• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan Komunikasi Interpersonal pada Physical Distancing di Situasi Pandemi Covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hambatan Komunikasi Interpersonal pada Physical Distancing di Situasi Pandemi Covid-19"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Hambatan Komunikasi Interpersonal

pada

Physical Distancing

di Situasi Pandemi Covid-19

Meryana Chandri Kustanti S.Si, M.A

Prodi Informatika Universitas Indraprasta PGRI Jakarta Pos-el: meryana.chandri@yahoo.com

Abstrak

Pandemi Covid-19, yang sedang berlangsung sejak akhir tahun 2019 hingga saat ini telah menyebabkan hampir di seluruh bagian negara yang ada di dunia terinfeksi. Pandemi ini mempengaruhi semua sektor kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama dan lain-lain. Salah satu pencegahan penyebaran pandemi tersebut dengan menerapkan physical distancing (pembatasan jarak fisik) secara besar-besaran yang mengakibatkan anjuran pengurangan interaksi langsung manusia dengan manusia lainnya secara fisik. Hal tersebut membuat proses komunikasi antar individu yang biasa dilakukan langsung dengan bertemu fisik (direct communication) dan tatap muka menjadi tidak langsung dengan tidak bertemu secara fisik (indirect communication). Sehingga, penggunaan media sebagai alat bantu komunikasi menjadikan proses komunikasi memiliki hambatan-hambatan terutama dalam komunikasi interpersonal yang terdiri dari dua orang. Penjelasan mengenai hambatan komunikasi interpersonal ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi semua orang agar dapat meminimalisir terganggunya hubungan interpersonal individu dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19.

Kata kunci: Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Hambatan Komunikasi, Proses Komunikasi.

A. Pendahuluan

Tahun 2020 menjadi tahun paling bersejarah didalam kehidupan manusia di seluruh dunia, yaitu munculnya pandemi virus Covid-19 yang menyebabkan seluruh belahan dunia terguncang dan mengakibatkan angka kematian yang tinggi di berbagai negara. Melalui website resmi CNN Indonesia (2020), direktur WHO Thedros Adhanom Gehebreyesus menyatakan bahwa pandemi virus Covid-19 ini diperkirakan masih jauh dari berakhir. Berdasarkan laman website resmi pemerintah Indonesia (2020) untuk penanganan COVID-19 bahwa didapat data tanggal 1 Mei 2020 data kematian pasien di seluruh Indonesia akibat penyakit tersebut sebanyak 800 jiwa, sebanyak 10.551 pasien positif serta 1591 pasien yang sembuh. Untuk mengatasi serta mencegah virus ini semakin menyebar maka seluruh dunia sepakat untuk menggalangkan program physical distancing (pembatasan jarak fisik) secara besar-besaran.

Berdasarkan situs resmi WHO (2020) Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Gejala penyakit tersebut demam, rasa lelah, batuk yang dapat menyebabkan sesak nafas sampai berujung kematian. Serta penyakit tersebut sangat menular

(2)

dengan cara kontak langsung dari manusia ke manusia lainnya melalui percikan cairan tubuh (bersin, batuk, dll).

WHO dalam Kompas (2020) menyatakan bahwa pada awalnya pencegahan virus Covid-19 ini memakai istilah social distancing, lalu dirubah menjadi physical distancing dikarenakan agar orang-orang hanya menjaga jarak fisik bukan berarti tidak bersosialisasi bisa dibantu dengan menggunakan bantuan teknologi alat komunikasi. Dalam anjuran WHO seluruh masyarakat di berbagai negara untuk menerapkan #STAYATHOME atau tetap dirumah masing-masing dan meminimalisir semua kegiatan yang ada di kerumunan orang banyak kecuali untuk membeli kebutuhan bahan pokok termasuk meliburkan sekolah, tempat beribadah, tempat hiburan serta perkantoran.

Physical distancing dilakukan dengan membatasi interaksi fisik secara langsung dengan sesama manusia agar mencegah penularan virus tersebut. Hal-hal mengenai pembatasan jarak di Indonesia diatur dalam peraturan pemerintah no. 21 tahun 2020 (BPK RI, 2020). Dalam peraturan tersebut istilah physical distancing juga disebut dengan istilah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), juga tentang lockdown (karantina) bagi wilayah-wilayah yang penduduknya terjangkit virus ini. Gerakan ini khususnya berakibat langsung terhadap proses komunikasi yang biasa dilakukan seseorang dengan bertemu fisik yaitu (direct communication) berubah menjadi indirect communication dengan menggunakan media dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Banyak cara berkomunikasi dengan menggunakan media salah satunya yaitu menggunakan ponsel pintar (smart phone) dengan memaksimalkan penggunaan internet untuk jaringannya. Contohnya; menggunakan applikasi whatsapp, zoom cloud, skype, line, snap chat, berbagai macam

social media seperti facebook, instagram dan masih banyak lagi. Penggunaan media dalam berkomunikasi tentunya memiliki hambatan-hambatan yang bisa menyebabkan terganggunya informasi yang disampaikan. Pada saat informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan tujuan pengirim, maka informasi menjadi tidak tersampaikan dengan efektif.

Dalam artikel ini akan dibahas tentang apa saja hambatan-hambatan komunikasi interpersonal pada saat physical distancing berlangsung dalam masa pandemi covid-19. Tujuan pembahasan tersebut agar kelak dapat dilakukan penelitian lebih lanjut bagaimana solusi mengatasi hambatan-hambatan komunikasi tersebut sehingga meminimalisir rusaknya hubungan interpersonal manusia dalam berjuang ditengah-tengah kondisi pandemi covid-19 ini.

B. Pembahasan

Merujuk kepada Koprowska (2005) bahwa hakikatnya manusia memiliki kebutuhan alami yaitu komunikasi. Dimana penjelasannya bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa adanya ketergantungan serta ikatan dengan manusia lainnya secara fisik ataupun psikologis. Hal ini didukung oleh ―A Theory of Human Motivation‖ oleh Maslow (2009) dimana terdapat tingkatan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dan dipuaskan untuk menjadikan manusia merasa utuh yaitu salah

(3)

satunya adalah need for belonging bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar untuk bersosialisasi, bergantung dengan orang lain dan berkomunikasi dengan orang lain.

Menurut DeVito dalam buku The Interpersonal Communication Book ada 5 tujuan komunikasi, yakni (DeVito, 2007): a. Untuk belajar (to learn) b. Untuk berhubungan (to relate) c. Untuk mempengaruhi (to influence) d. Untuk bermain (to play) e. Untuk menolong (to help). Tujuan komunikasi tersebut jelas bahwa komunikasi dapat menimbulkan rasa terhubung dengan orang lain dan juga bergantung kepada orang lain.

Munculnya pandemi Covid-19 ditengah-tengah kehidupan memaksa kita sebagai manusia harus membatasi sosialisasi terutama kontak fisik dengan orang lain. Berbagai macam cara dilakukan untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi di dalam kondisi pandemi ini. Kemajuan teknologi modern membuat komunikasi tetap bisa dilakukan tanpa adanya kontak fisik dengan cara menggunakan bantuan media digital yang terkoneksi internet.

Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan media komunikasi yang semakin modern dan inovatif. Penggunaan telfon genggam dengan basis internet atau yang biasa dikenal khalayak dengan sebutan

smart phone bisa menggunakan fitur-fitur seperti aplikasi chatting, video call, conference call, social media dan lain-lain untuk berkomunikasi. Dengan kemajuan teknologi model komunikasi dapat diciptakan untuk wadah komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) bermedia, komunikasi kelompok (group communication) maupun komunikasi massa (mass communication) (Panuju, 2018).

Alat komunikasi menjadi media penting demi kelangsungan manusia dalam memenuhi kebutuhannya didalam pandemi ini. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Yuliandre Darwis Komisionel KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) Pusat (2020) bahwa ditengah krisis ini kebutuhan manusia menggunakan media sebagai alat komunikasi menjadi sangat penting. Namun, pertanyaanya apakah media tersebut dapat menggantikan kebutuhan dasar manusia atas ―need to belonging”? dan Bagaimana pengaruh media terhadap komunikasi interpersonal seseorang? Apakah cukup dengan berkomunikasi melalui video call atau voice call maka seseorang akan merasa memiliki ikatan dengan orang lain?

Komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antar pribadi dimana melibatkan dua orang sebagai sender dan receiver. Berdasarkan penjelasan West & Turner (2008) ketika melibatkan komunikasi dua orang sebagai suatu proses maka komunikasi tersebut akan bersifat berkelanjutan dan dinamis. Maksudnya adalah komunikasi dua orang akan terjadi secara terus menerus bergantian posisi antara pengirim informasi dan penerima informasi bertukar peran dan sulit dikenali kapan proses komunikasi tersebut berakhir karena membentuk arus sirkuler seperti lingkaran yang tidak ada ujungnya.

Berdasarkan artikel Hasibuan (2019) mengenai model komunikasi sirkular Wilbur Schramm bahwa dalam proses komunikasi ini terjadi proses yang berkesinambungan dimana unsur pengirim pesan mengirimkan informasi dan terjadi proses pengartian pesan dapat melalui saluran (media) lalu

(4)

pesan tersebut dapat diinterpretasikan sehingga berusaha dipahami oleh penerima pesan dan langsung memberikan feedback (umpan balik) dan terjadi berulang kembali kepada pengirim pesan sehingga bertukar peran sebagai penerima pesan. Model ini biasa terjadi pada proses komunikasi interpersonal (antarpribadi).

―Di masa lalu pendekatan komunikasi antar pribadi ditekankan pada situasi dua orang atau kelompok kecil. Dengan adanya perubahan perspektif tentang bagaimana komunikasi berlangsung, pendekatan komunikasi antarpribadi berubah menjadi bersifat hubungan. Perubahan perspektif teoritis ini menyebabkan komunikasi antarpribadi melihat hubungan diantara individu. (Wiryanto, 2004)‖

Dalam komunikasi interpersonal, proses menjaga hubungan baik, meliputi sebuah usaha untuk menjaga hubungan dengan melakukan perbaikan-perbaikan, yakni dengan mencegah adanya permasalahan dan memperbaiki masalah yang telah terjadi. Upayanya dapat berupa Openess and routine talk, Positivity, Assurances, Supportiveness, Mediated communication, Conflict management, Humor (Guerero, Andersen, & Afifi, Walid, 2009). Salah satunya penelitian tentang komunikasi interpersonal dalam Petra (2013) yang berjudul ―Proses Komunikasi Interpersonal Ayah dan Anak Dalam Menjaga Hubungan‖ dimana cara membangun hubungan yang baik harus melalui proses komunikasi interpersonal yang baik dengan mengenali dan mengatasi hambatan-hambatan komunikasi sehingga dapat tercipta keterbukaan, komunikasi yang positif, kedekatan, manajemen konflik serta humor.

“The elements in the communication process determine the quality of communication. A problem in any one of these elements can reduce communication effectiveness ” (Keyton, 2011). Kalimat tersebut menjelaskan bahwa elemen-elemen yang terdapat didalam suatu proses komunikasi menentukan kualitas komunikasi. Diantaranya elemen-elemen tersebut yaitu volume suara, kata-kata, nada bicara, ekspresi wajah, gerak tubuh, faktor emosi, pola pikir. Dimana mengacu kepada Keyton (2011) bahwa proses komunikasi itu sendiri terdiri dari perpindahan informasi dari seseorang kepada orang lain ataupun dari satu orang kepada orang banyak. Pemilihan media tertentu dapat menimbulkan permasalahan yang muncul disetiap elemen sehingga membuat komunikasi menjadi tidak efektif.

Merujuk kepada Eisenberg dalam Liliweri (2015) terdapat 4 jenis hambatan dalam komunikasi efektif yaitu hambatan proses, hambatan fisik, hambatan semantik, hambatan psikososial.

1. Hambatan Proses

Hambatan proses terjadi pada proses komunikasi itu sendiri. Dalam situasi physical distancing

contohnya pada saat kita video call dengan orang lain. Meskipun bertatap muka terkadang koneksi atau sinyal provider internet terkadang membuat video call tidak berjalan lancar, sehingga pada saat membicarakan hal-hal yang penting dan video menjadi terputus-putus suaranya ataupun gambarnya membuat pesan tidak tersampaikan dengan baik. Dalam hambatan proses, faktor noise (gangguan) sangat berperan menjadi hambatan. Suara terputus-putus karena sinyal jelek, suara kurang jelas sehingga artikulasi tidak jelas, camera handphone buram sehingga

(5)

orang yang diajak bicara tidak jelas ekspresi wajahnya. Sehingga proses komunikasi yang terjadi tidak berjalan lancar.

2. Hambatan Fisik

Hambatan fisik bisa berupa non verbal communication atau keterbatasan fisik seseorang. Namun, dalam artikel ini pembahasan hambatan fisik pada physical distancing lebih kepada hambatan kontak fisik. Untuk sebagian orang yang terbiasa melakukan kontak fisik untuk berkomunikasi dengan orang lain seperti sentuhan kecil yang membuat seseorang merasa terikat dengan orang lain tentunya dapat menyebabkan perasaan kehilangan ketika tidak dapat melakukan hal tersebut.

Contohnya: orang tua dan anak dimana pertanda sayang seorang ibu akan membelai anaknya pada saat berkomunikasi. Di situasi ini misal anak sedang melakukan studi diluar kota yang tidak diperbolehkan untuk pulang kekampung halaman karena pandemi ini. Meskipun bisa berkomunikasi lewat video call namun hal seperti memeluk tidak bisa dilakukan. Sehingga pesan tertentu yang diwakili oleh bahasa tubuh dengan menyentuh tidak dapat tersampaikan dengan baik. Hambatan fisik tidak dapat dihindari dalam situasi ini, namun dengan memaksimalkan aspek bahasa tubuh yang lain dengan ekspresi wajah atau gerak tubuh yang jelas terlihat (dalam penggunaan video call) bisa meminimalisir setidaknya kekosongan tersebut.

Hambatan fisik sendiri sudah pasti ada pada saat chatting, dimana unsur bahasa tubuh tidak ada dikarenakan menggunakan bahasan tulisan. Sehingga otomatis, komunikasi interpersonal menjadi tidak lengkap. Hambatan fisik tidak dapat dihindari atau diminimalisir dengan cara mengoptimalkan bahasa tubuh dan ekspresi wajah agar pesan yang disampaikan jelas maksudnya.

3. Hambatan Semantik

Hambatan semantik mengarah kepada tata bahasa dan kata-kata yang diucapkan oleh pengirim pesan. Dalam physical distancing contohnya pada saat kita chatting dengan seseorang cenderung bahasa yang digunakan bahasa singkatan, bahasa istilah masa kini, penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai kaidah bahasa, bahasa asing yang tidak dimengerti lawan bicara atau ekspresi seseorang pada saat berbicara ditunjukkan dengan emoticon (simbol). Maka, kecendrungan pesan dapat disalah artikan (miss interpretation) dan dapat menimbulkan miss communication.

Contohnya : Dalam bahasa chatting ada istilah-istilah singkatan yang tidak semua orang mengetahui maknanya seperti ASAP (As Soon As Possible), LOL ( Lot of Laugh), BRB (Be Right Back) dan masih banyak lagi. Selain singkatan contoh emoticon seperti   yang terkadang penggunaannya menjadikan isi pesan ambigu artinya.

Hambatan semantik kerap terjadi juga berkaitan dengan kondisi emosi seseorang pada saat membaca tulisan pesan tersebut. Namun, hambatan ini bisa dihindari dengan cara adanya pemberian umpan balik. Pada saat melakukan komunikasi interpersonal proses komunikasi

(6)

bersifat sirkuler. Unsur feedback (umpan balik) dari penerima pesan berarti membuat receiver

dapat melakukan pengecekan arti sesungguhnya langsung kepada pengirim pesan.

4. Hambatan Psikososial

Hambatan psikosial adalah hambatan yang paling berpengaruh dalam komunikasi antapribadi (interpersonal) dimana kondisi emosi seseorang dapat menentukkan apakah pesan yang dikirimkan oleh pengirim pesan dapat diterima dengan benar oleh penerima pesan sesuai denan maksud yang ingin disampaikan. Melihat kondisi pandemi saat ini, dimana informasi mengenai pandemi Covid-19 bertebaran disosial media, bahkan banyak juga informasi yang bersifat tidak benar (hoax). Ditambah anjuran untuk tetap dirumah membuat orang-orang mengalami tekanan emosi tertentu seperti rasa bosan dan rasa tidak aman (insecure), stress dll. Keadaan emosi yang tidak stabil membuat kualitas komunikasi dapat menurun dengan tingkat stress seperti ini dapat menyebabkan orang mudah tersinggung atau marah, padahal belum tentu maksud pengirim pesan sengaja bertujuan menyinggung.

Terlebih jika salah satu anggota keluarga, orang yang dikasihi, orang yang dikenal, teman ataupun kerabat yang terkena virus ini maka hal tersebut akan menyebabkan seseorang mengalami beberapa emosi seperti sedih, kesal, marah, putus asa, dll. Contohnya, pada saat berkomunikasi chatting melalui aplikasi bahasa tulisan membuat pesan terkadang salah diartikan terlebih pada saat kita tidak mendengar nada lawan bicara sehingga faktor emosi pada saat membacanya terpengaruh emosi kita pada saat itu. Tulisan ―OK‖ jika kita membacanya dengan nada datar (emosi kita saat itu sedang netral) maka berarti semua baik-baik saja, namun jika kita membacanya dengan nada marah (emosi kita saat itu sedang marah) sehingga ―OK‖ pertanda kita marah tidak ingin melanjutkan pembicaraan.

Dalam hambatan psikososial pada kondisi physical distancing juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan persepsi tentang cara penanganan pandemi ini. Seperti layaknya perbedaan pendapat tentang kebijakan pemerintah mendukung lockdown atau tidak mendukung. Perbedaan persepsi tersebut membuat pengirim pesan dan penerima pesan akan terganggu kualitas hubungannya yang menyebabkan komunikasi interpersonal terhambat.

Solusi untuk perbedaan persepsi adalah dengan cara berusaha saling menghargai pendapat lawan bicara dengan mendengarkan secara aktif isi pesan yang dikirimkan oleh pengirim pesan meskipun berbeda pendapat. Dengan mendengarkan baik-baik pendapat orang lain maka diharapkan dapat menelaah isi pesan secara logis tidak terpengaruh keadaan emosi.

C. Penutup

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang prosesnya membentuk suatu arus lingkaran atau biasa disebut sirkuler. Dimana proses komunikasi sirkuler melibatkan semua unsur komunikasi yang terjadi secara terus menerus dan berhubungan satu sama

(7)

lain sehingga menyebabkan adanya pertukaran peran antara pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver).

Dalam proses komunikasi interpersonal, hambatan-hambatan biasa terjadi terutama pada kondisi berlakunya anjuran physical distancing dalam pandemi Covid-19 ini. Ada empat hambatan dalam komunikasi yaitu hambatan proses, hambatan semantik, hambatan fisik dan hambatan psikososial menurut Eisenberg (Liliweri, 2015). Penggunaan bantuan media pada saat berkomunikasi tidak selalu lancar seperti yang diharapkan. Kendala-kendala teknis pada perangkat media bisa saja timbul salah satunya lemahnya sinyal internet pada smart phone. Kendala teknis tersebut masuk kedalam hambatan proses.

Hambatan psikososial paling berpotensi besar dalam mempengaruhi komunikasi interpersonal menjadi efektif atau tidak disamping hambatan proses. Kondisi psikologis seseorang dalam situasi pandemi ini dapat mempengaruhi pesan terhambat dalam penyampaiannya. Hilangnya unsur kontak fisik dapat mengurangi makna pesan tersampaikan dengan baik. Sehingga penggunaan media diragukan dapat menganggantikan arti kontak fisik sesungguhnya pada hubungan interpesonal tertentu.

Daftar Pustaka

BPK RI. (2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Retrieved from https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135059/pp-no-21-tahun-2020

CNN Indonesia. (2020). WHO Sebut Pandemi Covid-19 Masih Jauh dari Berakhir. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200428013617-134-497876/who-sebut-pandemi-covid-19-masih-jauh-dari-berakhir

DeVito, J. . (2007). The Interpersonal Communication Book (11th ed.). USA: Sage Publication Ltd. Guerero, P., Andersen, A., & Afifi, Walid, A. (2009). Communication in Relationship. New York:

Routledge.

Hasibuan, M. A. (2019). Komunikasi Sirkular (Circular Theory). 2(1), 49–57.

Keyton, J. (2011). Communication and organizational culture: A key to understanding work experience. Thousand Oak, CA: SAGE.

kompas. (2020). WHO Gunakan Istilah Physical Distancing, Ini bedanya Dengan Social Distancing. Retrieved from https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/01/061500965/who-gunakan-istilah-physical-distancing-ini-bedanya-dengan-social

Koprowska, J. (2005). Communication and Interpersonal Skills in Social Work. Southernhay: Learning Matters Ltd.

Liliweri, A. (2015). Komunikasi Antar Personal (1st ed.). Jakarta: Kencana.

Maslow, A. H. (2009). A Theory of Human Motivation (1st ed.). New Delhi: General Press. Panuju, R. (2018). Pengantar Studi Ilmu Komunikasi. Jakarta: Kencana.

(8)

Petra, U. K. (2013). PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL AYAH DAN ANAK DALAM MENJAGA HUBUNGAN. Jurnal E-Komunikasi Program Studi KomunikasiE-Komunikasi Program Studi Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, 1 No.3.

RG. (2020). Fungsi Media dan Komunikasi yang Tepat di Tengah Krisis. Retrieved from Komisi Penyiaran Indonesia website: http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/35672-fungsi-media-dan-metode-komunikasi-yang-tepat-di-tengah-krisis

West, R., & Turner, L. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi (3rd ed.). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

WHO. (2020). Pertanyaan dan Jawaban Terkait Corona Virus. Retrieved from https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public

Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.

www.covid-19.gov.id. (2020). Infografis COVID-19 1 Mei 2020. Retrieved from https://covid19.go.id/p/berita/infografis-covid-19-1-mei-2020

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis untuk memberikan bukti-bukti empiris efek Good Corporate Governance (ownweship manajerial, kepemilikan kelembagaan, Dewan

Selain jarak yang menyebabkan pasangan tidak bisa bertemu secara langsung, komunikasi yang dilakukan juga dapat menjadi salah satu hambatan dalam menjalani sebuah

Sikap Masyarakat Terhadap Penerapan Imbauan Social/physical Distancing Saat Pandemi Covid-19 Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol... Bagi masyarakat imbauan ini merupakan

Karena adanya hubungan antara kualitas udara dengan pandemi Covid-19 ini, maka dilakukan analisis dampak pandemi Covid- 19 terhadap kualitas udara di Surabaya

Dari penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil bahwa, (1) Pola Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dalam Mendampingi Proses Belajar Anak Dimasa Pandemi Covid-19

Ada strategi komunikasi yang bisa dilakukan para pelaku komunikasi di sektor pariwisata untuk mendukung strategi bisnis perusahaan pada saat pandemi covid-19.. Strategi

Walau begitu menurut Duta (2015) dalam (Agustin, dkk., 2020) pembelajaran yang efektif menjadi sulit tercapai pada masa pandemi covid-19 ini, dikarenakan komunikasi

Gerakan BLM di tahun 2020 menjadi sebuah gerakan anti-rasis yang berbeda dari sebelumnya, karena gerakan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19 yang mana