• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI INDONESIA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA *)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI INDONESIA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA *)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

DI INDONESIA DAN UPAYA

PENGENDALIANNYA *)

Oleh:

Ir. Sonny Partono, MM

Direktur Jenderal PHKA

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

*) Disampaikan pada Seminar Benih Unggul Untuk Hutan Tanaman Restorasi Ekosistem dan Antisipasi Perubahan Iklim Di Yogyakarta,

(2)

PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN

Di Indonesia, 99% kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh manusia.

Penyebab:

a. Kebiasaan dan Perilaku.

b. Kebutuhan akan lahan untuk pemukiman dan pertanian/

perkebunan (hutan dibuka dengan membakar karena lebih cepat,

mudah dan murah). c. Konflik Lahan.

d. Ketidaksengajaan/kegiatan lain yang menimbulkan api (pencarian kayu bakar, rumput, rotan, madu, ikan, berkemah, membakar sampah dll).

PEMBUKAAN LAHAN DENGAN MEMBAKAR (KEBIASAAN,

FAKTOR EKONOMI)

KONFLIK

KEGIATAN LAIN YANG MENIMBULKAN API KEBUTUHAN LAHAN

(3)

UU No.41/1999 tentang KEHUTANAN

Pasal 50 ayat 3 (d):

• Setiap orang dilarang membakar hutan

Penjelasan Pasal 50 ayat 3 (d):

Pada prinsipnya pembakaran hutan dilarang

Pembakaran hutan terbatas diperkenankan untuk tujuan

khusus atau kondisi yang tidak dapat dielakkan, antara lain:

• Pengendalian kebakaran hutan

• Pembasmian hama dan penyakit

• Pembinaan habitat tumbuhan dan satwa

• Pelaksanaan pembakaran secara terbatas harus

mendapat izin pejabat yang berwenang

(4)

KETENTUAN PIDANA

Pasal 78 Ayat 3:

Barang siapa dengan

SENGAJA

melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Ayat 3 Huruf d,

diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)

tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,- (lima

miliar rupiah).

Pasal 78 Ayat 4:

Barang siapa karena

KELALAIANNYA

melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Ayat 3 Huruf d,

diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,- (satu miliar lima

ratus juta rupiah).

(5)

PETA KERAWANAN SEBAGAI

PANDUAN PELAKSANAAN KALENDER KERJA

Kalteng

(6)

Kota Pekanbaru tertutup asap- 11 Oktober 2014-vivanews.com

Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru sempat menunda

penerbangan-11 Oktober 2014 -Tempo.co

Kota Palembang tertutup asap- 4 November 2014-antara.com

Bandara Sultan Mahmud

Badaruddin II Palembang dikepung asap-antara.com

(7)

Masjid Nurul Huda, di Desa Tanjung Taruna, Kec. Jabiren Raya, Kab. Pulang Pisau luluh lantak terbakar api yang merambat dari kebakaran

lahan.

(17 September 2014) Dok. Dit. PKH, PHKA

Sebuah sekolah (SMPN 2 Jabiren Raya) akhirnya dapat diselamatkan

dari amukan api akibat kebakaran lahan oleh Manggala Agni dan

instansi terkait. (18 September 2014)

Dok. Dit. PKH, PHKA

(8)

II. DAMPAK KEBAKARAN LAHAN (lanjutan..)

24 Juni 2013 14 Maret 2014 19 Oktober 2006

Asap Menyebar Kesegala Arah

Asap Menyebar ke Arah Timur Laut

Asap Menyebar ke Arah Barat Daya

Asap Menyebar ke Arah Timur Laut

Asap Menyebar ke Arah Barat Daya

20 Juni 2013

Asap Menyebar ke Arah Timur Laut

= sumber api/asap Source: http://www.weather.gov.sg

(9)

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des 2010 ( 9.382 hotspot) 230 521 538 234 400 327 369 1,284 1,834 2,694 520 431 2011 ( 25.922 hotspot) 366 767 473 773 1,044 1,640 3,439 8,303 6,991 1,483 433 210 2012 ( 32.323 hotspot) 973 574 1,097 917 1,019 3,923 3,161 7,509 9,687 2,933 360 170 2013 ( 18.755 hotspot) 502 572 1,592 540 841 2,836 1,760 3,923 3,154 2,612 315 128 Toleransi 2014 <= 19.316 hotspot 178 1,024 687 113 483 512 1,285 6,016 5,461 3,038 375 144 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Juml ah H o tsp o t

TREN

HOTSPOT DI INDONESIA

SUMATERA, KALIMANTAN & SULAWESI

TAHUN 2010, 2011, 2012 dan 2013

PENINGKATAN HOTSPOT BIASANYA TERJADI PADA 2 PERIODE

(BULAN FEBRUARI-MARET, DAN BULAN AGUSTUS-OKTOBER)

Dua Periode Peningkatan Jumlah Hotspot Di Indonesia

PERIODE 1 (Riau & Jambi)

PERIODE 2

(Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi)

(10)

Kebakaran di tanah Gambut

Biasanya merupakan kebakaran bawah

(

ground fire).

• Penjalaran api perlahan.

• Tidak dipengaruhi angin.

• Tanpa nyala, sehingga

sulit dideteksi dan

dikontrol.

• Didominasi proses

smoldering

(pembaraan) yang menghasilkan emisi

besar.

• Dapat bertahan dalam jangka waktu yang

lama dengan kecepatan penjalaran 0,025

cm/jam.

• Membutuhkan upaya pemadaman yang

lebih sulit, dengan menggunakan suntikan

gambut sampai tanah jenuh air (menjadi

bubur).

(11)

12 NOV 2014

13 NOV 2014

PANTAUAN Asean

Spesialised Meteorological Centre (ASMC) DENGAN

SATELIT NOAA 18 Untuk tanggal 12-14 November 2014 tidak terdeteksi munculnya asap di wilayah Indonesia. 14 NOV 2014

Tidak ada asap

Tidak ada asap

(12)

Pantauan Satelit NOAA 18 tanggal 17 November 2014 : tidak muncul asap, hotspot terdeteksi di Sultra 16 ttk, Kalbar 6 ttk, Kalteng 6 ttk, Kaltim 3 ttk, Kaltara 3 ttk, Sulsel 3 ttk dan Sulteng 1 ttk.

15 Nov 2014 Pantauan Satelit NOAA 18 tanggal 15 November 2014 : tidak muncul

asap, hotspot terdeteksi di Kalteng 3 ttk, Kalsel 2 ttk, Jambi 1 ttk,

Sumsel 1 ttk Sultra 1 ttk.

Pantauan Satelit NOAA 18 tanggal 16 November 2014 : tidak muncul asap, hotspot terdeteksi di Kalsel 5 ttk, Kaltim 4 ttk, Kalteng 2 ttk, Kaltara 1 ttk, Sultra 4 ttk, Sulsel 2 ttk, Sulteng 1 ttk, Banten 2 ttk.

16 Nov 2014

17 Nov 2014

Tidak ada asap Tidak ada asap

(13)

No Propinsi 2010 2011 2012 2013 2014)* 1 Aceh 285 592 610 666 966 2 Sumatera Utara 532 893 882 997 1,044 3 Sumatera Barat 171 546 689 462 279 4 Riau 1,707 3,536 4,686 5,182 4,387 5 Kepulauan Riau 33 33 71 56 101 6 Jambi 625 1,523 2,462 1,144 1,239 7 Sumatera Selatan 1,481 4,705 6,367 1,558 3,786 8 Bangka Belitung 143 297 741 394 917 9 Bengkulu 84 320 307 123 54 10 Lampung 123 635 900 224 569 11 Banten 33 193 240 35 28 12 DKI Jakarta 4 10 10 2 1 13 Jawa Barat 114 766 802 168 198 14 D.I Yogyakarta 10 18 12 2 1 15 Jawa Tengah 64 498 480 108 181 16 Jawa Timur 259 1,019 902 240 537 17 Bali 14 48 20 20 21

18 Nusa Tenggara Barat - - - - -

19 Nusa Tenggara Timur - - - - -

20 Kalimantan Barat 1,785 4,740 6,550 3,221 5,354 21 Kalimantan Tengah 831 4,285 4,139 2,288 5,404 22 Kalimantan Selatan 111 1,292 1,016 491 1,514 23 Kalimantan Timur 974 1,482 1,889 1,196 2,298 24 Kalimantan Utara 419 25 Gorontalo 24 46 25 17 45 26 Sulawesi Utara 14 30 39 16 33 27 Sulawesi Tengah 165 255 218 182 483 28 Sulawesi Barat 25 98 57 44 85 29 Sulawesi Selatan 175 344 302 261 528 30 Sulawesi Tenggara 94 270 373 256 626 Jumlah 9,880 28,474 34,789 19,353 31,098

(14)

No Provinsi Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov)* Jumlah 1 Riau 50 1.342 1.229 52 87 563 661 149 148 70 36 4.387 2 Jambi 11 124 171 14 39 111 227 97 285 117 43 1.239 3 Sumatera Selatan 15 36 55 18 76 73 202 374 1.529 728 680 3.786 4 Kalimantan Barat 297 581 203 113 68 146 1.308 1.082 1.100 333 123 5.354 5 Kalimantan Tengah 125 86 65 46 47 33 244 661 2.246 1.585 266 5.404 6 Kalimantan Selatan 1 6 13 0 2 0 39 119 694 606 34 1.514 7 Kalimantan Timur 46 91 161 33 49 22 74 145 650 997 30 2.298 JUMLAH 545 2.266 1.897 276 368 948 2.755 2.627 6.652 4.436 1.212 23.982

Sumber : satelit NOAA 18, Direktorat PKH

(15)

No. PROPINSI

Luas Karhut Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 1 Nangroe Aceh Darussalam 5.00 - 13.00 -

2 Sumatera Utara 80.00 5.00 1,181.00 295.40 2,421.50 3 Sumatera Barat 56.00 - 3.50 - 4 Riau 26.00 74.50 1,060.00 1,077.50 2,667.50 5 Kep. Riau - - - - 6 Jambi 2.50 89.00 11.25 199.10 884.10 7 Sumatera Selatan - 84.50 484.15 582.95 8 Bangka Belitung - - - - 9 Bengkulu - 0.50 - - 10 Lampung 106.00 31.00 - - 11 DKI Jakarta - - - - 12 Jawa Barat - 1,278.55 1,945.50 252.80 487.45 13 Banten - - 14 Jawa Tengah - 712.24 454.00 31.20 15 DI Yogyakarta 2,818.50 - 6.45 6.00 16 Jawa Timur 204.90 48.35 2,960.05 1,352.14 623.18 17 Bali 10.10 - 250.00 60.50

18 Nusa Tenggara Barat 2.00 - - 12.00 1,715.15 19 Nusa Tenggara Timur 95.00 - 553.20 649.90 738.77

20 Kalimantan Barat - - 577.40 22.70 487.33 21 Kalimantan Tengah - 22.00 55.15 3.10 278.00 22 Kalimantan Selatan - - 60.50 417.50 249.50 23 Kalimantan Timur - 148.80 51.50 24 Sulawesi Utara - - 1.80 0.25 233.06 25 Gorontalo - - - - 26 Sulawesi Tengah - - 30.83 1.00 27 Sulawesi Selatan 28.00 31.75 45.30 40.50 87.70 28 Sulawesi Tenggara 16.00 85.90 346.10 13.00 1,211.14 29 Sulawesi Barat - - - - 30 Maluku - - - - 31 Maluku Utara 10.00 - - - 32 Papua 39.00 - - - 300.00 33 Papua Barat 1.12 - - - Jumlah 3,500.12 2612.09 9,606.53 4,918.74 12,987.33

(16)

A. PENCEGAHAN

NO TINGKAT SDM SARPRAS DANA

1. Pusat • Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM

Manggala Agni

• Meningkatkan kinerja PPNS dan POLHUT

• Mewajibkan pemegang izin usaha untuk memiliki SDM memadai • Menetapkan program pencegahan tingkat nasional • Peningkatan sarpras Manggala Agni • Mewajibkan pemegang izin memiliki sarpras yang memadai • Penyiapan dukungan anggaran pencegahan kebakaran hutan • Mewajibkan pemegang izin menyiapkan dana

• Penyusunan program dan NSPK terkait dengan pengendalian kebakaran hutan

• Penyebarluasan informasi hotspot harian • Pengawasan

(17)

NO TINGKAT SDM SARPRAS DANA

2. Provinsi • Mempersiapkan SDM dalam wadah BPBD Provinsi dan Dinas terkait Peningkatan sarpras pengendalian kebakaran hutan di tingkat provinsi Alokasi anggaran dari APBD Provinsi • Penyusunan peraturan Gubernur tentang sistem pengendalian

kebakaran hutan dan lahan

• Pengoptimalan organisasi BPBD Provinsi

• Melibatkan MPA, TNI/Polri pada kegiatan patroli di daerah rawan kebakaran • Pengawasan 3. Kabupaten/ Kota Mengoptimalkan SDM yang dikoordinir oleh BPBD Provinsi/Kabupaten Menyediakan sarpras pemadam kebakaran hutan dan lahan

Alokasi dana melalui APBD Kabupaten/ Kota

• Menyusun peraturan Bupati/Walikota tentang sistem pengendalian kebakaran hutan dan lahan

• Melibatkan MPA, TNI/Polri pada kegiatan patroli di daerah rawan kebakaran

(18)

NO TINGKAT SDM SARPRAS DANA

4. Kecamatan Menyiapkan personil pengendalian kebaran hutan dan lahan dan berkoordinasi dengan Kepolisian dan TNI

Peningkatan sarpras pengendalian kebakaran hutan di tingkat kecamatan Mengalokasik an pendanaan untuk kegiatan

• Sosialisasi kepada Lurah/Kepala Desa, tokoh masyarakat dan pelaku usaha

• Memantau hotspot dan patroli ditingkatkan frekuensinya 5. Desa Mengumpulkan dan

memberdayakan MPA dan semua sumberdaya tingkat desa

Menyediakan

sarpras sederhana untuk pemadaman dini

• Membuat peraturan desa tentang pengendalian kebakaran hutan dan lahan

(19)

B. DETEKSI DINI

NO TINGKAT UPAYA

1. Pusat • Pemantauan hotspot dan penyebarluasan informasi melalui millist dan website Kementerian LH dan Kehutanan

• Bimbingan teknis groundcheck hotspot dan pembuatan Protap groundcheck

2. Daerah • Melakukan deteksi hotspot dan groundcheck sampai di tingkat tapak

• Pembuatan peta rawan kebakaran di tiap wilayah

NO TINGKAT UPAYA

1. Pusat Melakukan koordinasi dan mendukung kegiatan pemadaman baik dalam pembangunan sistem , sarana prasarana dan anggaran

2. Daerah • Membentuk satuan tugas pengendalian kebakaran hutan dan lahan (UPT Kemenlinghut, Dinas terkait, BPBD, TNI dan POLRI, pemegang hak usaha perkebunan/hutan untuk melakukan pemadaman

• Memberdayakan semua komponen untuk melakukan pemadaman

(20)

VI. PENEGAKAN HUKUM HASIL TIM GABUNGAN DI RIAU

No Kesatuan Jumlah Jumlah Penyelesaian Vonis (Polres/Polrestra) LP Tersangka Lidik Sidik Thp I P 21

1 Kota Pekanbaru 2 LP 2 ORG - - - 2 2 Kab Bengkalis 18 LP 38 ORG - 2 4 12 3 Kab Siak 17 LP 21 ORG - 1 2 14 4 Kab Inhu 2 LP 3 ORG - - - 2 5 Kab Rohil 35 LP 61 ORG - 5 5 25 6 Kab Pelalawan 19 LP 27 ORG - 3 1 15 7 Kab Kep Meranti 6 LP 6 ORG - - 1 5 8 Kab Dumai 19 LP 44 ORG - 2 1 16 9 Kab Kampar 2 LP 3 ORG - 1 - 1 10 Kab Rohul 2 LP 2 ORG - 1 - 1 11 Kab Kuansing 3 LP 10 ORG - - - 3 12 Kab Inhil 7 LP 10 ORG - 1 - 6 13 Kab Dumai,Kab Kep Meranti dan

Kab Rohul

6 LP 6 ORG - - 2 4

Total 138 LP 233 ORG - 16 16 86

(21)

VI.PENEGAKAN HUKUM HASIL TIM GABUNGAN DI KALTENG

Sumber: POSKO TANGGAP DARURAT BENCANA KEBAKARAN HUTAN LAHAN DAN PEKARANGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 4 NOVEMBER 2014

(22)

VII. HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN DI PROVINSI RIAU

SOLUSI YANG HARUS DILAKSANAKAN :

1. Perlu adanya satu kesepakatan antara pemerintah, scientist, masyarakat dan

pihak swasta untuk mendukung penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, dan harus mengenali kapasitasnya.

2. Konsistensi dari pimpinan daerah untuk menghentikan kejadian kebakaran hutan dan lahan dengan upaya yang lebih mendalam melaksanakan format pengawasan dari dekat.

3. Penanganan bencana asap harus dicari akar permasalahnnya

4. Pengelolaan SDA tidak hanya dieksploitasi tetapi harus dilestarikan dan pengelolaannya harus dihindari “salah urus”.

5. Uji kepatuhan /Audit Compliance terhadap pelaku usaha di bidang kehutanan dan perkebunan swasta harus terus dilaksanakan dan dipatuhi sesuai ketentuan yang ada.

6. Karakteristik hutan gambut spesifik sehingga kanalisasi yang dibuat para

stakeholder dapat mengakibatkan kekeringan pada musim kering dan banjir pada musim hujan, sehingga perlu teknologi yang tepat.

7. Penegakan hukum harus terus ditingkatkan sampai kepada pemodal/aktor utama dan penuntutannya menggunakan “multi doors approach”.

(23)
(24)
(25)

PP No.45/2004 Tentang

Perlindungan Hutan

Pasal 20 ayat (1) menyatakan bahwa untuk mencegah dan membatasi

kerusakan hutan yang disebabkan oleh kebakaran sebagaimana

dimaksud pada Pasal 6 huruf a, dilakukan kegiatan pengendalian, yang

meliputi :

a. Pencegahan ;

b. Pemadaman;

c. Penanganan pasca kebakaran.

Pasal 20 ayat (2) tertulis bahwa Kegiatan pengendalian kebakaran hutan

dilakukan pada tingkat :

a. Nasional;

b. Provinsi;

c. Kabupaten/kota;

(26)

PP No.45/2004 tentang

Perlindungan Hutan

Pasal 24 ayat (1) menyatakan bahwa:

Dalam rangka pemadaman kebakaran sebagaimana

dimaksud pada Pasal 20 ayat (1) huruf b, maka

setiap Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan,

Pemegang Izin penggunaan Kawasan Hutan, Pemilik

Hutan Hak dan atau Kepala Kesatuan Pengelolaan

Hutan, berkewajiban melakukan rangkaian tindakan

pemadaman dengan cara:

a. Melakukan deteksi terjadinya kebakaran hutan;

b. Mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada;

c. Membuat sekat bakar dalam rangka melokalisir

api;

d. Memobilisasi masyarakat untuk mempercepat

pemadaman.

(27)

UU No. 24 Tahun 2007 tentang

PENANGGULANGAN BENCANA

Penjelasan Bab I

Bencana alam antara lain berupa gempa bumi karena alam,

letusan gunung berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan,

kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit

Tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian

antariksa/benda-benda angkasa.

Bencana nonalam antara lain kebakaran hutan/lahan yang

disebabkan oleh manusia, kecelakan transportasi, kegagalan

konstruksi/teknologi, dampak industri, ledakan nuklir,

(28)

UNDANG-UNDANG NO.32 TH 2009

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 108

Setiap orang yang melakukan pembakaran

lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69

ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling

lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit

Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan

paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

(29)

UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2004

TENTANG PERKEBUNAN

PASAL 26

Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/atau

mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya

pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup.

(30)

UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2004

TENTANG PERKEBUNAN

PASAL 48

(1) Setiap orang yang dengan sengaja membuka dan/atau

mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat

terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud dalma Pasal 26, diancam dengan

pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda

paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku diancam

dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan

denda paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar

rupiah).

(31)

UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2004

TENTANG PERKEBUNAN

PASAL 49

(1). SETIAP ORANG LALAI MEMBUKA/ MENGOLAH LAHAN DNG

MEMBAKAR

DIPIDANA MAKSIMUM 3 TAHUN DAN DENDA MAKSIMAL Rp. 3

MILYAR.

(2). APABILA TINDAK PIDANA DI ATAS MENGAKIBATKAN ORANG

MATI ATAU LUKA BERAT, DIPIDANA MAKSIMUM 5 TAHUN DAN

DENDA MAKSIMUM Rp. 5 MILYAR.

(32)

UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013

TENTANG PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN

PASAL 82:

(1)

Orang

perseorangan yang dengan

sengaja

:

melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan :

a) yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan.

b) tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang

berwenang.

c) secara tidak sah.

Dipidana

dengan pidana

penjara

paling singkat

1 (satu) tahun

dan

paling lama

5 (lima) tahun

serta pidana

denda

paling sedikit

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

dan paling banyak

(33)

UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013

TENTANG PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN

PASAL 82:

(2) Dalam hal

tindak pidana

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan

oleh

orang

perseorangan yang ber

tempat tinggal di

dalam

dan/atau

di sekitar kawasan hutan

,

pelaku

dipidana

dengan pidana

penjara

paling singkat

3 (tiga) bulan

dan paling

lama

2 (dua) tahun

dan/atau pidana

denda

paling sedikit

Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)

dan paling banyak

(34)

UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013

TENTANG PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN

PASAL 82:

(3)

Korporasi

yang:

melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan :

a) yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan.

b) tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang

berwenang.

c) secara tidak sah.

Dipidana dengan pidana

penjara

paling singkat

5 (lima) tahun

dan

paling lama

15 (lima belas) tahun

serta pidana

denda

paling sedikit

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)

dan paling banyak

(35)

UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013

TENTANG PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN

PASAL 104:

Setiap

pejabat

yang dengan

sengaja

melakukan

pembiaran

terjadinya perbuatan

pembalakan liar

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 17 dan Pasal 19, tetapi

tidak menjalankan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

27

dipidana

dengan pidana

penjara

paling singkat

6 (enam) bulan

dan paling lama

15 (lima belas) tahun

serta pidana denda paling

sedikit

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

dan paling

(36)

UNDANG-UNDANG NO.18 TH 2013

TENTANG PENCEGAHAN DAN

PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN

PASAL 106:

Setiap

pejabat

yang melakukan

kelalaian

dalam

melaksanakan

tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf h

dipidana

dengan pidana penjara paling singkat

6 (enam) bulan

dan paling

lama

5 (lima) tahun

serta pidana

denda

paling sedikit

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

dan paling banyak

(37)

Sanksi : di UU No. 23 Th 1997 Pengl Ling Hidup

Sengaja : maks10 th dan denda maks Rp 500 juta

Lalai : maks 3 th dan denda maks Rp 100 juta

PASAL 11 :

Setiap orang dilarang melakukan

kegiatan pembakaran hutan dan atau

lahan.

PP 4 TAHUN 2001 TENTANG

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

(38)

Bab V :

• Pemerintah Pusat mengkoordinasikan kegiatan dalkarlahut lintas

provinsi dan atau lintas batas negara.

• Pemerintah Provinsi mengkoordinasikan kegiatan dalkarlahut

lintas kabupaten/Kota.

• Pemerintah Kab/Kota bertanggung jawab dalam

mengkoordinasikan kegiatan dalkarlahut di daerahnya.

• Setiap penanggung jawab usaha wajib mencegah terjadinya

karlahut di lokasi usahanya.

PP 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN

DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

(39)

Penyebaran personil SATUAN

Manggala Agni DAOPS

NO UPT PEMBINA DAOPS JLH REGU JLH PERSONIL MA

JLH PERSONIL SMART

1. BBKSDA Sumut P. Siantar 4 57 13 Labuan Batu 4 54 13 Sibolangit 4 60 16 2. BBKSDA Riau Pekanbaru 2 26 15

Siak 3 52 14

Dumai 3 52 9

Rengat 3 52 14

Batam 2 26 12

3. BKSDA Jambi Kota Jambi 3 45 17 Muara Bulian 3 45 13 Sorolangun 4 60 14 Muara Tebo 4 60 15

(40)

Penyebaran personil (Lanjutan...)

NO UPT PEMBINA DAOPS JLH REGU JLH PERSONIL

MA

JLH PERSONIL SMART

4. BKSDA Sumsel Banyuasin 4 59 16

Muba 4 59 20

Oki 4 59 16

Lahat 4 59 14

5. BKSDA Kalbar Pontianak 4 60 15

Sintang 4 60 13 Singkawang 4 60 16 Ketapang 2 30 13 6. BTN Danau Sentarum, Kalbar Semitau 3 45 16

7. BKSDA Kalteng Palangkaraya 6 84 18

Kapuas 3 42 13

Muara Teweh 2 28 7 Pangkalanbun 3 42 7

(41)

Penyebaran personil (Lanjutan...)

NO UPT PEMBINA DAOPS JLH

REGU JLH PERSONIL MA JLH PERSONIL SMART

8. BKSDA Kalsel Banjar 4 60 5 Tanah Laut 4 60 11 Tanah

bumbu 4 60 13

9. BKSDA Kaltim Paser 4 60 9 10. BTN Kutai, Kaltim Sangkima 2 30 1 11. BBKSDA Sulsel Gowa 4 56 16

Malili 4 56 13

12. BKSDA Sulut Bitung 2 32 3 13. BTN Rawa Aopa Watumohai, Sultra Tinanggea 2 25 T O T A L 35 DAOPS 117 REGU 1.745 ORANG 422 Orang

(42)

PENYEBARAN PERSONIL SATUAN

MANGGALA AGNI NON DAOPS

NO UPT PEMBINA JLH

REGU

JLH PERSONIL

1. Balai Besar KSDA Jawa Barat 2 30 2. Balai Besar KSDA Jawa Timur 2 30

3. Balai KSDA Aceh 2 30

4. Balai KSDA Sumatera Barat 2 30

5. Balai KSDA Bengkulu 2 30

6. Balai KSDA Lampung 2 30

7. Balai KSDA Jawa Tengah 2 30 8. Balai KSDA Yogyakarta 2 30

9. Balai KSDA Bali 2 30

10. Balai Besar TN Gunung Leuser, Sumut 2 30 11. Balai Besar TN Kerinci Seblat, Jambi 2 30 12. Balai Besar TN Gn Gede Pangrango, Jabar 2 30 13. BBTN Bromo Tengger Semeru, Jatim 2 30

(43)

PENYEBARAN PERSONIL (LANJUTAN...)

NO UPT PEMBINA JLH REGU JLH PERSONIL

14. Balai TN Tesso Nilo, Riau 2 30 15. Balai Bukit Tigapuluh, Riau 2 30 16. Balai TN Berbak, Jambi 2 30 17. Balai TN Bukit Duabelas, Jambi 2 30 18. Balai TN Sembilang, Sumsel 2 30 19. Balai Tn Way-Kambas, Lampung 2 30 20. Balai TN Gn Halimun Salak, Jabar 2 30 21. Balai TN Gn Cermai, Jabar 2 30 22. Balai TN Gn Merbabu, Jateng 2 30 23. Balai TN Gn Merapi, DIY 2 30 24. Balai TN Meru Betiri, Jatim 2 30 25. Balai TN Baluran, Jatim 2 30 26. Balai TN Alas Purwo, Jatim 2 30 27. Balai TN Bali Barat, Bali 2 30

(44)

PENYEBARAN PERSONIL (LANJUTAN...)

NO UPT PEMBINA JLH REGU JLH

PERSONIL

28. Balai TN Gn Rinjani, NTB 2 30 29. Balai TN Manupeu Tanandaru, NTT 2 30 30. Balai TN Laiwangi Wanggameti, NTT 2 30 31. Balai TN Gn Palung, Kalbar 2 30 32. Balai TN Sebangau, Kalteng 2 30 33. Balai TN Tanjung Puting, Kalteng 2 30 34. Balai TN Bogani Nani Wartabone, Sulut 2 30 35. BBTN Betung Kerihun, Kalbar 2 30 36. BTN Bukit Baka Bukit Raya, Kalbar 2 30 37. BTN Bantimurung Bulussaraung, Sulsel 2 30 38. BBKSDA Nusa Tenggara Timur 2 30 39. BKSDA Nusa Tenggara Barat 2 30 40. BKSDA Sulawesi Tengah 2 30

T O T A L 80

REGU

1.200 ORANG

(45)

Masyarakat peduli api/MPA

PERDIRJEN PHKA NO. 2/iv-set/2014

Masyarakat yang secara sukarela peduli

terhadap pengendalian kebakaran hutan dan lahan

yang telah dilatih/diberi pembekalan serta dapat

diberdayakan

untuk

membantu

kegiatan

pengendalian kebakaran hutan.

Jumlah anggota MPA 9.170 Orang, yang

tersebar dalam 490 Regu.

Dibina oleh 45 UPT Ditjen PHKA.

MPA DESA MANGKURAJO,

(46)

Penyebaran mpa

NO UPT PEMBINA JLH REGU JLH

PERSONIL

KETRANGAN

1. BBKSDA Sumut 16 610 Aktif 2. BTN Teso Nilo 5 150 Tidak Aktif 3. BBTN Gn. Leuser 20 120 Aktif

4. BKSDA Aceh 7 130 Aktif

5. BKSDA Riau 23 350 Aktif 6. BTN Bukit Tiga Puluh 30 Aktif 7. BKSDA Bengkulu 5 150 Aktif 8. BKSDA Jambi 45 635 Aktif 9. BTN Berbak 14 210 Sebagian aktif

10. BTN Bukit Dua Belas 6 180 Aktif 11. BKSDA Lampung 8 240 Aktif 12. BTN Bukit Barisan Selatan 19 400 Aktif 13. BTN Sembilang 7 113 Aktif 14. BKSDA Sumsel 21 576 Aktif 15 BKSDA Kaltim 15 225 Aktif

(47)

Lanjutan...

NO UPT PEMBINA JLH REGU JLH

PERSONIL

KETRANGAN

16. BTN Kutai 3 45 Aktif

17. BTN. Sebangau 6 105 Aktif 18. BTN. Tanjung Puting 3 90 Aktif 19. BTN. Gunung Palung 2 60 Aktif 20. BKSDA Kalbar 22 609 Aktif 21. BTN. Bukit Baka Bukit Raya 4 160 Aktif 22. BKSDA Kalsel 12 317 Aktif 23. BKSDA Sulteng 11 243 Aktif 24. BKSDA Sulsel 57 685 Aktif 25. BTN Bantimurung 26 60 Aktif 26. BTN Rawa Aopa 2 30 Aktif 27. BKSDA Sultra 1 30 Aktif 28. BTN G. Ceremai 25 410 Aktif 29. BTN. G. Salak 6 135 Aktif 30. BBKSDA Jabar 5 145 Aktif

(48)

Lanjutan...

NO UPT PEMBINA JLH REGU JLH

PERSONIL

KETRANGAN

31. BTN G. Rinjani 3 45 Aktif 32. BKSDA NTB 3 60 Aktif 33. BTN. Kelimutu 13 156 Aktif 34. BTN. Laiwangi Wangameti 4 67 Aktif 35. BTN. Manupeu Tana Daru 4 63 Aktif 36. BKSDA Bali 5 80 Aktif 37. BTN Merbabu 11 309 Sebagian aktif 38. BTN Karimunjawa 2 30 Aktif 39. BKSDA Jateng 5 250 Sebagian Aktif 40. BTN G. Merapi 7 210 Aktif 41. BKSDA Jogja 1 30 Aktif 42. BBKSDA Jatim 7 90 Aktif 43. BTN Baluran 1 30 Aktif 44. BTN Alas Purwo 1 20 Aktif 45 BTN Bromo Tengger Semeru 27 416 Aktif

(49)

KABUPATEN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV JML BENGKALIS 20 370 294 2 16 64 62 3 3 3 0 837 DUMAI 0 113 110 0 3 45 47 3 0 0 0 521 INDRAGIRI HILIR 3 170 139 2 14 25 11 21 25 20 22 452 INDRAGIRI HULU 2 29 44 6 4 54 47 27 46 18 4 281 KAMPAR 0 47 13 13 9 25 34 17 6 5 0 169 KEP. MERANTI 3 93 143 0 0 1 0 3 0 1 0 244 KOTA PEKANBARU 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 KUANTAN SINGINGI 1 13 19 6 5 35 17 13 24 7 0 140 PELALAWAN 10 187 164 9 10 52 59 29 28 10 6 564 ROKAN HILIR 3 125 165 9 15 209 302 22 7 1 1 859 ROKAN HULU 1 15 4 5 3 25 59 7 8 0 0 127 SIAK 7 179 134 0 8 27 22 4 1 5 1 388 JUMLAH 50 1.342 1.229 52 87 563 661 149 148 70 34 4.385

(50)

PETA KERAWANAN PROV. SUMSEL SEBAGAI PANDUAN

PELAKSANAAN KALENDER KERJA

(51)

PETA KERAWANAN PROV. KALBAR SEBAGAI PANDUAN

PELAKSANAAN KALENDER KERJA

(52)

PETA KERAWANAN PROV. JAMBI SEBAGAI PANDUAN

PELAKSANAAN KALENDER KERJA

(53)

V. Sumber Daya Dalkarhut Ditjen PHKA

Kementerian LH dan Kehutanan

SDM

Jumlah

Manggala Agni Daops

117 regu damkar

1.745 personil

Manggala Agni Unit

Dalkarhut (Non Daops)

80 regu damkar

1.200 personil

MPA

490 regu

9.170 masyarakat

Catatan:

a. Manggala Agni dilengkapi dengan sarpras yang masih perlu dikembangkan. b. Prioritas lokasi tugas dalkarhut oleh Manggala Agni:

1. Kawasan Konservasi (Tugas Utama)

2. Hutan Lindung, Produksi (Memberikan Bantuan) 3. Lahan (Memberikan Bantuan)

(54)

No.

Provinsi

Jumlah

Daops

Jumlah MA

1 Sumatera Utara

3

174

2 Riau/Kepri

5

222

3 Sumatera Selatan

4

236

4 Jambi

5

240

5 Kalimantan Barat

5

255

6

Kalimantan

Tengah

4

210

7

Kalimantan

Selatan

3

180

8 Kalimantan Timur

2

90

9 Sulawesi Selatan

2

120

10 Sulawesi Utara

1

30

11 Sulawesi Tenggara

1

30

Jumlah

35

1.745

(55)

Lokasi Kantor Daops Manggala Agni

(Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi)

Daops Bitung

(56)

56 56

No. Jenis Peralatan Jumlah

1. Peralatan tangan (kepyok, garu

tajam, sekop, pompa punggung, dll)

12.457

2. Pompa (jinjing, apung, sorong, dll) 480 3. Perlengkapan pribadi 1.824 4. Mobil Slip-on 125 5. Mobil pengangkut personil & logistik 78 6. Sepeda motor patroli 173

7. Mobil Pick up 22

8. Mobil Operasional 68 9. Mobil tangki air 32 10. Sarana telekomunikasi 1.132

11. GPS 184

12. Logistik & medical kit 267

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, faktor yang mempengaruhi implementasi dari program dana bantuan keuangan atau dan hibah kepada partai politik, meliputi pola komunikasi yang

Tujuan penelitian ini adalah menilai efek kemoterapi terhadap aktivitas enzim transaminase pada penderita kanker payudara.. Telah dilakukan penelitian cross-sectional dengan

Kegiatan yang dilakukan oleh koordinator tenaga kesehatan adalah mengelola pengembangan profesi medik keperawatan; menyusun peta kebutuhan pendidikan dan tenaga kesehatan

Karena nilai chi square hitung lebih besar dari nilai chi square tabel (12,487 &gt; 6,251) dan nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha 0,05 (0,006 &lt; 0,05), maka

Kamera pertama yang dipasarkan untuk konsumen dengan layar kristal cair di bagian belakang adalah Casio QV-10 dikembangkan oleh tim yang dipimpin oleh Hiroyuki Suetaka pada tahun

Pada kasus dengan kenaikan tekanan intrakranial, teknik anesthesi inhalasi akan membuat tekanan intrakranial lebih tinggi sehingga menurunkan tekanan perfusi

Kepala ruangan mengingatkan perawat melakukan hand hygiene setelah menyentuh pasien (melakukan tindakan).. Kepala ruangan mengingatkan perawat memakai air dan sabun

Promosi penjualan adalah suatu aktivitas dan atau materi yang dalam aplikasinya menggunakan teknik, dibawah pengendalian penjual atau produsen, yang dapat