• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK CYCLOPHOSPHAMID-TRANSFER FACTOR TERHADAP PROLIFERASI SEL ( AgNOR ) DAN VOLUME TUMOR ADENO CA MAMMAE MENCIT The effects of cyclophosphamid-transfer factor on cells proliferation (AgNOR) and volume of mice adeno ca mammae tumor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEK CYCLOPHOSPHAMID-TRANSFER FACTOR TERHADAP PROLIFERASI SEL ( AgNOR ) DAN VOLUME TUMOR ADENO CA MAMMAE MENCIT The effects of cyclophosphamid-transfer factor on cells proliferation (AgNOR) and volume of mice adeno ca mammae tumor"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEK CYCLOPHOSPHAMID-TRANSFER FACTOR

TERHADAP PROLIFERASI SEL ( AgNOR )

DAN VOLUME TUMOR ADENO CA

MAMMAE MENCIT

The effects of cyclophosphamid-transfer factor on cells

proliferation (AgNOR) and volume of mice adeno ca mammae

tumor

TESIS

Sri Anidya Utami

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ILMU BIOMEDIK

DAN

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

BEDAH

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2008

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

EFEK CYCLOPHOSPHAMID-TRANSFER FACTOR

TERHADAP PROLIFERASI SEL (AgNOR) DAN

VOLUME TUMOR ADENO CA MAMMAE MENCIT

Disusun oleh

Sri Anidya Utami

Telah dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal 13 September 2008 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Menyetujui Komisi Pembimbing

PembimbingPertama Pembimbing Kedua

dr.Djoko Handojo,SpB,SpB.Onk Prof.dr.Edi Dharmana,PhD,SpPark

NIP:130.675.341 NIP:140.119.299 Mengetahui,

Ketua Program Studi Ketua Program Studi Pendidikan Program Dokter Spesialis I Bedah Magister Ilmu Biomedik

dr.Sidharta Darsoyono,SpB,SpU Prof.dr.H.Soebowo,SpPA

(3)

iii

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

B. Riwayat Pendidikan

1. SDN Petompon I-II Semarang Jawa Tengah : Lulus tahun 1989 2. SMP III Semarang Jawa Tengah : Lulus tahun 1992 3. SMA III Semarang Jawa Tengah : Lulus tahun 1995 4. FK UNS Surakarta Jawa Tengah : Lulus tahun 2001

C. Riwayat Pekerjaan

Tahun 2001 – 2006 : Dokter perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Surakarta Tahun 2002 – 2006 : Dokter fungsional UNS Medical Center Surakarta Tahun 2003 - 2006 : Dokter IGD RSU Kartini Karanganyar Jawa Tengah

D. Riwayat Keluarga

1. Nama Orang tua Ayah : Drs. Soenarto Ibu : Sumarmi

2. Nama Suami : dr. Andrie Setiabudi, M.Si.med,Sp.An 3. Nama Anak : Hernindra Rizaldi Pratama

Sabrina Nafia Rizandya

Nama : dr. Sri Anidya Utami Tempat / Tgl lahir : Semarang / 4 Juni 1977 Alamat : Jl. Penjawi no 49A Pati Agama : Islam

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Seiring dengan selesainya penyusunan tesis ini , puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan kasih sayang dan rahmatNYA sehingga kami dapat menyelasaikan tesis ini. Salam dan sholawat senatiansa tersampaikan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW atas segala suri tauladannya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan mampu diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor UNDIP Semarang, Prof. DR.dr. Susilo Wibowo, Sp.And

2. Direktur Program Pasca sarjana UNDIP, Prof.Drs.Y.Warella, MPA, PhD 3. Prof.dr.H.Soebowo, SpPA(K) selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Biomedik atas segala kesempatan dalam memperoleh ilmu yang bermanfaat ini.

4. Prof.DR.dr.H.Tjahjono,SpPA(K),FIAC selaku pengelola Program Pascasarjana Ilmu Biomedik kelas khusus PPDS, terimakasih atas bimbingan, kemudahan ethical clerance dan selaku penguji kami.

5. dr.Djoko Handojo,SpB,SpB.Onk, sebagai Kepala Bagian Bedah dan juga sebagai pembimbing utama tesis kami. Terimakasih atas segala kemudahan, bimbingan dan dorongan morilnya.

(5)

v

6. dr.Sidharta Darsojono, SpB, SpU, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Spesialis Bedah FK UNDIP Semarang, atas kemudahan dalam perijinan penyusunan tesis ini.

7. Prof.dr.Edi Dharmana,PhD,SpPark, sebagai pembimbing kedua kami. Terimakasih atas waktu dan kesabarannya dalam membimbing penulisan tesis kami

8. dr.Noor WijayaHadi, M.Kes, PhD, atas bimbingan dan koreksinya selaku penguji kami

9. dr.Udadi Sadana, SpPA yang telah memberikan inspirasi penelitian kami dan membantu dalam proses penghitungan AgNOR

10.Para dosen pengajar kami di Magister Ilmu Biomedik dan PPDS Bedah atas segala bimbingannya.

11.Suamiku tercinta, dr.Andrie Setiabudi,M.Si Med, SpAn, atas perhatian dan supportnya dalam menyusun tesis ini. You are The best for me.

12.Untuk inspirasiku dan semangat hidupku, kedua anakkku tersayang, Hernindra Rizaldi Pratama dan Sabrina Nafia Rizandya. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku.

13.Kedua orang tuaku tersayang, Drs.Soenarto- Rr. Sumarmi, terimakasih atas dorongan moril dan doanya

14.Semua pihak yang membantu kelancaran proses penelitian kami (staf lab PA sentral RSUP Kariadi, para sekretaris, pak Dukut)

(6)

vi

Semoga Alloh membalas segala kebaikan dan melimpahkan hidayahNya untuk kita semua.

Semarang, September 2008

(7)

vii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN………...……… RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI………...….. ABSTRAK………...………. BAB I PENDAHULUAN………...……. 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH……...……….. 1.2. RUMUSAN MASALAH………...…………... 1.3. TUJUAN PENELITIAN………... 1.4. MANFAAT PENELITIAN…………...……… 1.5. KEASLIAN PENELITIAN... BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….…... 2.1. KANKER………...……… 2.1.1. Apakah yang dimaksud dengan kanker………...…….. 2.1.2. Kanker payudara………... 2.2. KEMOTERAPI………...………. 2.2.1. Kemoterapi pada kanker………...……… 2.2.2. Cyclophosphamid…...………. 2.3. IMUNOLOGI KANKER………...……….. 2.3.1. Antigen tumor………...………… 2.3.2. Imunosurveillance………...……….. 2.3.2.1. Limfosit T sitotoksik/ CTL... . 2.3.2.2. Peranan Sel NK Dalam Imunosurveillance... 2.3.2.3.Makrofag ... 2.3.3. Mekanisme Penghindaran Sel Kanker... 2.3.3.1. Kehilangan ekspresi Ag………...………... 2.3.3.2. Down regulation………...……… 2.3.3.3. Pelepasan (shedding) komplek Ag-Ab………... 2.3.3.4. . Produk tumor menekan respons imun, fungsi limfosit

dan makrofag………...………... 2.3.3.5. Ag masking ………... 2.3.3.6 Vaskularisasi...…………..………... 2.3.3.7. Faktor genetik……….. ... 2.4. TRANSFER FACTOR... 2.5. SIKLUS SEL………... 2.5.1. Mitosis………... 2.5.2. Pertumbuhan dan proliferasi Sel…...……... 2.6. HITUNG AgNOR…....………... 2.7. VOLUME TUMOR ... BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS…… ... 3.1. KERANGKA TEORI………... 3.2. KERANGKA KONSEP.………... 3.3. HIPOTESIS…....………... BAB IV METODE PENELITIAN………..………...

ii iii iv vii ix 1 1 5 5 6 6 7 7 7 10 14 14 19 22 22 24 24 26 27 29 29 29 29 30 30 30 30 30 33 33 37 40 43 45 45 46 46 47

(8)

viii

4.1. DESAIN PENELITIAN………... 4.2. RUANG LINGKUP PENELITIAN ...………... 4.3. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN...…... 4.4. SKEMA PENELITIAN ………... 4.5. SAMPEL PENELITIAN………... .... 4.5.1. Kriteria inklusi………... 4.5.2. Kriteria ekslusi………... 4.5.3. Besar sampel………... 4.5.4. Cara pengambilan sampel………... 4.6. VARIABEL PENELITIAN………... 4.6.1. Variabel bebas………..……...…….. 4.6.2. Variabel tergantung………..……...………... 4.7. DEFINISI OPERASIONAL………...… 4.7.1. Proliferasi sel ( AgNOR)..………... 4.7.2. Volume tumor….………... 4.7.3. Transfer factor………... 4.7.4. Cyclophosphamid………... 4.8. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN………... 4.8.1. Bahan untuk pemeriksaan histopatologi rutin…... 4.8.2. Alat transplantasi jaringan tumor pada mencit... 4.8.3 Alat untuk sediaan penelitian dengan pewarnaan HE……... 4.8.4. Alat untuk pengecatan dan dokumentasi sediaan .…... 4.9. PELAKSANAAN PENELITIAN………...… 4.9.1. Alur kerja………... 4.9.2. Prosedur pemeriksaan………... 4.9.2.1 Prosedur transplantasi tumor………... 4.9.2.2 Prosedur pembuatan preparat histopatologi……... 4.10. ANALISIS DATA………... BAB V HASIL PENELITIAN ... 5.1. Hasil Analisis Diskriptif ... 5.2. Analisa Uji Normalitas …………...………...……... 5.3. Signifikansi dari perbedaan Variabel………...…... 5.3.1 Volume Tumor………..……. ... 5.3.2 Proliferasi Sel (AgNOR)………..…... 5.4. Pengaruh Proliferasi Sel (AgNOR) Terhadap Volume Tumor... BAB VI PEMBAHASAN...………... BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN..………... DAFTAR PUSTAKA..………...….. LAMPIRAN ... 47 47 47 48 48 48 49 49 49 49 49 50 50 50 50 50 51 51 51 51 52 52 52 53 54 54 55 57 58 59 62 62 62 63 64 66 73 74 80

(9)

ix

ABSTRAK

Latar belakang : penderita kanker mengalami penurunan respon imun akibat

supresi sistem imun oleh sel kanker dan modalitas terapi sistemik. Transfer factor merupakan oligoribonukleotida yang mampu meningkatkan fungsi memori sel imun dan meningkatkan jumlah sel NK. Apakah TF dapat menghambat proliferasi sel dan volume tumor masih belum dapat dibuktikan.

Tujuan : Untuk menganalisa efek pemberian cyclophosphamid-transfer factor

terhadap proliferasi sel dan volume tumor Adeno Ca mamae mencit

Metode : Penelitian eksperimental laboratorik dengan desain “Post test only

control group”. Menggunakan mencit betina C3H murni berjumlah 20 ekor. Sampel dibagi 4 kelompok: K sebagai kontrol, P1 diberi cyclphosphamid, P2 diberi transfer factor dan P3 diberi kombinasi cyclophosphamid-transfer factor. Sebagai variabel tergantung adalah proliferasi sel ( AgNOR) dan volume tumor. Analisis perbedaan proliferasi sel ( AgNOR ) dan volume tumor antara keempat kelompok menggunakan uji ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Hasil : Perbedaan proliferasi sel (AgNOR) diperoleh nilai p=<0,001. Terdapat

perbedaan bermakna antara keempat kelompok variabel. Perbedaan volume tumor didapatkan nilai p=0,086, sehingga tidak didapatkan perbedaan antara keempat kelompok. Angka korelasi antara proliferasi sel (AgNOR) dan volume tumor didapatkan nilai 0,496 dengan nilai signifikansi 0,026. Ini berarti hubungan antara proliferasi sel (AgNOR ) dan volume tumor bersifat substansial. Pengaruh proliferasi sel (AgNOR) terhadap volume tumor sebesar 20,4%, 79,6% volume tumor dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kesimpulan : cyclophosphamid-transfer factor mempunyai efek sinergis dalam

menurunkan proliferasi sel tumor.

Kata Kunci :

(10)

x

ABSTRACT

Background : cancer patients have decreased immune system due to suppression

by cancer cells and systemic therapy. Transfer factor is oligoribonukleotida that improve the memory function of T cell and the amount of NK cell. It still controversial whether TF has capability in reducing cells proliferation and the tumor volume.

Purposes : to analyze the effects of cyclophosphamid-transfer factor on cells

proliferation and the volume of mice adeno Ca mammae tumor.

Methods : experimental laboratory research has been done by “ post test only

control group design “ .Twenty female pure C3H mice were devided into four groups: K as a control group, P2 given the cyclophosphamid, P3 given the transfer factor and P4 given the cyclophosphamid – transfer factor combination. As a dependent variable were cells proliferation ( AgNOR ) and tumor volume. ANOVA test was used to analyze the differences of cells proliferation (AgNOR ) and tumor volume among the four groups with 0,05 significance level.

Results : The difference of cells proliferation ( AgNOR) was p=< 0,001. There

were differences among the four groups. The difference of tumor volume was p=0,086. There were no differences among the four groups. Correlation number between cells proliferation (AgNOR ) and tumor volume was 0,496 value with the significant level 0,026. There is a substansial correlation between cells proliferation ( AgNOR ) and tumor volume. The influence of cells proliferation (AgNOR ) to tumor volume was 20,4% and 79,6% tumor volume was influenced by other factors that hasn’t been conducted in this research.

Conclusion : cyclophosphamid-transfer factor has a synergistic effect to the cells

proliferation tumor

Key words :

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Faktor resiko kanker payudara... Tabel 2. Hasil analisis diskriptif berdasarkan volume tumor (cc)... Tabel. 3.Hasil analisis diskriptif berdasarkan proliferasi sel ( AgNOR )... Tabel 4. Hasil uji Post Hoc dari proliferasi sel...

11 59 60 63

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema mekanisme perubahan malignansi pada sel normal... Gambar 2. Grafik persentasi kematian wanita penderita kanker payudara

berdasarkan umur... Gambar 3. Grafik prevalensi mortalitas akibat kanker payudara di beberapa negara... Gambar 4. Grafik relasi dosis terapi dan jumlah sel yang tahan hidup... Gambar 5. Rumus bangun cyclophosphamid... Gambar 6. Cross-link pada cyclophosphamid ... Gambar 7. Mekanisme penghancuran sel tumor oleh sistem imun... Gambar 8. Siklus sel... Gambar 9. Mitosis pada sel somatik... Gambar 10. Pengendalian siklus sel... Gambar 11 Sinyal eksternal pertumbuhan sel... Gambar 12. Sinyal pertumbuhan sel... Gambar 13. Grafik box plot dari volume tumor……….. Gambar 14 Grafik box plot dari proliferasi sel………...

9 10 11 14 19 20 28 34 36 38 39 39 59 61

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil mikroskopis pewarnaan AgNOR dan alat

pletismometer ... Lampiran 2 : Tabulasi input... Lampiran 3 : Output Volume Tumor dan Output Proliferasi Sel... Lampiran 4 : Hasil analisis uji normalitas... Lampiran 5 : Signifikansi Perbedaan Volume Tumor... Lampiran 6: Signifikansi Perbedaan Proliferasi sel (AgNOR)... Lampiran 7 : Hasil Uji Pos Hoc Proliferasi Sel... Lampiran 8 : Korelasi Antara Volume Tumor dan Proliferasi Sel... Lampiran 9 : Regresi Antara Volume Tumor dan Proliferasi Sel... Lampiran10 : Ethical Clearance...

80 81 82 83 84 85 86 87 88 89

(14)

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di dunia, kanker payudara merupakan lima besar kanker penyebab kematian setelah kanker paru, kanker lambung, kanker hati dan kanker kolon. Kanker payudara merupakan keganasan paling banyak ditemukan di dunia bahkan merupakan salah satu kanker tertua yang ditemukan di dunia. Di USA, kanker payudara merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi untuk keganasan pada wanita dan penyebab kematian kedua setelah kanker paru. Pada tahun 2007, kanker payudara merupakan 7% penyebab kematian karena kanker dan 2% penyebab kematian pada umumnya di USA.1,2. Penelitian di Semarang melaporkan pada tahun 2001 ditemukan kasus kanker payudara sebanyak 769 kasus, dan masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya berada pada peringkat kedua tertinggi kasus keganasan pada wanita setelah kanker leher rahim3. Angka-angka diatas terus meningkat sejak tahun 1970.

Dengan berkembangnya tehnologi dan pengetahuan kedokteran, modalitas terapi kanker menjadi lebih beragam diantaranya dengan pembedahan, kemoterapi, radioterapi, hormonal terapi, biologi terapi dan imunoterapi. Penangan sistemik tak dapat dihindari berhubung sudah terdapatnya metastasis mikro begitu tumor primer terpalpasi. Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi sistemik yang sering digunakan. Kemoterapi pada kanker payudara tidak cukup diberikan hanya dengan satu regimen.4

(15)

xv

Diantara regimen kemoterapi untuk kanker payudara yang sering digunakan adalah cyclophosphamid, adriamycin, 5 Fluoro Urasil (5FU) dan paklitaksel. Mulai tahun 2007 sebagian daftar obat yang masuk Daftar Pedoman Harga Obat (DPHO) dipangkas. Diantara regimen kemoterapi kanker payudara yang paling murah dan masih masuk dalam daftar DPHO Asuransi Kesehatan keluaraga Miskin (ASKESKIN) adalah cyclophosphamid.

Efek samping cyclophosphamid yang sering terjadi adalah : lekopeni yang dapat meningkatkan insiden infeksi dan hilangnya periode menstruasi. Derivat aktif cyclophosphamid, hidroxy-peroxy-cyclophosphamid, menekan aktivitas sel natural killer (NK), hal ini memperberat efek imunosupresan cyclophospamid. Penderita kanker sendiri mengalami supresi imun dan modalitas terapi kanker yang juga mempengaruhi sistem imun itu sendiri.

Sistem imun sangat diperlukan untuk membunuh sel-sel kanker dan pertahanan tubuh terhadap antigen. Sel kanker dikenal tubuh sebagai benda asing, tubuh merespon dengan sel imun secara humoral maupun seluler. Tubuh mempunyai kemampuan untuk imunosurveillance terhadap sel kanker dan sel yang bermutasi untuk mencegah perkembangan sel kanker tersebut. Namun kemampuan ini terbatas (maksimal 10 4-5 sel).5 Dilain pihak sel kanker berusaha menghindar dari target sistem imun kita sehingga terhindar dari pengawasan sel imun, keadaan ini disebut immunological escape.

Dalam imunosurveillance kanker, peranan imunitas seluler lebih dominan dibanding imunitas humoral terutama adalah sel NK. Sel NK dapat berperanan dalam imunitas spesifik maupun non spesifik dan kemampuannya melisiskan sel

(16)

xvi

kanker tidak bergantung pada Major Histocompatibility Complex (MHC) sel sasaran.6

Kanker payudara merupakan penyakit heterogen dengan penyebab yang multifaktorial maka penanganan terpadu merupakan modalitas utama untuk

mendapatkan kualitas hidup yang baik. Penangan terpadu terdiri dari : 1. Penanganan lokal, yaitu tindakan bedah dan radioterapi

2. Penanganan sistemik, terdiri dari: kemoterapi, hormonal terapi, imunoterapi dan biologi terapi.7

Transfer factor (TF) merupakan salah satu imunostimulator yang diproduksi oleh limfosit T. TF dapat mentransfer kemampuan pengenalan terhadap patogen ke sel walaupun tidak kontak dengan patogen tersebut (sebagai fungsi memori) dan dapat meningkatkan kemampuan sistem imun dalam bereaksi terhadap patogen dan memicu pengenalan limfosit T terhadap antigen. Dulu TF diperoleh dari dialisa sel limfosit tetapi sekarang dapat diperoleh dari pemurnian kolostrum sapi.8,9

Darryl See dkk telah melakukan penelitian penggunaan TF terhadap 20 pasien kanker dengan umur rata-rata 49,3 dan masing-masing pasien mengidap kanker stadium III-IV yang telah divonis mati oleh ahli onkologi dengan harapan hidup 3,7 bulan. Pada penelitian tersebut masing-masing pasien diberi 9 kapsul TF per hari ditambah dengan general nutrien lain (antioksidan, enzym digestif, prebiotik dan multivitamin). Setelah 8 bulan, 16 pasien masih hidup, diantaranya mengalami remisi dan stabil. Pada penelitian tersebut dalam waktu 4 minggu fungsi NK sel meningkat luar biasa yaitu sekitar 400%. Komponen campuran

(17)

xvii

lebih meningkatkan fungsi NK sel daripada komponen terpisah. Studi ini menunjukkan kemampuan tersebut ada pada TF yang mampu mempengaruhi nutrien lain.8

Gold standard penilaian sel kanker untuk diagnostik, evaluasi terapi dan prognostik pasien adalah dengan histopatologi. Dalam penilaian histopatologi sel kanker, proliferasi sel merupakan faktor penilaian utama. Penilaian histopatologi yang sekaligus dapat menilai perubahan gen sel kanker dan proliferasi sel dapat ditunjukkan dengan melihat kuantitas nuclear organization region (NOR). NOR dapat dilihat dengan mikroskop cahaya setelah dilakukan pewarnaan dengan perak (Ag). Pewarnaan perak untuk melihat NOR disebut AgNOR.10

Pemeriksaan imunohistokimia untuk prognostik faktor Estrogen Reseptor (ER), Progesteron Reseptor (PR), gen Tumor Protein (TP) 53, protein Retinoblastoma (pRb) dan Human Epidermal growth factor Receptor-2 (Her-2) sebaiknya dilakukan secara rutin untuk evaluasi terapi dan penentuan langkah terapi selanjutnya.7 Namun sampai saat ini pemeriksaan imunohistokimia tersebut masih cukup mahal.

Problema penanganan kanker pada saat ini diantaranya problem diagnostik, terapi dan penentuan prognostik yang akurat, efektif, mudah dan murah. Hitung AgNOR tidak hanya mampu melihat proliferasi sel, pemeriksaan ini harganya murah dan mudah pengerjaannya.

Penelitian ini ingin menganalisis pengaruh pemberian kemoterapi (cyclophosphamid) dan TF terhadap proliferasi sel (AgNOR) dan volume tumor pada adeno ca mamae mencit C3H. Penelitian ini ingin menganalisis hubungan

(18)

xviii

antara volume tumor dengan proliferasi sel. Harapannya penelitian ini dapat meningkatkan quality of life pada penderita kanker pada umumnya dan penderita kanker payudara pada khususnya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah:

1. Apakah ada pengaruh pemberian cyclophosphamid-TF terhadap proliferasi sel ( AgNOR ) jaringan adeno ca mamae mencit C3H?

2. Apakah ada pengaruh pemberian cyclophosphamid - TF terhadap volume tumor jaringan adeno ca mamae mencit C3H?

3. Apakah ada pengaruh proliferasi sel ( AgNOR ) terhadap volume tumor

pada adeno ca mamae mencit C3H yang diberi cyclophosphamid – TF ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum

Mengetahui efek pemberian cyclophosphamid-TF terhadap proliferasi sel (AgNOR) dan volume tumor adeno ca mamae.

Tujuan Khusus

1. Menganalisis pengaruh pemberian cyclophosphamid-TF terhadap proliferasi sel ( AgNOR ) jaringan adeno ca mamae mencit C3H

2. Menganalisis pengaruh pemberian cyclophosphamid - TF terhadap volume tumor jaringan adeno ca mamae mencit C3H.

3. Menganalisis pengaruh proliferasi sel terhadap jumlah volume tumor pada

(19)

xix

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Membuktikan teori yang ada dengan kenyataan data yang diperoleh. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai

pentingnya penggunaan imunostimulator dalam terapi kanker payudara 3. Menambah khasanah pustaka tentang studi adeno ca mama dari aspek

biomedik.

4. Bila hasil penelitian ini terbukti lebih banyak manfaatnya daripada

kerugian yang ditimbulkan, diharapkan pemberian TF dapat meningkatkan kualitas hidup penderita kanker payudara.

1.5. KEASLIAN PENELITIAN

Darryl See dkk mengkombinasikan TF dengan nutrien lain pada 20 penderita kanker stadium III-IV dengan umur rata-rata 49,3th. Hasil yang diperoleh mampu meningkatkan fungsi sel NK sekitar 400%. 8 Ministry of Health and Social Development of The Russian Federation telah melakukan studi klinis pemberian TF untuk berbagai penyakit seperti : HIV, hepatitis B dan C, herpes, osteomielitis, dan Ca lambung mampu memperbaiki efektivitas dan lama terapi.32 Fabre menyimpulkan bahwa pemberian TF dan kemoterapi konvensional mempunyai efek sinergis dalam manghambat proliferasi bakteri tuberkulosis.33

Sepanjang pegetahuan peneliti, penelitian efek TF pada kanker payudara yang diberi cyclophosphamid belum pernah dilakukan. Penilaian histopatologi akibat pengaruh pemberian TF belum ada yang dipublikasikan . Berdasarkan studi literatur, seberapa besar pengaruh proliferasi sel terhadap pertambahan volume tumor belum dapat ditentukan.

(20)

xx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KANKER

2.1.1. Apakah yang dimaksud dengan kanker

Kanker merupakan neoplasma ganas. Neoplasma didefinisikan sebagai masa jaringan abnormal yang tumbuh berlebihan dengan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan tetap tumbuh dengan cara berlebihan setelah stimulus yang menyebabkan perubahan tersebut berhenti. Pada dasarnya awal semua neoplasma ialah hilangnya tanggapan terhadap kendali pertumbuhan normal. Kanker dapat tumbuh dari satu atau lebih sel. Neoplasma terjadi akibat mutasi dari gen.11 Mutasi gen pada organisme terjadi akibat adanya faktor yang menyebabkan kerusakan gen : 11,12

1. Konstitusi Genetika.

Konstitusi genetika berupa kerusakan struktur dan atau kerusakan fungsi dan sistem kerja. Kerusakan struktur berupa perubahan urutan, sisipan atau pengurangan nukleotida, perpindahan gen maupun persilangan sebagian kromosom. Kerusakan fungsi dan sistem kerja yang menentukan kemampuan tubuh untuk mereparasi kerusakan gen dalam kromosom, menetralisasi karsinogen yang masuk ke dalam tubuh, menjaga imunitas tubuh dan mematikan sel kanker yang baru terbentuk .

2. Karsinogenesis.

(21)

xxi

a. Basa analog, berpengaruh saat repair Deoxiribonukleotida Acid (DNA), yang digunakan basa analog bukan basa yang sebenarnya.

b. Alkilating agent, penambahan alkil pada nukleotida sehingga merubah ekspresi DNA.

c. Hidroksilating agent, menghidroksilasi DNA. d. Deaminating agent, pengurangan gugus amin. e. Intercalating agent, agent yang menyela urutan DNA 3. Sinar Ionisasi.

Hanya Ultraviolet B (UVB) yang bersifat karsinogen. UVA mempunyai panjang gelombang pendek, tidak menembus kulit. UVC punya daya tembus kulit lebih poten dan lebih bersifat mutagen dibanding UVB, tetapi UVC sudah diblok oleh atmosfer. Cara UVB merubah gen :

a. Menimbulkan formasi dimer pirimidin sehingga dalam transkripsi mRNA tidak dapat membaca.

b. Menekan viabilitas dan fungsi limfosit c. Menyebabkan mutasi Ras dan TP53

Mekanisme ionisasi radiasi berlangsung melalui 2 cara:

a. Secara langsung merusak DNA sehingga menyebabkan mutasi gen

b. Efek dari ionisasi air dan elektrolit yang menghasilkan radikal hidroksil yang dapat merusak membran sel, DNA maupun protein sel

4. Infeksi Virus.

Protein DNA virus setelah menembus membran sel mengadakan fusi dengan protein DNA hospes. Fusi DNA virus dan hospes menimbulkan mutasi gen.

(22)

xxii

Manifestasi timbulnya kanker tergantung sistem imunitas tubuh dan mekanisme penghindaran virus.

5. Keadaan klinis tertentu yang merupakan predisposisi terjadinya neoplasma ganas :

a. Replikasi sel regeneratif persisten : misal pada karsinoma sel squamosa di tepi suatu fistula kulit atau pada luka kulit yang tidak sembuh-sembuh

b. Proliferasi hiperplastik dan displastik : karsinoma bronkogenik pada mukosa displatik akibat kebiasaan merokok.

c. Gastritik atropi kronik : karsinoma lambung pada anemia pernisiosa

Gambar 1. Skema mekanisme perubahan malignansi pada sel normal. Diambil dari buku Ajar Patologi11

(23)

xxiii

2.1.2. Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan kanker tertua yang ditemukan di dunia. Setiap tahun ditemukan satu juta kasus kanker payudara baru di dunia, angka ini merupakan 18% dari keseluruhan angka keganasan yang ada. Di tahun 2005, kanker payudara menyebabkan 1% dari keseluruhan angka kematian dunia dan 5% dari angka kematian akibat kanker.1,2 Di Indonesia, kanker payudara menduduki urutan kelima dari jenis morbiditas penyakit menahun dan urutan ketiga dari sebab kematian.7

Kematian akibat kanker payudara tersering pada usia produktif yaitu umur 40-50 tahun dan mengalami flatening kurva statistik setelah umur menopause, seperti terlihat pada kurva berikut:13

Gambar 2. Grafik persentasi kematian wanita penderita kanker payudara berdasarkan umur. Diambil dari ABC Breast Cancer13

Perbedaan demografi antara wanita yang tinggal di negeri barat dan timur menunjukkan perbedaan prevalensi mortalitas akibat kanker payudara, mungkin hal ini berkaitan dengan faktor genetik dan perbedaaan gaya hidup.

(24)

xxiv

Gambar 3. Grafik prevalensi mortalitas akibat kanker payudara di beberapa negara. Diambil dari ABC Breast Cancer 13

Tabel. 1 . Faktor resiko kanker payudara. Diambil dari ABC Breast Cancer 13

FAKTOR RR Kelompok Resiko Tinggi

Umur >10 Pada umur tua ( >40th )

Negara 5 Negara berkembang

Umur saat menarche 3 Sebelum umur 11

Umur saat menopause 2 Setelah 54th Umur saat hamil pertama 3 Saat umur 40th

Riwayat keluarga ≥ 2 Menderita kanker payudara saat umur masih muda

(25)

xxv

Kanker di luar payudara >4

Status sosial 2

Diet 1,5 Banyak konsumsi lemak jenuh

BMI premenopause 0,7 BMI>35

BMI post menopause 2 BMI>35

Konsumsi alkohol 1,3

Riwayat terkena paparan radiasi 3 Terkena paparan abnormal setelah umur 10th

Kontrasepsi oral 1,24 Menggunakan

Terapi hormonal 1,35 Menggunakan lebih dari >10th

Diethylstilbestrol 2 Menggunakan saat hamil

Untuk wanita Indonesia, faktor konsumsi alkohol tidak signifikan sebagai faktor resiko kejadian kanker payudara.

Di Indonesia 96% kelainan di payudara yang berbentuk tumor justru dikenali oleh penderita sendiri sehingga memudahkan dokter untuk mendeteksi kanker payudara namun sayangnya hal ini menyebabkan penemuan kanker payudara biasanya sudah pada stadium yang lanjut. Berbeda dengan di negara yang sudah mewajibkan warga negaranya untuk asuransi kesehatan, setiap wanita usia subur diwajibkan untuk memeriksakan payudaranya dengan mamografi secara berkala sehingga kanker payudara ditemukan pada stadium dini jauh lebih banyak.7,14

(26)

xxvi

Metode penegakkan diagnosa kanker payudara yang belum palpabel adalah dengan mamografi dan cara ini termasuk yang paling baik untuk skrining pada wanita usia diatas 35 tahun. Pemeriksaan lebih awal dengan melakukan pemeriksaaan payudara sendiri (SADARI) dengan baik dan biopsi Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) lebih dini pada lesi fibrokistik diharapkan dapat membantu menemukan kanker pada stadium dini. Gold standard diagnosa kanker payudara adalah pemeriksaan histopatologi. Tindakan invasif diagnostik yang sekarang dikerjakan rutin adalah FNAB ketepatan hasil FNAB ditangan sitolog yang berpengalaman adalah 80-98% dengan spesifitas mendekati 100%. 14,15

Untuk panduan penanganan, kanker payudara dikelompokkan :

1. Non Metastazing in Situ Lesion yaitu Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) dan Lobular Carcinoma In Situ ( LCIS)

2. Stadium Dini Invasi kanker (Stadium I, beberapa stadium II) 3. Stadium Intermediate Operabel (stadium II dan III A) 4. Stadium In Operabel, Stadium Lanjut lokal (stadium III B) 5. Stadium Lanjut (stadium IV)

WHO menyatakan bahwa 1/3 dari seluruh kanker payudara sebenarnya dapat dicegah, 1/3 lainnya dapat disembuhkan dan 1/3 sisanya tidak dapat disembuhkan tapi kualitas hidupnya dapat diperbaiki. Pencegahan kanker payudara secara primer dilakukan oleh setiap wanita untuk menghindarkan diri dari setiap faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kanker dan mempengaruhi hormonal millieu pada wanita yang beresiko tinggi menderita kanker payudara. Pencegahan kanker payudara secara sekunder dilakukan dengan penyuluhan

(27)

xxvii

terhadap masyarakat dan skrining pada masyarakat yang beresiko tingggi mendapatkan kanker payudara atau pada individu tertentu walaupun belum terdapat gejala kanker. 7,13,14,15

2.2. KEMOTERAPI

2.2.1. Kemoterapi pada Kanker

Kemoterapi merupakan terapi sistemik sehingga terutama diindikasikan untuk malignansi sistemik yaitu tumor-tumor yang penyebarannya telah dibuktikan atau diduga telah menyebar dan tumor yang tidak operabel. Terapi dengan sitostatika berdasarkan pada eliminasi sel-sel tumor dengan sesedikit mungkin efek yang merugikan tehadap jaringan normal. Sel kanker tumbuh potensial lebih cepat daripada jaringan normal. Karena itu zat- zat penghambat pertumbuhan dapat memperlambat progresi proses penyakit, tetapi untuk penyembuhan sesungguhnya diperlukan sel tumor yang paling akhir harus juga terbunuh.16

Gambar 4 . Relasi dosis terapi dan jumlah sel tumor yang tahan hidup. Diambil dari buku Onkology17

(28)

xxviii

Suatu grafik yang menggambarkan logaritma jumlah sel yang masih hidup terhadap jumlah tindakan (=intensitas tindakan ), memberikan hubungan linier dosis–efek. Pada gambar di atas digambarkan beberapa kurva ketahanan hidup. Suatu tumor yang beratnya 1kg mengandung kira-kira 1012 sel tumor dan terjadi dengan paling sedikit 40 duplikasi sel asal yang berubah maligna. Batas bawah deteksi klinik (dengan palapasi, rontgen dll) berada pada 109 sel, ini berarti satu tumor seberat 1gr.17

Sitostatika menurut asal dan mekanisme kerjanya dibagi beberapa golongan : 16,17,18,19

1. Anti Metabolit, yang termasuk golongan ini adalah sitosin-arabinosid, 5-fluorourasil dan metotrexat. Golongan ini berhubungan erat dengan unsur bangun asam nukleat sehingga dapat ikut serta dalam sistem transport dan proses metabolit sampai strukturnya berbeda memblokade proses selanjutnya.

2. Zat Pengalkil, meliputi sejumlah derivat nitrogen mustard seperti melfalan, klorambusil dan cyclophoshamid. Mereka mempunyai satu atau dua alkil yang reaktif yang merubah ekspresi nukleotida DNA. Cross-link yang terjadi menyebabkan RNA polimerase tidak dapat memotong rantai double helix DNA.

3. Antibiotik

Golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama berguna untuk tumor yang tumbuh lambat. Mekanisme

(29)

xxix

kerja terutama dengan jalan menghambat sintesa DNA dan RNA. Yang termasuk golongan ini :

-Aktinomisin D -Mithramisin - Bleomisin -Mitomisin -Daunorubisin - Mitosantron -Doksorubisin -Epirubisin - Idarubisin 4. Mitotic Spindle

Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga menyebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis, antara lain: - Paklitaksel (Taxol) - Vinorelin

- Dosetaksel - Vindesin - Vinblastin - Vinkristin 5. Topoisomerase Inhibitor

Obat ini mengganggu fungsi koenzim topoisomerase sehingga menghambat proses transkripsi dan replikasi, diantaranya : Irinotekan, Topotekan, Etoposit

6. Cytoprotective agents

Macam-macamnya antara lain : Amifostin, Dekrazosan 7. Lain-lain

Obat ini tidak mempunyai mekanisme khusus, antara lain :

- L — asparaginase - Estramustine - Lavamisol - Suramin - Okreotide - Anagrelide - Hexamethylmelamine

Hampir semua sitostatika mempengaruhi proses yang berhubungan dengan pembelahan sel aktif seperti mitosis dan duplikasi DNA. Sel dalam keadaan

(30)

xxx

membelah umumnya lebih sensitif daripada sel dalam keadaaan istirahat karena pada saaat itu mereka mempunyai metabolisme aktif mengubah sitostatika lebih cepat ke dalam bentuk metabolit efektif dan mempunyai sedikit waktu untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan pada DNA.17,18

Indikasi pemberian kemoterapi adalah untuk : 4,17

a. Menyembuhkan kanker, hanya beberapa jenis kanker yang dapat disembuhkan dengan kemoterapi : limfoblastik leukemia, Burkit limfoma, dan Wilm tumor pada anak.

b. Memperpanjang hidup dan remisi, ditujukan pada kanker yang kemosensitif walaupun penyakit berjalan progresif.

c. Memperpanjang interval bebas kanker, walaupun kanker tampak masih lokal setelah operasi atau radioterapi.

d. Menghentikan progresifitas kanker, yang ditunjukkan secara subyektif maupun obyektif, tumor dapat diterapi sitostatika asalkan kemungkinan berhasilnya 25% atau lebih.

e. Mengecilkan volume tumor, baik prabedah maupun pra-radioterapi

f. Terapi paliatif, ditujukan pada kanker stadium lanjut atau kanker yamg lokasinya pada tempat-tempat yang tidak cocok untuk radiasi, misalnya : instalasi sitostatika, intrapleural, injeksi intramural.

g. Menghilangkan gejala paraneoplasma

Hanya sebagian kecil kemoterapi yang mempunyai efek terapeutik lebih besar daripada efek samping toksiknya. Sifat ini dinyatakan dalam indek terapeutik : rasio efek terapeutik terhadap tumor dan toksisitas terhadap jaringan

(31)

xxxi

normal. Obat yang dipakai adalah obat yang efektif dengan nilai indeks terapeutik >1.17 Evaluasi keberhasilan terapi kemoterapi didasarkan pada objective response rate pasca kemoterapi : partial respon (PR) dan complete reponse (CR). CR/PR kemoterapi pada kanker payudara berkisar 22%-70%.19

Pemberian kemoterapi pada kanker payudara ditujukan pada kanker yang menunjukkkan petanda imunohistokimia kurang baik : 7

• ER dan PR negatif

• Aktivitas DNA ploidi tinggi

• Nilai nuklear grade yang menentukan multiple loci of mutation • Nilai fraksi fase S yang tinggi

• Kadar TP 53 yang rendah

• Kadar Ki 67 antigen monoklonal antibody-proliferation cell marker tinggi • HER 2 over ekspresion sampai 25-30%

• Kadar Cathepsin D yang dapat meramalkan rekurensi terutama Node Negative Breast Cancer (NNBC ) tinggi

Epidermal Growth Factor Reseptor (EGFR). Elevasi faktor ini meramalkan rekurensi pada NNBC dan prognosis yang buruk.

Pada tanda imunohistokimia diatas, kemoterapi dianjurkan sebagai pengobatan neoajuvan atau ajuvan terapi. Pada ajuvan kemoterapi, efektivitas sulit dinilai karena tidak ada cara untuk memonitor keefektifitasan obat tersebut kecuali setelah dinilai beberapa waktu, survival rate/expectancy life dengan penderita yang mendapat penangan lokal tetapi tidak mendapat terapi sistemik.

(32)

xxxii

Pengobatan neoajuvan kemoterapi dapat dinilai segera efektifitasnya dengan mengukur tumor primer apakah mengalami pengecilan atau tidak.

Problem potensial pada pengobatan kemoterapi secara primer adalah biasanya diagnosa kanker payudara dilakukan dengan biopsi jarum halus saja sehingga kadang pada kasus kanker insitu mendapatkan pengobatan terapi yang inappropriate oleh karena sitologi tidak bisa membedakan jenis insitu dan jenis invasif. Oleh karena itu pada tumor yang sangat kecil, diagnosa kanker payudara yang ditegakkan dengan mamografi sebaiknya dilakukan core-biopsy. 4,7,15

2.2.2. Cyclophosphamid.

Agent ini termasuk golongan zat pengalkil tipe nitrogen mustard dengan berat molekul 279,10. 19,20 Berikut rumus bangun dari cycloposphamid:

Gambar 5. Rumus bangun cyclophosphamid. Diambil dari artikel Cytostatic Cancer21

Cyclophosphamid mempunyai gugus alkil reaktif sebagai basa analog sitosin yang berikatan dengan guanin sehingga merubah ekspresi dari nukleotida dan pembuatan cross-link, pengikatan 2 rantai DNA dengan reaksi ganda sehingga Ribonukleotida Acid (RNA) polimerase tak dapat memotong rantai double helix DNA yang menyebabkan proses duplikasi DNA terganggu.

(33)

xxxiii

Gambar 6. Cross-link pada cyclophosphamid. Diambil dari artikel Cyclophosphamid di wikipedia21

Cyclophosphamid menimbulkan kerusakan DNA permanen dan kurang spesifik fase sehingga efek yang lebih luas terhadap jaringan yang sedang membelah pada umumnya. Sel-sel labil, seperti sel hematopoesis dalam sumsum tulang, epitel rambut, epitel permukaan rongga organ dalam (epitel kolumner traktus digestivus dan tuba falopi dan epitel transisional pada kandung kemih) yang mempunyai kemampuan membelah terus menerus dan berproliferasi tak terbatas, merupakan sasaran kemoterapi juga pada umumnya dan cyclophosphamid khususnya. Itulah sebabnya pada terapi tersebut, gejala kerusakan sel-sel labil nampak jelas terlihat seperti : rambut rontok, diare dan imunosupresan. 4,19,20

Efek samping cyclophosphamid yang sering terjadi adalah : lekopeni dan hilangnya periode menstruasi. Efek samping yang timbul pada dosis tinggi adalah

(34)

xxxiv

nefrotoksik, hiperuresemia dan Sindrome Inappropriate Anti Diuretic Hormon ( SIADH).19,20,21

Tonini dkk dari University of Rome melakukan penelitian untuk memberikan modalitas imunoterapi berupa pemberian Interleukin (IL)-2 dan Interferon (IFN) pada kanker payudara yang diterapi cyclophosphamid mendapatkan hasil komplit recovery jumlah leukosit dan aktivitas sel NK.22

Andrei I melakukan penelitian pada tikus yang mengidap kanker metastase ke paru dengan kombinasi terapi antara kemoterapi (cyclophosphamid) dengan imunoterapi (IL-15). Kombinasi terapi cyclophosphamid dan IL-15 dapat memperpanjang lama hidup hingga 32% dan mampu meningkatkan level dari NK1.1+/LGL-1 dan CD8+/CD44+ T sel.23

Cyclophosphamid diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral dengan bioavaibilitas lebih dari 75%, diikat protein kecil sekali, dapat menembus barier otak dengan half-life 3-12 jam dan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma 2-3 jam setelah pemberian intra vena. Biotransformasi cyclophosphamid di hepar dan dieliminasi di ginjal 5-25% metabolitnya, pada dialisa darah cyclophosphamid juga ikut didialisa.

Pemberian cyclophosphamid bersama dengan sulfinpyrazon akan meningkatkan konsentrasi asam urat dalam darah. Bersama allupurinol akan meningkatan toksisitas cyclophosphamid pada sumsum tulang. Pada pemberian bersama antikoagulan, cyclophosphamid meningkatkan aktivitas antikoagulan seakan-akan terjadi penurunan sintesis faktor koagulan dan perubahan formasi platelet tetapi juga dapat menurunkan aktivitas koagulan dengan mekanisme yang belum diketahui. Hati-hati pula pada penggunaan bersama obat-obat yang

(35)

xxxv

menginduksi enzim mikrosom hati karena dapat meningkatkan metabolit cyclophosphamid. Kardiotoksisitas cyclophosphamid akan meningkat bila pemberian dengan doksorubisin melebihi 400mg tiap meter persegi permukaan tubuh. Cyclophosphamid dapat menghambat aktivitas kolinesterase sehingga pada pamberian bersama succinylcholine dapat memacu blokade neuromuskuler succinylcholine dan meningkatkan depresi pernapasan.

Pasien dengan pemberian cyclophosphamid perlu dimonitor mengenai produksi urin, kadar asam urat, bilirubin dan kreatinin konsentrasi dalam serum. Selain itu perlu diperiksa SGOT, SGPT, Hb, BUN, jumlah platelet dan jumlah lekosit darah.16,17,18,19,20

Dosis 25 – 50 mg tablet oral. Dosis injeksi: 500mg/m2 luas permukaan tubuh dapat juga mengunakan dosis berdasarkan berat badan yaitu: 15mg/kgbb.19,20

2.3. IMUNOLOGI KANKER

2.3.1. Antigen Tumor

Antigen tumor merupakan molekul yang terbentuk pada permukaan sel yang berubah ganas. Antigen itu dapat mengaktifkan sistem imun yang spesifik terhadap sel kanker tersebut. Antigen tumor dapat dibagi 2 sesuai gambaran ekspresinya pada sel kanker dan juga sel normal : 24,25

1. Tumor Spesific Antigen (TSA)

TSA adalah protein yang dihasilkan akibat mutasi satu atau lebih gen yang diekspresikan pada sel kanker namun tidak pada sel normal. Merupakan antigen sasaran ideal untuk terapi imun kanker.

(36)

xxxvi

TAA adalah protein yang dihasilkan akibat mutasi satu atau lebih gen yang diekspresikan pada sel kanker namun juga dihasilkan dan diekspresikan oleh sel normal. TAA dapat dibedakan 2 macam :

a. Antigen onkofetal, disandikan oleh gen yang diekspresikan selama embriogenesis dan perkembangan janin namun transkripsional tenang setelah dewasa. Gen tersebut menyandi protein yang diduga berperan dalam pertumbuhan cepat sel embrio dan diaktifkan kembali untuk fungsi yang sama pada kanker yang tumbuh cepat.

b. Tissue Spesific Differentiation Antigen, protein yang diekspresikan sel yang menjadi kanker, ekspresinya ditemukan terus sesudah transformasi neoplastik. Antigen ini menunjukkan asal jaringan kanker. Contoh : Prostate Spesific Antigen (PSA), Carsinoma Embriogenic Antigen (CEA) dan Alfa Feto Protein (AFP)

Antigen tumor ini akan diekspresikan ke membran sel bersama MHC I dan MHC II membentuk MHC-antigen komplek. Komplek inilah yang akan dikenali oleh sistem imun kita. Antigen+MHC klas I akan dikenali oleh Cytotoxic T Lymphocite

(CTL). Antigen +MHC klas II akan dikenali oleh sel T helper.6,26

2.3.2. Imunosurveillance

Secara umum terdapat dua jenis respon imun terhadap kanker yaitu mekanisme humoral dan mekanisme selular:

(37)

xxxvii

1. Lisis oleh antibodi dan komplemen

2. Opsonisasi melalui antibodi dan komplemen 3. Hilangnya adhesi oleh antibodi

B. Mekanisme seluler

1. Destruksi oleh sel CTL / Tc ( sel pembunuh = Tc ) 2. Destruksi oleh sel NK

3. Destruksi oleh makrofag.

Peran imunitas seluler pada kanker lebih dominan dibandingkan imunitas humoral.6,25,26

2.3.2.1. Limfosit T Sitotoksik / CTL

Limfosit T timbul dari sel induk di dalam sumsum tulang yang bermigrasi ke timus. Kemudian sel induk berdifferensiasi menjadi sel T dewasa dan meninggalkan timus. Sel T matur ikut aliran darah, aliran limfe dan jaringan limfoid perifer. Sel T hanya mampu mengenali antigen suatu sel dalam bentuk peptida. CTL/Th1 dapat dikenali dengan penggunaan marker CD8+, sedangkan Th2 dapat dikenali dengan penggunaan marker CD4+.

Berdasarkan fungsinya, reseptor CTL ada 3 macam yaitu :

a. Reseptor untuk recognation antigen yang disebut T Cell reseptor ( TCR ) b. Reseptor untuk signal transduksi : CD3, CD8, CD28 dan cincin ζ.

c. Reseptor untuk adhesi yang disebut integrin

Signal biokimia untuk recognation antigen dipicu tidak hanya dengan TCR saja tetapi diperlukan transduksi dari CD3 dan cincin ζ yang kemudian disebut TCR komplek.6

(38)

xxxviii

Sel Th2 akan mengeluarkan IFN γ dan Tumor Nekrosis Factor (TNF) α . IFN γ dapat meningkatkan fagositosis makrofag dan CTL, TNF α mampu meningkatkan kemotaksis sehingga timbul inflamasi. PMN juga mengeluarkan IL-4 untuk meningkatkan proliferasi sel B sehingga mampu memproduksi antibodi (Ab). Dalam hal ini fungsi Ab adalah untuk opsonisasi sel kanker sehingga mudah dikenali oleh sel imun dan mengaktifkan sistem komplemen. IL-2 diproduksi oleh sel imun dan diperlukan untuk mengaktifkan sel imun sendiri. 6, 25,26

Banyak studi menunjukkan bahwa kanker mengekspresikan antigen spesifik yang dapat memacu CTL sehingga dapat menghancurkan sel kanker. Untuk ketahanan terhadap tumor peran CTL sangat penting, disatu pihak karena mereka sangat kuat daya kerjanya ( satu CTL dalam binatang percobaan in vivo dapat membinasakan kira kira 1000 sel tumor ) di lain pihak karena molekul MHC I terdapat hampir semua pada sel berinti, termasuk tumor-tumor.22 CTL melaksanakan tugas menghancurkan sel kanker dengan cara :

1. Mengeluarkan perforin dan granzim yang menyebabkan sel kanker lisis. 2. Mengeluarkan IFN γ sehingga meningkatkan kerja fagositosis makrofag. 3. Dengan perantara FasL, CTL melakukan recognation terhadap sel kanker

yang telah diopsonisasi sehingga mengakibatkan apoptosis sel kanker. 6,25,26

2.3.2.2. Sel NK

Sel NK berukuran sedikit lebih besar daripada sel limfosit kecil, berjumlah 10-15% limfosit darah perifer. Secara morfologi sel NK termasuk dalam populasi Large Granular Lymphocyte (LGL), yang mengandung granula sitotoksik dari

(39)

xxxix

sitoplasma. Sel NK dapat berperan dalam respon imun spesifik maupun non spesifik.

Sel NK merupakan sel efektor terhadap sitotoksisitas spontan berbagai jenis sasaran, tidak memiliki sifat klasik dari makrofag, granulosit maupun CTL dan sitotoksisitasnya tidak tergantung pada MHC. Mekanisme yang digunakan sel NK dalam membunuh sel kanker serupa dengan yang dilakukan oleh CTL yaitu dengan melisiskan dan apoptosis sel kanker. 6,26,28

Sel NK tidak mempunyai TCR dan merupakan CD3 negatif. Sel NK mempunyai 2 tipe reseptor yaitu yang berkaitan dengan aktivasi sel NK dan killer inhibitor reseptor (KIR) yang menghambat sitolisis NK melalui pengenalan terhadap molekul MHC I-nya sendiri. Sel NK tidak melisiskan sel berinti yang sehat karena semuanya mengeluarkan MHC I. Jika infeksi virus dan atau perubahan neoplastik mengurangi pengeluaran MHC I normal, sinyal KIR akan terganggu dan terjadilah lisis. 11

Sel NK juga mengekspresikan CD56 yaitu suatu molekul yang mampu mempromosikan adesi intraseluler. Sel NK mempunyai reseptor untuk bagian tetap ( Fcγ RIII atau CD 16) dari Imunoglobulin G (IgG) yang menjadikannya sitotoksisitas tergantung antibodi, Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC). Antigen yang diopsonisasi oleh Ig G akan dikenali oleh sel NK untuk dilisiskan. Aktivitas ADCC ini penting untuk efek terapeutik optimal dari antibodi monoklonal tumor spesifik. Pada penelitian-penelitian terakhir mengungkapkan bahwa pengikatan sel NK terhadap sel sasaran dapat terjadi melalui sel reseptor

(40)

xl

khusus yang berbeda dengan Fc yaitu reseptor NKR-PI, yang mengikat molekul semacam lektin.6,26,28

Kemampuan sel ditingkatkan oleh IFN, TNF, IL 2, IL-12, sehingga peran anti tumor sel NK bergantung pada rangsangan yang terjadi secara bersamaan pada sel T dan makrofag yang memproduksi sitokin tersebut. IFN mengubah sel pre-NK menjadi sel NK.22 Aktivitas sel NK sering dihubungkan dengan prognosis karena sel NK mempunyai peran penting dalam mencegah metastasis dengan mengeliminasi sel tumor dalam sirkulasi. Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang mengungkapkan bahwa 90%-99% sel tumor yang dimasukkkan intravena akan hilang dalam 24 jam pertama yang berhubungan secara bermakna dengan jumlah dan aktivitas sel NK. Percobaaan menggunakan sel NK yang diaktivasi dengan cyclophosphamid menunjukkan bahwa sel NK gagal mencegah metastasis. 6,28

2.3.2.3. Makrofag

Makrofag dapat berperan dalam melawan sel tumor dengan berperan sebagai Antigen Presenting Cell (APC), menghasilkan sitokin yang mengaktifkan sel imunitas lain dan bertindak sebagai efektor langsung dengan melisiskan sel tumor apabila sudah diaktivasi oleh Makrofag Activating Factor (MAF).

Kemampuannya berikatan dengan sel tumor karena makrofag juga mempunyai reseptor Fc yang mampu bekerjasama dengan IgG. Penyebab sel tumor lisis akibat reaksi enzim lisosom, metabolit reaktif terhadap oksigen dan nitrit oxide (NO). Makrofag juga aktif mensekresi TNF yang mampu melisiskan sel tumor dengan cara berikatan dengan reseptor permukaan sel tumor dan

(41)

xli

menyebabkan nekrosis dari sel tumor dengan cara memobilisasi berbagai respon imun tubuh.

Diakhir peristiwa imunitas dihasilkan debris-debris sisa penghancuran sel, disini peran makrofag sebagai petugas kebersihan yang membersihkan debris tersebut. Opsonisasi komplemen dan antibodi terhadap debris-debris tersebut membantu proses fungsi pembersihan makrofag. Bila fungsi makrofag terganggu maka komplek Ag-Ab akan menyebabkan reaksi hipersensitivitas ataupun autoimun.6,25,26,27

Gambar 7. Mekanisme penghancuran sel tumor oleh sistem imun. Diambil dari buku Ajar Patologi11

2.3.3. Mekanisme Penghindaran Sel Kanker

Sel kanker untuk mempertahankan hidupnya mempunyai suatu cara penghindaran terhadap sel imun. Sel kanker pada hakekatnya adalah sel normal

(42)

xlii

yang mengalami mutasi sehingga sel kanker juga masih mempunyai antigen sel sendiri (self antigen) yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun. Pengenalan petanda tumor oleh sistem imun terjadi pada tahap lanjut dari proses transformsi sel normal hingga mutasi tersebut terekspresikan.6,26

2.3.3.1. Kehilangan ekspresi Ag :

Tumor timbul cepat (ada mutasi dan delesi gen) sehingga tak ada ekspresi kompleks peptida tumor – MHC = Ag loss variants

2.3.3.2. Down regulation

Terjadi pengurangan ekspresi molekul MHC kelas I sehingga tak terbentuk kompleks Ag / peptida tumor – molekul MHC kelas I

2.3.3.3. Pelepasan (shedding) komplek Ag-Ab

Komplek Ag-Ab yang tak mengikat komplemen berperan sebagai blocking factors menyebabkan terjadi acquired resistance to immune effector mechanisme, karena : terjadi endositosis, pelepasan (shedding) kompleks Ag-Ab. Namun mekanisme yang tetap masih tidak jelas (mungkin disebabkan karena blokade fungsi reseptor Fc dari sel NK, induksi supessor sel, penurunan regulasi fungsi sel Th)

2.3.3.4. Produk tumor menekan respons imun, fungsi limfosit & makrofag

Sel tumor mensekresi Tranformed Growth Factor β ( TGFβ ) berlebihan sehingga menghentikan respon imun humoral. Beberapa tumor mengekspresi Fas ligand yang dapat mengganggu efektor sel T. Prostaglandin yang dihasilkan oleh sel tumor dapat menghambat sel NK dan CTL.

(43)

xliii

Ag permukaan sel tumor bersembunyi di balik molekul. Molekul tertentu seperti sialomucin yang sering diikat permukaan sel tumor dapat menutupi antigen dan mencegah ikatan dengam limfosit.

2.3.3.6. Vaskularisasi

Tumor mungkin mencapai 1-2 cm sebelum terbentuk vaskularisasi. Pertumbuhan vaskuler merupakan pertumbuhan sel pejamu sendiri, sehingga endotel tumor dikenal sebagai self dan tidak ditolak, sehingga pada beberapa keganasan terus berproliferasi dengan antigen tersembunyi dibalik endotel vaskuler.

2.3.3.7. Faktor genetik

Kegagalan untuk mengaktifkan sel efektor T dapat disebabkan karena faktor genetik.6,29,30

2.4. TRANSFER FACTOR

Pengetahuan tentang TF dimulai ketika Dr.H. Sherwood menyuntikkan ekstrak leukosit dari seseorang yang pernah terkena tuberkulosis kepada seseorang yang belum pernah terjangkiti ternyata memberikan kekebalan sistem imun pada penerima terhadap serangan tuberkulosis. Dari fenomena ini disimpulkan adanya suatu “factor” yang mampu memindahkan kemampuan imunitas dari pemberi ke penerima, faktor ini diberi nama “transfer factor”.

Pada manusia, TF dari sistem imun ibu yang diberikan kepada bayinya melalui kolostrum. Melalui kolostrum, bayi mewarisi data imun si ibu dan melatih sistem imun bayi sehingga sistem imun bayi lebih kuat dalam melakukan perlawanan dan pertahanan terhadap berbagai antigen asing.9

(44)

xliv

TF merupakan oligoribonukleotida yang terdiri dari 44 asam amino dengan berat molekul kecil hanya 3500-6000 kda. TF tidak spesifik spesies karena hampir semua mammalia berhubungan dengan dunia mikroorganisme yang sama dan mempunyai sistem imun yang berfungsi dengan cara yang sama., tetapi keefektifannya secara invivo tergantung tiap individu. Dengan kata lain, TF yang diekstrak dari kolostrum sapi dapat memberi kelebihan sistem imun yang sama seperti si bayi mendapat susu pertama ibunya.8

Tidak seperti antibodi yang terdapat pada kolostrum yang mempunyai berat molekul besar sehingga mampu menimbulkan reaksi alergi, TF hanya bermolekul kecil yang tidak menimbulkan alergi bagi resipien. Ekstrak TF mengandung lebih dari 200 faktor, lebih pekat daripada kolostrum yang hanya mengandung sejumlah kecil faktor. Kemampuan TF yang telah diekstrak ternyata lebih unggul daripada TF campuran dalam kolostrum. 9

TF meningkatkan data memori sistem imun kita sehingga memacu sistem imun untuk lebih cepat dan lebih agresif dalam perlawanan bila antigen yang sama masuk ke tubuh sehingga seakan-akan kita dulu pernah terjangkiti. Efek TF pada sistem imun terutama sebagai inducer, spesifik antigen dan supressor. Sebagai inducer, TF meningkatkan kewaspadaan sistem imun terhadap berbagai agressor. Sebagai spesifik antigen, TF menjadi antigen spesifik dan berfungsi sebagai sitokin yang membantu sistem imun mengenali berbagai mikroorganisme dan antigen asing lebih baik sehingga mengurangi masa jangkitan penyakit. Sebagai supresor, TF mencegah sistem imun kita menjadi tidak terkendali dalam melakukan perlawanan.31,32

(45)

xlv

Berbagai penelitian tentang TF untuk peningkatan jumlah dan aktivitas sel NK dilakukan dengan gabungan dengan agent lain seperti TF yang diperoleh dari ekstrak kolostrum sapi digabungkan dengan TF dari jenis avian yaitu dari ekstrak kuning telur ayam, TF kolostrum sapi yang dikombinasi dengan mikronutrien lain seperi antioksidan dan prebiotik atau juga TF yang dikombinasi dengan IL-2, ternyata memberikan efek lebih baik pada peningkatan jumlah dan aktivitas sel NK dibanding diberikan sendiri .9,32

Seperti halnya kolostrum yang mengandung hormon pertumbuhan, begitu pula dengan TF. Salah satunya, TF mengandung Insulin like Growth Factor ( IGF)-1 yang dapat mengadakan recognation dengan reseptor pertumbuhan sel lebih dari 30menit. IGF-1 merupakan salah satu hormon pertumbuhan yang mempunyai struktur protein mirip dengan insulin namun aktivitasnya tidak sama dengan insulin. Di dalam sirkulasi IGF-1 diikat oleh protein binding yang menyebabkan half-life IGF-1 menjadi lebih panjang. Bila IGF-1 telah berinteraksi dengan reseptor sel (IGF-1 R) kemampuannya merangsang proliferasi akan hilang hanya dalam waktu 30 detik akibat broken down komponen dasarnya. Akibat rusaknya komponen dasar IGF-1 maka kemampuan merangsang proliferasi sel berubah menjadi menghambat proliferasi. Bila IGF-1 mampu bertahan berinteraksi dengan reseptor pertumbuhan sel maka hormon pertumbuhan lain tidak dapat mengadakan interaksi dengan reseptor pertumbuhan tersebut. 8,33

Fabre dkk pada tahun 2004 meneliti pemberian TF dan kemoterapi konvensional pada mencit BALB/c yang diinfeksi M. tuberculosis mendapatkan pada fase inisial didominasi produksi sitokin dari CTL dan saat bersamaam

(46)

xlvi

didapatkan kadar yang tinggi dari TNF α dan isoform of nitric oxide synthase (iNOS). Yang menarik dalam penelitian ini pemberian TF mempunyai efek sinergis dengan pemberian kemoterapi konvensional dalam penghambatan proliferasi bakteri. Pada penelitian tersebut Fabre berkesimpulan bahwa pemberian TF dapat memperbaiki ekspresi sitokin Th1, TNF α dan iNOS yang memprovokasi penghambatan proliferasi bakteri.34

2.5. SIKLUS SEL 2.5.1. Mitosis

Mitosis dapat didifinisikan sebagai proses pembelahan sel yang menghasilkan 2 sel yang identik sama.11,12,33 Siklus sel terdiri dari:

1. Fase G1 (Gap 1), merupakan fase terpanjang setelah mengalami mitosis dan persiapan sel untuk sintesis DNA. Sel tumbuh membesar dan berfungsi normal dan sebagai kontrol mitosis selanjutnya.

2. Fase S (Sintesis) merupakan fase replikasi DNA sehingga terbentuk 2 kromatid yang identik. Di fase ini terdapat 2 fase penting yaitu transkripsi dan translasi

3. Fase G2 (Gap2) antara fase S dan Mitosis. Persiapan mitosis, fase ini lebih pendek dibanding G1. Pada saat ini sentriol/sentrosom mengalami duplikasi. Pada saat ini sel mengecek hasil sintesis potein yang telah dibuat pada fase sintesis. Bila ada kerusakan DNA maka akan diperbaiki oleh gen DNA polimerase atau diprogram apoptosis.

4. Fase mitosis. Fase ini juga terdiri dari 4 fase, yaitu fase profase, metafase, anafase dan telofase.

(47)

xlvii

5. Fase sintesis, fase G1 dan fase G2 disebut fase interfase yang merupakan 90% dari siklus sel.

.Gambar 8. Siklus sel . Diambil dari buku The World of The Cell 35 PROFASE

DNA bersama dengan protein pendukungnya mengubah bentuk DNA untaian panjang menjadi bentuk yang terkondensasi seperti bentuk X. Kromatid mengalami kondensasi menjadi lebih pendek dan lebih padat sehingga terbentuk kromosom. Sentrosom yang telah menduplikasi, mulai memproduksi mikrotubulus. Mikrotubulus terus diproduksi ke segala arah, sebagian mikrotubulus dari kutub yang berlawanan bertemu dan berikatan dan mendorong sentrosom bergerak ke kutub sel. Kromosom terus mengalami kondensasi. Membran nukleus menghilang, pecah menjadi fragmen kecil sehingga kromosom terapung di dalam sitoplasma setelah itu nukleolus menghilang. Setiap kromosom membentuk kinetokor pada setiap sisi sentromer. Sentromer merupakan komplek protein, tempat melekatnya mikrotubulus pada kromosom. Kinetokor memiliki molekular motor yang menggunakan ATP untuk menarik mikrotubulus.

(48)

xlviii

Mikrotubulus terus memanjang sehingga ujung mikrotubulus bertemu dengan mikrotubulus dari kutub lain menjadi mikrotubulus polar membentuk mitotic spindle. Mikrotubulus yang menempel pada kinetokor disebut mikrotubulus kinetokor.

METAFASE

Kromosom akan berjajar di garis tengah gelondong (equatorial plane), mikrotubulus kinetokor saling tarik menarik. Setiap kinetokor harus berhubungan dengan mikrotubulus. Bila ada yang terlewat, kinetokor akan memberikan sinyal sehingga proses mitosis tidak berlanjut ke tahap selanjutnya (mitotic spindle check point).

ANAFASE

Pada fase ini terjadi 2 peristiwa:

1. Protein yang mengikat 2 kromatid terputus.

2. Mikrotubulus kinetokor memendek menarik kromatid kearah kutub sel. Mikrotubulus polar terus memanjang untuk persiapan sitokinesis. Pada akhir anafase terjadi peristiwa sitokinesis yaitu : akhir dari mitosis dimana terjadi pembagian sitoplasma dan mulai terbentuk cleavage furrow ditempat metaphase plate akibat pengerutan ring yang terbentuk oleh filamen aktin dan miosin. Cleavage furrow semakin jelas sampai kedua sitoplasma dan sel terbagi sempurna.

TELOFASE

Pada fase ini mikrotubulus kinetokor menghilang, mikrotubulus polar terus memanjang untuk persiapan sitokinesis. Kromosom mencapai kutub sel

(49)

xlix

kemudian mulai membentuk membran inti dengan menggunakan fragmen membran inti sel induk yang kemudian menyelubungi kromosom. Selanjutnya muncul nukleolus dan kromosom mengalami penguraian. 35,36,37

Gambar 9. Mitosis sel . Diambil dari buku The World of The Cell 36

2.5.2. Pertumbuhan dan Proliferasi Sel

Proliferasi sel dapat dirangsang oleh faktor pertumbuhan intrinsik, jejas, kematian sel, bahkan dapat pula oleh deformasi mekanis jaringan. Mediator kimiawi yang terdapat pada lingkungan mikro setempat dapat menghambat atau

(50)

l

merangsang pertumbuahan sel. Kendali pertumbuhan yang terpenting adalah penginduksian sel istirahat (resting cell) pada fase Go ke siklus sel.11,12

Masuk dan berkembangnya siklus sel dikendalikan melalui perubahan kadar dan aktivitas suatu kelompok protein yang disebut siklin. Pada tahapan tertentu siklus sel, siklin meningkat kemudian didegradasi dengan cepat saat sel bergerak melalui siklus tersebut. Siklin menjalankan fungsi regulasinya melalui pembentukan komplek dengan suatu protein yang disintesis secara konstitusif yaitu Cyclin Dependent Kinase (CDK). Kombinasi yang berlainan antara siklin dan CDK berkaitan dengan setiap transisi penting dalam siklus sel dan kombinasi ini menggunakan efeknya dengan memfosforilasi sekelompok substrat terpilih (fosforilat kinase dan defosforilat kinase). Fosforilasi dapat menimbulkan perubahan konformasi bergantung pada proteinnya yang secara potensial dapat:

- Mengaktivasi atau menginaktivasi satu aktivitas enzimatik

- Menginduki atau mengganggu interaksi potein

- Menginduksi atau menghambat pengikatan protein pada DNA

- Menginduksi atau mencegah katabolisme protein

Selain dari sintesis dan pemecahan siklin, komplek CDK juga diatur melalui pengikatan inhibitor CDK yang terdiri dari 2 famili yaitu CDKI yang punya 3 protein yang menghambat CDK secara luas (p21,p27,p57) dan INK4 yang secara selektif menghambat CDK4 dan CDK6 (p15,p16,p18 dan p19). Komplek ini sangat penting dalam mengatur tahapan siklus sel (G1ÆS dan G2ÆM) yaitu tahapan saat sel memastikan bahwa DNA sudah terreplikasi dengan benar dan atau kesalahan sudah diperbaiki. Kegagalan pemantauan secara

(51)

li

memadai terhadap keakuratan replikasi DNA akan menyebabkan akumulasi mutasi dan transformasi yang mungkin ganas.11,12,35

Gambar 10. Pengendalian siklus sel. Diambil dari buku Ajar Patologi11 Pertumbuhan dan differensiasi sel juga dipengaruhi oleh sinyal ekstra sel dan matrik ekstra seluler. Mediator kimiawi yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor pertumbuhan polipeptida yang beredar didalam serum atau diproduksi secara lokal oleh sel. Pemberian sinyal dapat terjadi secara langsung antara sel yang berdekatan atau melalui jarak yang jauh.

(52)

lii

Gambar 11. Sinyal ekstrinsik untuk pertumbuhan sel. Diambil dari buku Ajar Patologi 11

Untuk reseptor intrasel, pengikatan ligan mengakibatkan pembentukan komplek reseptor-ligan yang langsung berhubungan dengan DNA inti sel dan selanjutnya mengaktifkan atau menghentikan transkripsi. Untuk reseptor permukaan sel, pengikatan ligan menghasilkan suatu kaskade peristiwa intrasel sekunder yang diawali dengan kenaikan Ca intrasel atau AMP siklik atau inositol trifosfat (IP3) atau aktivasi kinase.

Gambar 12. Sinyal pertumbuhan sel. Diambil dari buku Ajar Patologi11 Sinyal penghambat pertumbuhan pada kenyataaannya penting dalam pengendalian pertumbuhan sel. Faktor pertumbuhan β yang bertransformasi, TGFβ, reseptornya mempunyai aktivitas kinase intrinsik dan jika membentukan komplek dengan TGF β akan memfosforilasi protein intrasel spesifik yang kemudian meningkatkan sintesis inhibitor CDK dan memblok aktivitas faktor transkripsi.

(53)

liii

Sebagai contoh DNA yang mengalami radiasi, maka protein supresor gen TP53 akan distabilkan dan meginduksi transkripsi CDKN1A (p21). Inhibitor ini menahan sel pada fase G1 atau G2 untuk memperbaiki DNA, bila telah selesai maka TP53 akan turun dan CDKN1A berkurang maka sel dapat melanjutkan ke fase berikutnya. Bila kerusakan terlalu luas maka TP53 akan meyakinkan sel untuk bunuh diri (apoptosis).

Pertumbuhan dan differensiasi sel setidaknya melibatkan dua jenis sinyal yang bekerja secara bersamaan. Sinyal pertama berasal dari molekul terlarut, seperti faktor pertumbuhan dan penghambat pertumbuhan polipeptida. Sinyal yang kedua melibatkan unsur tidak terlarut pada ekstra seluler matrik yang berintegrasi dengan integrin sel.11,12,37

2.6. Hitung AgNOR

Pertumbuhan dan proliferasi sel merupakan dua hal yang berkaitan erat pada fenomena koordinasi biologi untuk memastikan bahwa sel yang dihasilkan normal. Pada saat proliferasi, pertambahan sintesis protein untuk pertumbuhan sel dipenuhi dengan cara merubah biogenesis ribosom. Biogensis ribosom berhubungan dengan respon proliferasi sel dan progesifitas siklus sel. Sistem regulasi siklus sel ditunjukkan oleh aktivitas transkripsi rRNA. Karakteristik sel kanker berupa delesi dan atau perubahan fungsi gen ditunjukkan juga oleh karakteristik biogenesis ribosom, hal ini menyebabkan pembelahan sel tanpa faktor pertumbuhan yang cukup.11,37,38

Untuk melihat perubahan gen pada sel kanker yang dihubungkan dengan biogenesis ribosom dapat ditunjukkan dengan kuantitas dari nuclear organization

(54)

liv

region (NOR). NOR merupakan segmen dari kromosom yang terdiri dari gen ribosom. Selama interfase, NOR berada tepat pada struktur nukleolar dan diselubungi komponen fibriler yang tebal. Semua komponen penting untuk transkripsi ribosom berada pada NOR interfase dimana sintesis rRNA terjadi. NOR interfase dapat dilihat dibawah mikroskop cahaya dengan pewarnaan perak (Ag) yang akan mengikat protein secara selektif. Pewarnaan NOR dengan perak (Ag) disebut AgNOR. Jumlah AgNOR bekaitan erat dengan nuclear size dan aktivitas transkripsi dan dapat dijadikan parameter biogenesis ribosom. Visualisasi NOR dengan menggunakan pewarnaan silver diperkenalkan oleh Ploton dkk pada tahun 1986 yang kemudian dimodifikasi oleh Ofner dkk tahun 1994 dengan menambahkan formalin untuk fiksasi.10,38

Trere dkk pada tahun 2004 meneliti tentang hubungan antara besar nukleus dan aktivitas nukleus dengan status pRb dan TP53 pada kanker payudara manusia dengan melihat kuantitas AgNORnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan korelasi yang signifikan antara jumlah AgNOR dan status pRb dan TP53. Dengan mengetahui hitung AgNOR nukleous sel dapat mengetahui informasi unik tentang laju biogenesis ribosom secara histologi dan dengan mengetahui distribusi AgNOR dapat dilihat aktivitas RNA polimerase, makin tinggi hitung AgNOR makin banyak rRNA polimerase. Trere menyimpulkan bahwa perubahan status pRb dan TP53 berhubungan dengan biogenesis ribosom yang tinggi pada sel kanker payudara manusia.10,38

Pada tahun 2007, Miranti melakukan penelitian diskriptif analitik dengan pendekatan belah lintang pada 36 orang penderita karsinoma duktus invasif

(55)

lv

payudara yang diperiksa histopatologinya di lab Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi/FK UNDIP Semarang, menyimpulkan bahwa ada korelasi positif antara hitung AgNOR dengan status HER-2. Peningkatan kepositifan status HER-2 akan meningkatkan jumlah bintik AgNOR, sehingga AgNOR dapat dipertimbangkan untuk memprediksi secara kasar penentuan terapi anti HER-2 dan menentukan fungsi reseptor HER-2 dalam menghantarkan sinyal transduksi.39

Pada kanker payudara 20-30% mengalami amplifikasi HER-2. Ekspresi yang berlebihan dari HER-2 menunjukkan pacuan transkripsi dan peningkatan copy gen yang mengalami amplifikasi. Amplifikasi HER-2 dapat jadikan prediksi dan mengevaluasi respon pemberian antiHER-2 antibodi, Herceptin. Bankfalvi meneliti hubungan antara HER-2 status dan laju proliferasi dengan menggunakan imunohistokimia dengan agent A0485, fluorescence insitu hibriditation dan AgNOR. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pemeriksaan AgNOR yang murah dan sederhana dapat dipertimbangkan sebagai alat prediktor negatif terapi herceptin.40,41

2.7. VOLUME TUMOR

Secara umum jumlah sel yang ada pada suatu jaringan merupakan fungsi kumulatif antara tumbuhnya sel baru dan keluarnya sel yang ada pada populasi. Tumbuhnya sel baru dalam suatu jaringan sebagian besar ditentukan oleh kecepatan proliferasinya, sementara sel dapat meninggalkan populasinya karena kematian sel atau berdifferensiasi menjadi jenis sel lain.11

Gambar

Gambar 1. Skema mekanisme perubahan malignansi pada sel normal. Diambil  dari buku  Ajar Patologi 11
Gambar 2. Grafik persentasi kematian wanita penderita kanker payudara  berdasarkan umur
Gambar 3. Grafik prevalensi mortalitas akibat kanker payudara di beberapa  negara. Diambil dari ABC Breast Cancer   13
Gambar 4 . Relasi dosis terapi dan jumlah sel tumor yang tahan hidup. Diambil  dari buku Onkology 17
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aplikasi Model Tangki untuk Pendugaan Neraca Air dan Laju Sedimentasi menggunakan Metode MUSLE di Sub DAS Lahar Kabupaten

Pada tahun 2010, Venezuela juga meluncurkan Smile Mission , yang memberikan layanan gratis untuk kesehatan gigi rakyat.. Tak hanya itu, untuk mencetak tenaga dokter,

Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, baik akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang tua, maupun akhlak terhadap orang lain maka dapat

Daya serap warna pada motif batik lukis Dari hasil perhitungan anava tunggal, yang menunjukkan bahwa signifikan yaitu p 0.01&lt; 0.05 Ha diterima berarti ada pengaruh

Analisis inferesial yang digunakan untuk menguji kepentingan pengaruh kompetensi pedagogi guru terhadp motivasi belajar Siswa, adalah analisis regresi dengan persamaan: Y = 

Peningkatan kualitas produk yang sesuai dengan keinginan konsumen yaitu adanya sebelas parameter teknik, parameter teknik yang diprioritaskan adalah memilih biji kakao

sebanyak 80% sahaja daripada Harga Jualan. Jumlah ini belum termasuk dengan Kos Yuran Guaman bagi menyediakan Perjanjian Pembiayaan dengan Pihak Bank dan juga

sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk ; mengetahui minat, respon dan harapan mahasiswa JAFT ketika proses konsultasi, mengetahui karakteristik