• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Linen Rawat Inap di Instalasi Laundry RSUD Ungaran, Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengelolaan Linen Rawat Inap di Instalasi Laundry RSUD Ungaran, Kabupaten Semarang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

M K M I

Media Kesehatan Masyarakat Indonesia

Fa kultas Kesehatan Masyarakat Universita s Diponegoro DOI:10.14710/mkmi.20.1.1-11

Pengelolaan Linen Rawat Inap di Instalasi Laundry RSUD Ungaran,

Kabupaten Semarang

Eka Kristia Ayu Astuti 1*, Ayun Sriatmi 1, Wulan Kusumastuti 1

1 Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang *Corresponding author : ekakristiaayu@mail.com

Info Artikel : Diterima 15 Oktober 2020 ; Disetujui 4 Desember 2020; Publikasi 1 Februari 2021

ABSTRAK

Latar belakang: Pengelolaan linen turut berkontribusi pa da pembentukan citra rumah sakit di masyarakat. Pela yanan rawat inap di RSUD Unga ra n Ka bupaten Semarang cukup diminati masyarakat, jika dilihat dari BOR (Bed Occupancy Ratio) dan AVLOS (Average Length of Stay) rumah sa kit. Namun, ketersediaan stok linen di ra wa t ina p belum merata. Tujuan penelitia n adalah untuk menganalisis pengelolaan linen ra wat inap di Instalasi

Laundry RSUD Unga ran Ka bupaten Semarang.

Metode: Penelitia n ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenologis. Teknik pengumpulan da ta yaitu indepth interview dengan purposive sampling. Subjek penelitia n terdiri da ri 5 orang informan utama da n 5 ora ng informan tria ngulasi. Aspek ya ng diteliti a da lah a spek masukan dan proses pengelolaan linen.

Hasil: Pa da a spek masukan menunjukkan kekurangan tenaga pelaksana di laundry, sa rana dan prasarana belum memenuhi sta ndar, dan pelaksanaan SOP belum berjalan optimal. Pa da a spek proses menunjukkan tidak terdapat sta ndar penggunaan linen da lam perencanaan, masih ditemukan penyimpangan pa da penanganan linen kotor, ma sih terdapat petugas yang tidak melakukan distribusi linen bersih pada jalur linen bersih, belum semua linen ya ng rusak dilakukan perawatan linen, dan pengisia n dokumen pelaporan linen di ra wat inap belum rutin. Simpulan: Terdapat kendala pada aspek masukan dan proses pengelolaan linen ra wat inap di Instalasi Laundry RSUD Unga ra n, sehingga perlu dila kukan perbaikan pada aspek masukan dan proses pengelolaan linen. Kata kunci: Pengelola an linen, instalasi laundry, rumah sa kit

ABSTRACT

Title: Management of Inpatient Linen in the Laundry Installation at RSUD Ungaran, Semarang Regency

Background: Linen management contributes to the establishment of the image of the hospital in the community.

Public quite interest with inpatient services at Ungaran Hospital, Semarang Regency, when it viewed from the BOR and AVLOS of the hospital. However, the availability of linen stocks in inpatient rooms is not evenly distributed. The aim of this research was to analyze the management of inpatient linen at the Laundry Installation at RSUD Ungaran, Semarang Regency.

Method: This research is a qualitative research with a phenomenological descriptive approach. The data

collection technique was in-depth interview with purposive sampling. The research subjects consisting of 5 main informants and 5 triangulation informants. The aspects studied were the input and process aspects of linen management.

Result: In the input aspect, it shows that there was a shortage of manpower laundry, the facilities and infrastructure have not met the standards, and the implementation of SOP has not been optimal. In the process aspect, it shows that there is no standard for the use of linen in planning, irregularities are still found in the implementation of handling dirty linen, there were officers who did not distribute clean linens on the clean linen route, not all damaged linens get treatment, and filling in linen reporting documents in inpatient was not routine yet.

(2)

Conclusion: There are obstacles in the input and process aspects of the inpatient linen management at the RSUD Ungaran Laundry Installation, so it is necessary to improve the input and process aspects of the linen management.

Keywords: Linen management, laundry installation, hospital PENDAHULUAN

Rumah sa kit berkontribusi da la m peningkatan dera jat kesehatan masyarakat. Sebagaimana amanat da la m Undang-Undang Nomor 44 Ta hun 2009 yang menjelaskan bahwa rumah sa kit merupakan sarana pela yanan kesehatan ya ng menyelenggarakan pela yanan kesehatan perora ngan seca ra pa ripurna denga n menyediakan pela yanan ra wat ina p, rawat ja la n, dan ga wat darurat. Salah sa tu pelayanan yang dibutuhkan rumah sa kit untuk menjamin terla ksananya pela yanan kesehatan perorangan seca ra paripurna a dalah pelayanan instalasi laundry.1 Instalasi laundry termasuk unit penunjang non medik ya ng berperan sebagai piha k yang berta nggung ja wa b untuk menyediakan pelayanan linen kepada pa sien rumah sa kit terutama pa sien ra wa t ina p, ba ik secara kuantitas maupun kualitas. Sela in ha rus memenuhi ketersediaan linen rumah sa kit, insta la si laundry secara tidak la ngsung turut berperan da lam upaya memutus kontak penularan penyakit ya ng mungkin da pat ditimbulkan dari penggunaan linen dengan menjamin kebersihan pada linen. Oleh ka rena itu diperluka n perhatian khusus da la m mengelola linen rumah sa kit terutama bagi insta la si laundry agar tercipta linen yang siap pakai, nya man dan bersih saat diberikan kepada pasien.2,3 Linen dika tegorikan seba gai logistik non medis ruma h sa kit khususnya seluruh produk tekstil yang mendukung penyelenggaraan pelayanan kepada pa sien seperti sprei, steek laken, sa rung ba ntal, dan la in-la in. Linen ya ng dikelola oleh laundry terdiri da ri linen kotor infeksius da n linen kotor non infeksius.2 Linen da pat menjadi media untuk mikroorganisme tumbuh da n berkembang, seperti penelitia n ya ng dila kukan di India pa da 69 sampel linen ditemukan ba kteri Pseudomonas, Aerobic spores, dan klebsiella yang tersebar di selimut, sprei, sa rung ba ntal, ba ju pasien, ga un bedah, da n troli linen.4

Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang di linen da pat disebabkan oleh pengelolaan linen yang tida k tepat sehingga dapat memungkinkan timbulnya risiko ba haya penularan infeksi di rumah sakit, meskipun infeksi yang ditimbulkan rela tif rendah.2,5 Alur pengelolaan linen ya ng cukup panjang, menyebabkan diperlukan pengelolaan yang khusus da n tida k da pat dia baikan, seba b tertuang dalam Sta ndar Na sional Akreditasi Rumah Sa kit (SNARS) serta Pera turan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Ta hun 2017 tentang Pedoman Pencega han da n Pengendalian Infeksi (PPI) di Fa silita s Pela yanan Kesehatan serta dalam Peraturan Menteri Keseha tan Republik Indonesia Nomor 7 Ta hun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah

Sa kit.6,7

Meskipun tela h dipertegas da la m berbagai regula si ya ng dikelua rkan oleh pemerintah, kenyataannya pela ksanaan pengelola an linen di laundry rumah sa kit belum optimal.2 Banyak faktor ya ng mempengaruhi baik dari a spek sumber tenaga, sa ra na dan prasarana, dana, kepatuhan petugas pada SOP, ma upun dalam proses manajemen pengelolaan linen.8,9 Pengelola an linen ya ng tepa t turut berkontribusi da lam pembentukan citra rumah sakit di ma syarakat.4

Rumah Sa kit Umum Da erah (RSUD) Ungaran merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Sema rang kela s C ya ng memilki 187 tempat tidur denga n BOR yang meningkat dari 2017-2018 yaitu 74,3% - 75,1%, sedangkan AVLOS menurun yaitu 4,5 – 4,1 ha ri. Angka BOR ya ng meningkat dan AVLOS ya ng menurun tersebut membuktikan bahwa pemakaian tempat tidur di pela yanan ra wa t inap RSUD Unga ra n cukup tinggi. Ha l ini tentunya dapat menjadi sa lah satu indikasi bahwa penggunaan linen di RSUD Unga ra n juga cukup tinggi.

Instalasi laundry RSUD Ungaran mengelola linen setia p ha ri terutama linen ra wa t ina p. Ha sil studi pendahuluan menunjukkan bahwa ketersediaan stok linen di 9 rua ng ra wa t ina p belum merata khususnya pa da linen jenis steek laken, artinya terjadi kelebihan da n kekurangan stok linen. Ha l ini mengakibatkan stok ya ng tersedia di rua ngan tersebut tidak memenuhi perhitungan minimal 3 par 1 TT stok linen ya ng harus berputar di rua ng ra wat inap. Kelebihan da n kekurangan stok linen tersebut menandakan ba hwa pengelolaan linen belum berjalan optimal. Berdasarkan fakta ya ng tela h diura ikan di atas, penelitia n ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan linen ra wa t ina p di Insta lasi Laundry RSUD Unga ra n Kabupaten Semarang.

MATERI DAN METODE

Penelitia n ini a dalah penelitia n kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenologis. Data penelitia n dikumpulkan melalui kegia tan wawancara mendalam (indepth interview), observasi, da n studi litera tur. Kegia tan wa wancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi ya ng tida k dapat diperoleh peneliti da ri observasi, dengan mengajukan perta nyaan kepada informan/subjek penelitian yang kriteria nya telah dipilih seca ra purposive sampling oleh peneliti. Penelitia n ini dila kukan di RSUD Unga ra n Ka bupaten Semarang.

Subjek dalam penelitian ini terdiri a tas 5 orang informan utama dan 5 ora ng informan tria ngulasi. Informan utama yaitu 1 ora ng Ka sie Keperawatan, 1 ora ng Ka sie Hygiene dan Sa nita si, da n 3 orang

(3)

petugas insta la si laundry. Informan tria ngulasi penelitia n ini terdiri da ri 1 ora ng petugas komite Pencega han dan Pengendalia n Infeksi (PPI), 1 orang Kepa la Ruang Ra wat Inap, dan 3 orang pasien rawat ina p RSUD Unga ran.

Aspek ya ng dia nalisis da la m penelitia n ini meliputi a spek ma sukan terdiri da ri sumber daya ma nusia, sa ra na-prasarana, da n SOP pengelolaan linen. Aspek proses da lam pengelolaan linen terdiri da ri perencanaan, penanganan, pendistribusian, pera watan dan pelaporan linen.

Pengola han data pada penelitian ini dimulai dari reduksi da ta, penyajian da ta, da n penarikan kesimpulan. Pa da penelitian ini juga dila kukan uji kea bsahan da ta dengan menggunakan uji va liditas da n relia bilita s. Penelitia n ini juga tela h diva lidasi denga n ethical clearance da ri Fa kultas Kesehatan Ma syarakat Nomor: 182/EA/KEPK-FKM/2020.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Karakteristik Informan Penelitian

Penelitia n ini dila ksanakan dengan menggunakan pedoman wa wa ncara melalui kegia tan wawancara mendalam da n dilengkapi dengan lembar observasi penelitia n. Peneliti memilih da n menetapkan subjek penelitia n berdasarkan keterlibatan, pengetahuan dan informasi ya ng dimiliki subjek penelitian terkait pengelolaan linen ra wa t ina p di Insta lasi Laundry RSUD Unga ra n. Berikut merupakan gambaran seca ra umum mengenai karakteristik informan utama da n tria ngulasi da lam penelitia n ini:

1. Informan Penelitian

Ta bel 1. Ka rakteristik Informan Penelitia n

Kode Usia (tahun) Masa Kerja (tahun) Lama Rawat (hari) Pendidikan Terakhir Informan Utama IU 1 54 30 - S2 Magister Manajemen IU 2 55 32 - S2 Promosi Kesehatan IU 3 51 34 - SD IU 4 35 11 - SMA IU 5 58 31 - SD Informan Triangulasi IT 1 43 10 - S1 Keperawatan dan Ners IT 2 44 18 - S1 Keperawatan dan Ners IT 3 65 - 4 SD IT 4 42 - 5 SMK IT 5 64 - 6 SD

Ta bel 1 menunjukkan bahwa informan utama da la m penelitia n ini terdiri da ri Ka sie Kepera watan, Kasie Hygiene dan Sanitasi, Kepala Laundry, petugas linen kotor, da n petugas linen bersih di RSUD Unga ra n Ka bupaten Semarang. Seda ngkan informan tria ngulasi terdiri dari Petuga s komite PPI, Kepa la Ra wat Inap, dan 3 ora ng Pa sien Ra wat Ina p di RSUD Ungaran Ka bupaten Semarang.

Analisis Aspek Masukan dalam Pengelolaan Linen Rawat Inap di Instalasi Laundry RSUD Ungaran

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Da ya Ma nusia (SDM) merupakan komponen utama ya ng berperan penting dalam pela ksanaan pengelola an linen ruma h sakit.8 Sumber daya manusia pengelola linen di Instalasi

Laundry RSUD Unga ran berjumlah 7 orang

petugas yang terdiri da ri 1 orang Kepala Laundry, 3 ora ng petugas linen kotor, da n 3 orang petugas linen bersih. Ketersediaan jumla h petugas

laundry sa a t ini belum mencukupi jika

diba ndingkan dengan beban cucia n yang harus diselesa ikan setiap hari. Ra ta-rata cucian laundry ya itu 270 kg/hari, maka jika dihitung berdasarkan beba n cucia n ma ka jumlah minimal petugas laundry yang dibutuhkan adalah 8 orang. Hal ini didukung dengan penelitian Amalia Alifah (2019) ba hwa jumla h petugas laundry ya ng kurang menyebabkan beban kerja menjadi tinggi.9 Jumla h SDM ya ng tida k memenuhi kebutuhan ya ng a da merupakan penyebab keberjalanan sua tu pelayanan kesehatan tidak optimal.10

Kua lifikasi pendidikan yang dimiliki 4 dari 7 ora ng petugas laundry RSUD Unga ran saat ini belum memenuhi ka rena 4 orang petugas laundry tersebut berpendidikan SD, seda ngkan 3 orang petugas laundry la innya berpendidikan SMA. Pa dahal kua lifikasi pendidikan pengelola linen ruma h sa kit minimal SMP dengan latihan khusus.2 Penelitian Jamilatus (2015) menyatakan ba hwa petugas laundry dengan pendidikan SD belum memenuhi kualifikasi petugas laundry dan linen.11

Pentingnya kua lifikasi pendidikan untuk pengelola linen rumah sakit menandakan bahwa pena nganan linen itu sifa tnya khusus sehingga membutuhkan pengetahuan da ri petugas karena terda pat sta ndar ya ng ha rus diperhatikan dalam pengelolaan linen ruma h sakit.2 Pendidikan seseora ng da pat memberikan penga ruh pada pengetahuan, kemampuan menerima dan memahami informasi ya ng diberika n kepada ora ng tersebut.12

Meskipun belum semua petuga s laundry memenuhi kua lifikasi pendidikan pengelola linen, na mun semua petugas laundry termasuk pera wat rawat inap telah mendapatkan pelatihan mengenai penatalaksanaan pengelolaan linen ruma h sa kit. Pela tiha n diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan

Kotak 1

“…di laundry a da 7 ora ng ta pi belum cukup…” (IU 2)

“…pelaksana laundry a da 7 orang dan masih kura ng ka rena jumlah linen banyak...” (IU 4)

(4)

pengelola linen.9 Pela tiha n pa da petugas akan membantu petugas untuk bekerja seca ra efektif da n efisien terutama da la m menghadapi perubahan yang terjadi dalam pekerjaan.13 Petuga s laundry telah diberikan dan memiliki motivasi dalam mengelola linen yaitu menjamin ketersediaan linen bersih guna mendukung keberjalanan pelayanan medis di setiap ruangan da n demi kenyamanan pasien. Motivasi memiliki penga ruh ya ng sa ngat besa r terha dap kinerja pekerja di level pela ksana.14

2. Sarana dan Prasarana

Sa ra na da n pra sarana di Instalasi Laundry RSUD Unga ra n meliputi semua a lat dan bahan ya ng digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan linen ruma h sakit. Sa ra na da n prasarana yang tersedia untuk mendukung pengelola an linen ma sih mengalami beberapa kendala, diantaranya: a. Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang

Belum Lengkap

Sa ra na da n prasarana untuk pengelolaan linen di laundry belum lengka p da n belum memenuhi sta ndar dia ntaranya tida k terdapat meja untuk penerimaan dan penyortiran linen, lema ri penyimpanan linen masih banyak yang terbuka, troli linen kotor da n linen bersih ma sih menjadi sa tu, serta genset khusus laundry tidak tersedia sehingga jika listrik mati ma ka seluruh pekerjaan di laundry terhenti dika renakan pekerjaan di laundry ra ta-rata menggunakan mesin. Kelengkapan sarana dan pra sarana di insta la si laundry menjadi faktor vita l da lam penyelesaiaan pekerjaan di laundry. Hal ini dika renakan petugas laundry a kan terdorong untuk meningkatkan kinerja nya jika tersedia sa rana dan prasarana ya ng lengkap.8

Sela in itu rua ng insta lasi laundry kurang memadai seperti tida k a da ruang a ntara untuk tra nsit petugas, rua ng pemila han linen berga bung denga n ruang pencucian, ruang pencucian linen infeksius da n non infeksius tida k disekat, serta ruang penyimpanan linen bersih di laundry bergabung denga n ruang a dministrasi. Ha l tersebut dika renakan area rua ng laundry yang dimiliki RSUD Ungaran terba tas. Pa dahal insta la si laundry harus dilengka pi denga n ruang a ntara, ruang penerimaan da n pemila han, ruang pencucian linen infeksius da n non infeksius yang berbeda, da n rua ng penyimpanan linen.7,15 Menurut penelitia n Leni Ma rlina (2019) ba hwa ruangan instalasi laundry yang terbatas a kan berdampak pada sa rana dan prasarana ya ng tida k da pat memenuhi ketetapan yang seha rusnya dilaksanakan di laundry.16

b. Kerusakan Mesin Laundry

Kerusa kan mesin-mesin ya ng a da di Instalasi Laundry RSUD Unga ra n seperti mesin cuci infeksius, mesin setrika, dan mesin ka trol elektrik untuk mengangkut linen yang tela h dicuci ke la nta i a ta s untuk disetrika ka rena gedung laundry bertingkat. Sejauh ini upa ya pemeliharaan mesin-mesin yang ada di laundry tela h rutin dila kukan ya itu setiap bula n, namun mesin-mesin tersebut memang ha rus dila kukan perbaikan.Kerusakan pada mesin-mesin di laundry da pat menyebabkan opera sional di laundry juga terga nggu.16 Kinerja petugas juga dipenga ruhi oleh ketersediaan sarana-prasarana yang memenuhi sta ndar kerja dan dapat berfungsi untuk melaksanakan suatu perkerjaan.17 Upa ya penanganan pada mesin yang rusak la ma karena dana yang tela h dia nggarkan untuk penanganan kerusakan mesin direlokasi untuk kepentingan ya ng lebih urgensi, salah sa tunya pena nganan COVID-19 di RSUD Unga ra n. Pa da hal ra ta -rata pekerjaan yang a da di laundry menggunakan mesin, maka da ri itu penanganan kerusakan mesih perlu dila kukan dengan cepat. Menurut penelitian Munawirsyah (2017) ba hwa proses pena nganan yang cepat pada a lat yang rusak da pat berpengaruh pada kinerja dari petugas.18 Pena nganan pa da kerusakan a la t di insta lasi laundry ya ng la ma a ka n menimbulkan kendala ba gi petugas laundry ka rena dapat memperlambat kinerja dari petugas laundry.8

3. Standard Operating Procedure (SOP)

Ketersediaan SOP pelayanan linen merupakan sa la h sa tu faktor keberhasila n pengelolaan linen ya ng tepat.11 Setia p proses pengelolaan linen di Instalasi Laundry RSUD Ungaran telah memiliki SOP ya ng dija dikan pedoman dalam bekerja. Sela in itu juga terda pat SOP mengenai cuci ta ngan dan SOP Ala t Pelindung Diri (APD), ba hkan juga terdapat buku pedoman lainnya. Pembuatan SOP juga tela h mengacu pada regula si ya ng sudah diterbitkan oleh Kementerian Keseha tan RI. Ketersediaan SOP dalam

Kotak 2

“…gedung laundry kita terla lu sempit belum memenuhi persyaratan unit laundry, tida k a da ga nset laundry jadi misa l mati tidak bisa kerja…” (IU 2) “…sebenarnya belum cukup, masih ba nyak kekurangan di laundry sini…” (IU 3)

“…ruangan laundry kami belum standar, ka la u ma u dibikin sta ndar ka mi tidak punya la ha n jadinya ka mi ha nya bisa memodifikasinya…” (IT 1)

(5)

pengelolaan linen itu penting ba gi ruma h sakit ka rena berkaitan dengan kua litas linen yang diha silkan dan keselamatan kerja.9

Meskipun demikia n, pela ksanaan SOP tersebut belum optimal ka rena ma sih terdapat perila ku petugas ya ng tida k mematuhi SOP mengenai pemakaian APD ma upun dalam proses pela ksanaan pengelolaan linen. Pa da hal SOP tersebut digunakan seba gai da sar da n prosedur da ri setia p ta hap pengelola an linen guna mencegah petugas dari kesalahan dalam bekerja.8 Pela ksanaan pengelolaan linen ya ng sesuai denga n SOP diha rapkan da pat mengurangi kontaminasi pada linen bersih dan risiko infeksi pa da petugas laundry dari linen ya ng kotor.11

Perila ku petugas pengelola linen yang tidak pa tuh terha dap SOP pengelolaan linen dapat menjadi tola k ukur ba hwa sikap pa ra petugas pengelola linen tersebut masih perlu diperbaiki a ga r petugas disiplin da lam melaksanakan SOP pengelolaan linen ruma h sa kit. Menurut Ha sibuan (2002) ba hwa tolak ukur da ri kinerja seora ng petugas da pat diliha t da ri kedisplinan petugas dalam mematuhi peraturan yang berlaku da n mela kukan pekerjaan sesua i a rahan.19 Pemberian sa nksi a ta u hukuman diperlukan untuk meningkatkan kedisiplina n petugas dan mendidik petugas agar mematuhi peraturan yang berla ku.20

Analisis Aspek Proses dalam Pengelolaan Linen Rawat Inap di Instalasi Laundry RSUD Ungaran 1. Perencanaan Linen

Perencanaan linen merupakan rangkaian dari tinda kan yang dila kukan untuk menentukan kebutuhan linen da ri segi produk, desain, ukuran, bahan, jumlah, dan penggunaan linen.2 Perenca naan kebutuhan linen ra wa t ina p di RSUD Unga ran dila kukan oleh Ka sie Kepera watan, seda ngkan insta lasi laundry ha nya sebagai pihak pelaksana untuk melakukan pengelolaan linen mulai da ri menerima linen kotor sa mpai mendistribusikan linen bersih kembali ke rua ngan.

Berda sarkan hasil penelitia n, linen yang dipilih a ka n disesuaikan dengan standar produk linen ya ng ada yaitu tidak tipis dan warna yang tida k mudah pudar. Desa in linen menggunakan desa in ya ng sederhana dengan menyesuaikan

fungsi da ri linen sendiri. Ukura n linen yang diguna kan sesua i ukura n tempat tidur rumah sa kit ya ng standar.

RSUD Unga ra n menggunakan linen yang berba han ka tun ya ng mudah menyerap. Hal tersebut sudah sesuai dengan standar bahan linen ruma h sakit oleh Depa rtemen Kesehatan RI (2004) ya itu ka tun (cotton) 100%, Cotton Viscose (CVC) 50%-50%, Teterton Cotton (TC) 65%-35%, Polyester 100% dengan anyaman pla t a ta u twill/drill.2 Na mun, Ca sa do (2012) menyebutkan ba hwa kualitas linen a kan lebih ba ik jika menggunakan campuran bahan 50% ka tun dan 50% polyester diba ndingkan bahan ka tun 100%.21

Perencanaan jumla h kebutuhan linen di RSUD Unga ra n menggunakan perhitungan 3 x BOR, denga n juga mempertimbangkan jumlah linen ya ng tersedia dan jumlah linen yang hilang da n rusa k di rua ngan. Pertimbangan tersebut dida patkan da ri form inventarisasi linen dan buku bantu linen setiap ruang ra wat inap. Hal ini tida k sesua i denga n ketetapan perhitungan kebutuhan linen rumah sakit yang harus berputar di rua ngan oleh Depa rtemen Kesehatan RI (2004) ya itu 3 pa r per tempat tidur (1 par dipa kai, 1 par dicuci, dan 1 par disimpan sebagai ca dangan).2 Perhitungan kebutuhan linen yang tida k tepa t dapat menyebabkan terjadinya kekurangan kebutuhan linen pa da ruang pera watan.22

Sela njutnya, RSUD Unga ra n belum memiliki sta ndar wa ktu ba tas kelayakan penggunaan linen berda sarkan umur ataupun frekuensi pencucian linen a kibatnya linen yang suda h mempunyai ma sa pa kai ya ng lama dan berta hun-tahun teta p digunakan dalam pela yanan kepa da pa sien. Petugas hanya menentukan linen la yak a tau tidak berdasarkan kondisi fisik linen, pa dahal persepsi layak atau tida k la yak setiap orang berbeda-beda.

Menurut penelitian Theodora (2013) rumah sa kit ya ng tida k memiliki sta ndar penggunaan linen tida k dapat mengetahui kapan linen layak untuk diganti sehingga terda pat ba nyak linen ya ng menga lami kerusakan di ra wa t ina p.23 Sta ndar untuk batas kelayakan penggunaan linen ya itu 350 kali pencucian, untuk linen berbahan ka tun hanya memiliki ketahanan sampai 200 kali pencucian.2,21

Kotak 3

“…cenderung tidak patuh tetapi sudah kita a ra hkan, contohnya pemakaian APD kadang tida k lengka p da n ka dang tida k sesuai pemisahan a ntara infeksius dan non …” (IU 1) “…masih ada beberapa yang belum berjalan sesua i SOP…” (IU 3)

“…sesuai Depkes 2004, permenkes…” (IT 1)

Kotak 4

“…ka lau beberapa kali dipa kai belum ada, tia p ta hun sortir pengecekan linen, kalau gak yo penuh nanti…” (IU 1)

“…linen dari jaman X masih ada yang makai itu, istila hnya dieman-eman…” (IU 4) “…tidak ada batas waktu penggunaan linen seta hu saya…” (IT 1)

(6)

2. Penanganan Linen

Pena nganan linen merupakan proses pengelolaan linen kotor menjadi linen bersih ya ng sia p pakai.2 Alur pena nganan linen rawat ina p di Instalasi Laundry RSUD Ungaran mulai da ri penanganan linen kotor di ruangan sampai denga n penanganan linen kotor di instalasi laundry rumah sakit.

a. Penanganan Linen Kotor di Ruangan Pena nganan linen kotor di rua ngan ini dia rtikan sebagai ra ngkaian kegiatan pena nganan linen kotor di rua ngan meliputi perga ntia n linen pa sien, pengumpulan linen kotor, da n penga ngkutan linen kotor ke laundry.2 Pena nganan linen di ra wa t inap RSUD Unga ra n merupakan ta nggung jawab pa ra perawat di setia p ruangan.

Ketentuan perga ntian linen pa sien di setia p ra wa t ina p RSUD Unga ra n berbeda-beda karena belum terdapat SOP perga ntian linen, sehingga sa a t ini ha nya berupa kebija kan tidak tertulis. Ketentuan pergantian linen ra wa t ina p di RSUD Ungaran antara 1x1 ha ri da n 1x2 hari, kecuali jika linen terkena ca ira n/kotoran tubuh pa sien ma ka akan la ngsung dila kukan perga ntian sa at itu juga. Rumah sakit mempunyai ketentuan perga ntia n linen pa sien ya ng bera gam yaitu a ntara 1x1 ha ri sa mpai 1x3 ha ri.2 Menurut penelitia n Agnesti Enda ng (2015) bahwa perga ntia n linen pasien ra wat inap dilakukan setia p ha ri da n linen ya ng terkena ca ira n/kotoran pasien harus segera digantikan untuk mencegah terja dinya penumpukan ba kteri di linen ya ng da pat mengganggu kesehatan pasien.24

Setela h dilakukan pergantian linen pasien, ma ka perawat akan melakukan pengumpulan linen berda sarkan jenisnya ya itu linen infeksius dima sukkan ke kantong pla stik kuning dan linen non infeksius dimasukkan ke ka ntong troli. Fa ktanya, pengumpulan linen di ra wa t ina p belum berja lan optimal karena petugas laundry yang menerima linen kotor da ri rua ngan masih menemukan ruangan yang linen infeksiusnya bercampur dengan linen non infeksius. Sela in itu, a la t sisa tindakan medispun ma sih ikut terba wa ke laundry bersa ma linen kotor yang diantarkan perawat.

Ha l tersebut da pat terja di dikarenakan kura ngnya kesa daran petugas akan pentingnya proses pemisahan linen infeksius da n non infeksius saat di rua ngan.16 Perawat suda h harus memisahkan linen kotor infeksius da n non infeksius seja k da ri lokasi penggunaannya.6

Linen ya ng suda h dikumpulkan akan dia ntarkan ke insta lasi laundry dengan menggunakan troli linen. Perawat mengangkut linen kotor da n linen bersih menggunakan troli yang sama, namun wadah penampung untuk linen kotor dan bersih telah dibedakan. Menurut penelitia n Darwel (2019) ba hwa penggunaan troli ya ng sama memungkinkan terja dinya infeksi dika renakan penggunaan a la t yang terkontaminasi.25 Penga ngkutan linen bersih da n linen kotor harus menggunakan troli yang berbeda dan tertutup.7

Meskipun pengangkutan linen kotor dan bersih menggunakan troli yang sama, namun pera wat rutin untuk membersihkan troli menggunakan desinfektan setelah pemakaian troli. Pembersihan troli menggunakan desinfektan tersebut ha rus dila kukan karena troli da pat berpotensi seba gai tempat penyebaran mikroorganisme.2,7

b. Penanganan Linen Kotor di Laundry Setia p rua ngan a kan mengantarkan linen kotor ke Insta lasi Laundry RSUD Ungaran da n diterima oleh petugas laundry. Proses penerimaan linen kotor dila kukan pada jam 07:00-09:00 WIB, termasuk di dalamnya dila kukan pemila han linen berdasarkan jenisnya oleh petuga s laundry dan perhitungan serta pencatatan linen kotor yang diterima oleh petuga s laundry da n perawat. Ha l tersebut telah sesuai dengan standar yang dikelua rkan oleh Kementerian Kesehatan RI ba hwa dalam proses penerimaan linen kotor terda pat pencatatan linen ya ng diterima dan pemila han linen antara linen infeksius dan non infeksius.7

Sesua i dengan SOP ruma h sa kit terkait penimbangan linen, penting ba gi petugas

laundry untuk menimbang linen kotor yang

tela h diterima dari rua ngan sebelum linen dima sukkan ke mesin cuci. Na mun, pada saat dila kukan penelitian ini petugas laundry tidak menimbang linen kotor ka rena petugas mera sa bisa untuk memperkirakan berat linen berda sarkan jumlah lembar linen ya ng akan dicuci. Tida k dila kukannya proses penimbangan linen kotor da pat berdampak pa da ketidaksesuaian a ntara ta karan bahan pencuci dengan banyaknya jumlah linen yang dicuci.8 Proses penimbangan tersebut dima ksudkan untuk menghitung kebutuhan ba han kimia pencucian.2

Kotak 5

“…ketentuan di ruangan itu beda-beda, itu kebija kan tidak tertulis…” (IU 1) “…tidak ada ketentuannya, tidak ada juga SOP mengenai itu, ka lo ka sus linen terkena kencing a ta u da rah ya la ngsung diga nti…” (IT 2)

“…pergantian 2x sehari diganti setiap jam 8 pa gi sebelum dokter datang…” (IT 4)

(7)

Sela njutnya linen kotor a ka n dilakukan pencucian dengan menggunakan mesin cuci. Berhubung mesin cuci non infeksius rusak da n ha nya terdapat sa tu rua ng pencucian, ma ka pencucian linen infeksius da n non infeksius dila kukan pa da mesin cuci dan rua ngan ya ng sa ma. Petugas mencuci linen infeksius setelah semua linen non infeksius tercuci. Meskipun demikian, seha rusnya petugas laundry membersihkan mesin cuci setia p hari, ba ik sebelum atau setelah proses pencucian selesa i. Na mun petugas laundry tida k membersihkan mesin cuci setia p ha ri. Penga turan waktu, suhu, ba han kimia, dan mua tan mesin cuci tela h diprogram dan disesua ikan denga n persyaratan pencucian linen.

Rumah sa kit ha rus memisahkan proses pencucian linen infeksius dan non infeksius.7 Tujuan dari pemisahan mesin cuci dan ruang pencucian linen infeksius da n non infeksius untuk mencegah terjadinya infeksi sila ng dari linen kotor infeksius ke linen kotor non infeksius.16 Sela in itu, petugas laundry juga ha rus membersihkan mesin cuci dengan mela kukan pemanasan dan desinfeksi setiap ha ri sebelum mesin cuci a kan digunakan da la m pencucian untuk mematikan mikroorganisme ya ng mungkin hidup di mesin cuci.2

Linen ya ng tela h dicuci a kan la ngsung dima sukkan ke mesin pengering untuk dila kukan proses pengeringa n linen. Suhu untuk pengeringan linen tela h dia tur secara otomatis ya itu 700 C sa mpai 900 C, untuk wa ktu pengeringan disesuaikan dengan jenis linennya. Ha l tersebut tela h sesua i dengan sta ndar suhu pengeringan linen ya itu 700 C sela ma 10 menit, denga n tujuan untuk mematikan mikroorganisme yang belum mati sa a t proses pencucian 2

Sela njutnya linen a ka n disetrika dan dilipa t di rua ng penyetrikaan da n pelipatan. Proses penyetrikaan linen menggunakan mesin setrika roll denga n suhu penyetrikaan 1000 - 1200 C dan estimasi wa ktu penyetrikaan 1 menit per lembar linen. Linen ya ng sudah disetrika a kan dilipa t da n dikemas dalam pla stik tertutup sesuai dengan nama ruang. Menurut petugas laundry, linen yang disetrika denga n suhu tinggi menjadi mudah keriting.

Ha l tersebut tela h sesuai dengan standar suhu penyetrikaan linen ya itu 1200 C, tetapi linen mempunyai keterbatasan terhadap suhu sehingga seba iknya linen disetrika dengan suhu 700 - 800 C.2

Setela h melewati proses-proses tersebut, linen ya ng sia p pa kai a kan disimpan sementara di laundry dan kemudian didesentralisa sikan kembali ke setia p ruang ra wa t inap untuk disimpan di ruangan masing-ma sing. Linen disimpan dengan menggunakan plastik tra nsparan tertutup, na mun lema ri penyimpanan linen masih ba nyak ya ng terbuka. Penyimpanan linen disa ra nkan menggunakan plastik pembungkus untuk menghindari terja dinya kontaminasi oleh mikroorganisme.25 Menurut penelitian Anita Dewi (2015) ba hwa lemari penyimpanan linen diupa yakan sela lu dalam kea daan tertutup untuk menghindari terja dinya kontaminasi ula ng. 26

Terka it kondisi linen bersih yang diha silkan dari proses penanganan linen yaitu bersih, ra pi, da n ha rum. Linen ya ng kurang bersih a kan dikembalikan ke laundry untuk dila kukan pencucian ulang, namun kenyataanya masih ditemukan linen yang terda pat noda tetap diberikan kepada pasien. Kondisi linen ya ng kotor dapat mempengaruhi kondisi psikologis maupun kepuasan pa sien, seda ngkan linen yang berkualitas da pat menjadi ta mbahan nilai tersendiri da ri pa ndangan pa sien.23 Kua litas linen da pat dilihat da ri kebersihan linen (kondisi fisik linen), kea wetan linen (tidak ra puh), da n beba s da ri mikroorganisme pa togen.2

3. Pendistribusian Linen

Pendistribusian linen merupakan aspek penting da lam administrasi linen dikarenakan pa da proses pendistribusian linen dilakukan proses pencatatan linen ya ng keluar.2 Proses pendistribusian linen di RSUD Ungaran dila kukan setiap hari. Pera wat yang mengantar linen kotor ke insta lasi laundry juga mengambil linen bersih denga n membawa buku ekspedisi pengirima n linen. Proses pendistribusian linen terja di sa at petugas laundry menyerahkan linen bersih kepa da perawat ruangan dan perawat membawa linen bersih ke ruangannya menggunakan ja lur linen bersih. Ha l tersebut juga tela h tercantum dalam SOP distribusi linen ruma h sa kit, na mun fa ktanya ma sih terdapat pera wat ya ng melakukan pendistribusian linen menggunakan ja lur linen kotor dengan alasan ja ra k dan wa ktu.

Leta k laundry ha rus memiliki a kses yang mudah ke rua ng ra wa t inap, serta a kses linen bersih berbeda denga n a skes linen kotor.15

Kotak 6

“…awalnya ditimbang tetapi saat ini suda h memerlukan timbangan, kita sudah terbia sa jadi ta hu perkiraanya…” (IU 4) “…sebelum dicuci linen ditimbang supa ya memenuhi ka pasitas mesin cuci…” (IT 1)

(8)

Rumah sakit harus memastikan alur linen kotor sa mpai di laundry terpisah dengan linen yang suda h bersih.6 Ma ka dapat dia sumsikan bahwa linen bersih tida k boleh diba wa menggunakan ja lur linen kotor a gar a lur linen bersih dan linen kotor terpisah dan tidak bercampur. Pengelolaan linen ya ng tida k sesuai dengan kebijakan yang a da dapat meningkatkan risiko infeksi kepada pa sien, pengunjung, dan petugas rumah sakit.26 Linen ya ng a kan distribusikan dihitung kembali oleh petugas laundry untuk memastikan jumlah linen bersih yang diserahkan ke perawat sa ma dengan jumlah linen kotor yang dikirim ke laundry. Pada proses pendistribusian linen juga dila kukan pencatatan linen bersih, ba ik oleh petugas laundry ma upun pera wat ruangan. Seja uh ini jumlah linen bersih ya ng diterima rua ngan sa ma dengan jumlah linen kotor yang dia ntarkan ke laundry, teta pi terkadang jumlahnya bisa berbeda dika renakan a da linen ya ng dirobek oleh petugas laundry ataupun linen terselip ke rua ngan la in. Keja dian linen yang terselip ke rua ngan la in diseba bkan perawat kura ng teliti dalam mengecek ulang jumlah linen ya ng diterima dari laundry.

Menurut penelitia n Ririn Nurmandhani (2017) ba hwa perbedaan jumlah linen yang ma suk da n linen ya ng keluar diseba bkan oleh petugas kurang disiplin dalam menghitung linen ya ng diterima .27 Perhitungan da n pencatatan linen ya ng masuk dan keluar da ri unit laundry ha rus dila kukan untuk membantu petugas dalam mela kukan penanganan terhadap linen.26

Sistem pendistribusian linen RSUD Ungaran menggunakan first in first out (FIFO) yaitu linen ya ng pertama kali dicuci a kan didisribusikan terlebih da hulu ke rua ngan-ruangan. Linen bersih ya ng ba ru didistribusikan ke ruangan a kan di simpan paling bawah untuk digunakan berikutnya. Pendistribusian linen bersih di ruma h sa kit ha rus menggunakan sistem FIFO a ga r tidak ada pekerjaan yang menunggu setiap selesa i pencucian linen.2 Penyaluran linen bersih ke rua ngan perawatan dengan sistem FIFO bertujuan untuk menghindari linen yang mengendap di rua ng penyimpanan terlalu lama sehingga disebut seba gai ta hap a khir dari pengelolaan linen di rumah sakit.12

4. Perawatan Linen

Pera watan linen merupakan sua tu kegiatan untuk memelihara mutu dan kua litas linen denga n dila kukannya pengga ntian linen pada linen ya ng rusa k ya itu linen dengan umur melewa ti sta ndar da n rusa k a kibat kesalahan petugas (human error) termasuk yang dihila ngkan.2 Penggantian linen rusak di Rawat Ina p RSUD Unga ra n merupakan wewenang setia p rua ngan da n ha rus menunggu perencanaan untuk periode sela njutnya dengan mengirimkan form inventaris linen dan buku ba ntu kepa da pihak perencanaan. Kriteria kondisi fisik linen rusak yaitu jika linen terlihat usa ng seperti terda pat noda ya ng sulit hilang a ta upun robek. Pengga ntian linen rusa k belum berja lan optimal ka rena petugas laundry masih menemukan linen ya ng suda h rusa k seperti robek ma sih diguna kan dalam pelayanan. Pa dahal jenis kerusakan linen yang harus segera mendapatkan penggantian linen yaitu noda yang tida k da pat hila ng, kerapuhan beberapa bagian linen a kibat terkena bahan kimia korosif, dan robek.2

Pengga ntian pada linen yang tela h melewati sta ndar ba tas kela yakan penggunaan linen belum optimal dila kukan karena tidak adanya sta ndar ba tas kela yakan penggunaan linen berda sarkan umur maupun frekuensi pencucian linen. Pemberian identitas di linen juga belum lengka p yaitu hanya terdapat nama rumah sakit, na ma ruang, dan tahun pembelian linen. Padahal denga n pemberian identitas yang lengkap pada linen da pat memudahkan petuga s untuk mengetahui umur dan frekuensi pencucian linen. Pemberian identitas pa da linen ya ng tidak lengka p da pat menyebabkan linen sering terca mpur, hila ng, da n cepat rusa k.27 Linen ha rus diberikan identita s ya ng memuat logo ruma h sa kit, ta ngga l beredar, nomor linen, ukuran linen, berapa kali linen sudah dicuci serta na ma ruang pemilik linen.2

5. Pelaporan Linen

Pela poran linen memuat kegiatan

inventarisasi linen seca ra periodik untuk mengetahui perputaran linen di rumah sakit agar da pat mengetahui posisi kebera daan linen dan menjamin keamanan linen.16 Pelaporan diartikan seba gai ca tatan untuk menginformasikan mengenai ha sil pela ksanaan sua tu kegiatan Kotak 7

“…di laundry tidak ada kehilangan linen, pa ling ya ada linen rusak ya saya robek masa sa ya bia rkan dipakai ke pa sien…” (IU 3) “…kadang tidak sesuai linen yang diterima ka rena kadang keselip di ruangan la in karena pera wat kurang teliti…” (IT 1)

Kotak 8

“…linen sudah jelek masih dipakai, jadi kita sortir ka lo kelia tan rusak, ga tega kalo linen itu ma sih digunakan ke pasien…” (IU 3) “…linen juga jangan terlalu lama digunakan, beberapa ta hun ga ntila h masa yang robek ma sih a da…” (IU 4)

(9)

kepa da pihak yang berwena ng a tas kegiatan tersebut.28

Pela poran linen di RSUD Ungaran menggunakan dokumen pencatatan linen yaitu form inventarisasi linen da n buku ekspedisi di ra wa t ina p, serta buku untuk pencatatan linen kotor da n bersih di laundry. Adanya dokumen tersebut sebagai bentuk inventarisasi linen yaitu kegia tan pencatatan linen untuk mengetahui jumlah linen yang beredar tiap bulannya, jumlah linen ya ng terpa kai di rua ngan, jumlah linen ya ng hila ng da n rusa k, serta linen ya ng harus dita rik da ri peredaran untuk menentukan ta mbahan linen baru.27

Dokumen pencatatan linen a taupun disebut ha sil da ri inventarisasi linen tersebut akan dila porkan kepada pihak yang berwenang. Pihak Rua ng ra wa t ina p a kan mela porkan form inventaris linen da n buku ba ntu ke Ka sie Kepera watan setia p akhir ta hun untuk direkap seca ra keseluruhan untuk mengetahui kebutuhan linen di RSUD Unga ran, seda ngkan pihak laundry akan melaporkan pencatatan linen kotor da n bersih ke Ka sie Hygiene dan Sanitasi setiap a khir bulan. Sejauh ini, pera wat ruangan belum rutin mengisi form inventarisasi dan buku bantu linen setia p bula n sehingga menyebabkan pela poran yang diberikan di a khir tahun kurang lengka p. Ha l tersebut dika renakan belum terda pat petuga s penanggung ja wa b khusus linen di setia p ra wa t ina p sehingga sa a t ini dibebankan kepada perawat di rua ngan. Kegia tan pencatatan dan pela poran linen ya ng a kurat da pat mempermudah kelancaran da n keberhasilan da ri pengendalian pena talaksanaan linen sehingga rumah sakit a kan mengetahui peredaran linen ataupun yang mengendap di logistik.27 Dokumen laporan bula nan linen dibuat rutin setia p bulan untuk mengetahui penambahan linen, linen yang rusa k, linen yang dibebankan kepada pasien, dan linen hila ng sehingga diketahui jumlah linen di a khir bulan.29 Pencatatan dan pelaporan linen ini penting untuk dila kukan karena termasuk pada upa ya pengawasan linen di rumah sa kit.2

SIMPULAN

Berdasarkan ha sil penelitia n da n pembahasan ya ng telah diuraikan di a tas, maka dapat disimpulkan ba hwa pengelolaan linen ra wa t ina p di Instalasi

Laundry RSUD Unga ra n masih terda pat kendala

ya ng berdampak pada pengelolaan linen yang belum optimal, yakni: 1) Petugas pengelola laundry masih mengalami kekurangan, ba ik da lam ha l jumlah ma upun kualifikasi pendidikan yang dimiliki petugas laundry, 2) Sa rana-prasarana yang digunakan untuk mendukung penatalaksanaan pengelolaan linen ma sih belum lengkap dan belum memenuhi standar, 3) SOP ya ng diguna kan da lam pengelolaan linen tela h berpedoman da n sesua i dengan standar Kementerian Kesehatan RI, namun pelaksanaan SOP belum optimal da n belum tersedia nya SOP perga ntia n linen pasien di ra wat inap.

Sela in itu pa da proses pengelolaan linen rawat ina p juga masih belum optimal diantaranya: 1) Proses perencanaan perhitungan kebutuhan linen belum menggunakan 3 x tempat tidur da n tida k memiliki sta ndar batas kelayakan penggunaan linen, 2) Proses pena nganan linen juga belum sesua i standar khususnya pada proses pengumpulan linen infeksius da n non infeksius yang masih tidak terpila h dengan tepa t, tida k dila kukannya penimbangan linen di laundry pada saat linen a kan dicuci, pencucian linen infeksius dan non infeksius dila kukan di mesin cuci da n ruangan yang sama, serta petugas laundry tidak membersihkan mesin cuci setia p ha ri, 3) Proses pendistribusian linen, masih terdapat perawat yang membawa linen bersih menggunakan ja lur linen kotor da n pera wat kura ng teliti da la m mengecek jumlah linen ya ng diterima, 4) Proses perawatan linen belum dilakukan sepenuhnya sebab linen yang melewa ti wa ktu sta ndar penggunaan linen tidak mendapatkan penggantian linen. 5) Proses pelaporan linen belum berja lan optimal ka rena pengisian dokumen untuk pela poran belum rutin dilakukan setia p bulan.

Ada pun sa ran ba gi RSUD Unga ra n Kabupaten Sema rang ya itu: 1) Menetapkan kua lifikasi yang ha rus dipenuhi oleh Kepa la Laundry agar mampu untuk dilibatkan da la m proses manajemen pengelolaan linen, 2) Membuat sekat antara ruang pencucian linen infeksius da n non infeksius untuk mencegah terja dinya kontaminasi pa da linen non infeksius, 3) Tida k merekolasi da na yang seharusnya diguna kan untuk perbaikan mesin laundry yang rusak a ga r kerusa kan mesin cepa t terta ngani, 4) Menyeragamkan ketentuan pergantian linen pasien di ra wa t ina p dengan membuat SOP perga ntian linen pa sien sebagai pedoman baru, 5) Memberikan sanksi kepa da petugas pengelola linen yang tidak mematuhi SOP ketika melaksanakan proses pengelolaan linen ruma h sa kit, 6) Mela kukan perhitungan kebutuhan linen ya ng disesuaikan dengan kebutuhan linen per tempat tidur yaitu 3 par stok linen per tempat tidur, 7) Membuat standar batas kelayakan penggunaan linen berda sarkan umur ataupun frekuensi pencucian linen, Kotak 9

“…di sini pela porannya per rua ngan, tiap bula n a da inventaris, jika a da yang kehila ngan dicatat di buku bantu. Pencatatan itu seba gai pela poran untuk perbulan, nanti perta hun pela poran diberika n ke saya. Penca tatan di rua ngan tida k tertib, buku kerusa kan ka dang-kadang tida k diisi juga …” (IU 1)

“…belum ada penanggungjawab linen khusus karena di sini pera wat semua jadi terka dang buku kura ng rutin diisi setiap bulan…” (IT 2)

(10)

8) Memperbaiki identita s linen dengan menambahkan identitas pada linen.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Unda ng Nomor 44 Ta hun 2009 Tentang Rumah Sa kit. 2009.

2. Depa rtemen Keseha tan RI. Pedoman Ma najemen Linen di Rumah Sa kit. Jakarta; 2004.

3. Agustia ni D. Ana lisis Alur Proses Pengelola an Linen Kotor Pa da Instalasi La undry di BLUD RS Seka rwangi. J Manaj Keseha t Yayasan RS Dr Soetomo. 2019;5(1):46.

4. Singh D, Qa dri G, Kotwa l M, Syed A, Jan F. Qua lity control in linen a nd la undry service a t a tertia ry ca re tea ching hospital in India. Int J Hea lth Sci (Qa ssim). 2009;3(1):33–44. 5. Pra setyo YD. Studi Sa nita si Pengelolaan Linen Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Gombong Kabupaten Kebumen Tahun 2015. Keseha t Lingkung Masy. 2016;35(1):17–21. 6. Kementerian Keseha tan RI. Pera turan Menteri Keseha tan Republik Indonesia Nomor 27 Ta hun 2017 tentang Pedoman Pencega han da n Pengendalia n Infeksi Di Fa silita s Pela yanan Kesehatan. 2017. 7. Menteri Keseha tan RI. Pera turan Menteri

Keseha tan Nomor 7 Ta hun 2019 Tentang Keseha tan Lingkungan Rumah Sa kit. Ja karta; 2019.

8. Mukhtar H, Nurmaimun N, Yunita J, Asfeni A, Djuhaeni H. Ana lisis Pengelola an Linen di Instalasi La undry Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Peka nbaru Ta hun 2018. J Kesehat Komunitas. 2019;4(3):112–9.

9. Alifa h A. Ana lisis Ma najemen Pengelolaan Linen Da la m Memenuhi Sta ndar Pelayanan Minima l di RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tenga h. J Kesehat Masy Univ Diponegoro. 2018;53(9):1689–99.

10. Sa putri V, Misna niarti M, Ainy A. Perenca naan Kebutuhan Sumber Daya Ma nusia Keseha tan dengan Metode Workloa d Indicators of Sta ffing Need (WISN) di Puskesmas Merdeka Kota Pa lembang. J Ilmu Kesehat Masy. 2010;1(1):58–66.

11. Sya msiah J. Peningka tan Mutu Pelayanan RSI Unisma Ma lang Mela lui Reformasi Ma najemen La undry da n Linen. J Kedokt Bra wija ya. 2015;28(2):148–52.

12. Sa fitiri N, Nera wa ti ATD, Nurma yanti D. Ma najemen Linen Pa da Rumah Sakit Siti Khodijah Sidoa rjo Tahun 2016. Gema Keseha t Lingkung. 2016;14(2).

13. Wica ksono YS. Penga ruh Pela tiha n Dan Pengembangan SDM Da la m Rangka

Meningkatkan Semangat Kerja Dan Kinerja Ka rya wan (Studi di SKM Unit V PT. Gudang Ga ra m,Tbk Kediri). Bisnis Ma nejemen. 2016;3(1):31–9.

14. Setia wa n KC. Penga ruh Motiva si Kerja Terha dap Kinerja Karyawan Level Pelaksana Di Divisi Opera si Pt. Pusri Pa lembang. Psikis J Psikol Isla m. 2015;1(2):43–53.

15. Kementerian Keseha tan RI. Pera turan Menteri Keseha tan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Ba ngunan Dan Pra sa rana Rumah Sa kit. Ja karta; 2016.

16. Ma rlina L, Afa ndi D, Ra ni N. Ana lisis Ma najemen Laundry dI Rumah Sakit Umum Da era h (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Ria u Ta hun 2019. J Ilmu Keseha t Masy. 2019;8(2).

17. Ha rtono D. Penga ruh Sa rana Pra sarana dan Lingkungan Kerja Terha dap Kinerja Pega wa i Dina s Pendidikan Kota Banjarbaru. Kumpul Inf da n Artik Ilm Manaj dan Akuntasi. 2014;10(2).

18. Munawirsyah I. Penga ruh Kepuasan Kerja da n Fa silitas Kerja Terhadap Motivasi Kerja da n Da mpaknya Kepa da Kinerja Pegawai Non Medis pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam. J Bisnis Adm. 2017;6(1).

19. Ha sibuan M. Ma najemen Sumber Daya Ma nusia Edisi Rivisi Ceta kan Keenam. Ja karta: Bumi Aksa ra; 2002. 56 p.

20. Arifuddin A, Na pira h MR. Hubungan Disiplin Da n Beba n Kerja Denga n Kinerja Pera wa t Di Rua ng Rawat Inap Rumah Sakit Umum Da erah ( RSUD) Unda ta Palu. Heal Ta dulako J. 2015;1(1):1–10.

21. Ca sado M. Housekeeping Management. 2nd ed. New Jersey: Wiley & Sons, Inc; 2012. 22. Aini MN. Ana lisis Pengelola an Linen di

Instalasi Ra wat Inap RS Perma ta Bunda Purwodadi ( Studi Kua litatif ). J Manaj Keseha t Indones. 2013;01(03):197–205. 23. Perda nawati Yusuf T. Hubungan tingkat

kerusa kan, mutu linen da n kepuasan pasien di rua ng ra wat inap rumah sa kit. J Bisnis dan Ma naj. 2013;14(2):72–9.

24. Legowa ti AE, Suba giyo A. Studi Proses Pena nganan Linen Di Rumah Sakit Emanuel Ba njarnegara Tahun 2015. Bul Keslingmas. 2016;35(1):9–12.

25. Da rwel, Ada ms D, Hidayant R. Pengelolaan Linen Rumah Sa kit Da erah dr. Adnaan WD Pa yakumbuh Sumatera Ba rat. Hum Ca re J. 2019;4(3):123.

26. Moelyaningrum AD. LINEN: Upaya Pengendalian Infeksi Nosokomial, Sebuah Studi di Rumah Sa kit Umum di Indonesia. In: Prosiding Simposium Na sional. 2015. p. 54–67.

(11)

27. Nurma ndhani R, Sugia rto Y. Manajemen Linen di Rua ng Ra wat Inap Rumah Sakit Kota Semarang. J Ma naj Kesehat Indones. 2017;5(3):19–27.

28. Sia gina S. Filsa fat Administrasi Edisi Revisi. Ja karta: PT Bumi Aksara; 2003.

29. Fitria sa ri N, Ha riyanto T, Yulia nsyah N. Sistim Penga wasan dan Pengendalia n Linen seba gai Stra tegi Mengurangi Angka Linen Hila ng. J Kedokt Brawijaya. 2016;29(3):279–84.

Referensi

Dokumen terkait

pameran yang diselenggarakan oleh departemen kebudayaan dan pariwisata ini / bekerjasama dengan museum seno budoyo / serta benteng venderugh / cukup mendapat respon yang positif

[r]

Membangun infrastruktur yang berkualitas untuk kawasan investasi agribisnis, pariwisata dan kemaritiman.. - Menumbuhkembangkan infrastruktur dasar dan penunjang pada kawasan

(2-tailed) adalah 0.00 < nilai alpha 0.05, hal ini menandakan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan

Demikian surat penugasan ini dikeluarkan untuk dapat dilaksanakan dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab. Brebes, 25 Februari 2016

SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir. RKA

The regional level science applications include use of MODIS satellite information products and services for environmental and natural resources monitoring in the Himalayan

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa pemerintah, serta Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, telah mengadakan Pembukaan Sampul Penawaran terhadap