• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI UU DESA terhadap Perda dan Perdes.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLIKASI UU DESA terhadap Perda dan Perdes.pdf"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKASI UU DESA TERHADAP

IMPLIKASI UU DESA TERHADAP

PERATURAN DAERAH DAN

PERATURAN DAERAH DAN

PERATURAN DESA

PERATURAN DESA

DESA

DESA

Indonesia

Indonesia

WORKSHOP JARINGAN INSIST WORKSHOP JARINGAN INSIST

 Menghidupkan

(2)

KETENTUAN UMUMNYA

KETENTUAN UMUMNYA

UU D

UU DES

ESA

A DAL

DALA

AM B

M BELA

ELANT

NTARA

ARA PE

PERU

RUND

NDA

ANG

NG-U

-UND

NDANGAN

ANGAN

UU NO 12/2011

UU NO 12/2011

TENTANG PEMBENTUKAN

TENTANG PEMBENTUKAN

PERATURAN PERUNDANG-UN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGA

DANGAN

N

UU SEKTORAL LAINNYA UU SEKTORAL LAINNYA

PUTU

PUTUSAN MASAN MAHKAHKAMAH KMAH KONSTONSTITUSITUSII YANG MENGU

YANG MENGUBABAH SUATU UUH SUATU UU

UU DESA

UU DESA

PERATURAN PELAKSANA PERATURAN PELAKSANA PELAKSANAAN UU DESA PELAKSANAAN UU DESA

DOKTRIN

DOKTRIN

DALAM

DALAM

MENAFSIRKAN

MENAFSIRKAN

1.

1. YANG TINGGI MENGALAHKAN YANG RENDAHYANG TINGGI MENGALAHKAN YANG RENDAH 2.

2. YANG KHUSUS MENGALAHKAN YANG UMUMYANG KHUSUS MENGALAHKAN YANG UMUM 3.

3. YANG BARU MEYANG BARU MENGALAHKNGALAHKAN YANG LAMAAN YANG LAMA

HUKUM ADAT YANG HUKUM ADAT YANG

HIDUP HIDUP 1. 1. UUPAUUPA 2. 2. UULHUULH 3. 3. UU PLPPBUU PLPPB 4. 4. UU AIRUU AIR 5. 5. UU SDAUU SDA 6. 6. UU PENATAANRUANGUU PENATAANRUANG 7. 7. DLLDLL

(3)

KETENTUAN UMUMNYA

KETENTUAN UMUMNYA

UU D

UU DES

ESA

A DAL

DALA

AM B

M BELA

ELANT

NTARA

ARA PE

PERU

RUND

NDA

ANG

NG-U

-UND

NDANGAN

ANGAN

UU NO 12/2011

UU NO 12/2011

TENTANG PEMBENTUKAN

TENTANG PEMBENTUKAN

PERATURAN PERUNDANG-UN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGA

DANGAN

N

UU SEKTORAL LAINNYA UU SEKTORAL LAINNYA

PUTU

PUTUSAN MASAN MAHKAHKAMAH KMAH KONSTONSTITUSITUSII YANG MENGU

YANG MENGUBABAH SUATU UUH SUATU UU

UU DESA

UU DESA

PERATURAN PELAKSANA PERATURAN PELAKSANA PELAKSANAAN UU DESA PELAKSANAAN UU DESA

DOKTRIN

DOKTRIN

DALAM

DALAM

MENAFSIRKAN

MENAFSIRKAN

1.

1. YANG TINGGI MENGALAHKAN YANG RENDAHYANG TINGGI MENGALAHKAN YANG RENDAH 2.

2. YANG KHUSUS MENGALAHKAN YANG UMUMYANG KHUSUS MENGALAHKAN YANG UMUM 3.

3. YANG BARU MEYANG BARU MENGALAHKNGALAHKAN YANG LAMAAN YANG LAMA

HUKUM ADAT YANG HUKUM ADAT YANG

HIDUP HIDUP 1. 1. UUPAUUPA 2. 2. UULHUULH 3. 3. UU PLPPBUU PLPPB 4. 4. UU AIRUU AIR 5. 5. UU SDAUU SDA 6. 6. UU PENATAANRUANGUU PENATAANRUANG 7. 7. DLLDLL

(4)

SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN - - UU 11/2012

SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN - - UU 11/2012

UU No 12/2011

UU No 12/2011

1.

1.

UUD 1945

UUD 1945

2.

2.

TAP MPR

TAP MPR

3.

3.

Undang-Undang/Perpu;

Undang-Undang/Perpu;

4.

4.

Peraturan Pemerintah;

Peraturan Pemerintah;

5.

5.

Peraturan Presiden;

Peraturan Presiden;

6.

6.

Pe

Perda Provi

rda Provinsi

nsi; dan

; dan

7.

7.

Pe

Perd

rda

a Kabu

Kabupaten/Kot

paten/Kota.

a.

PERATURAN DESA?

PERATURAN DESA?

Pa

Pasal

sal 7

7

UU No 10/2004

UU No 10/2004

1.

1.

UUD 1945

UUD 1945

2.

2.

TAP MPR

TAP MPR

3.

3.

Undang-Undang/Perpu;

Undang-Undang/Perpu;

4.

4.

Peraturan Pemerintah;

Peraturan Pemerintah;

5.

5.

Peraturan Presiden;

Peraturan Presiden;

6.

6.

Perda

Perda

1)

1)

Perda Propinsi

Perda Propinsi

2)

2)

Pe

Perda K

rda Kabupaten/kota

abupaten/kota

3)

3)

PERATURAN DESA

PERATURAN DESA

JENIS DAN HIERARKI

JENIS DAN HIERARKI

MUN

(5)

SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN - - UU 11/2012

Pasal 8

• Jenis

Peraturan Perundang-undangan lainnya

:

peraturan yang ditetapkan

oleh MPR, DPR, DPD,

MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri, badan, lembaga, atau

komisi yang setingkat yang dibentuk dengan UU ; atau

Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,

Bupati/Walikota,

Kepala Desa atau yang setingkat

,

DIAKUI

keberadaannya dan mempunyai kekuatan

hukum mengikat

sepanjang diperintahkan oleh

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

atau dibentuk berdasarkan kewenangan

.

(6)

SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN - - UU 11/2012 dihubungkan dengan UU 06/2014

STRUKTUR

ISI

Budaya

Wewenang & Hierarki

• Perintah dari

yang lebih tinggi

•Lokal dan

Interlokal

•Kebutuhan

•Sikap Masyarakat 

•Kerjasama

Pasal 119

Semua ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan secara langsung

dengan Desa wajib mendasarkan dan

menyesuaikan pengaturannya dengan

ketentuan Undang-Undang i ni.

Pasal 121

Pada saat UU Desa mulai berlaku, Pasal

200 sampai dengan Pasal 216

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku

Pasal 116

Desa yang sudah ada sebelum UU ini berlaku tetap diakui sebagai Desa.

Pemda Kab/Kota menetapkan Perda tentang penetapan Desa dan Desa Adat di

wilayahnya Paling lama 1 (satu) tahun sejak UU ini diundangkan.

Pemda Kab/Kota bersama Pemerintah Desa melakukan inventarisasi As et Desa

Paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku

.

(7)

UU 06/2014 TENTANG DESA

MANDAT UU Desa kepada Pemerintah, Pemda dan Pemdes:

Pemda Propinsi

setidaknya

membuat 2

Perda;

Pemda Kab/Kota

setidaknya

membuat 11

Perda

Pemerintah Desa

setidaknya

membuat 3

Perdes

(8)

UU 06/2014 TENTANG DESA

 Mandat Kepada Perda Propinsi:

1. Susunan kelembagaan, pengisian jabatan,

dan masa jabatan Kepala Desa Adat

berdasarkan hukum adat ditetapkan dalam

peraturan daerah Provinsi (109).

2. Melakukan pembinaan terhadap

Kabupaten/Kota dalam rangka penyusunan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang

(9)

UU 06/2014 TENTANG DESA

 Mandat Kepada Perda Kab/Kota:

1.

Pembentukan Desa ditetapkan dengan Perda (8).

2.

Pembentukan, penghapus an, penggabungan, dan/atau perubahan

status Desa menjadi kelurahan ditetapkan dalam Perda (14).

3.

Kebijakan pelaksanaan Pilkades serentak ditetapkan dengan Perda (31).

4.

Syarat lain Calon Kades diatur dalam Perda (33).

5.

Ketentuan dan syarat lain menjadi perangkat Desa diatur dalam Perda

(50).

6.

Ketentuan mengenai Badan Permusyawaratan Desa diatur dalam Perda

(65).

7.

Perencanaan, pelaksanaan pembangunan Kawasan Perdesaan,

pemanfaatan, dan pendayagunaan aset diatur dalam Perda (84).

8.

Desa Adat ditetapkan dengan Perda (98).

9.

Penataan Desa Adat ditetapkan dalam Perda (101).

10.

Pedoman penyusunan Perdes dan Perkades (115b);

11.

Melakukan evaluasi, pengawasan, Pembatalan Perdes (115e &

Penjelasan);

(10)

UU 06/2014 TENTANG DESA

 Mandat Kepada Pemerintah Desa:

1.

 APB Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa (73)

2.

RPJM Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa ditetapkan dengan Peraturan

Desa (79).

3.

Pendirian BUMDES ditetapkan dengan Peraturan Desa (88).

• Jenis PERATURAN DI DESA terdiri atas Perdes, Perkades, & Peraturan

bersama Kepala Desa (69).

• Perkades adalah aturan pelaksana PERDES (69).

• Peraturan bersama Kepala Desa adalah perpaduan kepentingan Desa

masing-masing dalam kerja sama antar desa (69).

• Peraturan Desa Adat disesuaikan dengan hukum adat dan norma adat istiadat

yang berlaku di Desa Adat sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan (110).

(11)

Pasal 26

• Kepala Desa bertugas menyelenggarakan

Pemerintahan Desa, melaksanakan

PEMBANGUNAN DESA

, pembinaan

kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan

masyarakat Desa,

MELALUI WEWENANGNYA

dalam

MENETAPKAN PERATURAN DESA

,

setelah

DIBAHAS DAN DISEPAKATI

bersama

BPD

, atau

SEBALIKNYA

.

(12)

POLITIK HUKUM DI DESA

Perdes merupakan kerangka hukum dan

kebijakan

dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa.

Prim um Remedium / Ulti mum Remedium

BERARTI PENTING BANGET KEDUDUKANNYA

M e m b ang u 

n I nd o ne s i aD ar i  P i ng g 

i r an Ant ar D ae r ah d an D e s a

(13)

POLITIK HUKUM DI DESA

Sebagai

sebuah produk politik,

Perdes diproses

secara demokratis dan partisipatif, yakni

mengikutsertakan partisipasi masyarakat Desa.

Dengan membuka hak untuk mengusulkan atau

memberikan masukan kepada Kades dan BPD

dalam

proses penyusunan Perdes

.

KAPAN ITU?

 APA TANTANGANNYA?

 APA SAJA TOPIKNYA?

SIAPA SAJA?

(14)

POLITIK HUKUM DI DESA

• PP NO.38 TAHUN 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

• PERMENDAGRI No. 28 Tahun 2006tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa Dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.

• PERMENDAGRI No. 29 Tahun 2006tentang Pedoman

Pembentukan Dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa; • PERMENDAGRI No. 30 Tahun 2006tentang Tata Cara

Penyerahan Urusan Pemerintahan Kab/Kota kepada Desa • PERMENDAGRI No. 54 Tahun 2009tentang Tata Naskah

Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah;

• PERMENDAGRI No. 39 Tahun 2010tentang Badan Usaha Milik Desa

• PERMENDAGRI No. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan Dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat; • PERDA KAB. Luwu Timur No.06 Tahun 2008tentang

Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kepada Desa; • PERDA KAB. Sleman No. 2 Tahun 2010 Tentang

pembentukan peraturan perundang-undangan desa.

BEBERAPA KETENTUAN HUKUM YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN

LEVEL

PP

PERMEN

PERDA

CONTOH CONTOH CONTOH

(15)

Pasal 69

Jenis Peraturan di Desa terdiri atas

Peraturan Desa

,

Peraturan

Bersama Kepala Desa

, dan

Peraturan Kepala Desa

.

POLITIK HUKUM DI DESA

 APB Desa, RPJM Desa, dan RKP Desa ditetapkan dengan

Peraturan Desa.

RPJM Desa dan RKPDesa adalah satu-satunya

Dokumen Perencanaan di Desa.

TAPI Pedoman RPJM Desa dan RKP Desa

diatur dalam Peraturan Pemerintah.

(16)

TANTANGAN PERDES DALAM IMPLEMENTASI UU DESA

T A N T A N G A N & P ELU A N G

(17)

BERBAGAI KETENTUAN PEDOMAN PENGATURAN KONTEN

TERTENTU KE DALAM PERDES, DIBUAT OLEH KABUPATEN DAN

PROPINSI (UU DESA);

REZIM PENGAWASAN DAN PERSETUJUAN KONTEN TERTENTU

 ADA DALAM KEWENANGAN KABUPATEN DAN PROPINSI (UU

DESA);

REZIM PEMBATALAN PERDES ADA DITANGAN KABUPATEN,

MASIH HARUS MENUNGGU PROTAP DAN PRASYARATNYA.

PERDES TENTANG APBDES, PUNGUTAN, TATA RUANG,

ORGANISASI PEMDES, HARUS MENDAPAT PERSETUJUAN

KABUPATEN DAN PROPINSI SEBELUM DISAHKAN (UU DESA).

DALAM HAL TERJADI PERBEDAAN PENDAPAT, DESA HANYA

DAPAT MELAKUKAN KOREKSI, BUKAN ARGUMENTASI (UU DESA).

MANDAT PENGATURAN SUATU KONTEN PERDES, TERSEBAR DI

BANYAK UU SEKTORAL (UU DESA).

UU SEKTORAL DAPAT MENJADI DASAR HUKUM PERDES YANG

KUAT, SEDANGKAN KEADAAN LOKAL DAN KEBUTUHAN DESA

DAPAT MENJADI KONSIDERAN PERDES.

PELAKSANAAN KEWENANGAN PEMERINTAH DESA DAPAT

MENJADI SANGAT KAK U DAN KEHILANGAN WATAK “ DESA MAWA

CARA”.

(18)

Pasal 115

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

melakukan Pembinaan dan pengawasan.

Memberikan pedoman penyusunan

Peraturan Desa dan Peraturan Kepala

Desa.

Memberi Persetujuan Ranperdes.

Melakukan evaluasi dan pengawasan

Peraturan Desa.

Melakukan pembatalan Peraturan Desa.

(19)

TANTANGAN PERDES DALA M IMPLEMENTASI UU DESA

Karena Desa memiliki

wewenang skala desa

maka berlaku pula

kewenangan mengelola bidang yang diatur dalam UU Lain, diantaranya:

 UU No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati & Ekosistemnya

 UU No. 04 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

 UU No. 07 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 

 UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

 UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

 UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil .

 UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi

 UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

 UU No. 04 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.

 UU No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata.

 UU No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultur 

 PP No. 11 Tahun 2010 tentang Pendayagunaan dan penertiban tanah terlantar 

 PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai

(20)
(21)

• PP NO. 01 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN AL IH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

• PP NO. 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

• PP NO. 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

• PP NO. 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

ILUSTRASI

PERMENTAN NO. 41/Perm entan/OT.140/9/2009 TENTANG KRITERIA TEKNIS KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN

PERMENTAN NO. 07/Perm entan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN.

PERMENTAN NO. 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMELIHARAAN, PEMULIHAN, SERTA PENINGKATAN FUNGSI LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA.

PERMENTAN NO. 79/Perm entan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

PERMENTAN NO. 81/Perm entan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

(22)

ILUSTRASI

Laju alih fungsi lahan pertanian ke lahan non

pertanian ± 110.000 ha/tahun.

Potensi alih fungsi lahan sawah akibat dari

penerapan RTRW oleh pemda kab/kota yang

kurang berpihak kepada pertanian.

Luas lahan sawah di indonesia yaitu

8.132.642 Ha (data BPS tahun 1998-2002)

DATA DI

PROPINSI D.I YOGYAKARTA

Rata-rata luas kepemilikan lahan bagi petani adalah

0,30 Ha.

Meningkatnya Jumlah petani gurem dan buruh tani

(tuna kisma) di Provi nsi DIY.

(23)

 A. Ekstensifikasi bisa dilakukan dengan cara:

(1) Pembukaan lahan baru untuk tanaman pangan secara permanen, (2)

Pemanfaatan lahan HGU yang b elum diusahakan untuk perkebunan

komoditas pangan, (3) Pemanfaatan lahan terlantar un tuk cadangan pangan

sesuai amanat PP No. 11 Tahun 2010 tentang pendayagunaan dan

penertiban tanah terlantar, (4) Pemanfaatan kawasan hutan yang dapat

dikonversi untuk tanaman pangan dengan memperhatikan konservasi tanah

dan air, dan (5) Rehabilitasi dan konservasi lahan kritis dan dimanfaatkan

untuk peruntukan tanaman pangan.

B. Intensifikasi lahan dengan peningkatkan produktivitas tanah melalui:

(1)

Optimalisasi arahan pertanian pangan, (2) Pengembangan pertanian jangan

metode SRI, dan (3) Peningkatan kesuburan tanah melalui fasilitasi

penyediaan pupuk organik.

C. Kebijakan pengendalian Lahan dengan Penetapan Kawasan Pertanian

Pangan:

(1) Penetapan KP2B Nasional yang diatur dalam PP RTRWN, (2) Penetapan

KP2B provinsi yang diatur dalam Perda RTRWP, (3) Penetapan KP2B

Kabupaten/Kota yang diatur dalam Perda RTRW Kabupaten/Kota.

ILUSTRASI

KERANGKA HUKUM DAN KEBIJA KAN

(24)

PERDA PROPINSI DIY No.10 Tahun 2011 tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) :

ILUSTRASI

1. Ditetapkan lahan pertanian yang dilind ungi Paling Ku rang seluas

35.911 hektare;

2. Terdi ri atas :

3. Sebaran Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tersebut

ditetapkan oleh Bupati.

4. Pemerintah Daerah menetapkan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dalam PERDA RTRWD.

5. Proses dan tahapan penetapan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan sebagaimana dilakukan melalui :

a. Kab. Sleman deng an luas paling kurang 12.377,59 Ha;

b. Kab. Bantul dengan luas paling kurang 13.000 Ha;

c. Kab. Kulon Progo d engan luas paling k urang 5.029 Ha;

d. Kab. Gunungki dul dengan luas paling kurang 5.505 Ha.

a. sos ialisasi kepada petani dan pemilik lahan;

b. invetarisasi petani yang bersedia lahannya ditetapkan sebagai LPPB;

c. kesepakatan dengan pemili k lahan dilakukan dengan perjanjian;

(25)

ILUSTRASI

PERDA KAB.GUNUNGKIDUL NO. 6 TAHUN 2011

TENTANGRTRW KAB. TAHUN 2010 – 2030

Perda Kab. Gunungkidul No. 14 Tahun 2012 Tentang

PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN

BERKELANJUTAN

BAGAIMANA DENGAN

(26)

UU 06/2014 TENTANG DESA

Rencana Perlindungan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dilakukan terhadap:

a. tanah terlantar;

b. alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian pangan; dan

c. kawasan lahan marginal.

Lahan telantar 

a. tanah tersebut telah diberikan hak atas tanahnya, tetapi sebagian atau

seluruhnya tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan tidak dimanfaatkan sesuai

dengan sifat dan tujuan pemberian hak;

b. tanah tersebut selama 3 (tiga) tahun atau lebih tidak dimanfaatkan sejak

tanggal pemberian hak diterbitkan; atau

c. bekas galian bahan tambang yang telah direklamasi.

Perda Kab. Gunungkidul No. 14 Tahun 2012 Tentang PLPPB

Lahan Marginal

a. lahan pasir dan kapur/karst yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan

pertambangan dan pariwisata; dan

(27)

ILUSTRASI

Pengendalian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan dengan:

a. insentif; dan/atau

b. pengendalian alih fungsi.

Insentif diberikan kepada pemilik lahan,petani penggarap, dan/atau

kelompok tani berupa:

1. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan;

2. Pengembangan infrastruktur pertanian;

3. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan benih dan bibit

unggul;

4. Kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi;

5. Fasilitasi sarana dan prasarana produksi pertanian;

6. Jaminan penerbitan sertifikat bidang tanah pertanian pangan melalui

pendaftaran tanah secara sporadik dan sistematik; dan/atau

7. Penghargaan bagi petani berprestasi.

Penetapan Lahan dan Pemberian keringanan PBB dengan

Rekomendasi dari Dinas kepada Pemerintah Kabupaten.

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)

DESA

AIR KUNING

DESA

PRANCAK

DESA

BUDENG

Sebagai suatu kawasan

ekposistem muara

DAS Ijo Gading

INISIATIF MENJADI

KAWASAN PERDESAAN

(33)

DARI HASIL PEMETAAN OLEH WARGA DESA DITEMUKAN PERBEDAAN BATAS DESA DIBANDINGKAN DENGAN PETA DALAM LAMPIRAN PERDA RTRW KAB JEMBRANA

BATAS DESA MENJADI PENTING SEBAB AKAN

DIRUJUK UNTUK

MENENTUKAN YURISDIKSI PEMBANGUNAN DESA DALAM MUSRENBANG

DAN ALOKASI DANA PEMBANGUNAN DESA

SEKALIGUS SEBAGAI MODAL KERJASAMA DESA

DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

(34)

•MATA PENCAHARIAN NELAYAN •TIDAK TERSEDIA TAMBATAN PERAHU

•DAN PELELANGAN IKAN

•TAK ADA INSENTIF PROGRAM K AWASAN PESISIR

• ABRA SI • AB SENTEE

•PENDIRIAN VILLA MELANGGAR RRTW •MALFUNGSI SEMPADAN PANTAI/SUNGAI

• AKSES PUB LIK KE PA NTAI TERTUTUP •DANA PERBAIKAN TERGANTUNG DARI SKPD

Tidak ada Pelaksan aan UU 01/2014 jo 22/2007 NELAYAN DAN PEDAGANG

KURANG MAKSIMAL BEKERJA

DESA KEHILANGAN POTENSI PENDAPATAN

1. PENGELOLAAN TAMBATAN PERAHU 2. PENGELOLAA N PASAR DESA

UU DESA KEWENANGAN

SKALA DESA

PERDES & PERKADES

TEMUAN :

(35)

KESIMPULAN ILUSTRASI & TANTANGAN KEDEPAN

UU DESA

PP ATAS

UU DESA

PERATURAN

PELAKSANA

LAIN

RANPERDES

UU

SEKTORAL

PP

PELAKSANA

PERMEN-KEPMEN JUKLAK JUKNIS LAINNYA UU NO 12/2011 TEHNIK PERUNDANG-UNDANGAN PERMENDAGRI TATACARA PEMBUATAN PRODUK HUKUM DAERAH DAN DESA PERDA KAB TATACARA PEMBUATAN PERDES

RANPER

KADES

RANPER

BERSAMA

KADES

MUSYAWARAH DESA

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian (1) atribut yang mendasari butir soal pada matematika ada 47 atribut, meliputi 4 atribut isi, 36 atribut proses, dan 7 atribut keterampilan, (2)

Sementara dari ICT, tidak hanya fasilitas, tetapi lebih kepada mencoba hal yang baru yang belum tentu mau dicoba universitas lain, misalkan kita sudah mempelajari virtual reality

KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN

(1) Pimpinan Kementerian/Lembaga menyusun Rancangan Renstra-KL yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan pokok sesuai dengan tugas dan

ii5t!uir r6iirartJ!4Claati {jasaa, Seiia-jaiiu ii'iian i-iii aEaseliui Aua'aal iiirtiguiusir.iii ydr,rati perusghaai:rikaiya'fJ=;l koperas; i-afig Ser"Siaiijs Sebega,

PENGADAAN JASA KONSULTANSI SELEKSI UMUM METODE EVALUASI KUALITAS DAN BIAYA DUA FILE, KEGIATAN : PROGRAM PENGADAAN PEMBANGUNAN SISTEM SMS GATEWAY DI PDAM TIRTA MANGUTAMA

[r]

Sebagai manajer, kepala sekolah melakukan tugasnya melalui orang lain (siswa, guru dan staf). Dengan kemampuan konseptual, kepala sekolah dapat memfasilitasi siswa, guru dan staf