• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesetimbangan Uap-Cair-Cair Sistem Biner N-Butanol + Air Dan Isobutanol+Air Pada 101,3 kpa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kesetimbangan Uap-Cair-Cair Sistem Biner N-Butanol + Air Dan Isobutanol+Air Pada 101,3 kpa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapatkan data VLLE isobarik untuk sistem n-butanol + Air dan isobutanol + Air. Sebuah Ebuliometer digunakan pada penelitian ini untuk mencampur dan memanaskan komposisi campuran dari campuran mol fraksi pada kondisi 101.3 kPa hingga temperatur equilibrium dapat dijangkau. Fase uap dan cair diambil menggunakan syiringe. Ketika fase cair membentuk dua fase (fase organik dan aqueous), pemisahan untuk masing-masing fase menggunakan syiringe dengan batas antara dua fase cair dibuang. Pengukuran untuk dua fase dilakukan berulang hingga komposisi konstan. Komposisi konstan tersebut dinamakan titik LLE. Data VLLE diperoleh dari perpotongan grafik VLE dan LLE, sehingga penelitian LLE diperlukan. Penelitian LEE menggunakan equilibrium cell dan waterbath. Komposisi dari masing-masing sampel dianalisa menggunakan GC (Gas Chromatography). Data penelitian kemudian dikorelasikan menggunakan model koefisien aktivitans NRTL (Non Random Two Liquids) dan Universal Quasi-Chemical (UNIQUAC). VLLE untuk sistem n-butanol +Air secara eksperimen tercapai pada temperatur 366,15 K dengan fraksi mol uap n-butanol sebesar 0,2310 dan komposisi fase organik serta fase aqueous masing-masing sebesar 0,3407 dan 0,0259 dalam fraksi mol n-butanol.VLLE untuk sistem isobutanol +air secara eksperimen tercapai pada temperatur 360,85 K dengan fraksi mol uap isobutanol sebesar 0,3797 dan komposisi fase organik serta fase aqueous masing-masing sebesar 0,5908 dan 0,0398 dalam fraksi mol isobutanol.

Kata Kunci— VLLE, NRTL, UNIQUAC, n-butanol, Isobutanol, Air.

I. PENDAHULUAN

ewasa ini, penggunaan bahan bakar minyak berbasis energi fosil semakin meningkat. Hal ini menyebabkan jumlah bahan bakar minyak ini semakin menipis. Peraturan Presiden (Perpres) No.5 tahun 2006 mencanangkan kebijakan energi nasional untuk mewujudkan keamanan pasokan bahan bakar dalam negeri dimana pada pasal 2 ayat II disebutkan bahwa pengurangan konsumsi minyak bumi menjadi kurang hingga 20%.

Salah satu upaya untuk mengurangi emisi yaitu dengan penambahan zat aditif pada bahan bakar. Zat aditif ini sedapat mungkin dapat mengurangi konsumsi bahan bakar akan tetapi tidak mencemari lingkungan.

Oxygenated compound merupakan salah satu senyawa organik yang dapat digunakan sebagai zat aditif. Selain dapat digunakan untuk mengurangi emisi, Oxygenated compound juga dapat digunakan untuk meningkatkan nilai oktan bahan bakar. Oxygenated compound meliputi senyawa alkohol dan eter.

Penambahan etanol pada gasoline dalam jumlah banyak menyebabkan pembakaran yang terjadi lebih sempurna karena nilai kalor etanol lebih kecil daripada nilai kalor gasoline. Lebih rendahnya nilai kalor (heating value) etanol daripada nilai kalor gasoline akan berdampak pada daya mesin, yaitu daya mesin berbahan bakar etanol lebih rendah daripada daya mesin kendaraan berbahan bakar gasoline (Wibawa et al, 2010). Oleh karena itu perlu ditambahkan entrainer yang mempunyai nilai kalor yang lebih tinggi untuk meningktkan nilai kalor bioetanol dalam hal ini digunakan 1-butanol dan isobutanol.

Senyawa n-butanol dan isobutanol memiliki karakteristik fisika dan kimia yang sesuai untuk digunakan sebagai zat aditif oxygenated compound. Tingkat kelarutan kedua senyawa ini dalam air cukup rendah (85 g/L untuk n-butanol dan 90 g/L untuk isobutanol) sehingga apabila dicampur ke dalam gasoline sebagai zat aditif, senyawa ini tidak akan mencemari lingkungan.

Hingga saat ini ketersediaan data kesetimbangan dari senyawa-senyawa tersebut masih terbatas, baik untuk jenis fluida maupun rentang operasinya. Untuk mengatasi keterbatasan ini, dilakukan eksperimen kesetimbangan uap-cair-cair dan mengkorelasikan data yang didapat menggunakan persamaan UNIQUAC dan NRTL.

Dalam penelitian ini akan dilakukan eksperimen dan prediksi untuk sistem biner dengan menggunakan alat ebuliometer dan equilibrium celldengan model persamaan NRTL dan UNIQUAC dan selanjutnya hasilnya dibandingkan dengan hasil korelasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data VLLE untuk sistem n-Butanol + Air dan Isobutanol + Air pada 101,3 kPa,mengkorelasikan data eksperimen yang didapatkan dengan menggunakan model NRTL dan UNIQUAC,membandingkan data VLLE antara hasil eksperimen dengan dari korelasi. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesetimbangan

uap-cair-Kesetimbangan Uap-Cair-Cair Sistem Biner

N-Butanol + Air Dan Isobutanol+Air

Pada 101,3 kPa

Penulis Rosi Rosmaysari, Dian Eka Septiyana, dan Dosen Dr.Ir.Kuswandi,DEA Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: kuswandi@chem-eng.its.ac.id

(2)

cair oxygenated compound dalam air sehingga tidak mencemari lingkungan.

II. URAIANPENELITIAN A. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan pertama, yaitu melakukan eksperimen untuk memperoleh data kesetimbangan uap-cair (VLE) dan uap-cair-cair (VLLE) pada kondisi 101.3 kPa. Tahap Kedua melakukan eksperimen untuk memperoleh data kesetimbangan cair-cair (LLE) pada kondisi 101.3 kPa. Tahap ketiga, perhitungan korelasi kesetimbangan uap-cair, uap-cair-cair dan cair -cair untuk sistem biner dari parameter interaksi untuk mendapatkan koefisien aktivitas masing-masing komponen. Tahap keempat adalah membandingkan hasil eksperimen ini dengan korelasi.

B.Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Aquades

2. n-Butanol p.a 99% (MERCK) 3. Isobutanol p.a 99% (MERCK)

C. Peralatan Penelitian

Gambar 1 Alat Ebuliometer

Penelitian kesetimbangan uap-cair-cair ini menggunakan 2 Penelitian diawali dengan memasukkan campuran dengan komposisi tertentu ke dalam boiler (B), seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1 . Sebelum larutan dipanaskan, kondensor (C) dialiri air pendingin terlebih dahulu. Setelah sistem siap, larutan dipanaskan dengan heater hingga mendidih. Dalam tabung kesetimbangan, fase liquida dan fase uap akan terpisah. Bagian liquida akan terpisah dan jatuh menuju lubuk liquid (L), yang kemudian akan diambil sebagai sampel fase liquid. Apabila dalam lubuk liquid tersebut terjadi 2 fase maka

antara fase atas dan fase bawah dipisahkan langsung menggunakan syringe dan interface antara fase atas dan bawah dibuang. Fase atas maupun fase bawah dicek komposisinya, apabila komposisi fase atas dan fase bawah konstan maka sampel pada fase liquid sudah dapat digunakan. Sedangkan fase uap akan menuju kondensor, mengembun dan jatuh ke dalam lubuk uap (V). Selanjutnya fase sampel uap dan liquid dianalisa menggunakan gas chromatography (GC).

Gambar 2. Alat Equilibrium Cell

Penelitian kesetimbangan cair- cair ini dilakukan untuk mendapatkan sampel kesetimbangan cair-cair dalam fase organik dan fase aqueous. Penelitian ini menggunakan equilibrium cell yang dilengkapi dengan jaket pemanas untuk menjaga suhu agar tetap konstan serta magnetik stirer untuk membuat larutan teraduk sempurna. Equilibrium cell ini juga dilengkapi dengan pipa kapiler untuk mengkondisikan tekanan atmosfer. Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa equilibrium cell yang terangkai dengan waterbath tipe gyromax 92 yang dilengkapi dengan kontroller dan termokopel.

D.Analisa

Sampel untuk data penelitian uap-cair, uap-cair-cair, dan cair-cair dianalisa dengan menggunakan gas chromatography (GC Shimadzu 2010 dengan detektor TCD) menggunakan kolom Rtx-5. Sebagai carrier gas adalah helium dengan laju alir 33 ml/min. Temperatur oven dalam range 353.15 K sampai 493.15 K dengan kenaikan 15 C/menit dan hold time 5 menit. Temperatur detektor 503.15K.

E. Diagram Alir Metodologi Penelitian

(3)

Start

Eksperimen prosedur I (kesetimbangan uap-cair VLE dan uap-cair-cair

VLLE), dan prosedur II (kesetimbangan cair-cair LLE)

Hitung Koefisien Aktifitas dari data Eksperiment VLE, LLE

Tes Konsistensi Termodinamika LLE, VLE

Hitung Parameter dengan NRTL, UNIQUAC (VLE,

LLE)

Prediksi Kesetimbangan (VLE, LLE)

Data yang memiliki y sama pada penelitian VLE adalah VLLE, namun pada x berbeda

Plot diagram T-x-y (VLE, LLE) dari hasil eksperimen dan hasil korelasi untuk sistem

biner

Pehitungan VLLE pada y* dan P*

Mengitung Deviasi antara hasil eksperimen dengan prediksi

End Menyiapkan

Campuran Mol Fraksi butanol+ air, isobutanol+ air

Mendapat data kesetimbangan x,y dan T pada

101.3 kPa

Gambar 3. Diagram Alir Metodologi Penelitian

F.. Simbol dan Notasi

A = Selisih luas pada tes konsistensi A = Indeks konsistensi pada tes luasan

bji, bij = Parameter NRTL

D = Nilai deviasi

J = Persamaan tak berdimansi yang didefinisikan Herrington

Pisat = Tekanan uap jenuh komponen i

R = Konstanta gas ideal ji

ij

u

u

,

= Parameter UNIQUAC

xi = Fraksi mol komponenfaseliquida pada

kesetimbangan i

y

= Fraksi mol komponen fase uap pada kesetimbangan z = Fraksi mol overall komponen

Huruf Greek

α = Parameter untuk model NRTL Δ = Deviasi

λ = Parameter Wilson = Koefisien aktivitas =Koefisien fugasitas

τ = Konstanta empiris untuk model NRTL θ = Area fraction G. Persamaan B A B A D   100% [1] min min max % 150 T T T J   [2] ln





2 1

= a+ b(x2-x1) + c(6x2x1-1) + d((x2-x1)(1-8x2x1)[3] [4] [5]

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian kesetimbangan uap-cair-cair sistem Isobutanol (1) + Air (2) dan n-Butanol (1) + Air (2) ini dilakukan pada tekanan 101,33 kPa. Berikut adalah data yang diperoleh dari penelitian.

Tabel 1. Data VLE sistem n-Butanol (1) + Air (2) pada 101,3 kPa

n-Butanol (1) + Air(2) T (K) x1 x2 y1 y2 373,15 0,0000 10,000 0,0000 10,000 366,85 0,0108 0,9893 0,1950 0,8050 366,15 0,0259 0,9741 0,2310 0,7690 366,15 0,3407 0,6593 0,2310 0,7690 366,35 0,5000 0,5000 0,2477 0,7523 368,85 0,6593 0,3407 0,2985 0,7015 376,65 0,8716 0,1284 0,4974 0,5026 386,15 0,9709 0,0291 0,8304 0,1696 391,15 1,000 0,0000 1,000 0,0000

(4)

Tabel 2. Data VLE Isobutanol (1) + Air (2) pada 101,3 kPa Isobutanol (1) + Air(2) T (K) x1 x2 y1 y2 373,15 0,0000 10,000 0,0000 10,000 371,35 0,0023 0,9977 0,0800 0,9200 370,85 0,0041 0,9959 0,0850 0,9150 363,75 0,0136 0,9864 0,3031 0,6969 362,55 0,0173 0,9827 0,3532 0,6468 360,85 0,0398 0,9602 0,3797 0,6203 360,85 0,5908 0,4902 0,3797 0,6203 361,35 0,6605 0,3395 0,4778 0,5222 362,75 0,7426 0,2574 0,5378 0,4622 363,95 0,7760 0,2240 0,5701 0,4299 371,15 10,000 0,0000 10,000 0,0000

Tabel 3. Data LLE n-Butanol (1) + Air (2) dan Isobutanol (1) + Air (2) pada 101,3 kPa

SUHU Fase Orgnik Fase Aqueous (K) xa 1 xa2 xb1 xb2 n-Butanol (1) +Air (2) 323,15 0,3907 0,6093 0,0165 0,9835 343,15 0,3720 0,6280 0,0171 0,9829 366,15 0,3407 0,6593 0,0259 0,9741 Isobutanol (1) + Air (2) 323,15 0,5418 0,4582 0,0102 0,9898 343,15 0,5259 0,4741 0,0226 0,9774 360,85 0,5098 0,4902 0,0398 0,9602

Tabel 4. Data VLLE sistem n-Butanol (1) + Air (2) dan Isobutanol (1) + Air (2) pada 101,3 kPa

Tabel 5. RMSD VLE model UNIQUAC dan NRTL untuk sistem n-Butanol (1) + Air (2) pada 101,3 kPa

Tabel 6. Parameter dan RMSD VLE model UNIQUAC dan NRTL untuk sistem Isobutanol (1) + Air (2) pada 101,3 kPa

Tabel 7. RMSD LLE model UNIQUAC dan NRTL untuk sistem n-Butanol (1) + Air (2) pada 101,3 kPa

Tabel 8. RMSD LLE model UNIQUAC dan NRTL untuk sistem Isobutanol (1) + Air (2) pada 101,3 kPa

Nilai RMSD untuk sistem biner VLE n-Butanol (1) + Air (2) memiliki nilai yang berbeda untuk setiap modelnya. Dari nilai RMSD kedua model tersebut, model NRTL menghasilkan nilai RMSD yang lebih kecil baik untuk RMSD T maupun y(1) sedangkan RMSD dari penelitian LLE, model UNIQUAC memberikan hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan model NRTL. Sistem T (K) y1 xa 1 xb1 n-Butanol (1) + Air (2) 366,15 0,2310 0,3407 0,0259 Isobutanol (1) + Air (2) 360,85 0,3797 0,5908 0,0398

(5)

Gambar 4. Grafik T-x-y VLLE sistem n-Butanol (1) dan Air (2) pada 101,3 kPa ,( )x-eksp, ( ) y-eksp, (◊) LLE exp, ( )

Iwakabe,( ) UNIQUAC

Dari Gambar 4.2, nampak bahwa antara hasil eksperimen dapat direpresentasikan dengan baik dengan model UNIQUAC. Dimana untuk memperoleh grafik VLLE, grafik LLE dan grafik VLE dipotongkan. Nampak bahwa VLLE terletak pada satu garis lurus.

Gambar 5. Grafik T-x-y VLLE sistem n-Butanol (1) dan Air (2) pada 101,3 kPa , ( ) x-eksp, ( ) y-eksp, (◊) LLE exp, ( ) Iwakabe,( ) NRTL

Dari gambar 5 di atas menunjukkan bahwa hasil penelitian dapat direpresentasikan secara baik dengan menggunakan model NRTL.Nampak bahwa VLLE terletak pada satu garis lurus. Dari hasil penelitian, terbentuknya VLLE pada temperatur 366,15 K dengan komposisi fase uap sebesar 0,2310 fraksi mol n-butanol. Dari hasil penelitian, komposisi

fase organik diperoleh sebesar 0,3407 dan fase aqueous sebesar 0,0259 dalam fraksi mol n-butanol. Sedangkan dari perhitungan menggunakan model NRTL, komposisi fase organik dan aqueous sebesar 0,3543 dan 0,0188 dalam fraksi mol n-butanol. Sehingga dari perbandingan tersebut nampak bahwa antara penelitian untuk VLLE dengan perhitungan menggunakan model NRTL tidak terlalu berbeda jauh.

Penelitian untuk sistem n-Butanol dan air ini menggunakan dua alat yang berbeda, dimana untuk penelitian LLE berlangsung pada temperatur 50oC dan 70oC, dimana hasil

dari penelitian tersebut digabung dengan hasil penelitian VLE dengan kondisi fase liquidnya yang membentuk dua layer. Apabila dibandingkan antara hasil penelitian ini dengan data penelitian dari Iwakabe, hasil penelitian tidak berbeda jauh dengan data Iwakabe hal ini terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Dimana temperatur tercapainya VLLE dari penelitian Iwakabe et.al sebesar 365,92 K dengan komposisi uapnya sebesar 0,2510 fraksi mol n-Butanol.Sedangkan dari penelitian ini, temperatur tercapainya VLLE dicapai sebesar 366,15 K dengan fraksi mol uap ( y*) sebesar 0,2310. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian VLLE untuk sistem n-Butanol dan Air dapat pula menggunakan alat ebuliometer.

Kesetimbangan uap-cair sistem Isobutanol (1) + Air (2) berdasarkan hasil penelitian serta prediksinya dengan permodelan NRTL dan UNIQUAC berdasarkan parameter pasangan biner yang didapat ditampilkan pada Tabel 4.

Model UNIQUAC maupun NRTL memiliki nilai RMSD yang berbeda jauh untuk RMSD T maupun y(1). Dimana T adalah temperatur dalam kelvin dan y(1) adalah fraksi mol uap isobutanol.

Gambar 6. Grafik T-x-y VLLE sistem Isobutanol (1) dan Air (2) pada 101,3 kPa, ( ) x-eksp, ( ) y-eksp, (◊) LLE exp, ( )

Iwakabe,( ) UNIQUAC

Dari Gambar 6 di atas, model UNIQUAC kurang mewakili data penelitian. Dari hasil penelitian, komposisi fase liquid untuk sistem VLLE isobutanol dan air dalam fase organik dan aqueous pada 101,3 kPa sebesar 0,5098 dan 0,0398 dalam mol fraksi isobutanol pada temperatur kesetimbangan 360,85 K. Sementara dari hasil permodelan dengan UNIQUAC pada temperatur 360,85 K komposisi untuk fase organik dan aqueous sebesar 0,5077 dan 0,0401

(6)

mol fraksi isobutanol. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa data penelitian yang diperoleh sesuai secara grafik ektrapolasi LLE. Komposisi uap pada waktu tercapai VLLE sebesar 0,3797 mol fraksi isobutanol.

Gambar 7. Grafik T-x-y VLLE sistem Isobutanol (1) dan Air (2) pada 101,3 kPa ,( ) x-eksp, ( ) y-eksp, (◊) LLE

exp, ( ) Iwakabe,( ) NRTL

Dari Gambar 6 di atas, model NRTL kurang mewakili data penelitian. Dari hasil penelitian, komposisi fase liquid untuk sistem VLLE isobutanol dan air dalam fase organik dan aqueous pada 101,3 kPa sebesar 0,5098 dan 0,0398 dalam mol fraksi isobutanol pada temperatur kesetimbangan 360,85 K. Sementara dari hasil permodelan dengan NRTL pada temperatur 360,85 K komposisi untuk fase organik dan aqueous sebesar 0,5046 dan 0,0384 mol fraksi isobutanol. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa data penelitian yang diperoleh sesuai secara grafik ektrapolasi LLE. Komposisi uap pada waktu tercapai VLLE sebesar 0,3797 mol fraksi isobutanol.

Dari hasil perhitungan, P* dan y* dicapai pada 101,3 kPa dan 0,3797. dengan y1(I) sebesar 0,2922 mol fraksi

isobutanol dan y2 (II) sebesar 0,3660 mol fraksi isobutanol.

Apabila dibandingkan antara hasil penelitian ini dengan data penelitian dari Iwakabe, hasil penelitian tidak berbeda jauh dengan data Iwakabe hal ini terlihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.

IV.KESIMPULAN

Korelasi data dengan model NRTL dan UNIQUAC memberikan hasil yang sangat baik. Dimana untuk VLE sistem n-butanol(1) + air(2) pada 101,3 kPa, RMSD T dan y1 masing-masing diperoleh sebesar 0,8034 dan 0,0108 dengan model UNIQUAC dan 0,2349 dan 0,0017 dengan model NRTL.Untuk LLE, RMSD dengan model UNIQUAC diperoleh sebesar 0,0998 dan model NRTL diperoleh sebesar 0,1932. Sedangkan untuk VLE sistem isobutanol(1) + air(2) pada 101,3 kPa, RMSD T dan y1 masing-masing diperoleh sebesar 0,0854 dan 0,1150 dengan model UNIQUAC dan 0,0714 dan 0,0026 dengan model NRTL.Untuk LLE, RMSD

dengan model UNIQUAC diperoleh sebesar 0,1147 dan model NRTL diperoleh sebesar 0,6418.

UCAPANTERIMAKASIH

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Kuswandi, Selaku Pembimbing Utama Overall Konsep dalam Pengerjaan SKRIPSI ini. Bapak Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa, yang memberikan bimbingan mengenai pemisahan dua fase dan selaku kepala Laboratorium Termodinamika. Bapak Ir. Ignatius Gunardi, MT dan Ir. Winarsih yang telah memberikan saran saat poster paper dan seminar proposal skripsi. Rama Oktavian ST. Msc yang telah memberikan bimbingan analisa GC (Gas Chromatografy). Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan dan do’a.Para sahabat Laboratorium Termodinamika dan K-48 seluruhnya yang selalu memberikan semangat.

DAFTARPUSTAKA

[1] Anonim. 2011. butanol. http://id.wikipedia.org.wiki/Distilasi Azeotropik, diakses tanggal 2 Februari 2012.

[2] Anonim. 2011. isobutanol. http://id.wikipedia.org.wiki/Isopropil alkohol, diakses tanggal 2 Februari 2012.

[3] Gomis, F., Font, A., M. D., Saquete dan Cano, J. G. 2011. “LLE, VLE and VLLE data for the water–n-butanol–n-hexane system at atmospheric pressure”. Fluid Phase Equilibria. 316, 135-140.

[4] Hong, G. B., Lee, J. M dan Lin, H. M., 2002. “Multiphase coexistence for mixtures containing water, 2-propanol, and ethyl acetate”. Fluid Phase Equilibria. 203, 227-245.

[5] Iwakabe, K., dan Kosuge, H. 2001. “Isobaric Vapor- Liquid- Liquid Equilibria with a newly developed still”. Fluid Phase Equilibria. 192, 171-176.

[6] Iwakabe, K., dan Kosuge, H. 2005. “Estimation of isobaric vapor–liquid– liquid equilibria for partially miscible mixture of ternary system”. Fluid Phase Equilibria. 233, 45-55

[7] Lutfullah, M. S., dan Senol, A. 2006. “Isobaric (vapour + liquid) equilibrium for (2 propanol + water+ammonium thiocyanate): Fitting the data by an empirical equation”. J. Chem. Thermodynamics. 38, 1539-1545.

[8] Mohsen, N. M., Memarzadeh, M. R. 2010. “Isobaric (vapour + liquid) equilibria for the (1-propanol + 1-butanol) binary mixture at (53.3 and 91.3) kPa”. J. Chem. Thermodynamics. 42, 792-796.

[9] Polling, B. E., Prautnitz, J. M., dan O’Connell, J.P., 2004. “The Properties Of Gases and Liquids, 5 th edition”. Singapore : Mc Graw Hill International Edition.

[10] Renon, H., dan Prautnitz, J. M. 1968. “Local Composition In Thermodynamics Excess Functions for Liquid Mixtures”. Journal AIChE J, vol 14.

[11] Smith, J. M., Van Ness, H. C., and Abbot, M.M., 2001. “Chemical Engineering Thermodynamics 6thed”. Singapore: McGraw-Hill

International Edition

[12] Tony, B. 1993. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

[13] Wang, Z., Wu, B., Zhu, J., Chen, K dan Wang, W. 2011. “Isobaric vapor liquid liquid equilibrium for isopropenyl acetate + water + acetic acid at 101 kPa”. Fluid Phase Equilibria. 314, 152-155.

[14] Walas, S. M. 1985. “Phase Equilibrium in Chemical Engineering”. Butterworth Publisher, Massachusetts-USA

[15] Wei, S., Zhang, J., Dong, L., Tan, S., Wang, P., Fu, X., dan Qi, Y., 2010. “Isobaric vapor – liquid equilibria for water + n-propanol + n-butanol ternary system at atmospheric pressure”. Fluid Phase Equilibria. 297, 72-76.

Referensi

Dokumen terkait

Diperolehnya paket IPTEK yang mendukung peningkatan peran pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry antara 10 s/d 20% - RPTP - LHP - Publikasi Sumberdaya penelitian memadai,

b) Secara mandiri tanpa membuka bahan ajar, siswa dapat menyebutkan jenis sistem operasi berdasarkan user interface dengan mengerjakan soal no.3 pada LKS sesuai

Motor servo adalah motor yang mampu bekerja dua arah (CW dan CCW) dimana arah dan sudut pergerakan rotornya dapat dikendalikan dengan memberikan variasi lebar pulsa

Desa Ngrancang menuju Kecamatan Tambakrejo adalah 4 Km yang dapat di tempuh dengan 15 menit. Sedangkan jarak tempuh menuju ke pusat Kabupaten Bojonegoro adalah 60 Km, yang dapat

Hal tersebut dilihat dari banyaknya soal yang memenuhi dari valid (76%) dan tidak valid (24%) artinya UAS gasal yang diberikan kepada peserta didik dapat

Dalam proses ekstraksi dan kristalisasi sukrosa di PG yang kemudian menghasilkan gula pasir dibutuhkan suatu parameter yang bisa dijadikan ukuran apakah proses tersebut sudah

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Penelitian yang berjudul “ANALISA

coronaria menunjukkan ada perbedaan pada jumlah kuncup bunga yang muncul dan jumlah kuncup yang berhasil mekar, waktu terjadinya tahap pembungaan, lama hari