• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH EFEK MOLEKULAR RADIASI MENGION D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH EFEK MOLEKULAR RADIASI MENGION D"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

EFEK MOLEKULAR RADIASI MENGION DAN

KINETIKA ENZIM

Dosen Pengampu : Khusnul Yaqin, M.Si

Disusun Oleh :

1. Qoyin Nadhori (16620108) 2. Lisca Rohmatul Farikhah (16620115)

3. Zadani Nabila Ashari (16620116) 4. Indah Suryanti (16620117)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

(2)

2016

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah Efek Molekular Radiasi Mengion dan Kinetika Enzim.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa dan isinya. Oleh karena itu kami berharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Efek Molekular Radiasi Mengion dan Kinetika Enzim ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 4

B. Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Efek Molekuler Radiasi Mengion 6

B. Kinetika Enzim 10

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radiasi pengion adalah salah satu modalitas terapi kanker terpenting, disamping bedah dan kemoterapi. Efek radiasi terhadap sistem biologi (radiobiologi) dibagi dalam tiga fase berdasarkan skala waktu, yakni fisika, kimia dan biologi. Pada tingkat seluler dan molekuler, kematian sel terjadi karena energi radiasi dideposit pada inti sel DNA yang menyebabkan kerusakan rantai ganda DNA, kerusakan rantai tunggal DNA, pindah silang DNA, dan kehilangan basa DNA. Pemahaman tentang mekanisme kematian sel telah berubah dari kerusakan DNA secara langsung menjadi efek bystander (Hasan, 2013).

Bahaya yang sangat serius dari reaksi – reaksi fisi nuklir adalah nahan radioaktif yang dapat meradiasi tubuh manusia. Efek radiasi tersebut dapat meradiasi tubuh manusia. Efek radiasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu efek somatik dan efek genetik. Efek somatik adalah efek yang terjadi pada sel - sel tubuh tubuh yang terpapar radiasi. Sedangkan efek genetik adalah efek yang terjadi pada gen akibat terpapar radiasi sehingga dapat mengakibatkan mutasio genetik (Damanik, 2011)

Radiasi mengion terdiri atas berkas partikel bermuatan atau tak bermuatan. Bahan yang disinari itu ditembaki oleh partikel – partikel berkas (Ackerman, 1988).

Mekanisme pengkatalisan enzim (bagaimana enzim – enzim bekerja) merupakan salah satu pertanyaan yang didekati melalui kajian kinetika enzim; jawaban atas pertanyaan ini terbukti menarik bagi para biofisikawan dan kimiawan fisis. Kajian enzim telah menjadi bagian biofisika atas dasar beberapa alasan tambahan. Misalnya, banyak reaksi yang diamati dengan menggunakan peralatan fisika, seperti spektrofotometer perekam dan alat resonansi paramagnetik. Peralatan ini menuntut suatu derajat pelatihan tertentu dalam fisika, dan juga keterampilan elektronika untuk membangun, merawat, dan menafsirkan datanya (Ackerman, 1988).

Setiap benda yang bergerak mempunyai kecepatan. Jika ada perubahan kecepatan terhadap waktu, maka benda itu juga memiliki percepatan (kalau kecepatan bertambah terhadap pertambahan waktu) atau perlambatan (kalau kecepatan berkurang terhadap pertambahan waktu) (Damanik, 2011).

(5)

laju reaksi enzimatik adalah konsentrasi substrat dan enzim, pH, suhu dan adanya kofaktor serta ion logam (Saropah, 2012).

B. Tujuan

1. Bagaimana efek tranformasi molekuler yang terjadi akibat radiasi mengion? 2. Bagaimana kinetika (aktivitas) enzim dalam metabolisme?

BAB II ISI A. Efek Molekular Radiasi Mengion

Radiasi merupakan pancaran energi melalui suatu materi dalam bentuk partikel atau gelombang. Ketika radiasi melewati suatu materi, kemudian membentuk partikel bermuatan positif dan negatif, maka proses ini disebut radiasi ionisasi (Edward, 1990).

(6)

manusia, seperti penggunaan sinar x dan radionuklida dalam bidang medis dan dalam industri, juga berkontribusi (Halliday, 2010).

Jika radiasi memiliki cukup energi untuk mengusir satu atau lebih elektron orbital dari atom atau molekul disebut ionisasi dan radiasi tersebut disebut radiasi ionisasi (pengion) dimana karakteristiknya yang penting adalah pelepasan secara lokal sejumlah besar energi. Efek biologik radiasi menghasilkan kerusakan pada sel yang secara lebih mendetail berupa kerusakan DNA yang merupakan sasaran utama pajanan radiasi. Ketika suatu bentuk radiasi, baik sinar-X, gamma atau partikel bermuatan maupun tidak bermuatan mengenai atau berada dalam suatu jaringan tubuh organisme, maka ada kemungkinan akan berinteraksi langsung dengan sel atau sub seluler dengan sasaran kritis dalam sel seperti inti sel yang mengandung kromosom. Atom dalam sasaran dapat tereksitasi atau terionisasi dan akan memulai serangkaian kejadian yang mengarah ke perubahan biologik. Radiasi juga dapat berinteraksi dengan atom atau molekul lain dalam sel (terutama air) untuk menghasilkan radikal bebas yang dapat berdifusi lebih jauh untuk mencapai dan melukai sasaran kritik dalam sel. Semua perubahan yang terjadi akibat interaksinya dengan radiasi pengion dalam materi biologik dapat digunakan untuk menentukan besarnya dosis radiasi. Sifat yang khas dari radiasi pengion adalah kemampuannya dalam menyebabkan sejumlah kerusakan dengan dimensi DNA helix atau lebih besar lagi. Perhitungan dan penelitian saat ini difokuskan pada kerusakan radiasi pada DNA karena terbukti berperan dalam menyebabkan mutasi, aberasi kromosom, inaktivasi sel dan efek seluler lainnya yang tergantung pada integritas genom. Pada prinsipnya terdapat tiga tahapan interaksi antara radiasi pengion dengan materi (DNA) yang dilaluinya yakni pertama, perjalanan partikel pengion dalam lingkungan DNA, kedua, simulasi target (sasaran) biologik dan ketiga adalah langkah atau proses menuju pembentukan kerusakan awal biologik, dengan segala ketidak tentuannya. Studi lebih dari 40 tahun juga menunjukkan bahwa sel raksasa (giant) terbentuk baik secara in vivo maupun secara in vitro setelah pajanan radiasi pengion. Di dalam sel tersebut, volume sel dan DNA, RNA serta massa protein bertambah hingga 20200 kali lipat daripada sel normal. Sebagian besar pengamatan menunjukkan bahwa sel raksasa terbentuk setelah radiasi dosis 1,5 Gy atau lebih, meskipun dapat juga terjadi pada dosis serendah 0,12 Gy (Lusiyanti, 2007).

(7)

masih umum digunakan. Hubungan kedua satuan tersebut adalah sebagai berikut (Halliday, 2010) :

1 Gy = 1 J/Kg = 100 rad. a. Partikel Bermuatan

Radiasi bermuatan dan tak-bermuatan itu diserap dengan mekanisme yang berbeda, walaupun keduanya menghasilkan ionisasi. Partikel-partikel bermuatan listrik, paling sedikit dengan energy kinetik sedang, berantaraksi dengan bahan terutama dengan mengionisasikan elektron-elektron luar atom penyerap. Dengan cara ini, partikel bermuatan dengan laju tertentu (v) kehilangan energi kinetik (K) per satuan jarak (x) secara cukup teratur. Ungkapan ini didekati dengan

dK = Z 2 . ρe

dx v2

dengan Z adalah besarnya muatan partikel dalam satuan electron dan ρe adalah kerapatan electron dalam penyerap. Dalam biofisika, dK/dx lazim pula disebut pengalihan energy linier (atau LET singkatan untuk linear energy transfer).

Operasi sebagian besar detector partikel bermuatan berdasarkan atas persamaan. Selain elektron positif dan negatif, kebanyakan partikel bermuatan mempunyai jejak yang hampir lurus dalam bahan. Jejak itu berakhir pada jarak yang dapat diperkirakan, disebut jangkauan partikel bermuatan itu. Gambar menujukkan

n = banyaknya molekul f = fraksi dengan panjang lintasan tertentu r

n

Jarak dari sumber R

(8)

b. Partikel Tak Bermuatan

Radiasi tak-bermuatan agak lebih sukar dideteksi karena eksitasi elektron hampir kontinu yang dihasilkan oleh partikel bermuatan tidak terjadi. Sebagai penggantinya, harus diukur beberapa antaraksi diskrit antara partikel netral dan elektron-elektron atau inti-inti dalam penyerap. Antaraksi ini mengurangi intensitas berkas partikel netral itu, Suatu contoh adalah efek fotolistrik, yakni sebuah foton (ד) dapat bereaksi dengan sebuah electron terikat di kulit-K kemudian diserap dengan melepaskan energy. Dapat dilambangkan,

ד + atom ion+ + e-

Pada antaraksi tunggal seperti itu, partikel netralnya dapat dimusnahkan (efek fotolistrik) atau kehilangan sebagian atau semua energy kinetiknya. Jadi, berkas partikel netral itu intensitasnya I (jumlah partikel netral per satuan luas per satuan waktu) menjadi berkurang. Pengurangan partikel netral ini dapat diungkapkan dengan susutan I per satuan panjang, x :

dI = - µ I dx

dengan µ adalah koefisien susutan linier, yang merupakan suatu ukuran probabilitas susutan per satuan panjang. Persamaan dapat diintegrasikan dan dihasilkan hukum eksponensial :

I = Io exp (- µx)

dengan Io adalah harga I mula-mula

Suatu berkas radiasi netral dicirikan dengan dua besaran khusus : arah dan energi partikel.

Untuk foton dengan energi sampai sebesar 10 MeV, selain efek fotolistrik dikenal dua jenis antaraksi yang penting. Salah satu diantaranya disebut efek Compton, yakni hamburan foton tak-elastik oleh elektron. Yang satu lagi disebut pembentukan pasangan, yakni pembentukan pasangan sebuah e+ dari sebuah foton :

ד + inti e+ + e- + inti + energi

(9)

Bentuk persamaan (17-6) itu sangat umum dalam hal µ dianggap sebagai jumlah proses-proses (probabilitas) mandiri untuk setiap berkas netral. Misalnya, jika persamaan itu dituliskan untuk neutron dengan energy kinetic (En) 10 MeV yang melalui

bahan mirip-jaringan, maka koefisien susutan yang dominan akan bersesuaian dengan hamburan elastic oleh proton dan oleh inti 12C dalam penyerap. Jika E

o meningkat dapat

terjadi reaksi lain, misalnya :

n + 126C 3α + n + energi

dengan α menyatakan partikel alfa yang timbul dan akan menambahkan suku-sukunya pada koefisien susutan total neutron. Tambahkan kerumitan pada energi tinggi ini terjadi juga pada antaraksi foton.

c. Efek langsung radiasi terhadap air

Dengan hidrogen dan radikal bebas hidroksil itu berturut turut mempunyai bentuk elektron H dan O H.

d. Efek Radiasi pada Polimer Sintetik

Radiasi mengion dapat pula secara langsung berantaraksi dengan sebagian besar molekul rantai panjang. Meskipun contoh-contoh khusus yang disajikan tidak memiliki makna biologis, namun hasilnya dapat diterapkan pada biopolimer, seperti protein dan DNA. Suatu polimer tersusun oleh satuan berulang (monomer) yang tertiru terus-menerus, satuan-satuan berulang yang menyusun protein disebut asam amino, dan yang menyusun asam nukleat disebut nukleotida.

e. Teori Sasaran

Teori sasaran dapat dihitung volume atau penampang kritis atau peka dalam zat yang ditembaki. Dalam pasal ini, ditinjau korelasi fisis penerapan molecular teori sasaran ini. Jika sejumlah besar (N) molekul disinari suatu berkas, banyaknya molekul (dN) yang rusak oleh penambahan kecil dosis radiasi (dD) akan sebanding dengan N. ini menghasilkan suatu hukum eksponensial yang mirip dengan Persamaan :

N = No exp ( −D

DA )

(10)

Konsep – konsep teori sasaran telah digunakan pada kajian penyinaran selaput protein yang dikeringkan. Apabila penyinaran dilakukan dengan radiasi mengion, maka molekul – molekul mengalami perubahan secara tak balik.

g. Efek Tak Langsung

Akibat penyinaran larutan protein atau sel hidup dengan penembakan radiasi mengion lebih rumit daripada efek langsung yang telah dibicarakan sejauh ini dalam bab ini untuk air, polimer sintetik, dan selaput protein yang dikeringkan.

B. Kinetika Enzim a. Enzim

Jenis-jenis enzim menurut reaksi-reaksi yang dikatalisi yang didasarkan atas saran-saran Komisi Enzim Internasional (EC=International enzyme Commission). Dijelaskan enam golongan utama,kebanyakan golongan diberi nama dengan membubuhkan akhiran –ase pada kata yang menerangkan reaksi yang dikatalisi. Cara penamaan yang sama digunakan juga untuk nama lazim bagi banyak enzim satu per satu. Apabila satu enzim mengkatalisi lebih dari satu jenis reaksi,atau dapat menggunakan beberapa pereaksi berlainan,biasanya diberi nama menurut reaksi dan pereaksi yang paling terkait dengan ilmu faal.Komisi enzim juga memberi setiap enzim sebuah nama sistematik yang lebih panjang, yang menunjukkan secara lengkap reaksi yang dikatalisi, dan sebuah nomor penggolongan EC terdiri atas empat bagian yang khas. Tiga bagian pertama nomor ini menyatakan golongan, sub golongan, dan sub – sub golongan enzim,dan bagian terakhir menyatakan nomor baru sub - sub golongan yang dikenal.

Anggota-anggota pertama adalah oksidoreduktase. Golongan ini mengkatalisi reaksi oksidasi-reduksi dan mencakup enzim-enzim pernapasan. Misalnya katalase adalah EC( yaitu anggota keenam sub-sub golongan). Oksidoreduktase telah dikaji secara luas dengan metode spektroskopi,karena sebagian besar diantaranya mengalami perubahan spectrum serapannya selama reaksi.

(11)

Golongan yang ketiga adalah hidrolase,yang memisahkan molekul,menambahkan H pada satu bagian dan OH pada bagian yang lain.Fosfatase(EC.3.1.3) adalah hidrolase yang mengkatalisi penambahan air pada suatu fosfat organic menghasilkan alcohol yang sesuai dengan fosfat anorganic; secara simbolis dapat diungkapkan sebagai

R – O – PO32- + H2O ROH + HPO4

2-Golongan keempat adalah liase.Golongan ini adalah enzim-enzim yang

mengkatalisi penambahan molekul pada ikatan ganda molekul lain. Golongan kelima adalah isomerase atau mutase, mengubah bentuk isomer molekul-molekul. Golongan keenam adalah ligase, yang membentuk ikatan-ikatan antar molekul dengan pecahan ATP yang terjadi bersamaaan. menten pada tahun 1913. Hidrolase adalah enzim yang menarik untuk dikaji, karena ditinjau dari berbagai pandangan tampak sederhana. Karena kebanyakan merupakan enzim ekstraselular, seperti pada jalur pencernaan, maka cukup mudah mendapatkan sejumlah besar enzim ini dalam bentuk aktifnya. Lagi pula, kebanyakan daripadanya bekerja secara terpisah , bukan merupakan bagian rantai kompleks atau lintasan (Ackerman, 1988).

(12)

tetap (tertentu) harga V hampir linier dengan [S]. Pada kondisi dimana V tidak dapat bertambah lagi dengan bertambahnya [S] disebut kecepatan maksimum (Vmaks). Vmaks merupakan salah satu parameter kinetika enzim. Parameter kinetika enzim yang lain adalah konstanta Michaelis-Menten, yang lebih dikenal dengan Km. Km merupakan konsentrasi substrat yang separuh dari lokasi aktifnya telah terisi, yaitu bila kecepatan reaksi enzim telah mencapai ½ Vmaks. Nilai Km dapat digunakan dalam menentukan ukuran afinitas enzim-substrat (E-S), yang merupakan suatu indikator kekuatan ikatan kompleks E-S atau suatu tetapan keseimbangan untuk disosiasi kompleks E-S menjadi E dan S. Nilai Km kecil berarti kompleks E-S mantap, afinitas enzim tinggi terhadap substrat, sedangkan bila Km besar berlaku kebalikannya (Putra, 2009)

Menurut Leonor Michaelis dan Maud Menten, penggabungan enzim (E) dengan substrat (S) merupakan reaksi yang dapat balik dan berlangsung relatif cepat membentuk kompleks enzim-substrat (ES). Selanjutnya terurai dan membentuk produk reaksi (P) dan enzim bebas (E). Laju reaksi dapat didefinisikan dalam persamaan (Saropah, 2012).:

V = k2 [ES] [ES]

biasanya merupakan besaran yang tidak dapat diukur. Besaran yang dapat diukur adalah konsentrasi substrat dan konsentrasi enzim total, yaitu jumlah enzim bebas dan enzim dalam kompleks ES: [E]t = [E] + [ES] Pada keadaan steady state, laju pembentukan dan penguraian kompleks ES sama: k1 [E][S] = k-1 [ES] + k2 [ES]

(13)

Gambar Model Induced Fit

Teori kinetika atau ’collision theory’ untuk reaksi kimia memasukkan 2 konsep penting:

1. Untuk bereaksi molekul-molekul harus saling membentur ( berada dalam jarak pembentuk ikatan satu sama lain)

(14)

lazim sel hidup. Dalam batas temperatur tertentu, kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim naik seiring naiknya temperatur. Perbandingan yang tepat dimana kecepatan berubah untuk setiap kenaikan temperatur 10oC adalah Q10, atau koefisien temperatur. Kecepatan reaksi biologi kurang lebih 2 kali lebih cepat dengan kenaikan temperatur 10oC (Q10 = 2) dan menjadi setengahnya bila temperatur diturunkan 10oC. Kecepatan reaksi maksimum memerlukan temperatur optimum. Di atas temperatur optimum kecepatan reaksi menurun tajam terutama disebabkan denaturasi protein oleh panas. Enzim pada umumnya mempunyai temperatur optimum seperti temperatur sel. Enzim yang terdapat dalam mikroorganisma yang hidup di mata air panas mempunyai suhu optimum mendekati titik didih air. Kenaikan kecepatan reaksi di bawah

temperatur optimum disebabkan oleh kenaikan energi kinetika moleku-molekul yang bereaksi. Akan tetapi bila temperatur tetap dinaikkan terus, energi kinetika molekul menjadi sedemikian besar sehingga melampaui penghalang energi untuk memecahkan ikatan-ikatan sekunder yang mempertahankan enzim dalam keadaan aslinya atau keadaan katalitik aktif. Akibatnya struktur sekunder dan tersier hilang disertai dengan hilangnya aktivitas katalitiknya.

Pengaruh pH

(15)

d. Kegiatan penghalang

Beberapa enzim diketahui membutuhkan ion-ion tertentu untuk menjamin

aktivitasnya. Ion-ion tersebut dapat berperan sebagai aktivator pada konsentrasi tertentu atau sebagai inhibitor pada kondisi yang berbeda. Ion-ion logam ini diperlukan sebagai komponen pada sisi aktifnya (Noviendri, 2008).

Banyak reaksi enzim dikaji melalui penggunaan penghalang. Penghalang - penghalang khusus bermanfaat untuk menentukan peranan enzim-enzim

tertentu.Penghalang-penghalang lain (seperti para-kloro-merkuribenzoat), PCMB berguna untuk menentukan persamaan kelompok-kelompok tertentu(seperti kelompok sulfhidril) dalam kegiatan enzim.

Banyak penghalang bereaksi dengan enzim hingga kompleks antara E.S.tidak terbentuk.Penghalang jenis ini disebut penghalang kompetitif. Misalnya, enzim sukinik dehidrogenase mengkatalisi pengambilan hydrogen dari asam sukinik.Enzim itu dihalangi secara kompetitif oleh asam malonik.

e. Sarana Pengoksidasi Biologis

Oksidasi senyawa tereduksi berkatalis enzim,dengan menggunakan peroksida seperti HOOH sebagai donor oksigen,reaksi ini membantu menguji kebenaran adanya kompleks-kompleks enzim enzim-substrat peralihan.peroksidase dan katalase diyakini bukan merupakan enzim pernapasan biasa,dalam hal donor oksigen intrasel yang paling banyak adalah molekul O2.

f. Glikolisis dan Daur Asam Sitrat

Hampir semua molekul organic biologis dapat dioksidasi oleh system metabolic tertentu.Salah satu molekul yang tersebar dimana-mana yang digunakan sebagai sumber energy dan penyimpanan energy oleh sebagian besar sel biologis adalah gula berkarbon-eanam (heksosa),glukosa.Oksidasi metabolic glukosa dengan mudah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu glikolisis,daur asam sitrat,dan fosforilasi oksidatif .

Keseluruhan hasil oksidasi glukosa adalah pengubahannya menjadi air dan karbon dioksida . Bagian terbesar energy yang dilepaskan itu digunakan untuk melaksanakan reaksi

(16)

g. Fosforilasi Oksidatif

Sebagian besar energy yang semula ada didalam molekul glukosa diubah menjadi ATP dalam rantai fosforilasi oksidatif. Jadi ,apabila pada glikolisis dihasilkan 2 per molekul glukosa, dan pada dua daur sitrat dihasilkan 2 lagi per molekul glukosa,maka pada fosforilasi oksidatif terbentuk sekitar 34. Ciri yang lain fosforilasi oksidatif adalah oksidasi dan fosforilasi dapat tidak terkait, sehingga 34 itu menyatakan jumlah

maksimum per molekul glukosa.

BAB III KESIMPULAN

Radiasi menghasilkan transformasi molekuler yang mengakibatkan efek selular dan efek pada tingkat skala yang lebih besar dari radiasi mengion. Radiasi mengion terdiri atas berkas partikel bermuatan atau tak bermuatan yang fapat mengubah bentuk-bentuk

intramolekul. Pada polimer tinggi sintetik, pembentukan ikatan-ikatan baru dan pemutusan ikatan-ikatan lama terjadi setelah penyinaran. Molekul-molekul kecil dapat dimusnahkan dari segala jenis polimer tinggi. Keberadaan suatu medium berair secara mencolok dapat

mempengaruhi akibat yang ditimbulkan oleh efek-efek tak langsung dengan terjadinya radikal-radikal bebas H• dan OH• pada zat terlarut. Teori sasaran dapat memprakirakan tanggapan dari banyaknya pukulan partikel radiasi pada satu sasaran atu lebih. Sehingga teori sasaran dapat diterapkan untuk menetapkan volume atau luas penampang kritis dalam

(17)

diikuti secara rinci pembentukan dan penghancurannya. Dalam kasus lain, seperti pada enzim hidrolase, kompleks-kompleks antara itu dapat dideteksi secara interferensi dari data

kinetiknya. Kegiatan penghalang-penghalang enzim juga telah dianalisis secara matematis dan memberikan petunjuk tentang urutan reaksi berbagai enzim dalam suatu rantai dan mekanisme terjadinya. Kinetika enzim paling baik dijelaskan dengan persamaan-persamaan diferensial tak linier. Oksidasi biologis enzim melibatkan langkah-langkah oksidatif diantara substrat asal yang mengalami metabolisme. Oksidasi biologis enzim menghasilkan ATP yang dapat memberikan energi untuk aktivitas kehidupan. Sebagian besar ATP dalam sel vertebrata dan dalam ragi dibentukoleh rantai sitokrom didalam mitokondria. Spektrum karakteristik anggota-anggota rantainya memungkinkan untuk menentukan urutan reaksinya. Kinetika enzim dan model-model sistem enzim untuk sebagian juga merupakan landasan penerapan termodinamika dalam biologi.

DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, Eugene dkk. 1988. Ilmu Biofisika. Surabaya : Airlangga University Press. Damanik, Asan. 2011. Fisika Energi. Yogyakarta : Sanata Dharma.

Edwards, C., Statkiewicz M. A., dan Ritenour, E. R. 1990. Perlindungan Radiasi Bagi Pasien dan Dokter Gigi. Jakarta: Widya Medika.

Halliday, David dkk. 2010. Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid 3. Jakarta : Erlangga. Hasan, Isnaniah dan Djakaria, H.M. 2013. Kematian Sel Akibat Radiasi. Journal of The

Indonesian Radiation Oncology Society. Volume 4 No. 1.

Lusiyanti, Yanti. 2007. Penerapan Efek Interaksi Radiasi Dengan Sistem Biologi Sebagai Dosimeter Biologi. Seminar Nasional Iii Sdm Teknologi Nuklir. ISSN 1978-0176. Noviendri, Dedi. 2008. Karakteristik Dan Sifat Kinetika Enzim Kitinase Dari Isolat Bakteri

T5a1 Asal Terasi. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Volume 3 No. 2.

Putra, G.P. Ganda. 2009. Penentuan Kinetika Enzim Poligalakturonase (Pg) Endogenous Dari Pulp Biji Kakao. Jurnal Biologi. Volume 8 No.1.

Gambar

Gambar Model Lock and Key
Gambar Model Induced Fit

Referensi

Dokumen terkait

Dengan teknologi IMTA produktivitas lahan tambak dapat ditingkatkan persatuan luasnya (ha) melalui pengembangan usaha budidaya perikanan secara terintegrasi dan intensif

Modalitas Fisioterapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri pada kondisi OA genu (sendi lutut) adalah menggunakan Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation

Pada tanggal 24 Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa

Dalam kaitan itulah, makalah ini akan mendeskripsikan betapa pentingnya peran pemerintah dalam upaya mempertahankan bahasa yang menunggu kematian sebagai penyangga

Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial – Rumah Tidak Layak Huni Bagi Keluarga Miskin Di Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Pelaksanaan program rehabilitasi sosial -

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun defenisi konsepsional dari Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kinerja Pegawai di Lingkungan Dinas Kelautan dan

Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan

Bambang Sudiro CEO PT Luxor Indonesia yang mengatakan PT Luxor Indonesia mampu mempertahankan penjualan seperti sebelum era pandemi, Tonny Setiadjie CEO PT Central Java Daya