• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wirdanengsih Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wirdanengsih Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang Abstrak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Email: jurnalsosialnusantara@gmail.com

Online Journal : http://perdekiisptn.xyz/ojsperdekiisptn/index.php/JSN/

Mengali Nilai-nilai Dalam Rumah Gadang Minangkabau

sebagai manifestasi struktur dan makna Keluarga Luas Di Minangkabau

(Studi di kanagarian Balai Gurah Sumatera Barat)

Wirdanengsih

Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang Wirdanengsih69@yahoo.com

Abstrak

Minangkabau memiliki nilai –nilai kehidupaan yang sarat dengan nilai estetika dan etika. Salah satu bentuk nilai nilai itu terdapat pada rumah gadang, dimana rumah gadang ini memiliki pengetahuan lokal budaya Minangkabau. Metode penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif “etngorafi” dimana realitas empiris diperoleh peneliti dengan langsung obseravasi ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran gambaran yang utuh dan sesuai dengan kebudayaan mereka serta melihat gejala-gejala kehidupan sehari-hari yang merupakan kearifan lokal. Unit analisisnya adalah rumah tradisional “rumah gadang” Minangkabau namun keberadaannya masih dipandang sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat yang ada disekitarnya. Struktur bangunan rumah tradisional “rumah gadang” Minangkabau memcerminkan komposisi ruangan bangunan yang khas seperti ruang keluarga luas, dapur, kamar anak perempuan. Ruang penyimpanan. Hubungan antara struktur ini dipengaruhi oleh mitologi proses manifestasi dari tatanan sistem kehidupan masyarakat Minangkabau. Ini berarti

rumah gadang Minangkabau tidak hanya sebagai tempat untuk berlindung dari hujan panas

cuaca dan tempat berlindung dari binatang buas tetapi dipahami sebagai manifestasi pandangan hidup keluarga dan cita –cita keluarga serta memiliki fungsi simbolik lainnya

Kata kunci : Rumah Gadang, Budaya Minangakabau, Kearifan Local Abstract

Minangkabau has the values of life that is loaded with aesthetic and ethical value. One form of value value is found in the Gadang House, where the Gadang House has local knowledge of Minangkabau culture. This method of research using qualitative research method "etngorafi" where empirical reality obtained by researchers with direct obseravasi to the location of the study to get a picture of a whole picture and in accordance with their culture and see the symptoms of daily life that is local wisdom. The analytical unit is a traditional "gadang" house of Minangkabau but its existence is still seen as part of the social system of the community around it. The structure of traditional house building "rumah gadang" minangkabau reflects the composition of a typical building space such as spacious living room, kitchen, girls room. Storage space. The relationship between these structures is influenced by the mythology of the manifestation process of the living order system of Minangkabau society. This means the Minangkabau Barn House is not only a place to take shelter from the hot rain of weather and shelter from wild beasts but is understood as a manifestation of the view of family life and the ideals of the family and has other symbolic functions.

(2)

A. Pendahuluan

Salah satu nilai kearifan lokal suku bangsa Minangkabau dapat ditemukan dalam rumah tradisonal

Minangkabau. Suku bangsa

Minangkabau memiliki berbagai

keindahan dan seni yang terintegrasi

dengan tatanan kehidupan

masyarakatnya. Didalam rumah

tradisional minangkabau yaitu rumah gadang. didalam bentuk dan struktur rumahnya terdapat kekayaan nilai seni dan nilai budaya, sehingga dapat disebut sebagai nilai kearifan lokal masyarakat Minangkabau.

Maka tulisan ini mencoba

konstruksi rumah tradisonal

Minangkabau ini secara fisik dan makna filosofisnya dimana bangunan rumah gadang ini tidak hanya di bangun sebagai tempat tinggal tetapi juga berkumpulnya keluarga dan tempat musyawarah mufakat agarterdapat kesimbangan dan

kesinambungan keluarga sehingga

timbul suatu keteraturan dan kebaikan bagi penghuninya.

Oleh karena itu mendalami unsur filosofis dalam rumah tradisonal Minangkabau, Rumah Gadang ini akan bisa kita mendapat gambaran tentang

keluarga. Dan juga mendalami unsur filosfis dalam rumah gadang ini membuka suatu kemungkinan usaha dalam memilihara dan melestarikan warisan budaya bangsa untuk generasi selanjutnya dan penguat identitas diri

masyarakat Minangkabau sebagai

bagian dari warga negara bangsa Indonesia.

Model pendekatan dalam

peneltiian ini diskriptif kualitatif yang mengarah pada studi etnografi. Studi

etnografi yaitu studi yang

mengambarkan suatu realitas empirik dimana peneliti dituntut untuk turun langsung ke lokasi penelitian agar dapat memahami nilai-nilai dan gejala-gejala kehidupan sosial budaya masyarakat dan juga selama penelitian, peneliti ikut terlibat dalam iinteraksi dan kegiatan yang ada dalam kehidupan masyarakat yang ditelit, ini dalam rangka untuk menghayati sistem sosial budaya masyarakat setempat khususnya yang terkait dengan konteks rumah sebagai

perwujudan pandangan hidup

masyarakat Minangkabau. Pendekatan kualiatif yang bersifat etnografi tidak

semata-mata mengutamakan hasil

melainkan aspek proses penelitian adalh sesuatu yang penting sehingga dalam

(3)

hasil penelitiannnya berupa diskripsi yang detil dan tidak kaku serta mendalam. (Bogdon & Tylor 1982 :35). Dalam hal ini rumah tradisonal Minangkabau tidak hanya dikaji sebagai tempat namun rumah bagian dari sistem sosial budaya masyarakat.

B. Pembahasan

Rumah Gadang dan Kontruksi Kebudayaan Keluarga Minangkabau

Bangunan rumah adat

merupakan salah satu wujud budaya

yaag bersifat konkret. Dalam

kontruksinya setiap bagian dalam rumah adat sarat dengan nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat pemilik kebudayaan tersebut. Begitu juga dengan kontruksi Rumah Gadang, kontruksi yang khas dan memiliki fungsi setiap bagian dari ruangan rumah tersebut. Dan bagian ruangan itu juga mengandung makna filosofisnya yang

terkait dengan nilai kebudayaan

keluarga etnis Minangkabau.

Adapun elemen fisik dari Rumah Gadang yaitu Gonjong, ruang, tarali, Jariau, palanca, rasuak, paran dan lae. Adapun penjabaran maknanya sebagai berikut

1.Gonjong

Gonjong adalah sesuatu bentuk diatas rumah gadang yang indah dipandang mata, ini suatu bukti

kecendikiawanan masyarakat

Minangkabau dalam berkarya. Gonjong rumah gadang adalah hal yang unik, selain memiliki nilai seni namun juga nilai budaya dimana gonjong rumah gadang adalah bagian dari upaya memadukan aspek pengalaman dengan aspek budi pekerti yang dimiliki, ini terungkap dalam pepatah gonjong bagian dari batambuah paham tiok hari (bertambah pemahaman tiap hari), ini artinya bahwa setiap penghuni rumah gadang dan orang yang berkunjung ke

rumah gadang hendaklah selalu

menambah pengetahuan dari hari ke hari.

2. Ruang Rumah Gadang

Luasnya ruang di Rumah Gadang memberi isyarat bahwa bahwa rumah itu mampu menampung penghuniya dalam jumlah yang lebih banyak dan Rumah Gadang adalah sebuah institusi sosial adat masyarakat Minangkabau yaitu tempat musyawarah mufakat keluarga luas, tempat memcari solusi

(4)

diperlukan wawasan pengetahuan yang luas dan kelapangan hati dalam menyikap persoalan dalam keluarga luas.

3. Tarali Rumah Gadang

Tarali rumah merefleksikan

tingkat kesiagaan terhadap rumah gadang agar rumah menjadi aman dan nyaman bagi penghuni nya, ini terungkap pada pepatah Tarali gadiang balariak (te rali gading balarik) babuangan buruak katabang (bubungan buruk kan terbang) paninjau dagang lalu linteh (peninjau dagang lalu lintas), panglihat musuah katibo (penglihat musuh datang) panjago lawan kok dating (penjaga kalau lawan datang)

4. Jariau Rumah Gadang

Jariau merefleksikan sikap

toleransi dan empati antara anggota keluarga yang tergabung dalam rumah gadang, terutama sumando, sumando adalah suami dari anak-anak perempuan dari keturunan rumah gadang dimana dalam adat Minangkabau prinsip menetap setelah menikah adalah matrilokal yaitu menetap di rumah gadang pihak keluarga perempuan. Ini terungkap dalam pepatah jariau banamo

artinya sumando tidak memimpin keluarga (anak dan istrinya) haruslah mampu menjaga hubungan baik dengan anggota keluarga lainnya.

5. Palanca Rumah Gadang

Palanca pandaimam bilang,

mambilang sejak dari aso, marasok sepanjang tangan (Palanca pandai membilang, membilang sejak dari asa, merasa sepanjang tangan) palanca simbol pentingnya masyarakat berpikir komprehensif dan bertindak tuntas. Penghuni diharapkan tidak memiliki

sifat yang terburu-buru dalam

mengambil keputusan, keputusan

diambil secara matang 6. Rasuak Rumah Gadang

Pepatah Rasuak rumah gadang bajawek salam (Rasuak dijawab dengan salam) memiliki makna perlu pola hubungan yang harmonis, antara sumandi, ipar dengan ipar, ayah dengan ibu, mamak dengan kemenakan, dimana hubungan itu ditutntut untuk saling menghargai dan saling menguatkan sebagaimana jalinan rasuak di rumah gadang.

(5)

7. Paran

Pepatah tentang paran di rumah gadang Parannyo gamba ula ngiang (paranya gamb ular ngiang) sipaknyo putuih bauleh (Sifatnya putus berulas) banamo sambutan kato (bernama sambutan kata) Bapikia makonya barundiang (Berpikir maka berunding). Pepatah ini mengisyaratkan bahwa penghuni Rumah Gadang hendaklah dapat berkomunikasi dengan baik,

kemampunan komunikasi meliputi

kemampuan mengemukakan pendapat, dan kemampuan memahami aturan yang sifat mengikat dalam tata hubungan didalam Rumah Gadang dan kehidupan masyarakat umumnya

8. Lae rumah gadang

Pepatah tentang lae Rumah

gadang Lai nyo suko mananti

(laenyasuka menanti), mananti atok nan katibo (Menanti atap yang akan dating) Elok lalu buruak ka singah (Elok lalu buruk kalau singah) panyuko kalau tamu datang (penyuka dengan tamu datang) Pangasiah jo dagang lalu (pengasih dengan dagang lalu). Ini maknanya bahwa penghuni Rumah Gadang hendaklah mampu menjadi tuan rumah yang ramah dan sopan atas tamu yang

datang berkunjung ke Rumah, hendaklah

memperlihatkan kegembiraaan

(panyuko) ketika tamu datang serta memiliki iktikad yang baik (belasasiah). Sikap baik dalam menerima tamu adalalah bagian dari upaya kita diteima dalam kehidupan masyarakat. Jika kita tidak dapat menghargai tamu yang datang dan memperlakukannya tidak sebagaimana mestinya akan berdampak pada citra diri penghuni Rumah Gadang tersebut di mata masyarakat, penghuni Rumah Gadang akan dijuahi oleh masyarakat

Hubungan Keluarga Di dalam Rumah Gadang

Dalam konteks kebudayaan

Minangkabau, sistem kekererabatan yang berlaku adalah system kekerabatan unilateral yaitu system kekerabatan

yang dalam menghitung garis

keturuanan hanya mengakui satu pihak orang tua saja sebagai penghubung keturunan. Dalam hal ini kebudayaan Minangkabau memakai garis keturunan ibu saja, garis keturunan dikenal dengan istilah matrilineal. Konsekuensi dari sistem ini, harta pusaka tinggi diwariskan kepada pihak perempuan dari pihak ibunya dan gelar pusaka

(6)

diwariskan mamak (paman) kepada kemenakan laki-laki.

Adapun penghuni rumah gadang diantaranya orang tua, anak-anak perempuan dan suami dari anak perempuan serta anak-anak laki-laki dan

perempuan yang belum

dewasa/menikah. Anak- laki-laki yang sudah dewasa umumnya tinggal di Surau (mushalla) sedangkan pihak anak laki-laki yang telah menikah tinggal di rumah gadang kerabat istrinya

Dalam masyarakat Minangkabau, hubungan antara anak dan saudara ibu yang laki-laki di kenal dengan istilah hubungan mamak dengan kemenakan., sedaangkan hubungan anak dengan saudara perempuan ibu, hubungannya sama dengan hubungan ibu dengan anak.

Hubungan anak dengan saudara

ibunyadianggap hubungan yang penting disamping hubungan ayah ibu dengan anaknya. Hubungan mereka ini dikenal hubungan dengan saapauik (artinya orang yang dilahirkan dari satu nenek dan mereka tidak boleh melakukan saling mengawini karena dianggap bersaudara.

Dalam pola kekerabatan

masyarakat Minangkabau, paman

(mamak) memiliki tanggung jawab, tidak hanya kepada anak-anak namun juga kepada kemenakan (anak saudara perempuannya) sebagaimana pepatah, anak dipangku, kemenakan di bimbiang (anak dipangku, kemenakan di bimbing) Bundo Kanduang Sebagai Ujung Tombak Dalam Rumah Gadang

Istilah ibu dalam adat

Minangkabau di kenal dengan istilah Bundo kanduang. Bundo kanduang

merujuk kepada sosok seorang

perempuan yang mampu menjalankan peran sebagai ibu dalam konteks budaya Minangkabau.dimana seorang itu harus memiliki pengetahuan dan memiliki sifat-sifat yang patut diteladani (Hakimy 1978 :32).

Dalam konteks kebudayaan

Minangkabau, sistem kekererabatan yang berlaku adalah system kekerabatan unilateral yaitu system kekerabatan

yang dalam menghitung garis

keturuanan hanya mengakui satu pihak orang tua saja sebagai penghubung keturunan. Dalam hal ini kebudayaan Minangkabau memakai garis keturunan ibu saja, garis keturunan dikenal dengan istilah matrilineal. Konsekuensi dari sistem ini, harta pusaka tinggi

(7)

diwariskan kepada pihak perempuan dari pihak ibunya dan gelar pusaka diwariskan mamak (paman) kepada kemenakan laki-laki

Kebudayaan Minangkabau

terkenal dengan beragam-ragam

pepatah, pepatah ini memiliki makna nilai dan simbolik sebagai pendangan

hidup hidup masyarakat adat

Minangkabau dalam bersikap dan berprilaku termasuk Pepatah yang terkait dengan peran bundo kanduang. Adapun pepatah yang mengungkapkan

tentang peran bundo kanduang,

diantaranya

1. Umbun Puruak Pegangan Kunci, Umbun Puruak Aluang Bunian. umbun puruak pegangan kunci, umbun puruak aluang bunian yang artinya bahwa perempuan adalah penerus keturunan dan pembentuk

kelompok turunan dan juga

memiliki kekuasaan atas

pengurusan harta pusaka keluarga dan kaum kerabatnya (Hakimy, 1978:1) Selain memiliki kekuasaan, bundo kanduang juga merupakan figur yang bertanggung dalam penbentukan nilai dan moral bagi generasi anak dan kaummnya (Syafnir, 2006:54-56) Jadi Bundo

kanduang adalah ibu yang sejati

yang harus memiliki sifat

kepemimpinan dan keibuaan,

memiliki kepribadian yang kuat bijak dan mental yang tidak rapuh 2. Limpapeh Rumah Gadang

Bundo kanduang adalah penerus keturunan, pewaris harta pusako tinggi, yang memiliki rumah gadang, rumah adat Minagkabau dan ikut serta dalam musyawarah keluarga. Ini artinya bahwa ibu dalam adat Minagakbau di ibaratkan sebagai Limpapeh rumah gadang. Bundo kanduang adalah ibu yang memiliki kemuliaan dan kehormatan dalam adat Minangkabau kemuliaan dan kehormatan itu berupa sistem garis keturuan, matrilineal. Matrilineal yaitu garis keturunan ibu. Sistem keturunan ini mempengaruhi segala assek kehidupan masyarakat. Bundo kanduang sebagai limpapeh rumah gadang hsarus dapat menjadikan rumah tangganya sebagai tempat pertama proses pendidikan dan menjadikan dirinya sebagai suri tauladan bagi pendidikan anak kemenakan sehingga nilai kejujuran, ramah, sopan dan berbudi adalah

(8)

nilai yang secara fitrah melekat pada ibu

3. Pusek Jalo Kumpulan Tali.

Pusek jalo kumpulan tali. memiliki makna bahwa ibu adalh posisi

sentral dalam mencapai

keberhasilan anak-anak. Oleh

karena itu ibu harus memiliki pengetahuan yang luas dan memiliki penghayatan budi dalam berbagai aspek kehidupan.

4. Sumarak dalam nagari hiasan dalam kampuang

Nilai ibu tidak hanya dalam tataran lahiriah, namun kaum ibu adalah tiang rumah tangga dan negara. 5. Nan gadang basa batuah

Sebagai bundo kandung, ibu

dianggap sebagai kemuliaan dan kebanggaan kaum, oleh karena itu ibu haruslah menjalankan konsep dasar Minangkabau basandi syarak, syarak basandikan kitabullah, Setiap

langkah ibu hendaklah

berrpedoman pada adat dan ajaran Islam

Rumah Gadang dan Perubahannya

Perubahan sosial adalah

perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat (Soekamto, 2006:262) dan faktor yang menyebakan terjadinya perubahan bisa berasal dari adanya ketegangan internal dan bisa juga berasal dari system sosial lainya seperti perubahan jumlah penduduk dan adanya inovasi di bindang ilmu pengetahuan dan sebagainya.

Terkait dengan struktur dan fungsi rumah gadang, dewasa ini dapat dikatakan sudah mengalami perubahan, dimana masyarakat minangkabau yang memiliki adat matrilokal. matrilokal adalah adat menetap sesudah menikah berada di rumah gadang dan sekitarnya, sekarang ada kecenderungan pasangan setelah menikah tidak tinggal di rumah gadang melain membentuk rumah baru yang jauh dari rumah gadang. selain itu juga terjadi perubahan didalam arsitek bangunan rumah gadang yang telah di buat sesuai dengan selera kekinian.

Begitu pula dengan peran Bundo Kanduang di Rumah gadang. Dimana realitanya hari ini bundo kanduang tidak hanya bertugas sebagai ibu di rumah gadang, melainkan sudah memiliki tugas

(9)

dalam menjalankan berbagai profesi diluar ranah domestic rumah gadang.

Peran bundo kanduang saat ini, tidak hanya peran domestik di rumah gadang juga peran public., dimana bundo kanduang tidak hanya sebagai istri, dan ibu dari anak-anak. melainkan telah berperan tapi memiliki profesi dan peran publik. Hal ini berpengaruh

terhadap keseimbangan dan

kesinambungan keluarga seperti

pendidikan tidak menjadi tanggung jawab utama bundo kanduang, namun telah digantikan oleh sekolah, anak-anak mereka disekolahkan ke lembaga pendidikan mahal dan menyerahkan tanggung jawab pendidikan kepada guru. Kemudian dalam pekerjaan domestic sudah mulai di serahkan kepada pembantu, bahkan mendidik anak diserahkan kepada pembantu.

C. Penutup

Nilai-nilai didalam rumah gadang telah mengalami perubahan terutama perubahan peran ibu sebagai bundo kanduang di dalam rumah gadang. Bundo kanduang sudah memiliki peran ganda. Hal ini berpengaruh terhadap perannya sebagai istri dan ibu dari anank-anak, ibu sebagai pendidik utama anak-anak. Pendidikan anak-anak telah

diserahkan kepada guru sekolah bahkan diserahkan kepada pembantu serta ada gejala lebih berorintasi publik dan mengabaikan keluarga. Inilah yang perlu kita merevitalisasi makna daripada keluarga tersebut.

Daftar Pustaka

Navis A. A. 1984. Alam Takambang Jadi Guru. Adat dan Kebudayaan Minangkabau Jakarta: Pustaka Grafitipers

Hakimy, Idrus. 1994. Rangkaian Mustika

Adat Basandi Syara’ di Minangkabau,

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. ______, .1978. Pegangan Penghulu, Bundo

Kanduang dan Pidato Pasambahan Adat di Minangkabau. Bandung: Rosda

Karya.

______. t. th). Buku Pegangan Bundo

Kanduang. Bandung: Rosda Karya.

______. 1986. Pokok-pokok Pengetahuan Adat

Miangkabau. Bandung: Remaja Karya

Syafnir. 2006. Sirih Pinang Adat

Minangkabau, Padang: Sentra Budaya

Soekanto, Soejono. 1987 Suatu Pengantar, Jakarta Rajawali Press,

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Deposito mudharabah merupakan investasi baik secara individu maupun perusahaan dalam bentuk deposito yang sesuai dengan prinsip mudharabah muthlaqah, yakni simpanan dana

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang penulis paparkan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas produk, harga dan kualitas pelayanan

Maksud dalam penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan tradisi pemamanen ‘paman’ pada Rezeki (khitanan) di masyarakat Alas di Aceh Tenggara atau yang dikenal

V.6 Fotokopi Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Partai Politik Dan Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, Serta Calon Anggota DPD Tingkat Provinsi Dalam Pemilu

Karakteristik terbanyak pada pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dalam penelitian ini adalah usia rata- rata pasien adalah 50,94 tahun

o Dalam animasi sprite yang dapat kita edit adalah animasi dari layar yang mengandung sprite, kita tidak dapat mengedit bagian dalam yang ditampilkan oleh layar

Smear layer yang terdapat pada saluran akar akan menghambat penetrasi medikamen intrakanal ke dalam sistem saluran akar yang tidak teratur termasuk ke dalam tubulus dentin,

a.. Terkait saksi sebagai salah satu dari alat bukti yang bisa didengar keteranganya sebagai saksi dalam perkara pemohonan dispensasi nikah bukanlah dari keluarga