IMPLIKASI UU DESA TERHADAP
IMPLIKASI UU DESA TERHADAP
PERATURAN DAERAH DAN
PERATURAN DAERAH DAN
PERATURAN DESA
PERATURAN DESA
DESA
DESA
Indonesia
Indonesia
WORKSHOP JARINGAN INSIST WORKSHOP JARINGAN INSISTMenghidupkan
KETENTUAN UMUMNYA
KETENTUAN UMUMNYA
UU D
UU DES
ESA
A DAL
DALA
AM B
M BELA
ELANT
NTARA
ARA PE
PERU
RUND
NDA
ANG
NG-U
-UND
NDANGAN
ANGAN
UU NO 12/2011
UU NO 12/2011
TENTANG PEMBENTUKAN
TENTANG PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGA
DANGAN
N
UU SEKTORAL LAINNYA UU SEKTORAL LAINNYA
PUTU
PUTUSAN MASAN MAHKAHKAMAH KMAH KONSTONSTITUSITUSII YANG MENGU
YANG MENGUBABAH SUATU UUH SUATU UU
UU DESA
UU DESA
PERATURAN PELAKSANA PERATURAN PELAKSANA PELAKSANAAN UU DESA PELAKSANAAN UU DESADOKTRIN
DOKTRIN
DALAM
DALAM
MENAFSIRKAN
MENAFSIRKAN
1.1. YANG TINGGI MENGALAHKAN YANG RENDAHYANG TINGGI MENGALAHKAN YANG RENDAH 2.
2. YANG KHUSUS MENGALAHKAN YANG UMUMYANG KHUSUS MENGALAHKAN YANG UMUM 3.
3. YANG BARU MEYANG BARU MENGALAHKNGALAHKAN YANG LAMAAN YANG LAMA
HUKUM ADAT YANG HUKUM ADAT YANG
HIDUP HIDUP 1. 1. UUPAUUPA 2. 2. UULHUULH 3. 3. UU PLPPBUU PLPPB 4. 4. UU AIRUU AIR 5. 5. UU SDAUU SDA 6. 6. UU PENATAANRUANGUU PENATAANRUANG 7. 7. DLLDLL
KETENTUAN UMUMNYA
KETENTUAN UMUMNYA
UU D
UU DES
ESA
A DAL
DALA
AM B
M BELA
ELANT
NTARA
ARA PE
PERU
RUND
NDA
ANG
NG-U
-UND
NDANGAN
ANGAN
UU NO 12/2011
UU NO 12/2011
TENTANG PEMBENTUKAN
TENTANG PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGA
DANGAN
N
UU SEKTORAL LAINNYA UU SEKTORAL LAINNYA
PUTU
PUTUSAN MASAN MAHKAHKAMAH KMAH KONSTONSTITUSITUSII YANG MENGU
YANG MENGUBABAH SUATU UUH SUATU UU
UU DESA
UU DESA
PERATURAN PELAKSANA PERATURAN PELAKSANA PELAKSANAAN UU DESA PELAKSANAAN UU DESADOKTRIN
DOKTRIN
DALAM
DALAM
MENAFSIRKAN
MENAFSIRKAN
1.1. YANG TINGGI MENGALAHKAN YANG RENDAHYANG TINGGI MENGALAHKAN YANG RENDAH 2.
2. YANG KHUSUS MENGALAHKAN YANG UMUMYANG KHUSUS MENGALAHKAN YANG UMUM 3.
3. YANG BARU MEYANG BARU MENGALAHKNGALAHKAN YANG LAMAAN YANG LAMA
HUKUM ADAT YANG HUKUM ADAT YANG
HIDUP HIDUP 1. 1. UUPAUUPA 2. 2. UULHUULH 3. 3. UU PLPPBUU PLPPB 4. 4. UU AIRUU AIR 5. 5. UU SDAUU SDA 6. 6. UU PENATAANRUANGUU PENATAANRUANG 7. 7. DLLDLL
SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN - - UU 11/2012
SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN - - UU 11/2012
UU No 12/2011
UU No 12/2011
1.
1.
UUD 1945
UUD 1945
2.
2.
TAP MPR
TAP MPR
3.
3.
Undang-Undang/Perpu;
Undang-Undang/Perpu;
4.
4.
Peraturan Pemerintah;
Peraturan Pemerintah;
5.
5.
Peraturan Presiden;
Peraturan Presiden;
6.
6.
Pe
Perda Provi
rda Provinsi
nsi; dan
; dan
7.
7.
Pe
Perd
rda
a Kabu
Kabupaten/Kot
paten/Kota.
a.
PERATURAN DESA?
PERATURAN DESA?
Pa
Pasal
sal 7
7
UU No 10/2004
UU No 10/2004
1.
1.
UUD 1945
UUD 1945
2.
2.
TAP MPR
TAP MPR
3.
3.
Undang-Undang/Perpu;
Undang-Undang/Perpu;
4.
4.
Peraturan Pemerintah;
Peraturan Pemerintah;
5.
5.
Peraturan Presiden;
Peraturan Presiden;
6.
6.
Perda
Perda
1)
1)
Perda Propinsi
Perda Propinsi
2)
2)
Pe
Perda K
rda Kabupaten/kota
abupaten/kota
3)
3)
PERATURAN DESA
PERATURAN DESA
JENIS DAN HIERARKI
JENIS DAN HIERARKI
MUN
SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN - - UU 11/2012
Pasal 8
• Jenis
Peraturan Perundang-undangan lainnya
:
•
peraturan yang ditetapkan
oleh MPR, DPR, DPD,
MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri, badan, lembaga, atau
komisi yang setingkat yang dibentuk dengan UU ; atau
Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat
,
DIAKUI
keberadaannya dan mempunyai kekuatan
hukum mengikat
sepanjang diperintahkan oleh
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
atau dibentuk berdasarkan kewenangan
.
SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN - - UU 11/2012 dihubungkan dengan UU 06/2014
STRUKTUR
ISI
Budaya
Wewenang & Hierarki
• Perintah dari
yang lebih tinggi
•Lokal dan
Interlokal
•Kebutuhan
•Sikap Masyarakat
•Kerjasama
Pasal 119
Semua ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan secara langsung
dengan Desa wajib mendasarkan dan
menyesuaikan pengaturannya dengan
ketentuan Undang-Undang i ni.
Pasal 121
Pada saat UU Desa mulai berlaku, Pasal
200 sampai dengan Pasal 216
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku
Pasal 116
Desa yang sudah ada sebelum UU ini berlaku tetap diakui sebagai Desa.
Pemda Kab/Kota menetapkan Perda tentang penetapan Desa dan Desa Adat di
wilayahnya Paling lama 1 (satu) tahun sejak UU ini diundangkan.
Pemda Kab/Kota bersama Pemerintah Desa melakukan inventarisasi As et Desa
Paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku
.
UU 06/2014 TENTANG DESA
MANDAT UU Desa kepada Pemerintah, Pemda dan Pemdes:
•
Pemda Propinsi
setidaknya
membuat 2
Perda;
•
Pemda Kab/Kota
setidaknya
membuat 11
Perda
•
Pemerintah Desa
setidaknya
membuat 3
Perdes
UU 06/2014 TENTANG DESA
Mandat Kepada Perda Propinsi:
1. Susunan kelembagaan, pengisian jabatan,
dan masa jabatan Kepala Desa Adat
berdasarkan hukum adat ditetapkan dalam
peraturan daerah Provinsi (109).
2. Melakukan pembinaan terhadap
Kabupaten/Kota dalam rangka penyusunan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang
UU 06/2014 TENTANG DESA
Mandat Kepada Perda Kab/Kota:
1.
Pembentukan Desa ditetapkan dengan Perda (8).
2.
Pembentukan, penghapus an, penggabungan, dan/atau perubahan
status Desa menjadi kelurahan ditetapkan dalam Perda (14).
3.
Kebijakan pelaksanaan Pilkades serentak ditetapkan dengan Perda (31).
4.
Syarat lain Calon Kades diatur dalam Perda (33).
5.
Ketentuan dan syarat lain menjadi perangkat Desa diatur dalam Perda
(50).
6.
Ketentuan mengenai Badan Permusyawaratan Desa diatur dalam Perda
(65).
7.
Perencanaan, pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan,
pemanfaatan, dan pendayagunaan aset diatur dalam Perda (84).
8.
Desa Adat ditetapkan dengan Perda (98).
9.
Penataan Desa Adat ditetapkan dalam Perda (101).
10.
Pedoman penyusunan Perdes dan Perkades (115b);
11.
Melakukan evaluasi, pengawasan, Pembatalan Perdes (115e &
Penjelasan);
UU 06/2014 TENTANG DESA
Mandat Kepada Pemerintah Desa:
1.
APB Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa (73)
2.
RPJM Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa ditetapkan dengan Peraturan
Desa (79).
3.
Pendirian BUMDES ditetapkan dengan Peraturan Desa (88).
• Jenis PERATURAN DI DESA terdiri atas Perdes, Perkades, & Peraturan
bersama Kepala Desa (69).
• Perkades adalah aturan pelaksana PERDES (69).
• Peraturan bersama Kepala Desa adalah perpaduan kepentingan Desa
masing-masing dalam kerja sama antar desa (69).
• Peraturan Desa Adat disesuaikan dengan hukum adat dan norma adat istiadat
yang berlaku di Desa Adat sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (110).
Pasal 26
• Kepala Desa bertugas menyelenggarakan
Pemerintahan Desa, melaksanakan
PEMBANGUNAN DESA
, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa,
MELALUI WEWENANGNYA
dalam
MENETAPKAN PERATURAN DESA
,
setelah
DIBAHAS DAN DISEPAKATI
bersama
BPD
, atau
SEBALIKNYA
.
POLITIK HUKUM DI DESA
Perdes merupakan kerangka hukum dan
kebijakan
dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa.
Prim um Remedium / Ulti mum Remedium
BERARTI PENTING BANGET KEDUDUKANNYA
M e m b ang u
n I nd o ne s i aD ar i P i ng g
i r an Ant ar D ae r ah d an D e s a
POLITIK HUKUM DI DESA
Sebagai
sebuah produk politik,
Perdes diproses
secara demokratis dan partisipatif, yakni
mengikutsertakan partisipasi masyarakat Desa.
Dengan membuka hak untuk mengusulkan atau
memberikan masukan kepada Kades dan BPD
dalam
proses penyusunan Perdes
.
KAPAN ITU?
APA TANTANGANNYA?
APA SAJA TOPIKNYA?
SIAPA SAJA?
POLITIK HUKUM DI DESA
• PP NO.38 TAHUN 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
• PERMENDAGRI No. 28 Tahun 2006tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa Dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.
• PERMENDAGRI No. 29 Tahun 2006tentang Pedoman
Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa; • PERMENDAGRI No. 30 Tahun 2006tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintahan Kab/Kota kepada Desa • PERMENDAGRI No. 54 Tahun 2009tentang Tata Naskah
Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah;
• PERMENDAGRI No. 39 Tahun 2010tentang Badan Usaha Milik Desa
• PERMENDAGRI No. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan Dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat; • PERDA KAB. Luwu Timur No.06 Tahun 2008tentang
Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kepada Desa; • PERDA KAB. Sleman No. 2 Tahun 2010 Tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan desa.
BEBERAPA KETENTUAN HUKUM YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN
LEVEL
PP
PERMENPERDA
CONTOH CONTOH CONTOHPasal 69
Jenis Peraturan di Desa terdiri atas
Peraturan Desa
,
Peraturan
Bersama Kepala Desa
, dan
Peraturan Kepala Desa
.
POLITIK HUKUM DI DESA
APB Desa, RPJM Desa, dan RKP Desa ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
RPJM Desa dan RKPDesa adalah satu-satunya
Dokumen Perencanaan di Desa.
TAPI Pedoman RPJM Desa dan RKP Desa
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
TANTANGAN PERDES DALAM IMPLEMENTASI UU DESA
T A N T A N G A N & P ELU A N G
•
BERBAGAI KETENTUAN PEDOMAN PENGATURAN KONTEN
TERTENTU KE DALAM PERDES, DIBUAT OLEH KABUPATEN DAN
PROPINSI (UU DESA);
•
REZIM PENGAWASAN DAN PERSETUJUAN KONTEN TERTENTU
ADA DALAM KEWENANGAN KABUPATEN DAN PROPINSI (UU
DESA);
•
REZIM PEMBATALAN PERDES ADA DITANGAN KABUPATEN,
MASIH HARUS MENUNGGU PROTAP DAN PRASYARATNYA.
•
PERDES TENTANG APBDES, PUNGUTAN, TATA RUANG,
ORGANISASI PEMDES, HARUS MENDAPAT PERSETUJUAN
KABUPATEN DAN PROPINSI SEBELUM DISAHKAN (UU DESA).
•
DALAM HAL TERJADI PERBEDAAN PENDAPAT, DESA HANYA
DAPAT MELAKUKAN KOREKSI, BUKAN ARGUMENTASI (UU DESA).
•
MANDAT PENGATURAN SUATU KONTEN PERDES, TERSEBAR DI
BANYAK UU SEKTORAL (UU DESA).
•
UU SEKTORAL DAPAT MENJADI DASAR HUKUM PERDES YANG
KUAT, SEDANGKAN KEADAAN LOKAL DAN KEBUTUHAN DESA
DAPAT MENJADI KONSIDERAN PERDES.
•
PELAKSANAAN KEWENANGAN PEMERINTAH DESA DAPAT
MENJADI SANGAT KAK U DAN KEHILANGAN WATAK “ DESA MAWA
CARA”.
Pasal 115
•
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
melakukan Pembinaan dan pengawasan.
•
Memberikan pedoman penyusunan
Peraturan Desa dan Peraturan Kepala
Desa.
•
Memberi Persetujuan Ranperdes.
•
Melakukan evaluasi dan pengawasan
Peraturan Desa.
•
Melakukan pembatalan Peraturan Desa.
TANTANGAN PERDES DALA M IMPLEMENTASI UU DESA
Karena Desa memiliki
wewenang skala desa
maka berlaku pula
kewenangan mengelola bidang yang diatur dalam UU Lain, diantaranya:
UU No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati & Ekosistemnya
UU No. 04 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UU No. 07 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil .
UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi
UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
UU No. 04 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
UU No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata.
UU No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultur
PP No. 11 Tahun 2010 tentang Pendayagunaan dan penertiban tanah terlantar
PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai
• PP NO. 01 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN AL IH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
• PP NO. 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
• PP NO. 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
• PP NO. 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
ILUSTRASI
PERMENTAN NO. 41/Perm entan/OT.140/9/2009 TENTANG KRITERIA TEKNIS KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN
PERMENTAN NO. 07/Perm entan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN.
PERMENTAN NO. 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMELIHARAAN, PEMULIHAN, SERTA PENINGKATAN FUNGSI LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA.
PERMENTAN NO. 79/Perm entan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN
PERMENTAN NO. 81/Perm entan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
ILUSTRASI
•
Laju alih fungsi lahan pertanian ke lahan non
pertanian ± 110.000 ha/tahun.
•
Potensi alih fungsi lahan sawah akibat dari
penerapan RTRW oleh pemda kab/kota yang
kurang berpihak kepada pertanian.
•
Luas lahan sawah di indonesia yaitu
8.132.642 Ha (data BPS tahun 1998-2002)
DATA DI
PROPINSI D.I YOGYAKARTA
Rata-rata luas kepemilikan lahan bagi petani adalah
0,30 Ha.
Meningkatnya Jumlah petani gurem dan buruh tani
(tuna kisma) di Provi nsi DIY.
A. Ekstensifikasi bisa dilakukan dengan cara:
(1) Pembukaan lahan baru untuk tanaman pangan secara permanen, (2)
Pemanfaatan lahan HGU yang b elum diusahakan untuk perkebunan
komoditas pangan, (3) Pemanfaatan lahan terlantar un tuk cadangan pangan
sesuai amanat PP No. 11 Tahun 2010 tentang pendayagunaan dan
penertiban tanah terlantar, (4) Pemanfaatan kawasan hutan yang dapat
dikonversi untuk tanaman pangan dengan memperhatikan konservasi tanah
dan air, dan (5) Rehabilitasi dan konservasi lahan kritis dan dimanfaatkan
untuk peruntukan tanaman pangan.
B. Intensifikasi lahan dengan peningkatkan produktivitas tanah melalui:
(1)
Optimalisasi arahan pertanian pangan, (2) Pengembangan pertanian jangan
metode SRI, dan (3) Peningkatan kesuburan tanah melalui fasilitasi
penyediaan pupuk organik.
C. Kebijakan pengendalian Lahan dengan Penetapan Kawasan Pertanian
Pangan:
(1) Penetapan KP2B Nasional yang diatur dalam PP RTRWN, (2) Penetapan
KP2B provinsi yang diatur dalam Perda RTRWP, (3) Penetapan KP2B
Kabupaten/Kota yang diatur dalam Perda RTRW Kabupaten/Kota.
ILUSTRASI
KERANGKA HUKUM DAN KEBIJA KAN
PERDA PROPINSI DIY No.10 Tahun 2011 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) :
ILUSTRASI
1. Ditetapkan lahan pertanian yang dilind ungi Paling Ku rang seluas
35.911 hektare;
2. Terdi ri atas :
3. Sebaran Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tersebut
ditetapkan oleh Bupati.
4. Pemerintah Daerah menetapkan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dalam PERDA RTRWD.
5. Proses dan tahapan penetapan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana dilakukan melalui :
a. Kab. Sleman deng an luas paling kurang 12.377,59 Ha;
b. Kab. Bantul dengan luas paling kurang 13.000 Ha;
c. Kab. Kulon Progo d engan luas paling k urang 5.029 Ha;
d. Kab. Gunungki dul dengan luas paling kurang 5.505 Ha.
a. sos ialisasi kepada petani dan pemilik lahan;
b. invetarisasi petani yang bersedia lahannya ditetapkan sebagai LPPB;
c. kesepakatan dengan pemili k lahan dilakukan dengan perjanjian;
ILUSTRASI
PERDA KAB.GUNUNGKIDUL NO. 6 TAHUN 2011
TENTANGRTRW KAB. TAHUN 2010 – 2030
Perda Kab. Gunungkidul No. 14 Tahun 2012 Tentang
PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN
BERKELANJUTAN
BAGAIMANA DENGAN
UU 06/2014 TENTANG DESA
•
Rencana Perlindungan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dilakukan terhadap:
•
a. tanah terlantar;
•
b. alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian pangan; dan
•
c. kawasan lahan marginal.
Lahan telantar
a. tanah tersebut telah diberikan hak atas tanahnya, tetapi sebagian atau
seluruhnya tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan tidak dimanfaatkan sesuai
dengan sifat dan tujuan pemberian hak;
b. tanah tersebut selama 3 (tiga) tahun atau lebih tidak dimanfaatkan sejak
tanggal pemberian hak diterbitkan; atau
c. bekas galian bahan tambang yang telah direklamasi.
Perda Kab. Gunungkidul No. 14 Tahun 2012 Tentang PLPPB
Lahan Marginal
a. lahan pasir dan kapur/karst yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan
pertambangan dan pariwisata; dan
ILUSTRASI
Pengendalian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan dengan:
a. insentif; dan/atau
b. pengendalian alih fungsi.
Insentif diberikan kepada pemilik lahan,petani penggarap, dan/atau
kelompok tani berupa:
1. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan;
2. Pengembangan infrastruktur pertanian;
3. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan benih dan bibit
unggul;
4. Kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi;
5. Fasilitasi sarana dan prasarana produksi pertanian;
6. Jaminan penerbitan sertifikat bidang tanah pertanian pangan melalui
pendaftaran tanah secara sporadik dan sistematik; dan/atau
7. Penghargaan bagi petani berprestasi.
Penetapan Lahan dan Pemberian keringanan PBB dengan
Rekomendasi dari Dinas kepada Pemerintah Kabupaten.
DESA
AIR KUNING
DESA
PRANCAK
DESA
BUDENG
Sebagai suatu kawasan
ekposistem muara
DAS Ijo Gading
INISIATIF MENJADI
KAWASAN PERDESAAN
DARI HASIL PEMETAAN OLEH WARGA DESA DITEMUKAN PERBEDAAN BATAS DESA DIBANDINGKAN DENGAN PETA DALAM LAMPIRAN PERDA RTRW KAB JEMBRANA
BATAS DESA MENJADI PENTING SEBAB AKAN
DIRUJUK UNTUK
MENENTUKAN YURISDIKSI PEMBANGUNAN DESA DALAM MUSRENBANG
DAN ALOKASI DANA PEMBANGUNAN DESA
SEKALIGUS SEBAGAI MODAL KERJASAMA DESA
DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
•MATA PENCAHARIAN NELAYAN •TIDAK TERSEDIA TAMBATAN PERAHU
•DAN PELELANGAN IKAN
•TAK ADA INSENTIF PROGRAM K AWASAN PESISIR
• ABRA SI • AB SENTEE
•PENDIRIAN VILLA MELANGGAR RRTW •MALFUNGSI SEMPADAN PANTAI/SUNGAI
• AKSES PUB LIK KE PA NTAI TERTUTUP •DANA PERBAIKAN TERGANTUNG DARI SKPD
Tidak ada Pelaksan aan UU 01/2014 jo 22/2007 NELAYAN DAN PEDAGANG
KURANG MAKSIMAL BEKERJA
DESA KEHILANGAN POTENSI PENDAPATAN
1. PENGELOLAAN TAMBATAN PERAHU 2. PENGELOLAA N PASAR DESA
UU DESA KEWENANGAN
SKALA DESA
PERDES & PERKADES