• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 DAYA PENGURANGAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BYCATCH) DARI TIGA JENIS BYCATCH REDUCTION DEVICE (BRD) : PERCOBAAN TRAWL DI LAUT ARAFURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5 DAYA PENGURANGAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BYCATCH) DARI TIGA JENIS BYCATCH REDUCTION DEVICE (BRD) : PERCOBAAN TRAWL DI LAUT ARAFURA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

5 DAYA PENGURANGAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BYCATCH) DARI TIGA JENISBYCATCH REDUCTION DEVICE

(BRD) : PERCOBAAN TRAWL DI LAUT ARAFURA

5.1 Pendahuluan

Dalam perikanan udang komersial pembuangan hasil tangkapan sampingan (discards) yang dibuang ke laut merupakan hal umum dilakukan dengan berbagai alasan seperti ekonomi atau keterbatasan ruang. Pembuangan hasil tangkapan sampingan dianggap berlawanan dengan tujuan konservasi sumberdaya laut di seluruh dunia. Jumlah ikan yang dibuang kembali ke laut secara global ditaksir sekitar 7 juta ton per tahun (Kelleher, 2005). Sementara itu, estimasi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perikanan pukat udang di Laut Arafura Indonesia mencapai 300 ton per tahun (Purbayanto et al. 2004). Hasil tangkapan sampingan (HTS) tersebut dapat berupa ikan-ikan berukuran kecil dan spesies yang bukan menjadi sasaran penangkapan (non-target species), termasuk ikan rucah (trash fish) dan jenis ikan-ikan non ekonomis yang sebagian besar dibuang kelaut.

Industri perikanan trawl di perairan Arafura mulai dikembangkan sejak tahun 1969 ketika Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) bekerjasama dengan tiga perusahaan perikanan udang dari Jepang melakukan survei di perairan Arafura pada bulan Mei 1969. Semenjak itu jumlah kapal penangkap udang bertambah dengan pesat dari sembilan unit pada tahun 1969 menjadi 125 unit trawl pada tahun 1981 (Naamin dan Sumiono, 1983). Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2010) mencatat sebanyak 2186 kapal berukuran 100-500 GT yang mengoperasikan double rig shrimp trawl dengan mesin penggerak berkekuatan dari 220 hingga 1300 HP dengan menggunakan double rig shrimp trawl.

Penelitian dalam bidang selektivitas alat tangkap pada perikanan pukat udang (BED-TED) telah dimulai oleh Balai Riset Perikanan Laut (BRPL). Untuk pertama kalinya, bycatch excluder device(BED) sebagai jenis TED pertama yang digunakan pada perikanan pukat udang diujicoba melalui riset bersama antara BPPT, IPB, Ditjen Perikanan dan BRPL pada bulan September-Oktober 1982 di

(2)

perairan Laut Arafura (AAAT, 1982). Selanjutnya, ujicoba dilanjutkan oleh BRPL di perairan Cilacap dan pantai selatan Jawa Tengah pada bulan Oktober 1982 (Nasution et al. 1983). Pada ujicoba di perairan Laut Arafura secara statistik penggunaan BED memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengurangan jumlah bycatch, yaitu mencapai 80,11 kg per towing (42,51%) dan tidak mengurangi hasil tangkapan udang, yaitu mencapai 4,27 kg per towing (27,48%). Sementara itu pada ujicoba penangkapan di perairan Cilacap, penggunaan BED juga memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah bycatch, yaitu mencapai 86,21 kg per towing (63,92%), dengan kehilangan tangkapan udang mencapai 1,80 kg per towing (31,41%). Meskipun secara statistik pengurangan jumlah hasil tangkapan udang tidak berbeda nyata dengan penggunaan BED, namun angkanya cukup tinggi (27,48-31,41%). Apabila pengoperasian pukat udang di Laut Arafura adalah dua jam dalam satu kali towing, maka potensi kehilangan tangkapan udang mencapai 17,08 kg/towing sedangkan di perairan Cilacap mencapai 7,20 kg/towing. Pengembangan alat tangkap yang selektif yang telah digunakan untuk mencapai kelestarian ekosistem sebagai contohnya adalah penggunaanturtle excluder device (TED) pada perikanan trawl komersial di Laut Arafura yang berhasil mengurangi HTS lebih dari 40%, namun diikuti berkurangnya hasil tangkapan udang mencapai 5% (Nasution, 1997). Pada kenyataannya, untuk memperkecil jumlah udang yang lolos dapat dilakukan dengan mengubah desain jaring sehingga mempercepat arus dan udang akan terbawa melewati TED dan masuk ke dalam kantong Sainsbury (1986).

Evans dan Wahju (1996) melakukan penelitian dengan menggunakan pukat udang tanpa TED pada bulan Februari 1992. Mereka melaporkan bahwa bycatch di Laut Arafura terdiri atas 34 spesies ikan dan 5 spesies invertebrata. Berat bycatch didominasi oleh ekor kuning (Carangidae), petek (Leioghnathus insidiator), kurisi (Nemipterus hexadon), kerong-kerong (Therapon theraps) dan layur (Trichiurus savala). Sementara Mahiswara dan Widodo (2005) melaporkan bahwabycatchdari kapal pukat udang ganda (double rig shrimp trawl) tanpa TED (double-rigged non TED shrimp trawl) berukuran 180 GT yang beroperasi di sekitar Pulau Unu Laut Arafura pada bulan Juli 2004 terdiri atas 38 spesies finfish,

(3)

krustase, ular dan penyu. Hasil tangkapan didominasi oleh petek (Leiognathidae), teri (Engraulidae), gerot-gerot (Haemulidae), pari, sardin, gulamah (Sciaenidae).

Beberapa desain jenisbycatch reduction device(BRD) (seperti TEDsuper shooter,square mesh windows danfish eye) telah tersedia untuk diterapkan pada perikanan trawl udang di Laut Arafura dengan performa terbaik yang dapat memperbesar peluang pelolosan bagi ikan bycatch dan memperkecil kehilangan tangkapan udang. Namun demikian, penggunaan BRD dan efektivitasnya pada perikanan trawl udang di Indonesia perlu diteliti lebih lanjut baik untuk mengurangi jumlahbycatchyang dibuang kembali ke laut.

5.2 Tujuan dari penelitian

1. Mengumpulkan data komposisi hasil tangkapan trawl dengan BRD maupun tanpa BRD;

2. Mengevaluasi tiga jenis BRD berdasarkan morfologi ikan bycatch yang tertangkap;

3. Membandingkan efektivitas dari tiga jenis BRD yang berbeda dalam mengurangibycatchberdasarkan proporsi morfologi hasil tangkapan.

5.3 Metode Penelitian

5.3.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian untuk membandingkan efektivitas tiga jenisBRD yang berbeda telah dilakukan di perairan sekitar Pulau Dolak Laut Arafura mulai dari tanggal 29 November sampai 9 Desember 2007. Lokasi penelitian berada pada 7º03’ - 8º43’ LS and 137º20’ - 138º45’ BT (Gambar 6). Sedangkan untuk posisi setting dan haulingselama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 14.

5.3.2 Metode pengambilan data

Uji coba penangkapan dilakukan dengan menggunakan KM Laut Arafura yang berpangkalan di Merauke, Provinsi Papua. Operasi penangkapan dilakukan di sekitar perairan Pulau Dolak yang dicapai selama 20 jam dari Merauke. Efektivitas tiga jenis BRD dilakukan dengan menggunakan metode twin trawl (Wileman et al. 1996). Dengan metode ini, satu kapal menarik dua jaring trawl

(4)

yang berukuran sama dimana satu sisi jaring dipasang dengan BRD yang akan di uji coba. Sedangkan sisi lain dipasang dengan jaring tanpa BRD. Kedua jaring tersebut ditarik secara simultan di bagian samping dengan menggunakan double rig trawl untuk dibandingkan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Dengan demikian pengurangan hasil tangkapan sampingan dari jaring trawl yang dilengkapi BRD dapat diperkirakan (Cotteret al. 1997).

Sebanyak 21 towing telah dilakukan untuk mengambil sampel hasil tangkapan pada siang dan malam dengan selama 2 sampai 3 jam/towing (towing duration) pada kecepatan kapal sekitar 2,5 – 3,0 knot. Panjang tali selambar mencapai 4-6 kali dari kedalaman perairan. Jaring trawl yang digunakan sesuai dengan yang dioperasikan oleh KM Laut Arafura dengan desain disajikan pada Lampiran 1. Kondisi penangkapan ikan ini disesuaikan dengan operasi penangkapan yang dilakukan oleh kapal trawl komersial.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian BRD di Arafura.

Data tentang hasil tangkapan diperoleh dari trawl yang dilengkapi dengan jenis BRD yang berbeda, (1) trawl yang dilengkapi dengan TED super shooter yang digunakan secara komesial di Laut Arafura dan (2) jaring tanpa BRD (kontrol). Data yang dikumpulkan meliputi berat hasil tangkapan total (kg), komposisi spesies per towing, berat ikan per spesies (kg) dan posisi setiap kali

(5)

melakukan penangkapan. Bagian sampel pada setiap towing distandarisasi sebagai hasil tangkapan per towing. Rata-rata berat hasil tangkapan dari tiga jenis BRD yang berbeda dipisahkan berdasarkan kelompok taksonomi untuk dibandingkan. Setelah disortir, hasil tangkapan dipisahkan ke dalam tiga bagian yaitu :

1. Kelompok ikan, kepiting, dan hewan lainnya berdasarkan spesies.

2. Udang komersial terdiri dari udang windu atau tiger prawn (Penaeus monodondanPenaeus semisulcatus) dan udang jerbung(P. merguiensis) 3. Hasil tangkapan non ekonomis yang terdiri dari ikan-ikan yang tidak

dimanfaatkan.

Sub sampel hasil tangkapan sampingan (bycatch) di lakukan dengan mengambil satu boks ikan dengan berat sekitar 20 kg dari setiap hauling jaring baik yang dilengkapi BRD dan tanpa BRD. Estimasi berat total hasil tangkapan sampingan perhaulingdihitung dengan mengalikan jumlah boks hasil tangkapan per hauling. Seluruh hasil tangkapan di total jumlahnya untuk setiap jaring perlakuan.

5.3.3 Analisis data

Tabel 11 Rancangan percobaan uji coba penangkapan di laut dari 3 jenis BRD

.Ulangan Jenis BRD

TED SS Tanpa BRD SMW Tanpa BRD FE Tanpa BRD

1 Xi Xi1 Yi Yi1 Zi Zi1

2 Xn Xn1 Yn Yn1 Zn Zn1

Dst Dst Dst Dst Dst Dst Dst

Dimana :

Xi : rata-rata hasil tangkapan trawl dengan TED super shooter per

towing ke-i

Xi1 :rata-rata hasil tangkapan trawl tanpa BRD per towing ke-i

Yi : rata-rata hasil tangkapan trawl dengan square mesh window per

towing ke-i

Yi1 : rata-rata hasil tangkapan trawl tanpa BRD per towing ke-i

(6)

Zi1 : rata-rata hasil tangkapan trawl tanpa BRD per towing ke-i

Data hasil tangkapan per towing dari tiga jenis BRD digunakan untuk mengestimasi efektivitas pengurangan hasil tangkapan sampingan. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Estimasi proporsi bycatch untuk setiap jenis BRD dihitung dengan menggunakan rumus (1) dan rumus (2). Sedangkan untuk proporsi pengurangan trawl tanpa BRD dan trawl dengan BRD menggunakan rumus (3).

(1) Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama uji coba penangkapan di Laut Arafura diantaranya :

a. kapaldouble-rig trawl komersial KM Laut Arafura dengan kapasitas 166 GT (Tabel 12)

b. jaring trawl komersial yang dilengkapi dengan BRD jenis TEDsuper shooter, square mesh window, danfish eye(Gambar 7, 8 dan Gambar 9).

c. papan ukur

d. keranjang/kotak untuk mengambil contoh hasil tangkapan e. buku identifikasi siapa nama penulisnya

f. timbangan

g. data sheet komposisi hasil tangkapan h. log book kegiatan penangkapan i. kamera digital

j. handycam, dan

k. semua alat yang ada di kapal (radar, GPS, echo sounder, binoculair, radio komunikasi , dll.).

(7)

Tabel 12 Spesifikasi umum KM Laut Arafura

Nama Kapal MV Laut Arafura

Jenis kapal Komersial

Panjang total (m) 22,56 meter

Lebar (m) 7,79 meter

Dalam (m) 4,26 meter

Grostonase 166tonnage register

Mesin utama (HP) 402 HP

Tabel 13 Spesifikasi trawl yang digunakan pada uji coba penangkapan di laut A. Data alat

Nama Keterangan

Tipe alat Double rig trawl, 4 seam

Jumlah alat 2 unit

Lingkaran mulut jaring (a) 36,6 meter

Panjang total (b) 31,2 meter

Tali ris atas (head rope) (l) 22,6 meter Tali ris bawah (ground rope) (m) 25,6 meter

Sayap bagian atas (upper wing) (c) 6,86 meter 120 ML ; PE 380, 30 ply Sayap bagian bawah (lower wing)

(d)

5,72 meter 100 ML ; PE 380, 30 ply Square(d-c) 2,29 meter 40 ML ; PE 380, 30 ply Badan (baiting/belly) (e) 11,43 meter 200 ML ; PE 380, 30 ply Panel bagian sisi (side panel) (n) 24,57 meter 430 ML ; PE 380, 30 ply Kantong (codend) (f) 6,68 meter 400 ML ; PE 380, 30 ply

Panjang rantai 41,0 meter

Tipeotter board Flat rectangular Ukuranotter board 2,5 m (L) x 1,1 m (B)

Beratotter board 250 kg

B. Data bagian kantong (codend) Ukuran mata jaring (mesh size)

(mm) 44,5 mm (1¾ “)

Jumlah mata melingkar 160 ML Panjang kantong (m) 6,675 meter

Jumlah mata kantong 160 MD

Bentuk mata jaring Diamond mesh

Material kantong PE 180 d/60

Knotted/knotless Knotted

Tipe benang Multifilament

Bentuk pilinan Twisted

(8)

Ukuran mata jaring (mesh size (mm)

Diameter benang (mm) Warna benang

Spesifikasi tiga jenis

super shooter, square mesh window

bagiancodendseperti dapat dilihat pada Gambar

SpesifikasiBycatch reduction device Grid length (cm)

Grid breadth(cm) Sudutgrid

Jenis bahan

Diameters darigrid(mm) Jumlah darigrid

Jarak kisi (cm) Kemiringangrid(º) Posisi pemasangan

Gambar 7 Desain dan kon penempatannya di dalam

mesh size)

44,5 mm (1¾ “) 2,30 mm

Hijau

jenis BRD yang digunakan selama penelitian

square mesh window, dan fish eye serta pemasangannya pada dapat dilihat pada Gambar 7, 8, dan 9.

Bycatch reduction device jenis TEDsuper shooter 120 cm

90 cm 25º

Besistainless steel 16 mm

8 buah 10 cm 57,1º

Bagian depan kantong

Desain dan kon struksi dari TED super shooter dan posisi penempatannya di dalam codend.

BRD yang digunakan selama penelitian dari TED serta pemasangannya pada

(9)

Bycatch reduction devicejenis jendela empat persegi (square mesh window) Bentuk mata jaring Square mesh window

Posisi pemasangan Bagian atas dari kantong Panjang jendela 22 M = 978 mm (in stretched) Lebar jendela 48 M = 2136 mm (in stretched)

Bukaan mata jaring (mm) B1 = 22,5 mm (A,B,C) and B2 =31,75 mm (D) Material jaring PE 380, 60 fly

Knotted/knotless Knotted Tipe benang Multifilament Bentuk pilinan Twisted Single/double twine Single

Diameter benang (mm) 1,60 mm (A,B,C) and 2,30 mm (D)

Warna benang Hijau

Gambar 8 Desain dan konstruksi dari square mesh window dan posisi penempatannya di dalamcodend.

(10)

Bycatch reduction devicejenismata ikan (fish eye)

Jenis bahan Besistainless steel

Diameter dari mata ikan (mm) 12,7 mm Panjang bingkai (cm) 60 cm Lebar bukaan bingkai bagian

belakang (cm)

15 cm Lebar bukaan bingkai bagian

depan (cm)

45 cm Tinggi bingkai bagian tengah (cm) 9,5 cm

Posisi pemasangan Bagian atas dari kantong

Gambar 9 Desain dan konstruksi dari fish eye dan posisi penempatannya di dalam codend. 160◊ 8 0 67◊

(11)

5.4 Hasil

5.4.1 Komposisi hasil tangkapan

Keragaanturtle exluder device (TED)super shooter,square mesh window dan fish eye diamati secara visual selama masa uji coba penangkapan dilaut. Semua tahapan uji coba penangkapan dari pemasangan bycatch reduction device (BRD) ke dalam kantong, penurunan jaring (setting), (penarikan jaring) towing, pengangkatan (hauling) dan pelepasan hasil tangkapan dari kantong dengan cara direkam sebanyak 21 kali secara teknis seluruh jenis BRD menunjukkan performa yang baik.

5.4.1.1 Komposisi hasil tangkapan jaring trawl tanpa menggunakan BRD dan TED jenissuper shooter

Estimasi berat hasil tangkapan total dari 6 kali towing tanpa menggunakan perangkat BRD selama penelitian adalah 1.470,86 kg atau 245,14 kg/towing yang terdiri dari hasil tangkapan utama berupa udang dan ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch). Hasil tangkapan sampingan dari trawl yang digunakan ada yang dimanfaatkan dan ada yang dibuang (discarded). Dari hasil tangkapan total dapat dikelompokkan menjadi hasil tangkapan utama berupa udang sebesar 0,46% atau sebesar 6,72 kg dengan rata-rata 1,12 kg/towing. Hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan oleh nelayan (fish catch retained) sebesar 261,65 kg atau 17,79% dari berat total hasil tangkapan yang diperoleh. Jumlah hasil tangkapan sampingan yang tidak dimanfaatkan dan dibuang ke laut (discarded) lebih besar dari proporsi keduanya, yaitu mencapai 82,21% atau 1209,21 kg.

Penggunaan perangkat TED super shooter pada trawl memberikan pengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan total yang diperoleh, baik hasil tangkapan utama maupun hasil tangkapan sampingan. Total hasil tangkapan yang diperoleh sebesar 1.565,61 kg atau 260,94 kg/towing yang terdiri atas 0,30% atau 4,55 kg udang, 13,07% ikan yang dimanfaatkan berupa ikan ekonomis penting sebesar 204,70 kg dan hasil tangkapan sampingan yang tidak dimanfaatkan (discarded) sebesar 86,93% atau sebesar 1.360,91 kg. Perbandingan komposisi hasil tangkapan diantara dua jenis trawl tanpa BRD dan trawl dengan TEDsuper shooterseperti dapat dilihat pada Lampiran 5.

(12)

Estimasi total hasil tangkapan per towing untuk jaring trawl tanpa menggunakan BRD sebesar 246,26 kg. Komposisi hasil tangkapan per towing trawl tanpa menggunakan BRD didominasi olehLoligo spp sebanyak 45,39 kg (18,43%), kerong- kerong (Terapon theraps) 37,44 kg (15,20%), layur (Trichiurus lepturus) 22,59 kg (9,17%), tiga waja (Johnius spp) 20,50 kg (8,32%), sardin (Pellona ditchela) 16,73 kg (6,79%), kuro (Polydactillus spp) 14,75 kg (5,99%) dan beberapa jenis ikan lainnya.

Gambar 10 Komposisi hasil tangkapan trawl tanpa BRD super shooter

Sedangkan dengan pemasangan TED jenis super shooter hasil tangkapan per towing didominasi oleh kepiting (crab) sebesar 67,35 kg (25,74%), diikuti oleh ikan kerong (Terapon theraps) sebesar 50,20 kg (19,18%), layur (Trichiurus lepturus) 22,80 kg (8,71%), tiga waja (Johnius spp) 18,30 kg (6,99%), sardine (Pellona ditchela)16,32 kg (6,23%) dan beberapa jenis ikan lainnya seperti selar (Carangoides spp), kuro (Polydactillus spp) dan lain-lain sebesar 86,33 kg (32,98%).

(13)

Gambar 11 Komposisi hasil tangkapan trawl dengan TED super shooter

Apabila dilihat dari jenis dan berat ikan per towing yang tertangkap, hasil tangkapan trawl yang dilengkapi dengan TEDsuper shooter lebih besar dari trawl tanpa BRD dalam mengurangi hasil tangkapan sampingan. Beberapa spesies ikan yang mengalami penurunan dengan pemasangan TED super shooter antara lain Loligospp dari 45,39 kg/towing menjadi 1,05 kg menurun sebesar 18,03 %, pari (Dasyatis kuhlli) mengalami penurunan dari 12,24 kg menjadi 6,69 kg (2,41%), gerot-gerot (Pomadasys maculatus) mengalami penurunan dari 9,20 kg menjadi 0,42 kg (3,58%),Polydactillus spp mengalami penurunan dari 14,75 kg menjadi 10,14 kg (2,11%) danJohnius spp dari 20,50 kg menjadi 18,30 kg (1,33%).

Berdasarkan persentase morfologi antara trawl tanpa BRD dengan trawl dengan TED super shooter menunjukkan bahwa kedua trawl didominasi oleh ikan-ikan compressed dan depressed. Jenis krustase (kepiting) yang dikelompokan campuran (mixed) banyak tertangkap pada trawl yang dilengkapi dengan TEDsuper shooter(Gambar 12).

(14)

Gambar 12 Persentase hasil tangkapan sampingan (bycatch) berdasarkan morfologi antara trawl tanpa BRD dengan trawl TED super shooter 5.4.1.2 Komposisi hasil tangkapan trawl tanpa menggunakan BRD dan

BRD square mesh window(jendela empat persegi)

Estimasi berat hasil tangkapan total trawl tanpa perangkat BRD sebesar 3.451,37 kg dengan rata-rata 431,42 kg/towing yang terdiri atas udang sebagai hasil tangkapan utama dan ikan sebagai hasil tangkapan sampingan. Berat udang yang tertangkap sebesar 6,10 kg atau 0,18% dari total hasil tangkapan. Sementara itu jumlah ikan yang dimanfaatkan mencapai 200,25 kg atau 5,80%. Hasil tangkapan sampingan yang tidak dimanfaatkan mencapai 94,19% atau 3.251,12 kg dengan rata-rata 406,39 kg/towing.

Pemasangan BRD jenissquare mesh windowberpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Berat total hasil tangkapan yang diperoleh untuk jaring yang dilengkapi dengan square mesh window adalah 3.245,82 kg dengan rata-rata 405,73 kg/towing. Berat udang yang tertangkap adalah 4,75 kg atau hanya 0,15% dari total hasil tangkapan. Sementara itu ikan ekonomis yang masuk ke dalam kantong sebesar 143,60 kg atau 4,42%. Berat ikan non ekonomis yang tidak dimanfaatkan (discarded) mencapai 95,58% dari hasil tangkapan atau mencapai 3.102,22 kg dengan rata-rata 387,78 kg/towing (Lampiran 6).

(15)

Pada Gambar 13 menunjukkan bahwa hasil tangkapan per towing tanpa menggunakan perangkat square mesh window (SMW) didominasi oleh kepiting sebesar 154,62 kg (35,7%), ikan bulu ayam (Setipinna spp) sebesar 57,53 kg (13,3%), sardinePellona ditchela sebesar 54,79 kg (12,68%), tiga waja (Johnius spp) sebesar 28,61 kg (6,62%), layur (Trichiurus lepturus) sebesar 23,74 kg (5,49%) dan beberapa jenis ikan lainnya yang mencapai 26,05% dari berat total per towing ikan sebesar 112,40 kg.

(16)

Gambar 14 Komposisi hasil tangkapan trawl dengan BRDsquare mesh window Pemasangan square mesh window menunjukkan adanya perubahan pada komposisi hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil tangkapan per towing didominasi oleh ikan tiga waja (Johnius spp) sebesar 21,34 kg (5,25%), layur (Trichiurus lepturus) sebesar 18,15 kg (4,47%), selar (Alepes melanoptera) sebesar 2,05 kg (0,05%), lidah (Cynoglosusspp) sebesar 6,44 kg (1,59%), kuro (Platycepalusspp) sebesar 0,31 kg (0,1%), slengseng (Megalaspis cordila) sebesar 4,35 kg (1,07%) dan beberapa jenis ikan lainnya seperti remang (Muraenesox bagio) dalam jumlah kurang dari 1 % dari berat per towing seperti dapat dilihat pada Gambar 14.

Proporsi hasil tangkapanbycatchberdasarkan morfologi antara trawl tanpa BRD dan trawlsquare mesh windowdidominasi oleh jenis krustase (kepiting) dan ikan compressed. Kepiting banyak tertangkap dalam jumlah besar baik yang dilengkapi BRD maupun tidak dilengkapi BRD.

(17)

Gambar 15 Persentase hasil tangkapan sampingan (bycatch) berdasarkan morfologi antara trawl tanpa BRD dan trawlsquare mesh window 5.4.1.3 Komposisi hasil tangkapan jaring trawl tanpa BRD dan BRD fish

eye(mata ikan)

Estimasi hasil tangkapan total trawl tanpa dilengkapi BRD sebesar 2.650,17 kg dengan rata-rata 378,60 kg/towing yang terdiri atas hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utamanya berupa udang sebesar 19,95 kg atau 0,75%. Sementara itu hasil tangkapan sampingan yang dimanfaatkan sebanyak 168,80 kg atau 6,37%, dan sisanya merupakan hasil tangkapan sampingan yang dibuang (discarded) mencapai 93,63% atau sebesar 2.481,37 kg dengan rata-rata 354,48 kg/towing.

Penggunaanfish eyememberikan pengaruh terhadap total hasil tangkapan yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari penurunan jumlah total hasil tangkapan mencapai 359,36 kg. Total hasil tangkapan yang diperoleh trawl yang dilengkapi dengan mata ikan sebesar 2.290,80 kg dengan rata-rata 327,26 kg/towing yang terdiri dari udang sebagai hasil tangkapan utama sebesar 15,71 kg atau 0,69%, ikan yang dimanfaatkan sebesar 88,05 kg atau 3,84% dan ikan yang tidak dimanfaatkan (discarded) mencapai 96,16% atau sebesar 2.202,75 kg dengan rata-rata 314,68 kg/towing (Lampiran 7).

(18)

Pada Gambar 16 dapat dilihat bahwa komposisi hasil tangkapan per towing dari trawl tanpa perangkat BRD. Hasil tangkapan trawl tanpa menggunakan BRD di didominasi oleh kepiting sebesar 203 kg (53,22%), ikan bulu ayam (Thryssa setrirostris) sebesar 34,18 kg (8,96%), tiga waja (Johnius spp) sebesar 27,14 kg (7,11%), sardine (Pellona ditchela) sebesar 18,29 kg (4,78%), tembang (Illisa melastoma) sebesar 16,72 kg (4,78%), gerot-gerot (Pomadasys maculatus) 12,64 kg (3,31%) dan bawal hitam (Formio niger) sebesar 11,81 kg (3,10%). Sedangkan beberapa jenis ikan lainnya seperti petek (Leiognathus spp), nomei (Harpadon nehereus), kerong (Terapon theraps) dan manyung (Arius maculathus) yang mencapai 15,13.% dari total ikan per towing yaitu sebesar 57,73 kg.

Pemasangan bycatch reduction device mata ikan (fish eye) pada trawl berpengaruh terhadap hasil tangkapan trawl per towing. Hasil tangkapan didominasi oleh ikan carangids (Urapsis urapsis) sebesar 169,08 kg (51,32%), diikuti manyung (Arius maculathus) sebesar 39,37 kg (11,95%), bulu ayam (Setipinna spp) sebesar 26,80 kg (8,13%), tembang (Illisa melastoma) sebesar 21,94 kg (6,66%), srinding (Apogonspp) sebesar 11,86 kg (3,60%) dan kepiting sebesar 13,99 kg (4,25%). Sedangkan beberapa jenis ikan lainnya dengan persentase mencapai 13,51% dari berat total ikan per towing sebesar 44,22 kg (Lampiran 17).

Berdasarkan Gambar 18 menunjukkan bahwa persentase bycatch yang tertangkap tanpa BRD dan dengan fish eye didominasi oleh ikan-ikan yang berbentukcompresseddan kepiting.

(19)

Gambar 16 Komposisi hasil tangkapan trawl tanpa BRDfish eye

(20)

Gambar 18 Persentase hasil tangkapan sampingan (bycatch) berdasarkan morfologi antara trawl tanpa BRD dengan trawl BRDfish eye

5.4.2 Keefektifan ketiga jenis BRD dalam mengurangibycatchberdasarkan morfologi

Berdasarkan pengelompokan berat ikan hasil tangkapan sampingan dari setiap jenis BRD menunjukkan bahwa untuk TED super shooter ikan-ikan yang tertangkap didominasi yang berbentukcompressedyaitu seperti kerong (Terapon theraps) 19,15%, selar (Carangoides spp) 5,11%, tigawaja (Johnius spp) 6,98% dan kuro (Polydactillus spp) 3,87%, untuk yang berbentuk anguilliform yaitu layur (Trichiurus lepturus) 8,7%, yang berbentuk depressed yaitu manyung (Arius maculatus) 3,51%. Untuk BRD jenismata ikan (fish eye) ikan yang tertangkap didominasi oleh yang berbentukcompressed-1 dancompressed-2 yang terdiri dari carangid (Urapsis urapsis) 51,67%, tigawaja (Otolites spp) 33,65% dan bulu ayam (Setipinnaspp) 8,19%. Untuk ikan yang berbentukdepressed ikan yang tertangkap didominasi oleh manyung (Arius maculatus) 12,03%. Sedangkan BRD jenis jendela empat persegi (square mesh window) ikan tangkapan sampingan yang tertangkap terdiri dari yang berbentuk compressed-1 dan compressed-2 yaitu bulu ayam (Setipinna spp) 8,86%, tigawaja (Johnius spp) 5,28%, Pellona ditchela 4,94% dan selar (Carangoides spp) 3,47%. Untuk ikan yang berbentuk depressiform ikan yang tertangkap yaitu manyung (Arius

(21)

maculatus) 2,85%, lidah (Cynoglosusspp) 1,59% dan pari (Dasyatis kuhlli) 1,1%. Sedangkan untuk ikan yang berbentuk anguilliform jenis ikan yang tertangkap yaitu layur (Trichiurus lepturus) sebesar 4,49%.

Berdasarkan estimasi berat ikan hasil tangkapan sampingan yang diloloskan untuk setiap bentuk morfologi ikan hasilnya menunjukkan bahwa untuk BRD jenissuper shootermengurangi ikan yang berbentukcompressed(baik itu compressed-1 maupun compressed-2) sebesar 4,98%, untuk yang berbentuk depressiform sebesar 1,79% dan anguilliform sebesar 0,47%. Sedangkan untuk ikan hasil tangkapan sampingan yang berbentuk fusiform mengalami kenaikan sebesar 3,65%.

Sementara itu untuk BRD jenis square mesh window mengurangi ikan yang berbentuk compressedsebesar 6,23%, sedangkan untuk depressed, fusiform dananguilliform masing-masing mengalami kenaikan sebesar 3,55%, 0,72% dan 0,97%. Sedangkan untuk BRD jenis mata ikan (fish eye) mengurangi ikan hasil tangkapan sampingan yang berbentuk compressed sebesar 10,23% dan anguilliformsebesar 4,62%. Sedangkan untuk ikan yang berbentuk depressed dan fusiform masing-masing mengalami kenaikan sebesar 13,32% dan 1,54%. Perbandingan proporsi ikan yang tertangkap berdasarkan bentuk ikan pada bagian jaring tanpa BRD dan jaring yang dilengkapi BRD dapat dilihat pada Gambar 19 dibawah ini.

Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam satu arah menunjukkan bahwa perbandingan berat hasil tangkapan ikan yang berbentuk compresseddari ketiga jenisbycatch reduction devicetidak berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P 0,074 > α(0,05). Demikian pula hasil uji statistik

untuk ikan yang berbentuk depressed tidak berbeda nyata dengan P 0,472 >

α(0,05) dan ikan yang berbentuk anguilliform hasil nya tidak berbeda nyata P 0,165>α(0,05).

(22)

Gambar 19 Persentase bycatch antara trawl tanpa BRD dan trawl dengan BRD menurut morfologi ikan hasil tangkapan

Berdasarkan pada Gambar 19 diatas menunjukkan bahwa proporsi dari ketiga jenisBRD masih didominasi oleh ikan-ikan yang berbentuk compressed untuk TEDsuper shooter sebesar 65,95%, fish eye sebesar 76,72%, TED super shooter sebesar 65,95% dansquare mesh window sebesar 73,50%. Akan tetapi bila dilihat berdasarkan persentase pelolosan nya fish eye mengurangi ikan-ikan yang berbentuk compressed dengan persentase tertinggi dibandingkan dengan square mesh window atau TED super shooter. Sedangkan untuk BRD jenis fish eyeikan yang berbentuk depressiformtertangkap sebesar 19,12% kemudian TED super shooter 18,15% dan square mesh window sebesar 14,83%. Untuk TED super shooter dan square mesh window ikan yang berbentuk anguilliform tertangkap masing-masing sekitar 11%. Sementara untuk ikan-ikan yang berbentuk fusiform dari ketiga jenis BRD hanya tertangkap dibawah 5%. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk morfologi dari ketiga jenis BRD tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan kisaran nilai yang kecil untuk setiap morfologi ikan yang tertangkap oleh BRD, sehingga tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata secara statistik.

(23)

5.5 Pembahasan

5.5.1 Keragaan teknis BRD selama uji coba penangkapan

Pada awalnya bycatch reduction device yang digunakan pada perikanan pukat udang Indonesia disebut BED (bycatch excluder devices) yang berasal dari modifikasi TED (turtle excluder devices) dari Amerika. Pemasangan TED pada trawl ditujukan untuk mengurangi tertangkapnya penyu dan disebut juga sebagai “Trawl Efficiency Device”, karena alat ini juga dapat mencegah tertangkapnya hewan-hewan laut besar lainnya seperti ikan hiu, ikan pari dan ubur-ubur (Eayrs, 2005).

Perkembangan desain dan konstruksi TED mengalami modifikasi yang ditujukan untuk meloloskan penyu yang dikenal dengan TED jenis super shooter. TED jenis super shooter yang baru dikembangkan harus dipakai tetapi, banyak kapal trawl menyalah gunakan aturan ini sehingga pada saat operasi penangkapan tidak memasang alat tersebut dengan lasan mengganggu saat melakukan operasi penangkapan diatas kapal. Setelah diamati terdapat beberapa permasalahan dalam mengimplementasikan TED tersebut seperti : teknis, sering terjadi kegagalan operasi penangkapan akibat penggunaan TED, lemahnya penjagaan, kontrol, pengawasan karena lemahnya hukum (Purbayantoet al. 2004); dan pengurangan hasil tangkapan udang sebagai tangkapan utama sangat signifikan jumlahnya (Evans dan Wahju, 1996; Nasution, 1997). Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan jenisbycatch reduction devicediantaranya : 1. Ukuran dari jaring trawl dan cara penanganan nya (Broadhusrt dan Kennelly,

1994);

2. Lokasi dari daerah penangkapan ikan serta kondisi dari daerah penangkapan ikan (Breweret al. 1998; Robin dan McGilvray, 1999);

3. Spesies ikan yang akan dikeluarkan dan ukurannya (Matsuoka dan Kan 1991, Robin dan McGilvray, 1999);

4. Pengetahuan mengenai tingkah laku ikan yang menjadi target dan hasil tangkapan sampingan (Broadhurst dan Kennelly, 1996; Watson, 1989).

(24)

5.5.2 Perbandingan Komposisi hasil tangkapan trawl tanpa BRD dan trawl dengan BRD

Kondisi sumberdaya ikan demersal yang menjadi habitat wilayah perairan dekat pantai cenderung memiliki keanekaragaman yang tinggi dibandingkan dengan ikan pelagis (Mahiswara, 2004). Jenis sumberdaya tersebut dapat berupa ikan, moluska maupun krustase. Beragamnya jenis sumberdaya tersebut yang mengakibatkan hasil tangkapan trawl tediri atas berbagai macam spesies baik udang sebagai target utama maupun ikan sebagai hasil tangkapan sampingan. Hal ini disebabkan oleh sifat pengoperasian trawl yang ditarik menyapu dasar perairan sehingga semua jenis sumberdaya ikan yang ada di daerah pengoperasian akan masuk kedalam kantong.

Beragamnya jenis sumberdaya ikan di lokasi penelitian ditunjukkan oleh banyaknya spesies ikan dan krustasea yang tertangkap. Jumlah spesies ikan yang tertangkap selama penelitian untuk TEDsuper shootersebanyak 25 spesies ikan, 2 spesies krustase dan 1 spesies moluska. Untuk jaring yang dilengkapi dengan square mesh windowikan yang tertangkap terdiri dari 29 spesies, 27 spesies ikan dan 2 spesies krustase. Sedangkan untuk jaring trawl yang dilengkapi denganfish eyeterdiri dari 27 spesies diantaranya 25 spesies ikan dan 2 spesies krustase. 5.5.2.1 Trawl tanpa BRD versus trawl dengan TEDsuper shooter

Penggunaan perangkat TED super shooter tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap komposisi hasil tangkapan yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari jumlah spesies yang tertangkap pada pengoperasian trawl baik tanpa maupun dilengkapi dengan TED super shooter. Tujuan pemasangan TED super shooter adalah untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan pada trawl. Akan tetapi dari uji coba penangkapan yang telah dilakukan, hasil tangkapan total trawl yang dilengkapi dengan TED super shooter lebih besar 15,44 kg bila dibandingkan dengan trawl tanpa TED. Apabila dilihat dari perbandingan berat rata-rata hasil tangkapan antara trawl tanpa TED dan trawl yang dilengkapi dengan TED super shooter tidak terdapat perbedaan yang nyata pada hasil tangkapan trawl baik tanpa TED maupun dilengkapi dengan TEDsuper shooter. Hal ini dikarenakan TED super shooter dirancang khusus untuk mengeluarkan penyu yang masuk ke dalam trawl sehingga jarak antar kisinya 10 cm lebih lebar

(25)

bila dibandingkan dengan ukuran ikan yang masuk ke dalam kantong berkisar antara 2-4 cm. Berat rata-rata hasil tangkapan pada trawl yang dilengkapai TED super shooter lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa BRD. Hal ini mengindikasikan telah terjadi penyumbatan (blocking) pada bagian pintu keluar (exit hole), sehingga ikan-ikan yang seharusnya dapat meloloskan diri masuk kedalam codend. Mekanisme pelolosan ikan melalui TED super shooter terjadi jika ikan yang memiliki kemampuan renang tinggi mampu bertahan dan menemukan celah keluar di bagian bawah TED (Eayrs, 2005). Selain itu ikan yang memiliki ukuran body girth lebih besar ketika menabrak kisi akan tertahan sesaat dan kemudian berusaha untuk meloloskan diri melewati celah yang ada. Ikan berukuran kecil yang memiliki kemampuan renang rendah akan ikut terdorong masuk kekantong pada saat trawl ditarik, sehingga ikan tersebut masuk kedalam kantong.

Meskipun demikian, penggunaan TED super shooter memberikan pengaruh terhadap pengurangan persentase ikan hasil tangkapan rata-rata per towing baik yang dimanfaatkan maupun yang dibuang kelaut. Selain itu terdapat juga adanya penambahan persentase ikan hasil tangkapan rata-rata per towing untuk beberapa ikan hasil tangkapan sampingan. Pengguraan TED super shooter menunjukkan berhasil mengurangi persentase ikan yang signifikan yaitu pada Loligo spp sebesar 18,03% sedangkan penambahan persentase rata-rata per towing pada kepiting yaitu 25,3%.

5.5.2.2 Trawl tanpa BRD versus trawl dengan BRDsquare mesh window Jendela empat persegi (square mesh window) merupakan perangkat BRD yang memungkinkan ikan yang memiliki orientasi renang ke atas dapat meloloskan diri melalui celah mata jaring yang lebih besar (Broadhurst, 2000). Penggunaan jendela empat persegi pada trawl tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap komposisi hasil tangkapan yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari jumlah spesies keduanya yang tidak jauh berbeda. Pada trawl tanpa jendela empat persegi jenis spesies yang tertangkap sebanyak 29 spesies yang terdiri atas 27 spesies ikan dan 2 spesies krustase. Sementara itu pada trawl dengan jendela empat persegi , jumlah spesies yang tertangkap adalah 29 spesies yang terdiri atas 27 spesies ikan dan 2 spesies krustase. Jendela empat persegi

(26)

memungkinkan jenis ikan yang memiliki kemampuan renang dan daya tahan melawan arus yang baik untuk meloloskan diri pada saat penarikan jaring berlangsung. Spesies ikan yang tertangkap didominasi oleh jenis ikan demersal yang memiliki kemampuan renang rendah sehingga tidak dapat meloloskan diri melalui celah yang ada di bagian atas kantong trawl. Meskipun demikian, beberapa spesies ikan yang dimanfaatkan oleh nelayan mengalami penurunan persentase dengan pemasangan perangkat jendela empat persegi antara lain Cynoglosus spp, Megalaspis cordila, Trichiurus lepturus dan Johnius spp. Menurut Y-H Kim et al. (2008) menyebutkan bahwa pelolosan ikan melalui jendela empat persegi sangat dipengaruhi oleh sudut yang tepat dari ikan untuk berenang lurus kedepan, rangsangan yang ditimbulkan oleh perubahan pergerakan jaring, sudut pembelokan dan kecepatan renangnya. Secara keseluruhan penggunaan jendela empat persegi telah mengurangi persentase hasil tangkapan sampingan secara keseluruhan sebesar 26,12%, demikian pula dengan jumlah ikan ekonomis yang tertangkap mengalami pengurangan.

5.5.2.3 Trawl tanpa BRD versus trawl dengan BRDfish eye

Penggunaan mata ikan pada trawl memberikan pengaruh terhadap jumlah spesies hasil tangkapan yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat pada jumlah spesies pada trawl tanpa mata ikan yang lebih banyak, yaitu 27 spesies yang terdiri dari 26 spesies ikan dan 2 spesies krustase. Sementara itu pemasangan mata ikan mengurangi jumlah spesies yang tertangkap. Jumlah spesies pada trawl dengan mata ikan adalah 20 spesies, yang terdiri atas 18 spesies ikan dan 2 spesies krustase.

Perangkat mata ikan pada prinsipnya menyerupai jendela empat persegi yang mengandalkan pada kemampuan bertahan dan kecepatan renang ikan untuk meloloskan diri melalui celah yang terdapat pada bagian atas kantong. Perbedaannya adalah, pada mata ikan celahnya merupakan celah tunggal dan menyerupai bentuk mata ikan. Pada saat penarikan jaring, arus yang ditimbulkan akan membuka bagian kantong trawl, dan dalam waktu yang bersamaan celah pelolosan mata ikan akan ikut terbuka. Ikan yang memiliki kemampuan renang yang tinggi meloloskan diri melalui celah yang terbuka. Posisi pemasangan mata ikan sangat berpengaruh terhadap jumlah ikan yang dapat diloloskan. Hal ini

(27)

dinyatakan oleh Hannah et al. (2003) bahwa pemasangan mata ikan mengurangi hasil tangkapan sampingan akan tetapi efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh posisi penempatannya pada jaring.

Berdasarkan pada persentase pengurangan rata-rata ikan per towing yang diperoleh, pemasangan mata ikan mampu mereduksi hasil tangkapan sampingan sebesar 63,85%. Sedangkan bila dilihat dari jumlah spesies yang berhasil dikeluarkan, mata ikan lebih baik dibandingkan dengan TED super shooter dan jendela empat persegi. Hal ini dikarenakan terjadinya pengurangan untuk jenis kepiting yang mencapai 48,97%. Penggunaan mata ikan telah mereduksi 7 spesies ikan antara lain Thryssa setrirostris, Harpadon nehereus, Johnius spp, Alepes melanoptera, Formio niger, Euristhmus lepturus dan Triachantusspp. Sedangkan dari perbandingan antara berat hasil tangkapan rata-rata per towing pemasangan mata ikan mengurangi ikan berat ikan sebesar 51,44 kg per towing. Pemasangan mata ikan mengurangi persentase ikan ekonomis penting yang tertangkap tetapi besarnya hanya dibawah 5%.

5.5.3 Efektivitas BRD dalam mengurangi hasil tangkapan sampingan Secara umum diketahui hampir semua perikanan tangkap menghasilkan hasil tangkap sampingan (bycatch), namun dibandingkan beberapa alat tangkap lainnya khususnya trawl memberikan kontribusi hasil tangkapan sampingan yang lebih besar bila dibandingkan dengan alat tangkapan lainnya (Alverson et al. 1994). Khususnya pukat udang yang beroperasi di perairan Arafura merupakan alat yang paling efektif untuk menangkap udang dan ikan dasar lainnya. Dari segi konstruksi pukat udang memiliki kantong (codend) dengan ukuran mata jaring yang berukuran 1 ¾ inci (40 mm) sehingga banyak organisme laut lain yang ikut tertangkap termasuk ikan dalam berbagai ukuran.

Hasil tangkapan sampingan dominan pukat udang adalah jenis ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi serta hewan lainnya seperti kepiting, sotong, gurita dan udang kecil lainnya. Purbayanto dan Sondita (2006) telah mengidentifikasi hasil tangkapan pukat udang di sekitar perairan Dolak sebanyak 43 spesies yang terdiri dari 35 spesies ikan, 3 spesies moluska dan 5 spesies krustase. Hasil tangkapan sampingan (bycatch) ini dipengaruhi oleh

(28)

faktor musim dan lokasi pengoperasian dari alat tangkap (Harris dan Poiner, 1990). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Purbayanto dan Sondita (2006) yang menyebutkan faktor kedalaman serta lokasi perairan berpengaruh nyata terhadap biomas dari 11 taksa yang diidentifikasi.

Permasalahan yang dihadapi pada perikanan trawl saat ini adalah banyaknya hasil tangkap sampingan yang selanjutnya dibuang kembali ke laut (discards). Untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan tersebut maka pemasangan Bycatch Reduction Device (BRD) merupakan suatu alternatif. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Chokesanguan et al. (1994) di Thailand, Renaud et al. (1993) di Amerika, dan Brewer et al. (1998) di Australia menunjukkan bahwa pemasangan BRD dapat mengurangi berat hasil tangkapan sampingan. Sedangkan untuk pemasangan TED jenis super shooter di Indonesia menunjukkan adanya penurunan hasil tangkapan sampingan sebesar 40%, namun demikian hasil tangkapan udang juga mengalami penurunan sebanyak 30 % (Nasution, 1997).

Dari hasil penelitian yang dilakukan terlihat bahwa penggunaan BRD dengan kisi-kisi dapat mengurangi komposisi spesies hasil tangkapan terutama pada spesies ikan pelagis seperti ikan herring yang memiliki kecepatan renang relatif cepat dibandingkan spesies ikan demersal dengan ukuran kecil (Suuronen, 1995). Konstruksi BRD didesain untuk memberikan peluang terhadap ikan yang akan diloloskan, baik oleh karena mekanisme arus yang ditimbulkan maupun menabrak kisi (Mahiswara, 2004). Menurut Day (1996) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa, pada saat trawl dioperasikan di bagian dalam jaring terjadi turbulensi arus, yang kemudian oleh adanya pengarah ikan akan terdorong menuju kerangka berkisi. Kondisi ini memungkinkan ikan ukuran besar serta ikan dengan kemampuan renang relatif kuat dapat meloloskan diri melalui pintu keluar. Sementara ikan yang berukuran kecil dengan kemampuan renang relatif lemah terbawa arus masuk menuju bagian kantong dari trawl.

Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah HTS yang keluar dari trawl yang menggunakan TED super shooter, yaitu terjadinya penutupan pada bagian kisi (blocking) dan

(29)

menyumbat pintu keluar. Penutupan pada bagian kisi terutama disebabkan karena sampah dasar perairan ataupun ikan ukuran besar. Menurut Suuronen (1995); Ferno dan Olsen (1994) menyatakan bahwa selektifitas dari BRD yang menggunakan sorting grid dipengaruhi oleh besarnya tangkapan yang dapat menghambat kisi. Kondisi ini tidak dapat dihindarkan oleh trawl karena target spesies (udang) menghuni habitat bersama dengan spesies yang lain di dasar perairan. Untuk memperbaiki keragaan dari TED super shooterdiperlukan untuk membuat kondisi dimana ikan tidak terakumulasi di bagian depan dari grid atau kisi.

Perolehan hasil tangkapan selama penelitian memberikan gambaran keragaman jenis ikan yang tertangkap jaring trawl sangat tinggi. Dimana sebanyak 28 spesies berhasil diidentifikasi selama penelitian. Faktor posisi dan kedalaman perairan stasiun pengoperasian tampak berpengaruh terhadap berat, jenis dan ukuran hasil tangkapan. Faktor yang berpengaruh terhadap jumlah HTS pada perikanan trawl antara lain bentuk dan ukuran mata jaring, diameter kantong, hanging ratio (Eayrs, 2005), ketersediaan ikan, kondisi perairan (Hall, 1996), kecepatan dan lama penarikan jaring (Cotteret al. 2002). Pada saat pengoperasian trawl bentuk dan ukuran mata jaring (mesh size) akan mengalami perubahan. Penarikan jaring menjadikan mata jaring menjadi rapat. Bukaan mata jaring sebagai pengaruh pemberian nilaihanging ratiomenjadi berubah oleh bentuk oleh pengaruh penarikan jaring dan beban dibagian kantong (Herrmann, 2005). Disamping bukaan mata jaring, faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan sampingan yaitu terjadinya blocking(penutupan) bagian kantong oleh hasil tangkapan di bagian kantong (Ferno dan Olsen, 1994).

Pada trawl tanpa dipasang BRD dan trawl yang dilengkapi ketiga jenis BRD mengurangi rata-rata hasil tangkapan total per towing. Dimana fish eye mengurangi total tangkapan per towing yaitu sebesar 51,44 kg, yang diikuti square mesh window sebesar 25,69 kg, tetapi pada super shooter lebih besar sebesar 15,44 kg. Lebih tingginya nilai total rata-rata per towing pada TEDsuper shooter dikarenakan perbedaan kontruksi dari TEDsuper shooter yang memiliki kisi-kisi yang cukup lebar serta adanya pintu keluar (exit hole) pada bagian bawah kisi menyebabkan ikan yang berukuran lebih kecil dari jarak kisi akan terus

(30)

masuk kedalam bagian kantong (codend). Sementara bagian pintu keluar dari TED super shooter berada dibagian bawah sehingga ikan-ikan yang tidak memiliki orientasi renang kebawah akan sulit untuk keluar.

Sedangkan pada BRD jenis fish eyehal ini diduga karena konstruksi mata ikan dan memiliki celah yang cukup lebar sehingga memungkinkan ikan yang memiliki kemampuan penglihatan yang cukup baik dan kecepatan renang lebih besar dapat lolos melalui celah tersebut. Sedangkan pada trawl dengan jendela empat persegi ikan dapat lolos melalui jaring empat persegi yang berukuran 2,25 cm dan 3,15 cm pada saat penarikan mata jaring empat persegi ini tidak ikut tertutup sehingga ikan yang memiliki ukuran lebih kecil dari jaring empat persegi dengan kemampuan renang yang baik dapat lolos dari bagian kantong.

Evaluasi menyeluruh terhadap efektivitas penggunaan BRD untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan (bycatch) dapat dijelaskan dengan membandingkan persentase pengurangan dari masing-masing jenis BRD yang digunakan. Parameter tersebut adalah persentase rata-rata per towing untuk masing-masing spesies dari hasil tangkapan sampingan (HTS) dan udang yang dapat dikurangi. Secara keseluruhan untuk parameter jumlah spesies, jaring trawl yang menggunakansquare mesh windowmemperoleh jumlah spesies tertinggi (29 spesies) diikuti oleh TEDsuper shooter (25 spesies) dan mata ikan (20 spesies). Hal ini diduga berkorelasi dengan pengoperasian alat tangkap yang dilakukan di tempat yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Untuk proporsi pengurangan rata-rata hasil tangkapan sampingan per towing menunjukkan bahwa pemasangan ketiga jenis BRD mengurangi rata-rata hasil tangkapan sampingan per towing walaupun secara statistik tidak signifikan. Dari hasil pengurangan bycatch tersebut menunjukkan bahwa fish eye memberikan kemudahan bagi ikan untuk meloloskan diri melalui pintu keluar dan menghindarkan udang lolos dari bagian kantong (cod end). Sedangkan menurut Broadhurst et al. (2002) menyatakan penggunaansquare mesh panelsecara signifikan telah mengurangi berat dari hasil tangkapan sampingan (bycatch) sebesar 49% serta berat dari beberapa ikan hasil tangkapan sampingan yang komersial dan non komersial sebesar 75,7% (Broadhurstet al. 2002). Akan tetapi penelitian tidak menjelaskan morfologi dari bycatchyang dikurangi. Hal ini diduga adanya perbedaan jenis ikan serta bentuk

(31)

morfologi dari ikan-ikanbycatch yang diloloskan. Berdasarkan ketiga jenis BRD tersebut proporsi dari ikan hasil tangkapan sampingan dengan hasil tangkapan utama masih tinggi lebih dari 95%. Menurut Purbayanto dan Riyanto (2005) menyatakan bahwa tinggi nya proporsi antara ikan-ikan hasil tangkapan sampingan dengan hasil tangkapan utama dikarenakan beberapa faktor yaitu : 1. Alat tangkap pukat udang memiliki sifat aktif yaitu mengejar target ikan

dengan cara ditarik oleh kapal sehingga banyak ikan yang bukan menjadi target penangkapan ikut tertangkap;

2. Perairan tempat observasi adalah perairan dangkal dengan kedalaman 10-35 m, kondisi ini menyebabkan bukaan mulut pukat udang masih dapat menyapu sebagian besar kolom perairan, ditandai dengan tertangkapnya jenis ikan pelagis;

3. Perairan yang dangkal merupakan tempat ikan mencari makan (feeding ground), pemijahan (spawning ground), dan pemeliharaan (nursery ground). Sehingga banyak ikan muda (berukuran kecil) yang ikut tertangkap;

4. Dasar perairan Laut Arafura memiliki permukaan yang relatif landai karena merupakan daerah paparan dan memiliki substrat berlumpur yang merupakan habitat bagi jenis ikan demersal; dan

5. Pengoperasian pukat udang tidak diikuti pemasangan alat pemisah ikan (API), sehingga jumlah ikan yang bukan menjadi target penangkapan banyak tertangkap.

5.5.4 Pengurangan hasil tangkapan sampingan berdasarkan morfologi ikan Berdasarkan persentase pengurangan berat ikan yang tertangkap pada bagian kantong yang dilengkapi dengan BRD dengan berat ikan yang tidak dilengkapi dengan BRD untuk setiap jenis BRD menunjukkan bahwa BRD jenis fish eye mengurangi hasil tangkapan sampingan untuk ikan-ikan yang berbentuk compressed dan anguilliform. Demikian juga untuk TED super shooter mengurangi ikan-ikan yang berbentuk compressed dan anguilliform. Sedangkan untuk BRD jenis square mesh window mengurangi ikan-ikan yang berbentuk compressed. Ikan-ikan yang berbentukcompressedmemiliki proporsi yang cukup besar hal ini dapat dilihat dari ketiga jenis BRD yang digunakan menangkap lebih

(32)

dari 70%. Hal ini berkaitan dengan distribusi ikan demersal yang berbentuk compressedbanyak dijumpai di laut Arafura seperti hasil penelitian sebelumnya bahwa ikan-ikan yang mendominasi diantaranya peperek, bilis, gerot-gerot dan tembang (Purbayanto dan Sondita, 2006). Sedangkan untuk ikan-ikan yang berbentuk depressed danfusiform persentasenya hanya sedikit. Selain itu jumlah tangkapan di kantong (codend) dan kecepatan penarikan kapal (towing speed) selama penelitian berlangsung diduga berpengaruh terhadap pelolosan ikan melalui BRD. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan BRD jenis fish eyemengurangi ikan-ikan hasil tangkapan sampingan dari famili Lutjanidae, Sciaenidae dan Scombridae (Rulifsonet al. 1992; Watson, 1996).

Pengurangan hasil tangkapan sampingan dengan menggunakan BRD square mesh panel pertama kali dilakukan di Eropa (Karlsen dan Larsen, 1989) dan di Australia pada kondisi perikanan komersial (Broadhurst dan Kennelly, 1997). Dari ketiga jenis BRD ikan-ikan yang berbentuk depressed mengalami kenaikan dibandingkan dengan yang tanpa menggunakan BRD. Hal ini berkaitan dengan kemampuan renang yang rendah dari ikan yang berbentuk depressed untuk berenang kearah atas menuju posisifish eyeataupun square mesh window. Menurut Broadhurst dan Kennelly (1997) menyebutkan bahwa square mesh yang dipasang pada bagian atas dari codend berhasil mengurangi hasil tangkapan sampingan secara signifikan terutama untuk spesies komersial seperti Sillaginidae dan Platycephalidae serta meningkatkan efisiensi dari trawl dalam menangkap udang sebesar 14% (Broadhurst dan Kennelly, 1997). Lebih jauh lagi Briggs (1992) telah melakukan observasi dimana panel empat persegi yang dipasang pada pada bagian kantong (codend) untuk menangkap Nephrops efektif untuk beberapa spesies yang berbentuk fusiform untuk meloloskan diri terutama dari jenis ikan whiting tanpa mengurangi hasil tangkapan utama secara signifikan. Sedangkan dalam penelitian ini bentuk ikan fusiform yang tertangkap pada trawl yang dilengkapi dengansquare mesh windowpersentasenya hanya sedikit (<1%). Sehingga walaupun adanya kenaikan persentase penambahan <1% belum dapat menggambarkan proporsi square mesh window dalam mengurangi hasil tangkapan sampingan.

(33)

Beberapa penelitian mengenai TEDsuper shooter telah dilakukan di Gulf of Mexico yang menunjukkan efektif dalam mengurangi hasil tangkapan sampingan berukuran besar seperti penyu (Renaud et al. 1993). Selain untuk meloloskan penyu TED super shooter telah berhasil mengurangi tangkapan sampingan ikan-ikan berukuran besar lainnya (Brewer et al. 1998; McGilvray et al. 1999). Walaupun hasilnya efektif untuk meloloskan penyu dan ikan berukuran besar lainya, namun demikian BRD jenis super shooter tidak didukung oleh industri perikanan terutama disebabkan karena biaya, dampak negatif terhadap keragaan alat tangkap, penanganan dan lolosnya hasil tangkapan utama yaitu udang (Tucker et al. 1997). Hal ini dikarenakan konsruksi dari kisi-kisi (grid) yang dipasang berfungsi sebagai pengarah dari ikan/hewan lainnya untuk keluar melalui lubang keluar (exit hole) yang dipasang dibagian bawah kisi. Berdasarkan persentase pengurangan bentuk ikan yang diloloskan pemasangan TED super shooter mengurangi ikan-ikan yang berbentuk compressed dan anguilliform. Sedangkan untuk ikan-ikan yang berbentuk depressed dan fusiform mengalami kenaikan. Persentase pengurangan ikan-ikan yang berbentuk compressed dan anguilliform berkaitan dengan respon dari ikan-ikan tersebut untuk berenang kearah bawah. Sedangkan ikan-ikan yang berbentuk depressed terdiri dari ikan pari dan sebelah yang mewakili bentuk badan yang lebar melebihi jarak dari kisi (grid) dan kemampuan renang yang rendah sehingga masuk kedalam kantong (codend). Selain TED super shooter efektif dalam mengurangi hasil tangkapan sampingan yang mencapai 39% akan tetapi TED super shooter juga mengurangi hasil tangkapan utama sebesar 50% (Brewer et al. 1998). Sehingga untuk perikanan trawl skala industri yang beroperasi di perairan Arafura maka bycatch reduction deviceyang sesuai untuk dikembangkan berdasarkan bentuk morfologi ikan yang akan diloloskan yaitu BRD jenis mata ikan (fish eye) dan jendela empat persegi (square mesh window).

(34)

5.6 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Jumlah spesies yang telah diidentifikasi selama uji coba penangkapan diperoleh TEDsuper shooter 23 spesies ikan, 2 spesies krustase dan 1 spesies moluska. Square mesh window terdiri dari 27 spesies ikan dan 2 spesies krustase.Fish eyeterdiri dari 20 spesies ikan dan 2 spesies krustase.

2. Komposisi hasil tangkapan untuk trawl dengan TED super shooterterdiri dari compressed 50%, depressed 14%, anguilliform 8%, fusiform 4% dan mixed 24,71%. Jenis square mesh window terdiri dari compressed 31%, depressed 6%,anguilliform5%,fusiform 1% danmixed58%. Sedangkanfish eyeterdiri dari compressed 73%, depressed 18%, fusiform 3%, anguilliform 1% dan mixed5%.

3. Berdasarkan persentase morfologi ikan yang diloloskan, BRD jenis fish eye mengurangi ikan yang berbentuk compressed (10,23%) dan anguilliform (4,62%). Bycatch reduction device jenis square mesh window mengurangi ikan yang berbentuk compressed (6,23%) sedangkan TED super shooter mengurangi ikan yang berbentuk compressed (4,98%) dan anguilliform (0,47%).

Gambar

Gambar 6 Peta lokasi penelitian BRD di Arafura.
Tabel 12 Spesifikasi umum KM Laut Arafura
Gambar 7 Desain dan kon penempatannya di dalam
Gambar 8 Desain dan konstruksi dari square mesh window dan posisi penempatannya di dalam codend.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan tambang yang terjadi di Kecamatan Bungku Timur Desa One Pute jaya dan Desa Bahomoahi membawa dampak pada hal status

Harga diri yang tinggi akan meyebabkan seseorang memiliki kontrol yang baik terhadap rasa marah, mempunyai hubungan yang intim dan baik dengan orang lain, serta

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa, pada 90 balita 36-59 bulan di Desa Beji, terdapat 47 balita (52,2%) menderita penyakit infeksi dan dari 47 balita tersebut,

absorben timbal (Pb) di udara dapat disimpulkan bahwa tanaman bakung, puring dan bintaro memiliki potensi sebagai absorben Pb di udara dengan kadar timbal (Pb) daun

Mahasiswa sudah dapat mengembangkan kalimat efektif dan menyusun paragraf dengan padu, namun masih ditemukan sejumlah kalimat tidak baku karena tidak memenuhi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan teknik bleeding, penggunaan media pendingin dan interaksi antar perlakuan terhadap mutu fillet ikan kakap putih,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh penggunaan modul pembelajaran berbasis LCDS

Teknik Komunikasi Informatif adalah suatu ketrampilan berkomunikasi dengan menyampaikan berbagai tanda informasi baik yang bersifat verbal, non-verbal maupun