• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung memberikan kontribusi pada industri pariwisata daerah dan sharedari. membuka sebuah bisnis kuliner di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bandung memberikan kontribusi pada industri pariwisata daerah dan sharedari. membuka sebuah bisnis kuliner di Kota Bandung."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bisnis kuliner telah menjadi salah satu aspek penting dalam perekonomian di Kota Bandung. Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta Kartabi dalam Ramdani (2012) mengatakan perputaran bisnis kuliner di Kota Bandung memberikan kontribusi pada industri pariwisata daerah dan sharedari bisnis kuliner mencapai 10 persen (Merdeka.com, Sabtu, 27 Oktober 2012). Peluang inilah yang dijadikan para pengusaha sebagai salah satu faktor mereka membuka sebuah bisnis kuliner di Kota Bandung.

Peluang lain yang dijadikan faktor para pengusaha membuka sebuah bisnis kuliner adalah melihat dari sisi pariwisata. Pariwisata Kota Bandung memberikan banyak pilihan mulai dari wisata belanja, wisata sejarah, wisata budaya hingga wisata kulinernya. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung tahun 2011, selama empat tahun terakhir dari tahun 2008-2011 jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bandung semakin meningkat. Adapun kenaikan jumlah wisatawan disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1

Daftar Kenaikan Jumlah Wisatawan Kota BandungPeriode 2008-2011

Tahun 2008 2009 2010 2011

Jumlah Wisatawan 2.638.555 3.096.869 3.205.269 4.076.072 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan jumlah wisatawan rata-rata sebanyak 14,8% dari tahun 2008 ke tahun 2009. Lalu, terjadi kenaikan                

(2)

jumlah wisatawan rata-rata sebanyak 3,36% dari tahun 2009 ke tahun 2010 dan 21,3% dari tahun 2010 ke tahun 2011. Peningkatan jumlah wisatawan ini pun merupakan peluang untuk pengusaha bisnis kuliner sebagai usaha memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada dasarnya setiap kegiatan usaha menginginkan agar usahanya dapat terus berjalan dengan mempertahankan keuntungan yang telah diperoleh bahkan untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mempertahankan konsumen yang ada dan mencari konsumen yang baru, dengan begitu perusahaan dapat terus beroperasi dan bersaing dengan perusahaan lainnya.

Peran bisnis kuliner dalam perekonomian dan meningkatnya jumlah wisatawan yang terjadi ini memberikan dampak positif pada peningkatan bisnis kuliner di Kota Bandung. Saat ini Kota Bandung memiliki jumlah rumah makan terbanyak yaitu mencapai 380 rumah makan di Indonesia (Pikiran Rakyat, Edisi Cetak – Sabtu, 17 Februari 2007). Adapun jumlah objek wisata kuliner disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2

Daftar Wisata Kuliner di Kota Bandung

No Kuliner Jumlah

1 Belanja makanan khas Bandung dan restoran. 121

2 Rumah makan 380

3 Pujasera. 100

4 Café 60

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 2012

Dengan demikian terlihat bahwa tingkat persaingan diantara bisnis kuliner sangat tinggi. Tingkat persaingan diantara bisnis kulinerdi Kota Bandung mengalami peningkatan yang tinggitersebut membuat setiap bisnis kuliner harus                

(3)

mampu memenuhi keinginan konsumen dengan memberikan keunggulan kompetitif yang akan meningkatkan minat beli konsumen dalam rangka pengusaan pasar. Selain itu, sebuah keberhasilan bagi perusahaan apabila konsumen berminat untuk menggunakan atau membeli kembali produk yang ditawarkan.

Minat beli ulang konsumen merupakan salah satu dari perilaku konsumen. Menurut Simamora (2002: 131) minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap. Individu yang berminat terhadap suatu objek akan memiliki kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek tersebut. Adapun pengertian minat beli ulang adalah penilaian individu untuk membeli lagi pelayanan dariperusahaan yang sama, dengan mempertimbangkan situasi saat ini dankemungkinan situasi yang akan terjadi (Krause et al, 2007). Sementara itu, Ishak dalam Kuntjara (2007) menyatakan jika perusahaan ingin tetap bertahan atau mengembangkan usahanya dalam industri yang sudah dipilihnya, maka mereka dituntut harus mampu merebut hati pasar sasaran. Oleh karena itu, setiap bisnis kuliner harus mampu memberikan sesuatu hal yang mampu mendorong konsumen untuk membeli bahkan hingga mengkonsumsi kembali produk yang mereka tawarkan.

Banyak cara dan strategi yang dapat diterapkan dalam menghadapi persaingandan meningkatkan minat beli ulang konsumen. Salah satunya adalah dengan memberikan produk yang berbeda dari yang lain atau dapat disebut strategi diferensiasi. Strategi diferensiasi ini dapat direalisasikan ke dalam beberapa cara salah satunya adalah diferensiasi produk. Diferensiasi produk adalah salah satu strategi perusahaan untuk membedakan produknya terhadap                

(4)

produk pesaing (Kotler, 2007: 385). Diferensiasi sering dipandang sebagai kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dibandingkan pesaing (Brenner, 2001). Selain itu, menurut Kotler dan Keller dalam Yeni (2013) diferensiasi adalah unit bisnis berkonsentrasi untuk mencapai kinerja yang terbaik dalam memberikan manfaat bagi pelanggan yang dianggap penting oleh sebagian besar. Jadi, dengan menerapkan strategi diferensiasi dalam menghadapi persaingan merupakan salah satu cara yang tepat karena produk kita akan lebih memiliki keunggulan dan manfaat yang lebih bagi konsumen.

Hal lain yang perlu diperhatikan perusahaan dalam menghadapi persaingan adalah mencari peluang untuk menghadapi persaingan. Persaingan yang dihadapi bagi bisnis kuliner di Kota Bandung bukan hanya dari sesama bisnis kuliner khas Indonesia saja namun juga dari bisnis kuliner internasional. Salah satu bisnis kuliner yang merupakan khas Indonesia adalah jajanan pasar tradisional. Saat ini jajanan pasar tradisional dikategorikan kurang bergengsi karena produk ini hanya diminati oleh kalangan menengah kebawah. Selain itu, jajanan pasar tradisional harus menghadapi gencarnya gempuran makanan modern dan internasional. Padahal jika dilihat dari perkembangannya, jajanan pasar tradisional masih memilki banyak peminat. Hal inilah yang dijadikan peluang bagi pengusaha bisnis kuliner untuk lebih meningkatkan minat konsumen terhadap jajanan pasar tradisional dengan memberikan inovasi terhadap jajanan pasar tradisional agar dapat setara dengan makanan modern dan internasional.

Salah satu jajanan pasar tradisional yang ada di Kota Bandung adalah surabi. Pada dasarnya terdapat dua jenis surabi, yaitu surabi manis yang menggunakan kinca dan surabi asin dengan taburan oncom yang telah dibumbui                

(5)

diatasnya. Namun, seiring dengan meningkatnya persaingan maka para pengusaha bisnis kuliner surabi mengembangkan produk mereka dengan menciptakan berbagai macam jenis surabi.

Salah satu bisnis kuliner yang merupakan spesialisasi surabi di kota Bandung adalah Rumah Imoet. Produk surabi yang dibuat oleh Rumah Imoet merupakan pelopor surabi dengan jenis yang bermacam-macam. Pada awal kemunculannya, Rumah Imoet mampu memperoleh omset rata-rata per hari mencapai Rp 10.000.000 hingga Rp 12.000.000 dengan jumlah pegawai mencapai 23 orang. Namun, bisnis ini pun tidak terhindar dari kerasnya persaingan. Terdapat 3 bisnis kuliner speasilisasi surabi lain yang berada di sekitar Rumah Imoet yang menjadi pesaing dari Rumah Imoet. Ketiga bisnis tersebut adalah Warung Setiabudhi, Surabi Enhai, dan Café Setiabudhi. Hal ini menyebabkan perolehan omset Rumah Imoet pernah menurun hingga 80 persen. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menarik kembali konsumen adalah dengan mempertahankan kualitas rasa dan memperkecil ukuran surabi sebagai identitas usaha yang sesuai dengan nama Surabi Imut.

Menurut hasil wawancara dengan pemilik Rumah Imoet, jumlah rata-rata pengunjung Rumah Imoet pada saat weekdays yang berkisar 150 pengunjung dan pada saat weekend berkisar 500 pengunjung. Dari jumlah tersebut diindikasikan bahwa strategi yang diterapkan dinilai telah berhasil meningkatkan minat beli ulang konsumen. Namun, pada kenyataannya omset produk Surabi Rumah Imoet masih belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari total penjualan yang tidak stabil. Adapun omset produk surabi Rumah Imoet periode Oktober-Desember 2012 disajikan pada tabel berikut ini:

               

(6)

Tabel 1.3

OmsetProduk Surabi Rumah Imoet Periode Oktober-Desember 2012

Bulan Total Penjualan Rata-rata penjualan/hari

Oktober Rp 173.445.000 Rp 5.595.000

November RP 144.595.500 Rp 4.819.850

Desember RP 202.726.000 Rp 6.539.500

Sumber: Data Olahan (2013)

Dari tabel diatas, terlihat terjadi penurunan omset pada bulan November. Namun, omset kembali meningkat pada bulan Desember. Fluktuasi omset penjualan ini menunjukan bahwa penjualan surabi Rumah Imoet masih belum stabil dan hal ini pun berhubungan dengan minat beli ulang konsumen terhadap produk surabi Rumah Imoet yang juga tidak stabil.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa diferensiasi produk yang dilakukan mungkin dapat mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produk surabi Rumah Imoet. Hal ini pun didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutantyo (2002), Busolo (2005), Parlindungan (2010) dan Yeni (2011) yang menyatakan bahwa diferensiasi produk masing-masing berpengaruh terhadap minat beli konsumen.

Berdasarkan uraian tentang keadaan yang terjadi di Rumah Imoet tersebut, penulis ingin mengetahui dan tertarik untuk melakukan penelitian mengenai seberapa besar pengaruhstrategi diferensiasi produk terhadap minat beli ulang konsumen yang telah dijabarkan melalui jumlah pengunjung dan jumlah penjualan yang didapatkan dengan judul “Pengaruh Dife rensiasi Produk Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Pada Produk Surabi Rumah Imoet”.

               

(7)

1.2 Identifikasi Masalah

Sehubungan dan berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana diferensiasi produk surabi yang dilakukan pada Rumah Imoet.

2. Bagaimana minat beli ulang konsumen terhadap produk surabi Rumah Imoet.

3. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap minat beli ulang konsumen terhadap produk surabi Rumah Imoet.

4. Seberapa besar pengaruh diferensiasi produk terhadap minat beli ulang konsumen pada produk surabi Rumah Imoet.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui diferensiasi produk surabi yang dilakukan oleh Rumah Imoet.

2. Untuk mengetahui minat beli ulang konsumen terhadap produk surabi Rumah Imoet.

3. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk terhadap minat beli ulang konsumen terhadap produk surabi Rumah Imoet.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh diferensiasi produk terhadap minat beli ulang konsumen pada produk surabi Rumah Imoet.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:                

(8)

1. Bagi Penulis

a. Sebagai syarat kelulusan pada Program Studi Administrasi Bisnis DIV Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung.

b. Menambah wawasan mengenai diferensiasi produk yang tepat untuk meningkatkan minat beli konsumen.

2. Bagi Perusahaan

Melalui penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk perusahaan dalam mengembangkan strategi diferensiasi produkagar dapat bersaing dan lebih berkembang di kemudian hari dan minat beli konsumen pun meningkat

3. Bagi Pembaca

Sebagai sumber referensi tambahan dibidang diferensiasi produk khususnya untuk Jurusan Admnistrasi Niaga Program Studi Administrasi D-IV dan sebagai acuan dalam mengerjakan tugas akhir bagi mahasiswa tingkat akhir. Selain itu, dapat menjadi informasi tambahan bagi penelitian lebih lanjut.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Melihat judul yang diambil, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian di Rumah Imoet yang berlokasi di Jl. Setiabudi No. 194 Bandung dan penelitian ini dimulai dari April 2013 sampai dengan Juni 2013.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian Tugas Akhir ini meliputi:                

(9)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat penelitian Tugas Akhir bagi penulis, perusahaan, dan pembaca, lokasi dan waktu penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dijelaskan mengenai teori-teori serta penjelasan yang berhubungan dengan judul yang akan diteliti. Teori-teori dan penjelasan tersebut didapatkan melalui buku-buku dan juga media internet

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang metode yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini. Metode ini meliputi jenis data yang digunakan, populasi dan sampel yang akan diambil, teknik pengumpulan data, operasional variabel, pengukuran variabel, dan metode analisis data yang digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil yang didapatkan setelah melakukan penelitian. Hasil ini didapatkan melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden dan diolah menggunakan program SPSS.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari proses dan hasil penelitian serta saran yang diberikan atas hasil yang didapatkan dari penelitian ini.                

Referensi

Dokumen terkait

Kontrol fasa Thrystor ini memberikan range pengaturan tegangan yang lebih luas pada beban heater DTA dengan tahanan 50 ohm, dimana akan diuji pada pengaturan pada daya

[r]

2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang

Layer Of Protection Analysis (LOPA) merupakan metode sederhana dalam suatu penilaian resiko yang menunjukkan lapisan perlindungan secara kualitatif dan kuantitatif

Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana metode bimbingan dan penyuluhan dalam pendampingan anak yang bermasalah di Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Klas I

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran kunci determinasi berpengaruh terhadap

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada

Uang adalah sebagai persediaan aset yang dapat dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi (Mankiw 2007).. Jenis uang: (1)Uang atas unjuk ( fiat money ) Contoh