• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Pengeringan Sampel Pasta Baterai Kulit Pisang Kepok “Manurun” pada Tegangan dan Arus Listrik Baterai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Pengeringan Sampel Pasta Baterai Kulit Pisang Kepok “Manurun” pada Tegangan dan Arus Listrik Baterai"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 1 Tahun 2018 Page | 1 Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Pengeringan Sampel Pasta Baterai Kulit Pisang Kepok “Manurun” pada Tegangan dan Arus Listrik Baterai

Ayu Novia Lisdawati 1

Moethia Faridha 2

1Program Studi Teknik Elektro, Univeristas Islam Kalimantan Muhammad

Arsyad Al-Banjari Banjarmasin1,2 noviayu57@gmail.com1

ABSTRAK

Telah dilakukan preparasi sampel pasta kulit pisang kepok “manurun” sebagai bahan alternatif pasta baterai. Kulit pisang kepok “manurun” diambil dari tempat produksi gorengan dan pasar, kemudian dicuci. Setelah pencucian, sampel kulit pisang dihaluskan menggunakan blender. Kemudian sampel dibedakan menjadi 7, sampel pertama kulit pisang tanpa pengeringan, sampel kedua sampai dengan keempat pada suhu pengeringan 100°C selama 20 menit, 40 menit, dan 60 menit. Selanjutnya sampel kelima sampai dengan ketujuh pada suhu pengeringan 150°C selama 20 menit, 40 menit, dan 60 menit. Dari hasil pengukuran, variasi suhu dan waktu pengeringan pasta baterai berpengaruh terhadap nilai tegangan, arus, dan daya baterai yang dihasilkan. Pada penelitian ini, diperoleh nilai tegangan, arus, dan daya terbesar pada suhu pengeringan 100°C selama 60 menit, yaitu berturut-turut 1,476 Volt, 0,134 Ampere, dan 0,198 Watt.

Kata kunci: kulit pisang, baterai,arus, tegangan

PENDAHULUAN

Krisis energi saat ini mendorong para peneliti mencari solusi untuk memperoleh energi alternatif. Sumber energi alternatif yang diinginkan adalah sumber energi yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan, salah satunya berasal dari bahan organik seperti limbah sayuran dan limbah buah-buahan.

Limbah buah-buahan yang sering dijumpai berlimpah adalah kulit pisang. Limbah kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif diantaranya sebagai pengganti pasta batu baterai seperti pada penelitian Muh. Muhlisin dan kawan-kawan menggunakan variasi jenis kulit pisang ambon, muli, dan janten. Selain itu juga, oleh Yasni Novi H dan kawan-kawan, kulit pisang dimanfaatkan sebagai pengganti larutan elektrolit pada aki dengan variasi jenis kulit pisang ambon, kepok, mas, dan raja.

(2)

Vol. 1 Tahun 2018 Page | 2 Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor 498/Kpts/T.P.240/10/2000 tanggal 27 Oktober 2000, pisang kepok “manurun” merupakan pisang unggul Nasional yang berasal dari Kalimantan Selatan, selain itu juga, pisang kepok ini berlimpah di Kalimantan Selatan khususnya kota Banjarmasin, oleh karena itu perlu adanya pemanfaatan limbah kulit pisang kepok ini. Salah satu pemanfaatannya yaitu dengan menggunakan limbah kulit pisang kepok “manurun” sebagai bahan alternatif pasta baterai. Pada penelitian terdahulu, jenis kulit pisang kepok tidak digunakan untuk bahan pengganti pasta pada baterai tetapi digunakan sebagai pengganti larutan elektrolit pada aki dan menghasilkan arus dan tegangan yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis kulit pisang lain selain kulit pisang ambon. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini fokus pada satu jenis kulit pisang kepok “manurun” dengan variasi suhu pengeringan kulit pisang. Penelitian ini bertujuan untuk membuat pasta baterai dari kulit pisang “manurun” dengan variasi suhu pengeringan kulit pisang dan mendapatkan nilai arus, tegangan, dan daya dari baterai dengan variasi suhu dan waktu pengeringan pasta baterai.

METODE PENELITIAN

A. Preparasi Sampel Pasta Kulit Pisang Kepok “Manurun”

Kulit pisang kepok “manurun” diambil dari tempat produksi gorengan dan pasar, kemudian dicuci. Setelah pencucian, sampel kulit pisang dihaluskan menggunakan blender. Kemudian sampel dibedakan menjadi 7, sampel pertama kulit pisang tanpa pengeringan, sampel kedua sampai dengan keempat pada suhu pengeringan 100°C selama 20 menit, 40 menit, dan 60 menit. Selanjutnya sampel kelima sampai dengan ketujuh pada suhu pengeringan 150°C selama 20 menit, 40 menit, dan 60 menit, seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 1. Proses Prepasrasi Sampel Pasta Kulit Pisang Kepok “Manurun” B. Pengukuran

Baterai bekas yang sudah disiapkan, dikeluarkan pasta sebelumnya, kemudian dibersihkan, dan diisi dengan pasta yang telah dibuat dari kulit pisang berdasarkan variasi suhu dan waktu pengeringan. Selanjutnya seperti yang terlihat pada gambar 3.2, dilakukan pengukuran tegangan dan arus pada baterai yang telah diisi pasta kulit pisang. Setelah kita dapatkan hasil pengukuran tegangan dan arus, maka kita dapat menghitung daya dari baterai tersebut mengunakan persamaan:

(3)

Vol. 1 Tahun 2018 Page | 3

P = V x I (2)

P = Daya (Watt) V = Tegangan (Volt) I = Arus (Ampere)

Gambar 2. Pengukuran tegangan dan arus baterai pada suhu pengeringan pasta kulit pisang 150℃ selama 20 menit. PEMBAHASAN

Hasil Pengukuran Tegangan terhadap Variasi Suhu dan Waktu Pengeringan Pasta Kulit Pisang

Tabel 1. Hasil Pengukuran Tegangan

Suhu Pengeringan 20 Menit 40 Menit 60 Menit

100℃ 1,262 V 1,139 V 1,476 V

150℃ 1,368 V 1,328 V 1,099 V

Tanpa pengeringan 1,110 V

Dari hasil pengukuran tegangan baterai pada tabel 1 di atas terlihat bahwa suhu dan waktu pengeringan pasta kulit pisang berpengaruh terhadap nilai tegangan baterai. Untuk suhu 100℃, terjadi perubahan nilai tegangan yang cenderung meningkat dengan bertambahnya waktu pengeringan namun untuk suhu 150℃ nilai tegangan baterai cenderung menurun dengan bertambahnya waktu pengeringan. Dan untuk sampel pasta baterai tanpa pengeringan, nilai tegangan baterai yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan pada suhu 150℃ selama 60 menit. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan air dalam pasta baterai mempengaruhi nilai tegangan baterai yang dihasilkan.

Pada pasta baterai tanpa pengeringan, kandungan airnya lebih banyak dibandingkan dengan sampel lainnya, dan hasil pengukuran menunjukkan bahwa tegangan yang dihasilkan baterai lebih kecil dibandingkan dengan adanya pengeringan terlebih dahulu, kecuali untuk suhu 150℃ selama 60 menit tegangan baterai lebih rendah, hal ini dikarenakan kadar air pada pasta kulit pisang jauh berkurang akibat penguapan pada suhu pengeringan yang lebih tinggi dan waktu pengeringan yang lebih lama dibanding enam sampel lainnya. Ini menunjukkan bahwa kandungan air yang terlalu banyak atau terlalu sedikit mengurangi performa baterai. Kulit pisang sendiri mengandung zat elektrolit kalium dan garam

(4)

Vol. 1 Tahun 2018 Page | 4 klorida. Garam kalium klorida jika dilarutkan dengan air dapat menghantarkan listrik karena dapat terionisasi. Reaksi ionisasi yang terjadi yaitu:

KCl K+ + Cl

-Ion K+ akan menuju elektroda negatif dan ion Cl- akan menuju elektroda positif.

Hasil Pengukuran Arus terhadap Variasi Suhu dan Waktu Pengeringan Pasta Kulit Pisang

Arus listrik merupakan banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Arus listrik pada baterai mengalir dari kutub positif menuju kutub negatif. Selain mengukur tegangan baterai, arus yang mengalir pada baterai juga diukur seperti yang terlihat pada tabel 2. berikut.

Tabel. 2. Hasil Pengukuran Arus

Suhu Pengeringan 20 Menit 40 Menit 60 Menit

100℃ 0,027 A 0,028 A 0,134 A

150℃ 0,041 A 0,076 A 0,005 A

Tanpa pengeringan 0,005 A

Dari hasil pengukuran arus di atas, terlihat bahwa pengeringan sampel pasta kulit pisang juga berpengaruh terhadap arus listrik yang dihasilkan baterai. Untuk suhu 100℃, dengan bertambahnya waktu pengeringan terjadi peningkatan arus listrik, namun untuk suhu 150℃, arus listrik yang dihasilkan baterai pada waktu 20 menit dan 40 menit lebih besar dibandingkan dengan waktu pengeringan 60 menit. Sama halnya dengan pengukuran tegangan untuk suhu pengeringan 150℃ selama 60 menit arus yang mengalir lebih rendah dibandingkan lima sampel pengeringan yang lain, ini menunjukkan bahwa arus dan tegangan berbanding lurus, selain itu juga pada suhu dan waktu pengeringan tersebut kandungan air pada pasta baterai terlalu sedikit, sehingga sebagai media penghantar listrik kurang maksimal. Untuk sampel pasta tanpa pengeringan, hasil pengukuran arus menunjukkan bahwa arus listriknya lebih kecil dibandingkan dengan sampel pasta kulit pisang yang sudah dikeringkan terlebih dahulu.

Dari hasil penelitian ini, kandungan air dalam pasta baterai berpengaruh terhadap arus dan tegangan yang dihasilkan. Kandungan air yang terlalu banyak (tanpa pengeringan) atau terlalu sedikit (pengeringan pada 150℃ selama 60 menit) menghasilkan arus dan tegangan yang kurang maksimal.

Dan selanjutnya berpengaruh pada daya baterai yang dihasilkan seperti yang terlihat pada tabel 3, berikut:

(5)

Vol. 1 Tahun 2018 Page | 5 Hasil Perhitungan Daya Baterai terhadap Variasi Suhu dan Waktu Pengeringan Pasta Kulit Pisang

Tabel.3. Hasil Perhitungan Daya

Suhu Pengeringan 20 Menit 40 Menit 60 Menit

100℃ 0,034 Watt 0,032 Watt 0,198 Watt

150℃ 0,056 Watt 0,101 Watt 0,005 Watt

Tanpa pengeringan 0,006 Watt

Daya baterai pada 3. di atas diperoleh dari hasil perhitungan pada persamaan (2). Daya listrik baterai menunjukkan energi yang dihasilkan baterai per satuan waktu. Karena arus dan tegangan berbanding lurus dengan energi yang dihasilkan, maka hasil pengukuran arus dan tegangan yang besar akan menghasilkan energi listrik yang besar pula, begitu juga sebaliknya. Pada penelitian ini energi listrik per satuan waktu terbesar yang dihasilkan baterai pasta kulit pisang kapok “manurun” adalah pada suhu pengeringan 100℃ dalam waktu 60 menit, diikuti 150℃ dalam waktu 40 menit, 150℃ dalam waktu 20 menit, 100℃

dalam waktu 20 menit, 100℃ dalam waktu 40 menit, sampel pasta tanpa pengeringan, dan terakhir 150℃ dalam waktu 60 menit.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pasta baterai dari limbah kulit pisang kepok “manurun” telah berhasil dibuat dengan variasi suhu dan waktu pengeringan.

2. Variasi Suhu dan waktu pengeringan pasta baterai berpengaruh terhadap nilai tegangan, arus, dan daya baterai yang dihasilkan.

3. Pada penelitian ini, diperoleh nilai tegangan, arus, dan daya terbesar pada suhu pengeringan 100°C selama 60 menit, yaitu berturut-turut 1,476 Volt, 0,134 Ampere, dan 0,198 Watt.

DAFTAR PUSTAKA

Hendri, Y.N. dkk, 2015. Pengaruh Jenis Kulit Pisang dan Variasi Waktu Fermentasi Terhadap Kelistrikan Dari Sel Accu dengan Menggunakan Larutan Kulit Pisang. Pillar Of Physics Vol.6 97-104.

Hudaya, Chairul.2011. Peranan Riset Baterai Sekunder dalam Mendukung Penyediaan Energi Bersih Di Indonesia 2025. Proceeding Olimpiade Karya Tulis Inovatif (OKTI).

(6)

Vol. 1 Tahun 2018 Page | 6 Muhlisin, Muh dkk. 2015. Pemanfaatan Sampah Kulit Pisang dan Kulit Durian

Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Pasta Batu Baterai. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro. Volume 9 No. 3.

Saleh, M. 2017. Pisang Kepok “Manurun” Unggul Lokal Kalimantan Selatan Adaptif Lahan Rawa. balittra.litbang.pertanian.go.id.

Sulamdari & Sri, Lely. 2000. Karakterisasi Sambungan P-N Hasil Implantasi Ion Fosfor pada Lapisan Semikonduktor Tipe P. ISSN 1411-1349. Hlm. 123--131.

Young & Freedman. 2012. University PHysics : with Modern PHysics. -- 13th ed. Francis Weston: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. Widitya, A. 2007. Pengaruh Variasi Elektrolit Jembatan Garam Terhadap

Impedansi Sel Galvanik Cu/Zn (Skripsi). ITB. Bandung.

Gambar

Gambar 1. Proses Prepasrasi Sampel Pasta Kulit Pisang Kepok “Manurun”  B. Pengukuran
Gambar 2. Pengukuran tegangan dan arus baterai pada suhu  pengeringan pasta kulit pisang 150℃ selama 20 menit

Referensi

Dokumen terkait

Instalasi Komunikasi dan Navigasi Elektronik Pesawat Udara 306.. Instalasi Instrumen Pesawat

[r]

pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana d nakn Pelelangan umum dengan pascakualifikas. Pengadaan Alat-alat Kedokteran Pengadaan BKB Kita dan

Dengan pengenkripsian tersebut seseorang yang ingin menggunakan program sistem informasi kartu tidak dapat menggunakan user id yang lain untuk masuk ke dalam program

Penelitian yang dilakukan Yousef (2000) mengenai komitmen organisasi sebagai moderator hubungan antara pe- rilaku kepemimpinan dengan kepuasan kerja dan kinerja di

It is worth noting that the scarce differences in adhesion and total enzymatic activities (except for xylanase) between Cp and Bh up to 32 h are in accordance with gas

Himpunan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 1... Himpunan Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Tahun

Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia, Konstansi Keadaan Masa Kini Menuju Masa Depan.. Jakarta: Direktorat Jenderal