• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPO RAN AKHI R 6 - 1 6.1. KERANGKA KELEMBAGAAN

Pengembangan sumber daya manusia di Kabupaten Hulu Sungai Selatan disesuaikan dengan kondisi sosial penduduk dan potensi sumber daya alam di lingkungan sekitar tempat tinggal penduduk sekaligus tempat mencari penghidupan. Beberapa strategi pengembangan sumber daya manusia antara lain:

a. Mendorong masyarakat untuk mandiri dengan berwiraswasta.

b.Peningkatan produktivitas penduduk baik di bidang pertanian, industri danpariwisata. Peningkatan produktivitas ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan ketrampilan praktls untuk dapat mengembangkan hasil produksi di bidang kerja masing-masing.

c. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan eksploitasi sumber daya alam yang berwawasan lingkungan untuk menjaga kelangsungan keseimbangan ekosistem alam di Kabupaten Hulu Sungai Selatan

6.1.1. Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka kedudukan, tugas, dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Pasal 13), adalah sebagai berikut:

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggara pemerintah daerah.

Badan Perencanaan Pembangunan daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaanpembangunan daerah

(2)

LAPO

RAN

AKHI

R

6 - 2

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam melaksanakan tugas dan menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis perencanaan;

2. Pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah;

4. Pelaksanaan tugas lainyang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6.1.2. Potensi dan Permasalahan Organisasi dan Ketatalaksanaan

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuh kembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi .Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif

(3)

LAPO

RAN

AKHI

R

6 - 3

baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Tabel 6.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

Amanat Kebijakan Daerah

(1) (2) (3) (4) (5)

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

kabupaten/kota

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota bersama DPRD

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR f. Menyediakan prsarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota. g. Memfasilitasi kerjasama pada tingkat

kabupaten/kota

h. Antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman

i. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota/

a. Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan sejahtera karena dengan

terwujudnya lingkungan perumahan yang serasi, layak huni, dan menunjang kelestarian lingkungan sekitar serta pengembangan daerah dapat menunjang pembentukan sdm yang diharapkan.

b. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.

a. Arahan pengembangan sistem permukiman nasional sebagimana dimaksud dalam dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat permukiman sebagai pusat pelayanan ekonomi, pusat pelayanan pemerintahan dan pusat-pusat permukiman dilakukan secara selaras.

b. Pengembangan pusat-pusat permukiman diserasikan dengan sistem permukiman, jaringan prasarana dan sarana serta peruntukan ruang lain yang berada di dalam kawasan budi daya wilayah sekitarnya.

c. Pusat-pusat permukiman perkotaan dikembangkan saling terkait dengan tingkatan fungsi kota sebagai PKN, PKW dan PKL

4 Peraturan Pemerintah

26/2008 RTRW Nasional 2 Undang- Undang 26/2007 Penataan Ruang 1 Undang-Undang Jan-11 Lingkup pembangunan

perumahan dan permukiman, asas dan tujuan, hak dan kewajiban, peran serta masyarakat pembinaan dan ketentuan pidana. NO. Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya

(4)

LAPO

RAN

AKHI

R

6 - 4 Tabel 6.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

(1) (2) (3) (4)

1. Kegiatan Peningkatan kualitas permukiman

Dinas Pekerjaan Umum Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi sarana air bersih untuk wilayah rawan air dan masyarakat miskin, sarana sanitasi, dan fasilitasi penyediaan rumah layak huni

2. Kegiatan pengembangan kawasan agropolitan

Dinas Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Pedesaan

Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah permukiman.

PDAM Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi sarana air bersih dengan system perpipaan Bappeda Menyelenggarakan kegiatan perumusan kebijakan teknis,

dan pengkoordinasian kegiatan pengembangan permukiman yang dilakukan oleh berbagai SKPD 1

.

1. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan Gedung

Dinas Pekerjaan Umum Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penataan gedung pemerintah, rumah dinas, dan bangunan pelayanan umum 2 . 2. Kegiatan Penataan Lingkungan dan Permukiman

Dinas Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Perdesaan

Menyelenggarakan kegiatan pemanfaatan ruang, penataan lingkungan, dan permukiman yang tidak menyalahi pengaturan fungsi ruang wilayah

Bappeda Menyelenggarakan kegiatan perumusan kebijakan teknis dan pengkoordinasian kegiatan penataan bangunan dan lingkungan serta penegakkan fungsi ruang yang dilakukan oleh berbagai SKPD 1 . 1. Kegiatan Peningkatan layanan air minum di perkotaan maupun pedesaan

Dinas Pekerjaan Umum Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitasi kegiatan pengelolaan air bersih untuk wilayah rawan air dan masyarakat miskin

PDAM Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi sarana air bersih dengan sistem perpipaan.

Bappeda Menyelenggarakan kegiatan perumusan kebijakan teknis, dan pengkoordinasian kegiatan pengembangan

permukiman yang dilakukan oleh berbagai SKPD

1 .

1. Penyediaan pengelolaan air limbah domestik yang terintegrasi dan memenuhi kaidah pengelolaan

Dinas Pekerjaan Umum Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi sarana air bersih untuk wilayah rawan air dan masyarakat miskin, sarana sanitasi, dan fasilitasi penyediaan rumah layak huni

2 . 2. Penyediaan sarana drainase lingkungan dan penciptaan system drainase yang terintegrasi

Dinas Lingkungan Hidup, Tata Kota dan Pedesaan

Menyelenggarakan kegiatan teknis yang diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah permukiman. 3 . P e 3. Penyediaan sarana pengelolaan sampah dan penciptaan system pengelolaan sampah yang memenuhi kaidah pengelolaan lingkungan

Bappeda Menyelenggarakan kegiatan perumusan kebijakan teknis dan pengkoordinasian kegiatan pengembangan

permukiman yang dilakukan oleh berbagai SKPD Pengembangan Penyehahatan Lingkungan Permukiman (PLP)

PengembanganAir Minum No. Nama SOP

Pengembangan Permukiman

Penataan Bangunan dan Lingkungan 1 . K e g i a t a n P

Instansi yang Terlibat

(5)

LAPO

RAN

AKHI

R

6 - 5

6.1.3. Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia

6.2. KERANGKA REGULASI

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2-JM pada pemerintahan Kabupaten Tanah Laut.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya,dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melaluiPemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalahadanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputisasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang CiptaKarya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi :

(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusanpemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah

(6)

LAPO

RAN

AKHI

R

6 - 6 provinsi danpemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.

(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnyaadalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapane-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, danmendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang

GrandDesign Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan PembinaanReformasi

(7)

LAPO

RAN

AKHI

R

6 - 7

Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini,reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012,dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telahdimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya

good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program

reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataanberbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan olehK/L dan Pemda;

c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi,tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugasdan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan InternPemerintah (APIP);

g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

(8)

LAPO

RAN

AKHI

R

6 - 8 i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatanfungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender gunaterselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, danevaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perludiperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang StandarPelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PUyang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Bupati bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasarbidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang PetunjukTeknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah

(9)

LAPO

RAN

AKHI

R

6 - 9

Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasaruntuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase,prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokokyang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, danwaktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Bupati melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah,khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagitentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

Gambar

Tabel 6.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka Peraturan Bupati Hulu Sungai Selatan Nomor 44 Tahun 2013 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Tugas

Harga Jual Tenaga Listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perusahaan Listrik Negara dinyatakan dalam Tarif Dasar Listrik Tahun 2000, berdasarkan Golongan

Hal ini senada dengan penelitian Marini dan Andriani (2005) tentang pola asuh orang tua yang terbukti berpengaruh pada pengembangan asertivitas. Manfaat asertivitas juga telah

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS KECAMATAN AMUNTAI SELATAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA. Daerah adalah Kabupaten

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Hulu Sungai Selatan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Berita Daerah

(1) Perjalanan dinas Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, PNSD dan PTT keluar Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan diberikan

Hulu Sungai Selatan (HSS) adalah membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan bidang pengembangan iklim penanaman modal, promosi penanaman modal, pelayanan