• Tidak ada hasil yang ditemukan

YANG TERUTANG PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA MULTATULI KABUPATEN LEBAK, BANTEN PERIODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "YANG TERUTANG PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA MULTATULI KABUPATEN LEBAK, BANTEN PERIODE"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL TERHADAP PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN YANG TERUTANG PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA

MULTATULI KABUPATEN LEBAK, BANTEN PERIODE 2013-2015

E-Journal

Dibuat Oleh: Intan Tirta Islami

022113270

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

(2)
(3)

PENGARUH REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN

KOMERSIAL TERHADAP PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN YANG TERUTANG PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA

MULTATULI KABUPATEN LEBAK, BANTEN PERIODE 2013-2015 Oleh:

Intan Tirta Islami

A B S T R A K

INTAN TIRTA ISLAMI, NPM 022113270. Pengaruh Rekonsiliasi Fiskal atas laporan Keuangan Komersial terhadap Pajak Penghasilan (PPh) Badan Yang Terutang pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli Kabupaten Lebak, Banten, dibawah bimbingan YOHANES INDRAYONO dan PATAR SIMAMORA.

PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak, Banten,selanjutnya disebut PDAM merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Kabupaten Lebak yang bergerak dibidang jasa pelayanan air minum yang diselenggarakan atas dasar azas ekonomi/bisnis dan azas sosial yang beralamat di Jalan Maulana Hasanudin, Kampung Rancagawe, Desa Aweh, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak Propinsi Banten. PDAM dipimpin oleh satu Direksi yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada Bupati (Kepala Daerah).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Rekonsiliasi Fiskal yang dilakukan oleh PDAM sesuai dengan perpajakan yang berlaku, untuk mengetahui dan memberikan gambaran tingkat pembebanan PPh Badan atas kondisi laba/rugi PDAM secara kumulatif hasil rekonsiliasi fiskal, dan untuk mengetahui pengaruh rekonsiliasi fiskal atas beban pajak penghasilan badan terutang pada PDAM.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif dengan metode studi kasus dan teknik penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. Unit analisis yang diteliti adalah

organization. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus nerupa studi lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa PDAM belum melakukan Rekonsiliasi Fiskal sebagaimana Undang-undang Perpajakan yang berlaku dimana disyaratkan bahwa setiap Badan Usaha harus melakukan Rekonsiliasi Fiskal terhadap Laporan Keuangannya, sehingga pada PDAM terdapat perbedaan perhitungan yang seharusnya dikoreksi. Perbedaan tersebut terdapat pada pos-pos/akun : pajak/retribusi, penyusutan, piutang yang tak tertagih, jasa giro, dan bunga deposito.

Dari hasil analisis atau pembuktian fakta, diketahui bahwa pada tahun 2013 hasil rugi bersih sebelum pajak meningkat dari Rp.3.083.232.510,24 menjadi Rp 3.445.970.808,05 pada tahun 2014 dari Rp 2.584.567.986,06 menjadi Rp 9.095.401.528,06 dan pada tahun 2015 dari Rp 1.791.827.415,84 menjadi Rp 2.144.473.834,81. PDAM tidak dikenakan PPh Badan Terutang karena selama periode 2013-2015 PDAM mengalami kerugian dan akan dikompensasikan ditahun berikutnya selama 5 (lima) tahun dan hal ini menunjukan bahwa adanya pengaruh dari rekonsiliasi fiskal atas beban pajak penghasilan badan terutang di PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak.

(4)

PENDAHULUAN

Salah satu bentuk penerimaan negara adalah dalam bentuk pajakyang digunakan untuk pembiayaan dalam melaksanakan pembangunan untuk segala keperluan bangsanya sendiri. Berdasarkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian Pajak adalah bentuk kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Badan atau perusahaan merupakan subjek pajak dalam negeri sebagai penyumbang bagi penerimaan negara dari sektor pajak yaitu pajak penghasilan badan. Menurut UU KUP No. 28 Tahun 2007 Perlakuan terhadap Pajak tersebut di Indonesia menganut sistem pemungutan pajak self assesment system, yaitu pemungutan yang dilakukan berdasarkan pedoman sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan dan tanggung

jawab kepada Wajib Pajak

untukmendaftarkan dirinya sendiri sebagai wajib pajak, menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang.

Pajak Penghasilan menurut UU No. 6 Tahun 2008, diartikan bahwa pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subyek pajak adalah individu, warisan yang belum dibagikan, badan dan bentuk usaha tetap yang

menerima atau memperoleh penghasilan tetap dan selanjutnya disebut Wajib Pajak.

Pemenuhan beban pajak mengacu kepada hasil perhitungan keuangan badan yang tertuang dalam laporan keuangan komersil ataulaporan yang disusun dengan mengacu pada prinsip akuntansi yang bersifat netral dan tidak memihak (http://zahiraccounting.com). Tujuan utama akuntansi komersial adalah memberikan informasi kepada para penggunanya tentang posisi keuangan dan hasil kinerja atau kegiatan operasional perusahaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Penyajian hasil kegiatan operasional perusahaan (laba atau rugi komersial) tidak terlepas dari proses penetapan dan penandingan secara periodik antara pendapatan dan beban (Hery, 2014), dan laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan yang sesuai dengan ketentuan perpajakan dan disampaikan dengan menunjukkan keterangan mengenai penghitungan penghasilan/laba kena pajak perusahaan.

(http://news.universitasazzahra.ac.id).

Adapun laporankeuanganfiskal yang disusun berdasarkan peraturan perpajakan (UU PPh) memiliki perbedaan dengan laporan keuangan komersil yang diakibatkan adanya perbedaan pengakuan terhadap pendapatan dan biaya menurut perusahaan (sebagai Wajib Pajak) yang menerapkan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum dengan Dirjen Pajak sesuai dengan undang-undang perpajakan, dimana ada pendapatan atau biaya yang diakui sebagai pendapatan atau biaya oleh perusahaan tapi tidak diakui oleh Ditjen Pajak. (http://zahiraccounting.com) dari Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan penghitungan laba (rugi) suatu entitas (Wajib Pajak). (Siti Resmi, 2014,

(5)

399) maka perlu dilakukan Rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiscal sebagai pembenaran atas tiap item pendapatan dan biaya sehingga sesuai dengan ketentuan perpajakan. Rekonsiliasi fiscal ini tentu akan berpengaruh terhadap jumlah laba usaha fiscal dan besarnya pajak penghasilan yang terutang.

Laporan keuangan fiskal yang memiliki keterkaitan dengan laporan keuangan komersial, dimana Laba bersih komersial pada laporan keuangan komersial adalah besarnya laba yang dihitung oleh wajib pajak yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dengan atau tanpa memperhatikan ketentuan perpajakan yang terkait. Koreksi fiskal harus diperhitungkan terhadap laporan laba rugi komersial untuk mendapatkan laba secara fiskal. Perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan peraturan perpajakan inilah yang menjadi alasan diperlukan koreksi fiskal. Pendapatan dan biaya-biaya yang belum dikoreksi merupakan perbedaan pengakuan biaya yang terjadi antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Keterbatasan akan pengetahuan terhadap peraturan perpajakan atas koreksi fiskal serta penerapan aturan pajak, menyebabkan munculnya kendala dalam penyusunan laporan keuangan fiskal.

Lalu apa yang terjadi apabila permasalahan pajak ini terjadi dilingkungan perusahaan atau badan usaha yang setiap penyusunan laporan keuangannya selalu rugi, apakah pajak harus tetap dipungut?

Secara umum, rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak karena terdapat perbedaan perhitungan antara laba menurut komersial atau akuntansi dengan laba menurut perpajakan. Laporan keuangan komersial ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial, sedangkan

laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak.

Perbedaan laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal berdasarkan pembebanannya dipengaruhi Beda Tetap (Permanent Differences), yaitu perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya permanen artinya koreksi fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan laba kena pajak (sumbangan, entertain (tanpa daftar nominatif), pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan perusahaan dan penghasilan bunga deposito), dan Beda Waktu (Timing Differences) yaitu perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya sementara artinya koreksi fiskal yang dilakukan akan diperhitungkan dengan laba kena pajak (biaya penyusutan, biaya sewa dan pendapatan laba)

Dengan demikian, rekonsiliasi fiskal dapat diartikan sebagai usaha mencocokan perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial dengan perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan fiskal yang disusun berdasarkan UU perpajakan.

Atas dasar pertimbangan diatas, tertarik untuk membuktikan kembali hal-hal sebagai diuraikan diatas melalui penyusunan penelitian dengan judul “Pengaruh Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan Komersial Terhadap PPh Badan Yang Terutang Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli Kabupaten Lebak, Banten Periode 2013-2015”.

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui rekonsiliasi fiskal yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli

(6)

Kabupaten Lebak, Banten sudah sesuai dengan perpajakan yang berlaku.

2. Untuk mengetahui dan memberikan gambaran tingkat pengenaan PPh Badan (dikenakan atau tidak) atas kondisi laba/rugi pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli Kabupaten Lebak, Banten secara kumulatif hasil rekonsiliasi fiskal

3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan komersial terhadap PPh badan yang terutang pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli Kabupaten Lebak, Banten selama periode 2013-2015.

METODOLOGI Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yang berupa studi kasus mengenai Pengaruh Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial Terhadap Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang terutang pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli Kabupaten Lebak, Banten Periode 2013-2015. Penelitian ini akan dibuktikan dengan menggunakan metode analisis Deskriptif. Objek, Unit Analisis dan Lokasi Penelitian

Obyek penelitian adalah variabel yang diteliti yang terdapat dalam tema penelitian Pengaruh Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial Terhadap Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang terutang pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli Kabupaten Lebak, Banten Periode 2013-2015, adalah pengaruh rekonsiliasi fiskal atas laporan keuangan komersial.

Penulis menggunakan unit analisis dalam penelitian ini adalah berupa

Organization, yaitu sumber data yang unit analisisnya merupakan respon dari divisi

organisasi atau perusahaan yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli Kabupaten Lebak, Banten. Sedangkan lokasi penelitiannya adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli Kabupaten Lebak, Banten Periode 2013-2015 yang beralamat di Jalan Maulana Hasanudin, Kampung Rancagawe Desa Aweh Kecamatan Kalanganyar 42300 Kabupaten Lebak Propinsi Banten.

Jenis dan Sumber data

Jenis data yang diteliti adalah kualitatif dan kuantitatif dengan sumber data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung, yaituLaporan Auditor Independen atas Laporan Keuangan PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak periode 2013-2015. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu laporan Hasil Audit Kinerja PDAM Tirta Multatuli dan Undang-Undang Perpajakan.

Operasional Variabel

Variabel didalam penelitian ini diklarifikasikan ke dalam 2 kelompok, yaitu :

1. Variabel Independen/Tidak Bebas Variabel independen/tidak bebas adalah variabel yang menjadi penyebab timbulnya variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan Komersial 2. Variabel Dependen/Bebas

Variabel dependen/bebas adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi varibel lain. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang Terutang.

(7)

Dalam penelitian ini Penulis tidak menggunakan metode penarikan sampel, karena penulis tidak mengetahui jumlah populasi yang akan diambil. Meskipun tidak menggunakan penarikan sampel, penulis tetap mengambil data yang memadai dan berhubungan dengan variabel yang dibahas.Data yang dimaksud berupa data Pajak Penghasilan Badan dan Laporan Keuangan yang dimiliki Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli Kabupaten Lebak, Banten Periode 2013-2015.

Metode Analisis Data

Metode pengolahan data atau analisis data yang telah terkumpul dianalisis melalui langkah-langkah di bawah ini :

a. Mengumpulkan data melalui dokumentasi

b. Membandingkan perhitungan laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal

c. Melakukan koreksi atas laporan keuangan komersial yang telah dibuat oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Banten.

d. Menghitung besarnya pajak terutang dari laporan keuangan fiskal serta membandingkannya dengan besarnya pajak terutang berdasarkan laporan keuangan komersial.

PEMBAHASAN

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008, menujukkan adanya perbedaan antara perhitungan laporan keuangan menurut komersial dengan laporan keuangan fiskal, dimana perbedaannya terdapat di pos-pos berikut :

1. Pajak/Retribusi

Pajak dalam Peraturan Perpajakan, pajak tidak boleh dikurangkan dalam

penghasilan bruto karena bukan

merupakan beban untuk

memperoleh/menagih penghasilan sesuai dengan pasal 9 ayat (1).

2. Penyusutan

Penyusutan fiskal diatas lebih besar daripada penyusutan komersial, karena penyusutan sebagai beban secara fiskal dihitung lebih besar maka dikoreksi negatif.

3. Jasa Giro

Dalam peraturan perpajakan pajak penghasilan tidak boleh dikurangkan dalam penghasilan bruto karena bukan

merupakan beban untuk

memperoleh/menagih penghasilan yang merupakan penghasilan yang sudah dikenakan PPh final sehingga harus dikoreksi negatif, sesuai dengan pasal 4 ayat (2) UU PPh.

4. Bunga Deposito

Dalam peraturan perpajakan bunga deposito merupakan PPh yang telah dikenakan PPh final sesuai dengan pasal 4 ayat (2) UU PPh sehingga dikoreksi negatif.

Dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 hasil rugi bersih sebelum pajak meningkat dari Rp3.083.232.510,24 menjadi Rp3.445.970.808,05 pada tahun 2014 dari

Rp2.584.567.986,06 menjadi

Rp9.095.401.528,06 dan pada tahun 2015 dari Rp1.791.827.415,84 menjadi Rp2.144.473.834,81. Perubahan hasil yang signifikan ini diakibatkan adanya biaya/beban yang tidak diakui oleh perusahaan.

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 menyatakan bahwa dasar penyusutan adalah harga perolehan yakni pengeluaran untuk pembelian, pendirian, perbaikan atau perubahan aset berwujud kecuali tanah yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang

(8)

mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.

Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 (1)adalah :

a. Metode garis lurus (straight-line method) yaitu metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan yang dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut. Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu (1) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut.

b. Metode saldo menurun (declining-balance method) yaitu metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku dan nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus. Metode ini tidak dapat digunakan untuk menghitung penyusutan atas bangunan.

PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak dalam menghitung beban penyusutan hanya menggunakan Metode Garis Lurus dan berikut ini adalah tabel harga perolehan aset tetap PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Banten tahun 2013-2015.

Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008 diketahui bahwa besarnya beban penyusutan aset tetap tahun 2013-2015 menggunakan metode Garis Lurus adalah sebagai berikut :

1. diketahui bahwa beban penyusutan pada tahun 2013 berdasarkan metode garis lurus adalah Rp 7.738.655.209

2. dapat diketahui bahwa beban penyusutan pada tahun 2013 sebesar Rp 7.738.655.209 dan tahun 2014 adalah Rp 6.751.566.381, serta akumulasi nilai penyusutan sebesar Rp 14.490.221.589 3. dapat diketahui bahwa beban

penyusutan pada tahun 2015 adalah sebesar Rp 7.259.349.619, serta Akumulasi nilai penyusutannya adalah sebesar Rp 21.791.591.771

Penghasilan bruto PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Banten diperoleh dari hasil penjualan berupa jasa penyediaan air bersih bagi pelanggan di Kabupaten Lebak dan menjadikan biaya yang berkaitan dengan penerimaan dari menagih, dan memelihara penghasilan.

Berikut merupakan penghasilan bruto dan beban menjadi pengurangan penghasilan bruto pada PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Banten periode 2013-2015 :

Penghasilan Bruto dan Pengurangannya U r a i a n 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) Pendapatan Usaha :

Pendapatan penjualan air 14.691.776.660 15.600.900.800 18.324.562.575 Pendapatan penjualan non

air 884.580.000 1.616.412.000 1.051.041.000 Jumlah Pendapatan usaha 15.576.356.660 17.217.312.800 19.375.603.575 Biaya Langsung Usaha 10.959.022.341 11.770.455.342 12.595.769.281 Laba Bruto (kotor) usaha 4.617.334.319 5.446.857.458 6.779.834.294 Biaya tidak langsung usaha 7.753.790.326 8.132.728.472 8.653.349.456 Laba Usaha (3.136.456.007) (2.685.871.014) (1.873.515.162)

Dalam laporan keuangan akhir tahun, pajak penghasilan badan disajikan sebesar selisih antara jumlah pajak atas Laba Kena Pajak (LKP) berdasarkan tarif PPh Badan yang berlaku dengan pembayaran dimuka (angsuran) PPh Badan.

Berikut merupakan Beban Pajak Penghasilan Badan yang ditanggung oleh perusahaan pada tahun 2013-2015 :

(9)

Beban Pajak Penghasilan Badan Sebagai Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2013, 2014 dan 2015 Uraian 2013 2014 2015 Laba/Rugi bersih sebelum Pajak : - Menurut Akuntansi (3.083.232.510) (2.584.567.986) (1.791.827.415) - Menurut Fiskal (3.445.970.808,05 ) (9.095.401.528,06 ) (2.144.473.834,81 )

PPh Badan Nihil Nihil Nihil

Tingkat kerugian PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak sebelum dan setelah di-rekonsiliasi tetap merugi, yaitu : - Tahun 2013 hasil rugi bersih sebelum

pajak meningkat dari

Rp(3.083.232.510,24) menjadi Rp(3.445.970.808,05), - Tahun 2014 dari Rp(2.584.567.986,06) menjadi Rp(9.095.401.528,06), dan - Tahun 2015 dari Rp(1.791.827.415,84) menjadi Rp(2.183.477.316,81).

Perubahan hasil yang signifikan ini diakibatkan adanya biaya/beban yang tidak diakui/tidak di-rekonsiliasi oleh perusahaan dan PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak pada perhitungan sebelumnya mengakui bahwa terdapat beban yang tidak dapat dikurangkan atas beban operasional, yaitu :

- Tahun 2013 sebesar Rp18.712.812.667 setelah dihitung ulang seharusnya menjadi sebesar Rp19.043.902.838,28, dengan selisih Rp331.090.171,28

- Tahun 2014 sebesar Rp 19.903.183.814 setelah dihitung ulang menjadi sebesar Rp 26.369.573.669,67, dengan selisih Rp 6.466.389.855,67.

- Tahun 2015 sebesar Rp.21.249.118.737 setelah dihitung ulang menjadi sebesar Rp 21.559.076.802,11, dengan selisih Rp 309.958.065,11

Selisih yang cukup banyak ini mempengaruhi kepada laba kena pajak dan PPh terutang yang harus dibayar oleh PDAM Tirta Multatuli, serta data menunjukan bahwa laba kena pajak selama

periode penelitian seluruhnya bernilai negatif baik sebelum maupun setelah dihitung ulang ataslaba kena pajak meskipun ada prestasi menurunkan selisih negatif hingga akhir periode penelitian (2013 – 2015)

SIMPULAN

1. Perusahaan belum melakukan Rekonsiliasi Fiskal sebagaimana Undang-undang Perpajakan yang berlaku dan yang bahwa setiap Badan harus melakukan Rekonsiliasi Fiskal terhadap laporan Keuangan Laba Rugi, sehingga terdapat perbedaan perhitungan yang seharusnya dikoreksi. 2. Perbedaan yang terdapat pada Laporan

keuangan fiskal pada PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Banten adala pada pos-pos:

a. Pajak/Retribusi b. Penyusutan c. Jasa Giro d. Bunga Deposito

3. Dari hasil analisis penulis, diketahui bahwa pada tahun 2013 hasil rugi bersih sebelum pajak meningkat dari Rp 3.083.232.510,24 menjadi Rp 3.445.970.808,25 pada tahun 2014 dari Rp 2.584.567.986,06 menjadi Rp 9.095.401.528,06 dan pada tahun 2015 dari Rp 1.791.827.415,84 menjadi Rp 2.183.477.316,81.

4. Perusahaan tidak dikenakan PPh Badan Terutang karena selama periode 2013-2015, perusahaan mengalami kerugian dan akan dikompensasikan ditahun berikutnya selama 5 (lima) tahun dan hal ini menunjukan adanya pengaruh dari rekonsiliasi fiskal atas beban pajak penghasilan badan terutang di PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana dan Lilis Setiawati (2010),

Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis, Edisi 3, Yogyakarta, Andi Yogyakarta.

Asep Safaat Hidayah (2013), Analisis Rekonsiliasi fiskal atas Laporan

Keuangan komersial dalam

menentukan Pajak Penghasilan

(PPh)TERUTANG (Studi Kasus

pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010),Skripsi, Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

BPKP Provinsi Banten (2014), Laporan Hasil Audit Kinerja PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Tahun Buku 2013, Jakarta.

BPKP Provinsi Banten (2015),Laporan Hasil Audit Kinerja PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Tahun Buku 2014, Jakarta.

BPKP Provinsi Banten (2016),Laporan Hasil Audit Kinerja PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Tahun Buku 2015, Jakarta.

Chairil Anwar Pohan (2014), Pembahasan Komprehensif Perpajakan Indonesia Teori dan Kasus, Edisi Asli, Jakarta, Mitra Wacana Media.

Defyandyra Putri (2012), Pengaruh

Kebijakan Pembebanan

Penyusutan Aset Tetap terhadap

Efisiensi Beban Pajak

Penghasilan Badan pada PDAM Tirta kahuripan Kabupaten Bogor, Skripsi, Bogor, Universitas Pakuan.

Emy Septiani (2012), Pengaruh Pengakuan

Beban Terhadap Pajak

Penghasilan Badan pada PT Busana Indah Global, Skripsi, Bogor, Universitas Pakuan Bogor.

Gracia Stephani Lauwrensius, Siti Khairani dan M. Ridhwan (2013),

Rekonsiliasi fiskal atas Laporan Keuangan komersial menjadi Laporan Keuangan fiskal untuk menghitung PPh Badan yang terutang pada PT FAJAR SELATAN PALEMBANG,Jurnal, Palembang, STIE MDP.

Hartanto (2003), Akuntansi Perpajakan,

Edisi pertama, Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta.

Haryono, Junianto & Saptoamal (2016),

Laporan Auditor Independen atas Laporan Keuangan PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, Jakarta.

Jan Horas Purba (2015), Metodologi Penelitian, Bogor, Universitas Pakuan (Diktat Kuliah).

Junaedi, Chaerul dan Subyakto (JCS) (2014), Laporan Auditor Independen atas Laporan Keuangan PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, Jakarta.

Junaedi, Chaerul dan Subyakto (JCS) (2015), Laporan Auditor Independen atas Laporan Keuangan PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak Tanggal 31 Desember 2014 dan 2013, Jakarta.

Lia Dahlia Iryani (2011), Perlakuan Akuntansi atas Pendapatan dan

Pengaruhnya Terhadap

Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Studi Kasus pada PT X,

(11)

Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Volume Semester, Bogor, Universitas Pakuan.

L. M. Samryn(2014), Pengantar Akuntansi Mudah Membuat Jurnal dengan pendekatan Siklus Transaksi, Edisi IFRS, Jakarta, Divisi Buku Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Persada.

Niki Meta (2012), Pengaruh Kebijakan Penyusutan Aset Tetap Berwujud

terhadap Beban Pajak

Penghasilan Badan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, Skripsi, Bogor, Universitas Pakuan. Rudianto (2012), Pengantar Akuntansi

Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan, Jakarta, Erlangga.

Rismawati Sudirman dan Antong Amiruddin (2016), Perpajakan

Pendekatan Teori dan Praktek,

Malang, Empat Dua Media. Siti Resmi (2014), Perpajakan Teori dan

Kasus, Edisi 8, Jakarta, Salemba Empat.

Titin Subarti (2009), Analisis Koreksi Fiskal

atas Laporan Keuangan

komersial terhadap Laba Kena Pajak pada PT Doo Won Presicion Indonesia. Jurnal Accounting & Finance Vol. 4 No.2 September 2011,STIE Pertiwi.

Wirawan B. Ilyas dan Rudy Suhartono (2012), Praktikum Perpajakan Perpajakan (Panduan Lengkap, Teori, Pembahasan Kasus dan Penyusunan SPT, PPH Badan, PPh Orang Pribadi, PPN dan PPh Potong/Pungut, Jakarta, IN MEDIA.

Referensi

Dokumen terkait

Metode dalam pelayanan keperawatan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien baik kebutuhan fisik maupun psikologis dimana salah satunya adalah kecemasan pasien yang

Guru : Hendaknya guru bersedia mencoba menggunakan peraga pembelajaran khususnya model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) secara

Komposit dapat didefinisikan sebagai dua atau lebih elemen yang dipersatukan dengan suatu matriks (Berglund dan Rowell dalam Rowell 2005). Pengembangan produk komposit

Boullata dalam kata pengantarnya terhadapa buku tafsir Bint al-Sy āṭ i’ menjelaskan bahwa, dalam mengkaji al-Qur’an Bint al-Sy āṭ i’ menggunakan empat butir metode

Sarana Agro Nusantara Belawan menetapkan seluruh karyawannya menjadi peserta Jamsostek dan mengikuti seluruh jenis pelayanan, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan

Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung dalam kegiatan produksi dan pengawasan mutunya telah melaksanakan CPOB dengan tujuan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan

Hal ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan pembelajaran dan keagamaan yang dilaksanakan sehari-hari di MA NU TBS. Dengan adanya materi ajar yang merujuk pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan toleransi siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran guided discovery setting