• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file Pengaruh Penerapan Metode ThinkPairShare dan Group Investigation Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa | Tamara | Indonesian Journal of Economic Education (IJEE) 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file Pengaruh Penerapan Metode ThinkPairShare dan Group Investigation Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa | Tamara | Indonesian Journal of Economic Education (IJEE) 1 SM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penerapan Metode

Think-Pair-Share

dan

Group Investigation

Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Tania Tamara

Program Studi Pendidikan Ekonomi, Sekolah Pascasarjana,Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia, Bandung

Abstract. The phenomenon that occurs in the field of education in high school is the low ability of critical thinking of students. The purpose of this research is to know the difference of students' thinking ability improvement before and after using Think-Pair-Share method and Group Investigation method. This type of research is a quasi-experimental study with a non-equivalent pretest posttest design study. The research subjects are class XI IPS 3 and XI IPS 4 in SMA Negeri 3 Metro. Data analysis using SPSS Version 22 with hypothesis testing through parametric statistic, test of mean difference (paired samples t-test and independent samples t-test), and effect size. The result of the research shows that 1) there are differences of students' critical thinking ability before and after learning with the application of Think-Pair-Share method; 2) there is difference of critical thinking ability before and after learning by applying Group Investigation method; critical students between classes that apply the Think-Pair-Share method with classes using Group Investigation methods and students 'critical thinking skills in classes using the Think-Pair-Share method is higher than the students' critical thinking skills in the class using Group Investigation. Keywords: think pair share; investigation group; critical thinking skill.

Abstrak: Fenomena yang terjadi dalam bidang pendidikan di sekolah menengah atas adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode Think-Pair-Share dan metode Group Investigation. Jenis penelitian adalah studi kuasi eksperimen dengan desain penelitian non-equivalen pretest postest design. Subjek penelitian yaitu kelas XI IPS 3 dan XI IPS 4 di SMA Negeri 3 Metro. Analisis data menggunakan SPSS Versi 22 dengan pengujian hipotesis melalui statistik parametrik, uji perbedaan rata-rata (paired samples t-test dan independent samples t-test), dan effect size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan penerapan metode Think-Pair-Share, 2) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan penerapan metode Group Investigation, 3) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas yang menerapkan metode Think-Pair-Share dengan kelas yang menggunakan metode Group Investigasi serta kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Think-Pair-Share lebih tinggi dibandingkan dengan serta kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Group Investigation.

Kata Kunci: think-pair-share; group investigasi; kemampuan berpikir kritis.

How to cite this article. Tania Tamara, Suryana, Budi Santoso. (2018). Pengaruh Penerapan Metode Think-Pair-Share dan

Group Investigation terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi Kuasi Eksperimen Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Metro-Lampung). Indonesia Journal of Economics Education (IJEE). Program Studi Pendidikan Ekonomi. SekolahPascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 1 (1), 73-84. Retrieved from http://ejournal.upi.edu/index.php/IJEE/article/view/7705

History of article.Received: Desember 2017, Revision: Januari 2018, Published: Februari 2018 Online ISSN: 2615-5060. Print ISSN: 2615-5001. DOI: 10.17509/jurnal ijee

Salah satu permasalahan yang sedang dihadapi dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah lanjutan tingkat atas adalah rendahnya tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi. Hal ini sesuai dengan hasil Global Index of Cognitive Skills and Educational Attainment-overall result tahun 2012, Pearson menyatakan

bahwa “peringkat pendidikan Indonesia

berada pada urutan terbawah yakni peringkat 40 dari 40 negara di dunia yang di survey”

(2)

Tabel 1

Rata-Rata Hasil Nilai Ujian Nasional 2015

No. Standar Nasional Frekuensi Persentase

(%)

1. Di atas rata-rata 11 32,35 %

2. Di bawah rata-rata 23 67,65%

Jumlah 34 100%

Sumber: Laporan Konferensi Pers Hasil UN 2015

Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 hanya terdapat 11 provinsi saja yang memiliki nilai rata-rata ujian nasional di atas nilai standar nasional, sedangkan 23 provinsi lainnya belum berhasil melewati nilai standar nasional. 11 provinsi yang memiliki nilai rata-rata ujian nasional di atas nilai standar nasional yaitu Provinsi Bali, DKI Jakarta,

Sumatera Utara, Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Riau, Sumatera Selatan, Salewasi Tenggara, Sumatera Barat dan Sulawesi Utara. Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran di SMA Negeri 3 Metro. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai kemampuan berpikir kritis siswa sebagai berikut:

Tabel 2

Skor Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA N 3 Metro -Lampung

No. Rentang Nilai Kemampuan Berpikir Kritis

(KKM = 60) Jumlah siswa

Persentase (%)

1. 0 - 20 6 25 %

2. 30 - 50 18 75 %

3. 60 – 80 0 0 %

4. 90 - 100 0 0,%

Total 24 100%

Sumber: data telah pada tahun 2016

Berdasarkan data kemampuan berpikir kritis di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat skor nilai siswa pada rentang nilai 0-2 memiliki persentase sebesar 25 %, dan skor nilai siswa pada rentang nilai 3-5 memiliki persentase sebesar 75 %. Dengan demikian lebih dari 50% siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah. Berpikir kritis merupakan bagian dari hasil belajar siswa. Menurut Arikunto (2012: 131) Hasil belajar pada ranah kognitif dibagi menjadi enam dimensi proses kognitif yaitu

mengingat (C1), memahami (C2),

mengaplikasi (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6). Sedangkan menurut Bloom (Anderson, 2010: 101-102) pada ranah C4 (menganalsis), C5 (mengevaluasi) dan C6 (mengaplikasi) merupakan high thinking level. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu dari

kemampuan tingkat tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tsuii (Linda S. Behar-Horenstein, 2011: 1) bahwa “Teaching students higher-order cognitive skill, including critical thinking”. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik cenderung mampu menyelesaikan soal-soal pada level tingkat tinggi.

(3)

Salah satu solusi untuk mengatasi rendahnya tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Nezami, Asgari, dan Dinarvand (2013: 2508-2514) dalam Technical Journal of Engineering

and Applied Sciences yang berjudul “The

Effect of Cooperative Learning On the

Critical Thinking of High School Students” yang menyatakan bahwa: “The investigation results demonstrate the significant effect of cooperatife learning education on critical thinking of students”. Model pembelajaran kooperatif memiliki pandangan teori belajar konstruktivisme (Rusman, 2012: 201). Teori belajar konstruktivisme yakni peserta didik

diharapkan dapat berpikir untuk

menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.

Ada banyak tipe atau jenis metode dalam model pembelajaran kooperatif antara lain yaitu metode Think- Pair-Share dan metode Group Investigation. Hasil penelitian menemukan bahwa metode Think- Pair- Share (TPS) dapat meningkatkan berpikir kritis yaitu: Tint dan Nyunt (2015)

mengatakan bahwa “Think, Pair and Share is the activity prompots pupils to reflect on an issue or problem and then to share that thinking with others”. Kaddoura, Mahmoud (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa metode Think-Pair Share dapat meningkatkan berpikir kritis. Sartika, Dewi (2014) menunjukkan bahwa perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dengan menggunakan metode Think-Pair-Share lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Sementara itu Boleng (2014) menjelaskan dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif metode Script dan metode Think-Pair-Share secara

signifikan berpengaruh terhadap sikap sosial dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sedangkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asyari, Marhamah (2016) menyatakan salah satu kesimpulannya adalah meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui integrasi pembelajaran berbasis masalah dan investigasi kelompok. Budiastra, Sudana dan Arcana (2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada keterampilan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok. Novian, Muhamad Alam (2013) menjelaskan hasil penelitiannya yaitu “the application of learning model of GI can be used as an alternative in the learning economy and can be a reference for research in a wider aspect not only on critical thinking skill course”. Oleh karena itu, pendekatan pemecahan masalah yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Penerapan Metode Think-Pair-Share And Group Investigation Terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa”.

KAJIAN PUSTAKA

Kemampuan Berpikir Kritis

Jhon Dewey (Fisher, 2009: 2) mendefinisikan

bahwa“Berpikir kritis adalah pertimbangan

yang aktif secara terus menerus, dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dengan alasan-alasan yang mendukungnya. Schlecht (1989) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah keterampilan memahami, menganalisis dan mengevaluasi argument. Ennis (Fisher, 2009: 4) menyatakan bahwa “Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan

apa yang mesti dipercaya atau dilakukan”. Selanjutnya Sezer mengatakan bahwa

(4)

communication, as a guide to belief and action” (Malmir, Ali (2012: 608). Facion, Peter A. (2013: 5-7) terdapat enam keutamaan dalam keterampilan berpikir kritis yakni: 1) Interpretasi 2) Analisis 3) Inferensi 4) Evaluasi 5) Eksplanasi dan 6) Regulasi Diri. Metode Think-Pair-Share

Metode Think-Pair-Share pertama kali dikenalkan oleh Prof. Frank Lyman di Universitas Maryland pada tahun 1981, dan dikembangkan oleh beberapa ilmuan lainnya. Think- Pair-Share atau berpikir-berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto, 2014: 129). Hal ini sependapat dengan M. Dol (2014) yang artinya adalah Think-Pair-Share merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa berpikir tentang tanggapan mereka tentang masalah yang telah diberikan oleh guru kemudian mendiskusikan solusinya bersama pasangan dan membagikan solusi tersebut di depan kelas. Sementara itu, Azlina

(2010: 23) mengungkapkan “The general idea of the Think-Pair-Share is having the students independently think or solve a problem quietly, then pair up and share their thoughts or solution with someone nearby”. Menurut Majid, Abdul (2014: 186) Langkah-langkah model kooperatif metode Think-Pair-Share adalah 1) thinking (berpikir) 2) pairing (berpasangan) 3) Sharing (berbagi).

Metode Group Investigation

Model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Metode group investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sulit dan kompleks apabila diterapkan dalam proses pembelajaran kooperatif. Guru membagi beberapa

kelompok dalam satu kelas yang

beranggotakan 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda. Pembagian kelompok biasanya berdasarkan atas kesamaan minat dalam suatu topik tertentu. Menurut Pradhana dan Pramukantoro (2013: 662) menyatakan

bahwa “Group investigasi merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa menggunakan

inquiri kooperatif, perencanaan, proyek,

diskusi kelompok dan kemudian

dipersentasikan di depan kelas”. Peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Langkah-langkah pembelajaran Group Investigation yaitu: 1) menngidentifikasi topic dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok 2) merencanakan tugas-tugas belajar 3) melaksanakan investigasi 4)

menyiapkan laporan akhir 5)

mempersentasikan laporan akhir 6) evaluasi.

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Metro-Lampung pada materi menganalisis ketenagakerjaan di Indonesia. Unit analisis adalah siswa kelas XI. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Design dengan bentuk desain penelitian adalah “Non-equivalent Pretest Postest Group Design”. Kelas eksperimen dipilih tidak secara random. Adapun yang menjadi variabel dependent (perlakuan) adalah metode Think-Pair-Share dan metode Group Investigation, variabel independent (terikat) adalah kemampuan berpikir kritis siswa.

Instrumen yang digunakan berupa tes dengan tipe soal pilihan ganda beralasan sejumlah 27 soal dengan kriteria skor penilaian adalah apabila tidak ada pilihan dan tidak ada alasan yang di jawab dengan benar maka diberi skor 0, hanya alasan saja yang dijawab benar diberi skor 1, hanya pilihan ganda saja yang dijawab benar diberi skor 2, serta semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap dan benar diberi skor 3. Teknik analisis data terdiri dari uji normalitas, homogenitas, setelah itu dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan mengunakan rumus Paired Sampels Test dan Independent-Samples T Tes melalui bantuan SPSS Versi 22.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengujian Hipotesis 1

(5)

Think-Pair-Share (TPS) dinyatakan normal dan homogen, sehingga memenuhi syarat analisis uji hipotesis I. Pengujian Hipotesis I ini menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji –t pada taraf signifikasi (2-tailed) dengan alpha 0,05 maka analisis Paired Sample Test pada program aplikasi SPSS versi 22.0.

Kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen I yakni menggunakan model pembelajaran kooperatif metode Think-Pair-Share (TPS) dengan nilai sig. (2-tailed) 0,000 lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai alpha 0,05 (0.000 < 0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif metode Think-Pair-Share (TPS).

Sementara itu hasil rata-rata peningkatan (Gain) kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen I menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) dengan Kompetensi Dasar Menganalisis Ketenagakerjaan Di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data pada skor pretest dan posttest, yakni skor pretest pada penelitian ini adalah sebesar 34,00 dan skor postest sebesar 68,37. Berdasarkan hasil pengolahan data pretest dan posttest tersebut, maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 34,37 skor serta skor N-Gain sebesar 0,73 dengan katagori tinggi. Hasil penelitian ini didukung dari penelitian yang dilakukan oleh Kaddoura, Mahmoud (2013, hlm:3) mengenai Strategi Pembelajaran Think-Pair-Share untuk meningkatkan berpikir kritis. Penelitian yang dilakukan oleh Tanah, Didimus Boleng (2015), hlm:572) mengatakan bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran TPS terhadap berpikir kritis.

Selanjutnya, Muhfahroyin (2009, hlm: 107) yang berjudul pengaruh strategi Think Pair Share (TPS) dan kemampuan akademik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA di kota Metro. Hasil penemuan tersebut

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi TPS berpengaruh nyata terhadap berpikir kritis siswa.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas,

dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran Think- Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain Lie, Anita (2007, hlm 57). Dengan kata lain Think-pair-share memberikan kesempatan agar para siswa lebih aktif berpartisipasi dan berinteraksi dengan siswa lainnya dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Pengujian Hipotesis 2

Setelah mengetahui data hasil normalitas dan homogenitas baik pada skor pretest dan postest pada kelas eksperimen II yang menggunakan model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) dinyatakan normal dan homogen, maka data tersebut dapat memenuhi syarat analisis uji hipotesis II. Pengujian Hipotesis II ini menggunakan uji statistik parametrik yakni uji t pada taraf signifikasi (2-tailed) dengan alpha 0,05 sehingga analisis Paired Sample Test pada program aplikasi SPSS versi 22.0.

Kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen II yakni menggunakan metode Group Investigation (GI) dengan nilai sig. (2-tailed) 0,000 lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai alpha 0,05 (0.000 < 0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas dengan penerapan metode pembelajaran Group Investigation (GI).

(6)

Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data pada skor pretest dan posttest, yakni skor pretest pada penelitian ini adalah sebesar 38,29 dan skor postest sebesar 64,81. Berdasarkan hasil pengolahan data pada pretest dan postest tersebut, maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 34,37 skor dan skor N-Gain sebesar 0,63 dengan katagori sedang. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ulum, Bahrul & Hidayah, Rusly (2015, hlm:156) mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif metode group investigation (GI) pada materi pokok ikatan kimia untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa. Sedangkan Sutarto & Rahmawati (2014, hlm:1) hasil penemuannya menunjukkan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan Scientific Approach berbasis potofolio lebih baik daripada kelas kontrol.

Miraningsih, Winda & Azizah, Utiya (2015, hlm: 281) dalam penelitiannya ditemukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa. Sementara itu Ketut, I Budiastra, Nyoman, Sudana Dewa & Arcana, Nyoman (2015, hlm:1) mengemukakan hasil penelitian mereka yaitu terdapat pengaruh yang signifikan kepada keterampilan berpikir kritis antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation)

dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dikarenakan bahwa metode pembelajaran Group Investigaiton (GI) lebih menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi atau segala sesuatu mengenai materi yang dipelajari, sehingga

pembelajaran ini dapat membantu

meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sejalan dengan itu, penelitian Sudewi, Subagia & Tika (2014, hlm:1) menyatakan bahwa model GI dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik. Sementara Rusman (2012: 222) menyatakan bahwa

“tahapan evaluasi dalam pembejaran Group

Investigation terdapat asesmen yang diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis”. 3. Pengujian Hipotesis 3

Dalam hipotesis ketiga, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas yang menggunakan penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) dengan kelas yang menggunakan penerapan metode Group Investigation (GI). Pada uji hipotesis ketiga digunakan untuk melihat perbedaan skor Gain rata-rata pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Pengujian Hipotesis III ini

menggunakan uji statistik parametrik yakni uji

–t pada taraf signifikasi (2-tailed) dengan alpha 0,025 maka analisis Independent-Sample T Test pada program aplikasi SPSS versi 22.0.

Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen I dengan menggunakan metode Think-Pair-Share (TPS) dengan kelas yang menggunakan metode Investigasi Kelompok (GI). Hal ini dikarenakan hasil pengolahan pada program

aplikasi SPSS versi 22.0 memiliki taraf sig. (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil bila dibandingkan dengan signifikasi alpha 0,025 (0,000 < 0,025).

Langkah selanjutnya yakni melakukan pengukuran terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Hasil perolehan perhitungan rata-rata gain yang ternormalisasi dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 3

(7)

Metode Think-Pair-Share (TPS) Dan Metode Investigasi Kelompok (GI)

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

Metode TPS Metode GI

34 38,28

68,37 64,8

Pretest

Postest

untuk melihat berapa besar pengaruh pelakuan metode Think-Pair-Share (TPS) dan metode Group Investigation (GI) terhadap kemampuan berpikir kritis dalam mata pelajaran ekonomi dapat dilihat dari Effect Size: Eta Square dengan menggunakan

bantuan aplikasi program SPSS versi 22. Berikut adalah tabel persentase pengaruh metode Think-Pair-Share (TPS) dan metode Group Investigation kemampuan berpikir kritis dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4

Pengaruh Metode Think-Pair-Share (TPS) dan Metode Investigasi Kelompok (GI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Measures of Association

Eta Eta Squared

Gain * Metode .658 .433

Sumber: Pengolahan Data SPSS versi 22

Besarnya skor pengaruh perlakuan perlakuan metode Think-Pair-Share (TPS) dan metode Group Investigation terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran ekonomi adalah sebesar 0,433 (eta squared (ɳ2) = 0.433), artinya variabilitas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran ekonomi yang disebabkan oleh perlakuan metode Think-Pair-Share (TPS) dan metode Group Investigation hanya sebesar 43,3% dan sisanya 56,7 % dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan pada hasil penelitian ini, dapat

terlihat bahwa penerapan metode

pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dan Group Investigation (GI) merupakan salah satu bagian dari model pembelajaran kooperatif dengan persamaan yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 3 Metro. Hal ini sesuai dengan landasan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan berpikir kritis. Nezami, Asgari, dan Dinarvand (2013, hlm: 2508- 2514) dengan hasil penelitian yang

menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang positif terhadap berpikir kritis siswa. Teori yang melandasi model pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Insjoni (2016, hlm: 11) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Sementara itu pandangan yang

sama juga dikemukakan oleh Ma’mur, Jamal

Asmani (2016, hlm:40) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif konstruktivisme.

(8)

untuk lebih banyak berpikir, menjawab dan saling membantu dengan siswa lain. Metode Think-Pair-Share (TPS) memiliki ciri khas khusus yang dapat membedakan dengan metode pembelajaran kooperatif lainnya ialah pairing yakni berdiskusi secara berpasangan. Hal tersebut didukung Surayya, Subagia & Tika (2014, hlm: 3) menyatakan bahwa pada tahap pair, siswa akan berpasangan untuk mendiskusikan hasil berpikir mereka sebelumnya. Dalam berdiskusi tersebut

memerlukan keterampilan berpikir

diantaranya mengenal masalah,

mengumpulkan informasi yang diperlukan menganalisis data serta membuat kesimpulan. Keterampilan tersebut merupakan landasan untuk berpikir kritis.

Sementara itu proses pembelajaran pada kelas eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) menunjukkan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Pembelajaran dimulai dengan guru menyajikan poin-poin materi pembelajaran kemudian siswa di bagi menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan empat sampai enam orang siswa, merencanakan tugas-tugas belajar, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempersentasikan laporan akhir, serta evaluasi. Siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dalam satu kelompok untuk berdiskusi dan investigasi (mencari informasi, menganalisis data, membuat kesimpulan) mengenai topik yang telah mereka pilih sebelumnya. Kemudian setiap kelompok mempersentasikan hasil investigasi tersebut di depan kelas sementara kelompok lain melakukan evaluasi terhadap sajian kelompok yang sedang melakukan presentasi.

Baik pada kelas eksperimen I yakni penerapan model pembelajaran kooperatif metode Think-Pair-Share (TPS) maupun kelas eksperimen II yakni penerapan model pembelajaran kooperatif metode Investigasi Kelompok (GI) di SMA Negeri 3 Metro, kedua metode tersebut memiliki persamaaan yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Namun, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang

menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif metode Think-Pair-Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif metode Investigasi Kelompik (GI), dikarenakan metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan metode pembelajaran yang mampu membuat peserta didik untuk berpikir kritis dan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan penelitian Azlina (dalam Alpusari & Putra 2015, hlm

:2805) menyatakan bahwa “The essence of teaching students independently TPS is able to think and solve problems, share solutions or ideas with their partner (other students), students are prepared to be able to collaborate with other students, working together, were able to issue an opinion or idea, and sharing experiences”.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) dan metode Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun jawaban atas rumusan masalah dan hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) mata pelajaran ekonomi pada materi Menganalisis Ketenagakerjaan Di Indonesia siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Metro. Berdasarkan skor hasil pengolahan data pretest dan postes tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigtion (GI) mata

pelajaran ekonomi pada materi

(9)

Negeri 3 Metro. Berdasarkan hasil pengolahan data pretest dan postet tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara

kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif metode Think-Pair-Share (TPS) dengan kelas yang

menggunakan model pembelajaran

kooperatif metode Group Investigation (GI). Berdasarkan skor hasil perhitungan N-Gain dapat dikatakan metode Think-Pair-Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan metode Group Investigation (GI) pada mata pelajaran

ekonomi materi Menganalisis

Ketenagakerjaan Di Indonesia siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Metro.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Anderson, Lorin W. & Krathwohl, David R.

2010. “Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arikunto, Suharsimi. 2012. “Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan Edisi 2”. Jakarta: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas”. Jakarta : PT Grasindo

Majid, Abdul. 2014. “Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis:. Bandung: Interes Media

Ma’mur, Jamal Asmani. 2016. “Tips Efektif Coooperative Learnig”. Yogyakarta : Diva Press

Rusman. 2012. “Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2014. “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Prograsif, dan Konstektual”. Jakarta: Prenada Media Group.

Jurnal

Alpusari & Putra. 2015. : “The Application Of

Cooperative Learning Think Pair Share (TPS) Model To Increase The Process Science Skills In Class IV Elementry School Number 81 Pekanbaru City. International Juornal Of Science and Research (IJSR) Index Copernicus Value (2013). Vol.4, Issue 4, page : 2805-2808.

Asyari, Marhamah. 2016. “Improving Critical

Thinking Skills Through The Integration of Problem Based Learning and Group Investigation”. International Journal of Lesson and Learning Studies. Vol. 5 no. 1 pg 36-44.

Azlina, Nik N.A. 2010. “CETs: Supporting

Collaborative Activities Among Students and Teachers Through The Use Of Think-Pair-Share Techniques”. IJCSI International Journal of Computer Science Issues, Issue 5, vol. 7 page 18-29

Boleng, Didimus Tanah. 2014. “Pengaruh

Model Pembelajaran Cooperative Script dan Think-Pair-Share Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Sikap Sosial, dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Multietnis”. Jurnal Pendidikan Sains no. 2 vol. 2 hlm. 76-84.

Budiastra, Sudana dan Arcana. 2015.

“Pengaruh Model Kooperatif Tipe GI

(Group Investigation) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dalam

Pembelajaran IPA”. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha No. 1 vol. 3

Facione, Peter A. 2013.”Critical Thinking: What It Is and Why It Counts”. Measued Reasons and The California

Academic Press, Millbrae, CA. Horenstein, Linda S. Behar & Niu, Lian.

2011. “Teching Critical Thinking Skills

In Higher Education: A Review Of The

(10)

Teaching& Learning vol. 8 No. 2 hlm. 25-42.

Kaddoura, Mahmoud. 2013. “Think Pair

Share: A Teaching Learning Strategy to

Enchance Student’s Critical Thinking”: Jurnal Educational Research Quarterly. Vol 36. No. 4. Pg 3-24.

Ketut, I Budiastra, Nyoman, Sudana Dewa &

Arcana, Nyoman. 2015. “Pengaruh

Model Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran IPA. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. No. 1, vol. 3, hlm: 1- 10.

M. Dol, Sunita. 2014. “TPS (Think -Pair-Share): An Active Learning Strategy to Teach Theory Of Computatuion Course. International Journal of Educational Research and Technology. Issue 4. Vol. 5 page 62-67

Malmir, Ali. 2012. “An Investigation Of The Impact Of Teaching Critical Thinking

On The Iranian EFL Learners’ Speaking Skill”. Journal of Language Teaching and Research. Vol. 3 No. 4. pp 608-617. Miraningsih, Winda & Azizah, Utiya. 2015.

“Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Asam Basa Kelas XI SMA 2 Magetan. UNESA Journal Of Chemical Education. No 2, vol. 4, hlm: 281-287.

Muhfahroyin. 2009. “Pengaruh Strategi Think

Pair Share (TPS) dan Kemampuan

Akademik terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa SMA di Kota

Metro”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran no. 2 vol. 16 hlm: 107-

Pradhana, Viryan Gerry dan Pramukantoro, J.

A. 2013. “Perbedan Model

Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two

Stray (TSTS) dengan Group

Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Menerapkan Dasar-Dasar Digital”. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro Vol.02 No. 2 hlm 661-668.

Sudewi, Subagia & Tika. 2014. “Studi

Komparasi Penggunaan Model

Pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dan Kooperatif Group

Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Berdasarkan Taksonomi

Bloom”. e-Journal Program Pascasarjana Univesitas Pendidikan Ganesha. Vol 4, hlm: 1-9

Surayya, Subagia, dan Tika. 2014. “Pengaruh

Model Pembelajaran Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa”. Journal Program Pasca Sarjana Pendidikan Ganesha, 4: 38-41.

Sutarto & Rahmawati. 2014. ”Implementasi

Group Investigation Dengan Scientific Approach Berbasis Portofolio Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis”. Unnes Journal Of Mathematics Education, No. 3, vol. 3 hlm: 1

T. Schellens, dkk. 2000. “Tagging Thingking

Types In Asynchronous Discussion

Groups: Effects On Critical Thingking”. Interactive Learning Environments vol. 10 hlm 1-21.

Tint dan Nyunt. 2015. “Collaborative

Learning With Think-Pair-Share

Technique”. Computer Applications: An International Journal (CAIJ) vol. 2 no 1. Pg 1-11.

Ulum, Bahrul & Hidayah, Rusly. 2015.

“Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Pada Materi Pokok Ikatan Kimia Untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Widya

Darma Surabaya”. UNESA Journal Of Chemical Education. No 2, vol. 4, hlm: 156-162.

Sumber lain

(11)

Group Investigasi (GI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pelajaran Ekonomi”. Thesis UPI : tidak dipublikasikan.

Sartika, Dewi. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik”. Thesis UPI: tidak dipublikasikan.

http://www.srie.org/2013/02/ketika-aljazeera-ikut-mengulas-mengapa.html diakses pada tanggal 9 Mei 2016 pukul 21.00.

http://www.kopertis12.or.id/2013/12/05/skor- pisa-posisi-indonesia-nyaris-jadi-juru-kunci.html diakses pada tanggal 13 Februari 2016 pukul 07.30.

Kopertis. (2013, 5 Desember). Skor PISA: Posisi Indonesia Nyaris Jadi Guru Kunci. Diakses dari

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian rekapitulasi sebelum dan sesudah metode demonstrasi bahwa perkembangan nilai moral anak sudah berkembang sesuai harapan dalam masing-masing aspek

Masalah dalam penelitian ini masih terlihat kurang bersih dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus seperti kebersihan ruang belajar masih terlihat kursi dan

Dari penampang rekaman seismik dapat diketahui adanya alur sungai purba yang berada di permukaan dasar laut dan pada sekuen Kuarter (ditutupi oleh sedimen).. Pola alur

Ketika Nashruddin Baidan menyebutkan bahwa tafsir pada periode kedua cenderung bercorak umum dan sosial kemasyarakatan akan tetapi ketika melihat tafsir samudera

Khususnya untuk mi instan dengan penambahan MMSM sebesar 6.5%, dapat dibuktikan bahwa MMSM dapat digunakan sebagai bahan pewarna pengganti tartarzin, terutama karena mampu

Berdasarkan hasil analisis data tentang “Studi Organologi Gendang Rebana Melayu di Desa Sekura Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas” disimpulkan bahwa gendang

menghasilkan sarjana Hadis yang mampu berperan aktif dalam menyelesaikan problematika masyarakat dalam bidang Hadis dan Ilmu Hadis, melahirkan.. sarjana Hadis yang

Tentu hal ini memberikan peluang tersendiri bagi PT Sayuran Siap Saji karena produknya yang siap saji merupakan produk yang praktis untuk diolah sehingga banyak