maka kita kehilangan bahan dasar untuk perbaikan perencanaan rehabilitasi. Tidak ada jalan lain kecuali melakukan pengukuran dan penggambaran ulang secara komplit dan menyeluruh, dengan berpedoman pada sistim jaringan yang telah ada. Pelaksanaan pekerjaan seperti diuraikan pada bagian B.4.

B.3.3. Gambar lama sebagian hilang

Dalam keadaan ini tentunya dilakukan kombinasi seperti tersebut butir B.3.1 dengan butir B.3.2. sebagian diukur dan digambar ulang secara penuh, sebagian diukur dan digambar dengan penyempurnaan.

B.4. Rincian Pelaksanaan Kegiatan. B.4.1. Uraian Kegiatan A

Tugas dalam Kegiatan A ialah:

B.4.1.1. Penelusuran Jaringan Irigasi.

a. Melaksanakan penelusuran jaringan irigasi.

b. Menjaring kebutuhan petani baik fisik maupun non fisik.

B.4.1.2. Membuat, menyempurnakan dan menyusun peta-peta berikut :

a. Peta Dasar (skala 1:2000 atau 1:5000). Apabila tidak terdapat peta dasar, maka harus membuat peta dasar baru (skala 1:5000) yang menunjukan situasi lapangan yang ada.

b. Peta Ikhtisar jaringan irigasi (skala 1:10000 atau 1:20000) yang dapat dibuat dari peta dasar butir (a) di atas.

B.4.1.2.a. Pembuatan atau penyempurnaan Peta Dasar (jika peta lama tidak ada atau ada tetapi tidak lengkap).

Peta dasar (skala 1:2000 atau 1:5000) akan memperlihatkan tata letak jaringan irigasi, jaringan drainase, jaringan jalan dan tata guna tanah (sawah, tegalan, pemukiman dan lain-lain), batas-batas petak tersier yang tepat dan batas-batas-batas-batas lain.

Pengukuran luas petak tersier akan didasarkan atas peta ini. Peta Dasar itu harus memuat secara khusus :

1. Jaringan irigasi secara lengkap mulai dari saluran induk sampai ke saluran tersier. 2. Jaringan saluran pembuang mulai dari induk sampai tersier.

3. Bangunan utama dan penunjang lainnya dengan simbol sesuai Standar Perencanaan (KP). 4. Batas-batas petak tersier dan batas Daerah Irigasi harus dibuat secara tegas, dengan simbol

sesuai Standar Perencanaan (KP.07).

5. Informasi untuk tiap petak tersier yang ditulis dalam kotak petak tersier yang berisi: i. Nama Petak Tersier

ii. Areal potensial dalam hektar (dibulatkan sampai satu desimal)

iii. Debit rencana untuk saluran tersier (dikosongkan, karena akan diisi oleh perencana dalam tahap System Planning).

(21)

 Areal potensial yang dicantumkan harus diukur dengan alat planimeter dari peta dasar, skala 1:2.000 atau1:5.000.

6. Tata guna lahan dalam jaringan irigasi.

7. Jalan (Propinsi, Kabupaten, Desa), dan jalan inspeksi. 8. Titik-titik triangulasi dan lokasi BM dan garis rangka(grid).

9. Waduk, sungai dan sumber air lain disertai nama, makam, monumen/bangunan lain ditengah areal persawahan dicantumkan dalam bentuk simbol.

10. Skala garis numeris dan petunjuk arah utara.

11. Keterangan notasi gambar sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi (KP-07).

12. Pada setiap lembar peta dasar skala 1 : 2000 atau 1 :5000 dilengkapi dengan gambar referensi tiap lembar untuk memudahkan membaca peta tersebut.

B.4.1.2.b. Pembuatan Peta Ikhtisar

Peta Ikhtisar dibuat dalam satu lembar ukuran A1, skala 1 :10.000 atau 1 : 20.000 yang disusun dengan pengecilan tofografis dari peta dasar.

B.4.1.3. Urutan Pelaksanaan Pekerjaan Urutan pekerjaan ialah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan peta-peta, foto udara dan data lain yang dapat diperoleh dari kantor-kantor / instansi terkait.

2. Mengkaji laporan-laporan dari survei sebelumnya.

3. Menyusun peta dasar pendahuluan (1 : 2000 atau 1 :5000) dari peta dan data yang ada. 4. Mengadakan peninjauan lapangan dengan peta pendahuluan.

5. Memasang Benchmark (BM).

6. Melakukan survei dan pengukuran sipat-datar tambahan yang dibutuhkan untuk updating peta dasar.

7. Mencantumkan data hasil survei dan hasil peninjauan lapangan kepada peta dasar pendahuluan.

8. Melakukan survei dan pengukuran sipat-datar lengkap untuk membuat Peta Dasar baru bila peta dasar lama tidak tersedia.

9. Membuat Peta Ikhtisar (skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000). B.4.1.4. Rincian Pekerjaan Kegiatan A

Pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam Kegiatan A dirinci dibawah ini :

1. Mengenali data hasil Profil Sosio Teknik dan Kelembagaan P3A/Gabungan P3A serta mengakomodasi kebutuhan petani pemakai air meliputi kebutuhan perbaikan fisik.

2. Pengukuran untuk Updating Peta Dasar a. Pengumpulan Data.

 Peta situasi / peta dasar 1 : 2000 atau 1 :5000  Peta Daerah Irigasi 1 : 5.000 atau 1 : 2000

 Peta situasi trace 1 : 2000 dan gambar potongan memanjang dan melintang saluran

irigasi dan pembuang.

 Peta situasi bendung 1 : 200

 Peta Topografi 1 :25.000 atau 1 : 50.000  Patok tersier

(22)

[21]

 Foto udara (bila ada) produk terbaru skala 1 :10.000 atau skala terbesar yang ada.  Peta-peta lain (jika ada) yang dianggap perlu

b. Mengkaji laporan-laporan terdahulu, antara lain :

 Titik Referensi dan sistim proyeksi yang digunakan.  Ketelitian yang dicapai

 Peralatan yang dipakai

 Daftar titik kontrol BM (x,y,z) dan deskripsi BM  Batas- batas pengukuran

 Informasi tambahan lainnya yang dianggap perlu.

3. Peninjauan lapangan dengan berpedoman pada data-data seperti point 1 bersama-sama Tim Direksi.

4. Pelaksanaan Pengukuran.

 Pemasangan BM.

Sesuai butir B.4.1.4 2.(b) BM dipasang ditempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM harus difoto, dibuat diskripsinya diberi nomor dan kode BM yang sudah ada atau sesuai petunjuk Direksi.

 Pengukuran Polygon dan Sipat Datar.

Untuk menentukan koordinat (x,y,z) dari BM yang baru harus dilakukan pengukuran polygon dan sipat datar mengacu pada Tinggi Tetap Nasional (TTG). Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, titik ikatnya menggunakan BM lama yang terdekat.

 Pengukuran Situasi Detail

Pengukuran situasi detail diperlukan untuk tambahan data tentang perubahan-perubahan detail topografis (batas alam, petak tersier, jalan, kampung, saluran tersier, saluran pembuang dan lain-lain). Pengukuran situasi detail harus diikatkan pada BM/CP yang ada.

 Pengukuran ketinggian sawah tertinggi sesuai dengan layanan bangunan

pengambilan.

 Data-data hasil pengukuran harus ditambahkan pada peta dasar pendahuluan.

5. Pengukuran dan Pemetaan Situasi (1 : 5.000) baru. Pengukuran lengkap harus dilakukan, jika tidak tersedia /tidak memenuhi syarat peta dasar skala 1:5.000 atau1:2.000. Rincian pekerjaan yang harus dilakukan Konsultan adalah sebagai berikut:

1. Persiapan.

 Persiapan administrasi / laporan, peralatan dan personil.  Pengumpulan data pendukung dari instansi terkait,antara lain :

o Peta topografi 1 : 25.000 atau 1 : 50.000

o Foto produk baru (jika ada) skala 1 : 10.000 atau skala lebih besar. o Titik referensi yang akan digunakan.

o Sistem Proyeksi (UTM). o Batas areal pengukuran. o Data-data yang diperlukan.

 Survei lapangan pendahuluan dilakukan bersama-sama antara Tim Konsultan dan

(23)

o Batas areal irigasi untuk pemetaan termasuk kemungkinan tambahan perluasan

areal.

o Nama, panjang dan lokasi jaringan irigasi bangunan serta jaringan pembuang

yang harus diukur.

o Data-data yang diperlukan.

2. Pemasangan Patok dan BM.

Pelaksanaan pemasangan patok dan BM sbb:

 Patok terbuat dari kayu ukuran 5/7 atau bambu bulat, panjang ± 50 cm, ditanam

40 cm dan bagianatasnya ± 10 cm diberi cat merah dan paku payung.

 Patok dipasang sepanjang / melingkupi batas areal irigasi yang berfungsi sebagai

kerangka pengukuran. Apabila kerangka ini terlalu besar agar dibuat menjadi beberapa loop sesuai petunjuk Direksi.

 Patok dipasang setiap jarak ±100 m untuk pengukuran sungai dan ± 50 m untuk

pengukuran saluran atau sesuai kebutuhan.

 BM harus dipasang sebelum dilaksanakan pengukuran. BM dipasang di tempat yang

stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM harus difoto, dibuat diskripsinya, diberi nomor dan kode sesuai petunjuk Direksi.

 Pada BM dimana dilakukan pengamatan matahari harus dipasang azimuth mark sebagai

acuan azimuth.

 Pemasangan BM harus direncanakan kerapatannya dan mendapat persetujuan Direksi,

sehingga memenuhi persyaratan :

o Pengukuran situasi setiap 500 ha

o Pada kerangka setiap 2,5 km dan pada tiap titik simpul.

o Bentuk dan konstruksi BM sesuai ketentuan yang berlaku (KP).

3. Pengukuran Kerangka Horisontal.

Pelaksanaan pengukuran kerangka horisontal adalah sebagai berikut:

 Metode pengukuran adalah Polygon.

  Alat ukur adalah Theodolite T-2 atau alat lain yang sejenis.   Alat ukur jarak yang digunakan adalah EDM atau rollmeter baja.  Jalur pengukuran polygon mengikuti jalur kerangka pengukuran.  Sudut horisontal diukur 1 (satu ) seri lengkap (B,LB).

 Perbedaan sudut horisontal hasil bacaan biasa dan luar biasa

≤5”.

 Untuk orientasi arah kontrol ukuran sudut harus dilakukan pengamatan matahari sesuai

petunjuk Direksi.

 Jarak antara patok diukur 2 (dua) kali atau bolak balik, perbedaannya harus

L/7500 ( L =

 jarak rata-rata).

 Panjang seksi pengukuran polygon maksimum 2,5 km, dan setiap ujungnya ditandai

dengan BM.

4. Pengukuran Kerangka Vertikal.

Pelaksanaan pengukuran kerangka vertikal adalah sbb.:

(24)

[23]

  Alat yang digunakan harus alat waterpass otomatis dan rambu ukur yang dilengkapi

dengan nivo.

 Ketinggian / elevasi setiap titik polygon dan BM ditentukan dengan pengukuran waterpass.  Sebelum dan sesudah pengukuran (setiap hari) harus dilakukan checking garis bidik.  Metode pengukuran waterpass adalah double stand atau pergi-pulang.

5. Pengukuran Situasi Detail.

 Menggunakan metode pengukuran Tachymetri.

  Alat ukur yang digunakan minimal adalah Theodolite T-0 atau yang sejenis.  Posisi titik detail ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak.

 Kerapatan elevasi pada sawah maksimum tiap ± 100m.  Batas-batas petak tersier di lapangan harus diukur.

 Semua kenampakan yang ada baik alami maupun buatan manusia harus diukur (jaringan

saluran irigasi, pembuang, jalan kampung dan lain-lain).

 Pengukuran harus diikatkan pada titik tetap (BM).

6. Ketelitian Pengukuran.

 Pengukuran Polygon.

i.

Salah penutup polygon 10” √

N, N = jumlah titik poligon. ii. Salah linier poligon 1 : 7.500.

 Pengukuran waterpass / sipat datar.

i. Perbedaan beda tinggi antara stand I dan stand II

2 mm. ii. Salah penutup beda tinggi 10

D mm, D = total jarak dalam Km. 7. Uji Petik

 Uji petik pengukuran polygon dan waterpass harus dilakukan dan jalurnya dipilih

memotong jalur pengukuran Konsultan.

 Uji petik ketinggian sawah minimal 3 (tiga) titik perpetak tersier dengan metode tachymetri.

B.4.1.5. Penggambaran

1. Peta dasar pendahuluan skala 1 : 2.000 atau 1 : 5.000 harus memperlihatkan keadaan pada saat dilakukan pengukuran.

2. Peta harus digambar di atas kertas kalkir 80/85 mg ukuran A1 (594 x 841 mm) dengan tata laksana penggambaran sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi.

3. Untuk arsiran agar menggunakan kertas litratone (siloete).

4. Ukuran tulisan, angka dan ketebalan garis harus sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi (KP-07).

5. Dari peta dasar skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.000 tersebut diperkecil menjadi Peta Ikhtisar skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000 dengan ukuran kertas A1 (594 x 841mm). Apabila tidak tercakup dalam satu lembar kertas A1, arah panjang boleh ditambah sesuai dengan kebutuhan tetapi arah lebar tetap.

(25)

B.4.1.6. Persetujuan Peta dan Dokumen.

1. Peta dasar harus mencerminkan kondisi lapangan yang ada dan sebelum diserahkan harus dibahas terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Direksi/Pemberi Pekerjaan/Pemilik pekerjaan.

2. Buku Pengukuran dan Buku Diskripsi BM harus diperiksa oleh Staf Pengawas (Supervisor Pengukuran).

B.4.1.7. Produk Kegiatan A.

1. Peta dasar skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.000 2. Peta Ikhtisar skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000. B.4.2. Uraian Kegiatan B.

Tugas dalam Kegiatan B adalah :

1. Melaksanakan survei inventarisasi jaringan irigasi.

2. Pengumpulan data pendukung O&P data hidrologi dan hidrometri serta data untuk analisa ekonomi.

3. Pengumpulan data harga satuan upah, bahan dansewa alat bantu di lokasi proyek 4. Pembuatan Skema Jaringan Irigasi (existing).

5. Pembuatan Pra-layout.

6. Pengukuran dan penggambaran saluran danbangunan.

Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan data-data untuk tahap System Planning dan gambar-gambar saluran danbangunan yang ada untuk tahap Disain Pekerjaan Rehabilitasi.

Pekerjaan yang harus dilaksanakan dirinci sebagai berikut ini : B.4.2.1. Survei / Inventarisasi Jaringan Irigasi.

Pekerjaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tim Desain Konsultan, Tim Direksi dan P3A /Gabungan P3A bersama-sama melakukan penelusuran setiap ruas saluran, suplesi dan saluran pembuang dan setiap bangunan disepanjang saluran dan menginventarisasi kondisi saluran dan bangunannya. Sketsa detail semua bangunan yang dilengkapi dengan dimensi, ukuran pintu, elevasi mercudsb., rincian perbaikan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan OP, harus dituliskan dalam sketsa tersebut. Data ini harus dimasukkan kedalam balnko yang disediakan. Foto diambil pada semua bangunan penting untukmenggambarkan pekerjaan yang dibutuhkan.

2. Gambar-gambar yang tersedia tentang bangunan harus dibawa ke lapangan selama inspeksi, dan dimensi penting diukur kembali dan dicatat di atas gambar. Kalau gambar bangunan tidak tersedia, harus dibuat sketsa yang bersih dilapangan dengan dimensi terinci untuk selanjutnya dibuat gambar-gambar berdimensi. Sketsa-sketsa ini harus dijilid rapi dan diserahkan pada akhir pekerjaan.

3. Menyusun inventarisasi saluran irigasi dan drainase, bangunan pada saluran, bangunan pengukur debit, jalan inspeksi dan rumah instansi dalam blanko yang disediakan.

4. Peta skema yang tersedia harus dipelajari sebelum melakukan survai lapangan. Petak tersier yang ada dengan luas melebihi 150 ha atau yang mempunyai masalah ketidakterjangkauan air harus dicatat untuk mencari alternatif lain agar luas dibatasi sampai tidak menimbulkan

Gambar

Gambar desain pintu dan pintu  elekromekanik
Gambar jalan inspeksi pada saluran drainase 4.  Pilar III: Sistem
Tabel 01 Kebutuhan Personil

Referensi

Dokumen terkait