• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATANAMA SERAPAN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN SUMEDANG (KAJIAN STUKTUR DAN MAKNA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TATANAMA SERAPAN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN SUMEDANG (KAJIAN STUKTUR DAN MAKNA)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TATANAMA SERAPAN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN

SUMEDANG (KAJIAN STUKTUR DAN MAKNA)

GUNAWAN FREDYAMAN S

Abstrak

Skripsi ini berjudul “Tatanama Tempat Usaha di Kabupaten Sumedang (kajian stuktur dan makna).” Masalah yang akan dikaji menyangkut bentuk, makna acuan, dan unsur serapan yang ada pada tatanama tempat usaha. Teori yang dijadikan landasan pengkajian dalam penelitian adalah teori-teori yang dikembangkan oleh Djajasudarma (1993), Djajasudarma (1987), Djajasudarma dan Alwahid (1987), Djajasudarma. dkk. (1991).

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu memberi gambaran mengenai ciri-ciri sifat-sifat dari data yang terkumpul tersebut (Djajasudarma, 1993). Metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian distribusional. Adapun hasil penelitian ini adalah (1) berdasarkan bentuknya diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu kata dasar, kata turunan dan frasa. Berdasarkan kategorinya, kata dasar diklasifikasikan menjadi nomina, verba, numeralia, adverbia. (2) Makna acuan yang terdapat pada tatanama tempat usaha di Kabupaten Sumedang dibedakan yaitu, mengacu pada nama tumbuhan, tempat atau daerah, nama orang, sifat orang dan nama bangunan, (3) Uusur serapan yang terdapat pada tatanama tempat usaha di Kabupaten Sumedang adalah dari Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing (Sansekerta, Kawi, Arab, Cina dan lainnya).

Abstract

This thesis is titled "Nomenclature of Business Places in Sumedang Regency" (study of structure and meaning)." The research studied about form,

(2)

referential meaning, and absorption element in the nomenclature of business places. The ground theories used in this research are theories developed by Djajasudarma (1993), Djajasudarma (1987), Djajasudarma and Abdulwahid (1987), Djajasudarma. et al. (1991). The method used in this research is descriptive method. As method of study, this research used distributional method.

As the results of the research, (1) based on it form, it can be classified into three types, namely the basic words, the derived words and phrases. By category, the basic word is classified into nouns, verbs, numeral, and adverbs. (2) The referential meaning that is contained in the nomenclature of business place in Sumedang Regency is distinguished into: referring to a plant's name, referring to a place or area, referring to a person's name, referring to a person's character and referring to a building's name, (3) Absorption element that is contained in the nomenclature of business place in the Sumedang Regency are Indonesian and Foreign Languages (Sanskrit, Kawi, Arabic,Chinese and others).

Pendahuluan

Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan keanekaragaman suku dan banyak bahasa daerah dalam sebuah wadah suku. Bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian, yang baik maumpun yang buruk dari kemanusiaan. (Samsuuri, 1994: 4).

Khususnya masyarakat sunda mempunyai bahasa daerahnya. Bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan nasional. Selain itu bahasa daerah merupakan kekayaan budaya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan dan pelestarian budaya nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem lambang arbitrer dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat komunikasi. Bahasa akan selalu barkembang secara dinamis selama bahasa itu dipergunakan oleh penuturnya. Hal ini pun terjadi pada bahasa daerah (SUNDA).

(3)

Masyarakat sunda kerap kali menggunakan bahasanya dalam penamaan suatu tempat usaha, alasannya mereka menganggap bahwa suatu nama yang baik merupakan cerminan untuk suatu tempat usaha itu sendiri. Bisa kita lihat bersama di sepanjang jalan di kabupaten Sumedang dan di pasar-pasar tradisional, nama tempat usaha yang menggunakan bahasa sunda dapat dijumpai baik itu yang menggunakan nama pemilik, tempat yang berdasarkan letak geografis, ataupun menggunakan bahasa serapan seperti bahasa Arab atau yang lain.

Adapun contoh tempat usaha seperti yang di uraikan di atas adalah sebagai berikut:

(20) Rumah Makan Medal Wangi

Pada contoh (20) Kata Rumah merupakan Bahasa Indonesia (nommina), kata makan merupakan Bahasa Indonesia (nomina), kata medal merupakan Bahasa Sunda yang artinya wedal, pedal, lahir, kata wangi berasal dari Bahasa Indonesia (adjektiva) yang artinya berbau sedap harum. Rumah Makan Medal Wangi mempunyai dua unsur, medal dan wangi, kata rumah dan makan bukan termasuk unsur karena merupakan jenis tempat usaha.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis unsur-unsur serapan kosakata tempat usaha di Kabupaten Sumedang, Mendekripsikan bentuk (stuktur) yang tekandung dalam kosa kata nama tempat usaha di Kabupaten Sumedang dan mendeskripsikan dan menganalisis makna tatanama tempat usaha di kabupaten Sumedang.

Penelitian ini mempunyai beberapa bermanfaat berupa kajian ilmiah mengenai kata tatanama tempat usaha di kabupaten Sumedang, memberikan pengetahuan makna kosakata pada penggunaan Bahasa Sunda, sebagai pengembangan penelitian Bahasa Sunda dalam bidang kosakata, untuk mengetahui kosakata pinjaman dari Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing kedalam Bahasa Sunda dan rujukan bagi bahasa secara lebih luas.

(4)

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu memberi gambaran mengenai ciri-ciri sifat-sifat dari data yang terkumpul tersebut (Djajasudarma, 1993). Teknik yang digunakanpenelitian ini adalah teknik catat dan untuk mempermudah proses pengumpulan data serta penganalisisan data, maka penulis melakukan langkah studi pustaka, yaitu mencari dan mengumpulkan sumber pustaka acuan, kemudian data tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu mengenai makna dan bentuk. Setelah itu, data dianalisis dan tahap terakhir dibuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh pada penganalisisan data.

Dalam penelitian ini digunakan metode kajian distribusional yang menggunakan alat penentu unsur bahasa itu sendiri dalam mengkaji datanya yang menjadi penentu dasar. Cara kerja metode kajian distribusional adalah teknik penelitian data berdasarkan kategori (kriteria) tertentu sesuai dengan ciri-ciri alami yang dimiliki oleh data penelitian. Alat penentu metode kajian distribusional ini selalu bagian dari unsur bahasa yang menjadi objek penelitian (Djajasudarma, 1993).

Pembahasan

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari morfem dan proses pembentukan morfem-morfem tersebut menjadi kata atau morfem kompleks. Morfem sendiri merupakan satuan bunyi yang terkecil yang mengandung arti atau ikut mendukung arti. Secara etimologis kata morfologi berasal dari bahasa Yunani Morph ‘bentuk’ atau ‘stuktur’ dan logos ‘ilmu’. Dapat dikatakan pula morfologi adalah ilmu bentuk (stuktur) kata atau kata bentuk kata (Djajasudarma dan Idat Abdul Wahid, 1987: 14).

Morfem

Morfem adalah kesatuan bunyi bahasa kecil yang mengandung arti atau ikut mendukung arti.

(5)

Kata Jadian

Kata jadian dalam sistem gramatika sunda dikenal dengan istilah kecap rundayan (wirakusumah, 1957:23), kata jadian dapat terwujud melalui kombinasi kata dasar dengan afik. Proses pengimbuhan (morfemis) kata dasar oleh afiks disebut afiksasi. Afiks sendiri merupakan pendkung makna katagorial bagi kata dasar (Djajasudarma dan Idat Abdulwahid, 1987: 17). Kombinasi dapat berupa kata dasar (morfem dasar) dengan morfem terikat; atau morfem terikat dengan morfem terikat.

Proses morfemis

Salah satu proses morfemis yang terjadi adalah afiksasi, yakni proses penggabungan afiks dengan bentuk dasar. Berdasarkan posisinya afiks berupa frefiks awalan atau rarangken, infiks (sisipan atau rarangken tengah), dan sufiks (akhiran atau rarangken tukang).

Afiksasi

Afiksasi sebagai salah satu proses morfemis, seperti dinyatakan terdahulu, adalah penggabungan bentuk dasar dengan afiks. Afiks dapat membentuk dan menunjukan makna kategorial bentuk dasar. Disamping dapat mengubah makna kelas bentuk dasar sehingga terjadi tranposisi sebagai hasil dari proses derivasi. Prefiksasi

Prefiksasi merupakan penggabungan prefiks dengan bentuk dasar. Prefiks ditempatkan di depan kata dasar. Prefiks bahasa Sunda lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan afiks dan sufiks (Djajasudarma dan Idat Abdulwahid, 1987).

(6)

Seperti pada contoh dibawah ini: Kios Ubi Saluyu → Kata saluyu berasal dari kata luyu, sa- + luyu = saluyu.

Frasa

Frasa adalah unsur sintaksis yang terdiri atas dua unsur atau lebih yang tidak predikatif. Ciri predikatif tiada lain untuk membedakannya dari klausa, sebab klausa termasuk unsur atau lebih yang predikatif, memiliki predikat di antara unsurnya. (Djajasudarma dan Abdulwahid, 1994:115). Frasa dapat dibagi menjadi 4: frasa nomina, frasa verba, vrasa adjektiva, frasa adverbia.

Frase adalah kelompok kata yang unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya. Pengertian ini digunakan untuk membedakan frase dengan kata majemuk. Dengan memperhatikan definisinya, maka dapat digambarkan seperti: Struktur frase itu terdiri atas gabungan dua buah unsur atau lebih, misalnya kenya ‘nanti ia’. Jadi frase dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, mengandung makna unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya.

Nomina

Nomina adalah nama dari semua benda yang dibendakan (Djajasudarma, dkk. 1991 : 97), seperti pada contoh: Kios Ubi Parikesit→kata kios dan ubi adalah nomina.

Verba

Verba dibedakan dengan verbal. Verba terjadi dari bentuk dasar verba itu sendiri. Sedangkan verba dibentuk dari bentuk dasar yang berkelas nonverbal

(7)

(Djajasudarma, dkk. 1991 : 92). Seperti pada contoh : Rumah Makan Sindang Rérét→ Kata rérét adalah bahasa Sunda (verba) yang artinya melirik.

Adjektiva

Bahasa Sunda memiliki bentuk kelas kata yang disebut dengan adjektiva. Satu bentuk struktur kata atau frase atau bahkan klausa yang berperilaku seperti adjektival. (Djajasudarma 1994:122). Seperti pada contoh Rumah Makan Katineung → kata katineung adalah bahasa sunda (adjektiva) yang berarti nyaah.

Adverbia

Adverbia merupakan salah satu kategori kata yang terdapat di dalam bahasa Sunda. Selain istilah adverbia dikenal pula istilah kata keterangan (lihat D.K. Ardiwinata, 1984 dan Momon Wirakusumah & I. Buldan Djajawiguna, 1969).

Frase

Djajasudarma dan Abdulwahid (1986 :59) Frase adalah unsur sintaksis yang terdiri atas dua unsur atau lebih yang tidak predikatif. Predikatif untuk membedakan dari klausa, sebab klausa termasuk unsur sintaksis, terdiri atas dua unsur atau lebih yang predikatif (memiliki predikat diantara unsurnya). Frase termasuk unsur yang membentuk klausa.

(8)

Ragam Bahasa pada Tatanama Tempat Usaha di Kabupaten Sumedang Berikut ini merupakan contoh penggabungan bahasa yang di dapatkan di Kabupaten Sumedang :

Bahasa Asing + Bahasa Sunda (BA+BS)

Perpaduan bahasa Asing dan bahasa Sunda sering kita temukan di dalam tata nama tempat usaha yang kita lihat disepanjang jalan, mungkin perpaduan ini sekilas memang tampak seperti bahasa kita sendiri (Bahasa Sunda) tapi kalau kita lihat dari segi arti dan makna perpaduan ini sangatlah mencolok. Seperti pada contoh tata nama berikut ini:

1. (24) Toko Tjampaka

Pada contoh kata (24), Toko Tjampaka berasal dari Bahasa Asing + Bahasa Sunda. Kata toko (nomina) berasal dari Bahasa Asing yaitu Bahasa Cina yang artinya warung anu ngajualan barang-barang hasil pabrik sedangkan Tjampaka berasal dari Bahasa Sunda yang diambil dari nama bunga (nomina). Bahasa Asing + Bahasa Sunda + Bahasa Asing (BA+BS+BA)

Toko Sangkan Jaya

Toko Sangkan Jaya berasal dari Bahasa Asing + Bahasa Sunda + Bahasa Asing. Kata toko berasal dari Bahasa Asing (nomina) yaitu Bahasa Cina yang

(9)

artinya warung anu ngajualan barang-barang hasil pabrik, kata sangkan berasal dari Bahasa Sunda yaitu ringkesan tina kecap sangkaan dan kata jaya berasal dari Bahasa Asing (Kawi)

Jumlah Unsur yang terdapat pada Tatanama Serapan Tempat Usaha di Kabupaten Sumedang

Berdasarkan jenis usahanya tatanama tempat usaha di Kabupaten Sumedang sangatlah beragam, hal ini membuat nama tempat usaha menjadi objek penting untuk sebuah usahanya bagi pemilik tempat usaha itu sendiri. Nama tempat usaha telah menjadi landasan dari sebuah harapan pemiliknya karena mereka menganggap nama adalah sebuah doa atau cerminan positif untuk usahanya. Sebuah nama temat usaha memiliki unsur yang berbeda beda tergantung pada orang yang memberikan nama pada tempat usahanya.

Toko

Kata toko sendiri berasal dari Bahasa Asing yaitu Bahasa Cina yang artinya warung anu ngajualan barang-barang hasil pabrik. Toko itu sendiri dapat klasifikaikan berdasarkan jenis barang yang dijualnya, misalnya toko bangunan (TB), toko sepedah, toko sembako, toko plastik dan toko mas.

1. Toko Bangunan

Toko Bangunan merupakan Sebuah tempat usaha yang menjual berbagai macam alat-bangunan, pada umumnya penulisan toko bangunan tidak sepenuhnya ditulis

(10)

panjang kebanyakan penulisannya disingkat menjadi TB. perhatikan contoh di bawah ini:

TB. Lingga Jaya

Kata lingga jaya merupakan dua unsur, kata Toko Bangunan (TB) bukan termasuk unsur karena kata tersebut merupakan merupakan jenis usahanya.

Toko Sepédah (bike)

Toko sepedah merupakan toko yang menjual brbagai macam sepedah dan perlengkapannya, berikut adalah beberapa contoh, tempat usaha yang menjual produk berjenis sepedah

Saluyu Bike

Pada contoh diatas mempunyai satu unsur yaitu kata saluyu kata bike tidak termasuk unsur karena merupakan jenis usahanya.

Makna Yang terdapat pada Kosakata Tempat Usaha di Kabupaten Sumedang

Nama adalah do’a, pepatah ini benar sekali adanya, dan pada umumnya manusia selalu memberikan nama pada tempat usaha yang sedang di jalaninya, penggunaan nama kerap menjadi sebuah cerminan untuk kemajuan dan

(11)

kelangsungan usahanya. Berikut adalah beberapa makna yang terdapat pada Kosakata Tempat Usaha di Kabupaten Sumedang.

Mengacu pada Jenis Tumbuhan

Pada penamaan tempat usaha, pemilik usaha kerap memberikan nama tempat usahanya mengambil dari nama tumbuhan. Berikut ini merupakan contoh nama tempat usaha yang mengacu pada jenis tumbuhan:

1. (24) Toko Tjampaka

Pada contoh no (24 dan 25) kata Tjampaka berasal dari bahasa Sunda merupakan jenis tumbuhan, karena Tjampaka adalah ngaran kembang anu kacida seungitna.

Mengacu pada Nama Tempat atau Daerah

Dalam penggunaan nama suatu tempat usaha banyak yang menggunakan nama daerah pada tempat usahanya, berikut adalah beberapa nama tempat usaha di Kabupaten Sumedang yang menggunakan nama daerahnya:

Toko Néglasari

Pada contoh diatas, kata néglasari merupakan nama tempat yang ada di Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang.

(12)

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis terhadap Tatanama Serapan Tempat Usaha di Kecamatan Sumedang, maka penulis dapat membuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan. Kesimpulan tersebut yakni: Adanya perpadauan antara Bahasa Sunda, Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing pada nama tempat usaha di Kabupaten Sumedang, Adanya makna acuan yang terkandung dalam kosakata tempat usaha di Kabupaten Sumedang dan Adanya bentuk kosa kata pada tatanama tempat usaha di Kabupaten Sumedang.

Daftar Pustaka

Djajasudarma, T. Fatimah. dan Idat Abdulwahid

1987 Gramatika Sunda. Bandung: Paramaarta. Djajasudarma, T. Fatimah dkk.

1991 Tata Bahasa Acuan Bahasa Sunda. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Data Tempat Usaha di Kabupaten Sumedang

1. Kios Ubi Cinta Hui

2. Kios Ubi Saluyu

(13)

4. Kios Ubi Binangkit

5. Rumah Makan Dangiang Sari

6. Rumah Makan Gepuk Ganda Sari

7. Rumah Makan Hegarmanah

8. Rumah Makan Saluyu

9. Rumah Makan Mustika Rasa Wangi

10. Rumah Makan Gepuk Ma Acih

11. Rumah Makan Sindang Wangi

12. Rumah Makan Sindang Sari

13. Warnas Gapura Sari

14. Rumah Makan Sugih Makmur

15. TB. Lingga Jaya

16. Warkop Karasa

17. Rumah Makan Saung Pengkolan

18. Rumah Makan Tebing Boma

(14)

20. Rumah Makan Medal Wangi

21. Warnas Putra Bungsu Ua

22. Rumah Makan Jembar Manah

23. Tahu Mega Jaya

24. Toko Tjampaka

25. Tjampaka Motor

26. Toko Barokah

27. Warnas Tawekal

28. Tambal Ban Abah

29. TB. Nanjung Jaya

30. TB. Nanjung Mekar Sari

31. Toko Neglasari

32. Oleh-oleh Priyangan Mirasa

33. Barokah Gordyn

34. Warnas Neng Oni

(15)

36. Toko Jayanti 37. Toko Rahayu 38. Apotek Waluya 39. Tanjungsari Motor 40. TB. Rama Daris 41. Pusaka Tani

42. Bengkel Las Laksana Jaya

43. Toko Alhikmat

44. Enggal Laundry

45. Jaya Laksana Motor

46. Mebel Nanjung Jaya

47. Toko Amanat Ibu

48. Toko Sajati

49. Toko Hejo

50. Depot Air Minun Namirah

(16)

52. Rumah Makan Saung Nini

53. Sbilulungan Motor

54. Rumah Makan Mega Jaya

55. Rumah Makan Saung Dayak

56. Sinar Asih Komputer

57. Toko Sapedah Mekar Jaya

58. Toko Anyar

59. Tahu Mirasa

60. Tahu Sasarina

61. Rumah Makan Kameumeut Ibu

62. Kurnia Jaya Sport

63. Batara Motor

64. Toko Sangkan Jaya

65. Toko Plastik Koncara

66. Boga Jaya Motor

(17)

68. Mekar Harapan Rental

69. Pondok Centil

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulisan penelitian minyak jarak ini adalah untuk mendapatkan nilai kandungan air dari minyak jarak yang telah melalui proses Transesterifikasi menggunakan

Kegiatan persiapan hampir sama dengan kegiatan persiapan yang dilakukan pada kelas X Akuntansi. Kegiatan dilakukan dengan konsultasi dengan guru pembimbing

Pengujian ini terdiri atas 3 bagian yaitu pengujian demodulator TCM 3105 CCITT V.23, demodulator TCM 3105 Bell 202 dan demodulator ADF 7021. Untuk demodulator

Studi tentang Pelayanan Admnistrasi pembuatan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) di Samsat Induk Samarinda adalah salah satu kegiatan kepolisian di bidang

Setelah selesai pengaplikasian irigasi selanjutnya menghitung seberapa banyak air yang ditampung pada kaleng penampung menghitung seberapa banyak air yang terintersepsi

Pada tahap pertama formalisasi dan model checking (selanjutnya kita sebut sebagai FMC) yang terdapat pada Gambar 1, spesifikasi kebutuhan informal dari sistem layanan presensi RFID

Berdasarkan banyak kelompok yang dapat menyelesaikan soal maka soal tersebut mengundang siswa dalam mencari alasan serta bersikap secara sistematis dan teratur dengan

Ketika anak autis menceritakan sesuatu tentang dirinya sendiri, misalnya tentang mainannya, temannya atau apapun secara spontan, selalu sempatkan untuk memberi tanggapan dengan