BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
UNHCR adalah organisasi yang berada di bawah naungan dari PBB.
UNHCR sendiri didirikan pada tanggal 14 Desember 1950 oleh sidang umum
PBB1
Di awal abad 21, UNHCR telah membantu berbagai krisis pengungsi
terbesar di Afrika seperti di Republik Demokrat Kongo dan Somalia, serta di
Asia, terutama dalam permasalahan pengungsi di Afghanistan yang berlangsung
selama 30 tahun. Pada saat yang sama, UNHCR diminta untuk menggunakan
keahliannya untuk mengatasi permasalahan pengungsi internal yang disebabkan
oleh konflik. Disamping itu, peran UNHCR juga meluas hingga menangani
bantuan bagi orang – orang tanpa kewarganegaraan, sebuah kelompok orang yang . UNHCR difungsikan untuk menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan
pengungsian. Awalnya organisasi UNHCR dibentuk dengan mandat hanya selama
3 tahun saja seiring dengan konflik yang sedang berlangsung saat itu, yaitu Perang
Dunia II dimana UNHCR dibentuk untuk membantu orang-orang Eropa yang
terpencar karena konflik yang sedang terjadi saat itu. Pada tanggal 28 Juli 1951
dicetuskan Konvensi PBB tentang Status Pengungsi, sebuah dasar hukum dalam
membantu pengungsi dan statuta dasar yang mengarahkan kerja UNHCR.
berjumlah jutaan namun tidak kasat mata, sementara mereka menghadapi bahaya
kehilangan hak – hak dasarnya karena tidak memiliki kewarganegaraan.
Pada beberapa bagian dunia seperti Afrika dan Amerika Latin, mandat
awal UNHCR yang ditetapkan pada tahun 1951 telah diperkuat dengan adanya
perjanjian tentang instrumen hukum regional Pada tahun 1954, UNHCR
memenangkan penghargaan Nobel Peace atas kerja besarnya membantu
pengungsi di Europe. Mandatnya kemudian diperluas hingga akhir dekade. Lebih
dari 25 tahun kemudian, UNHCR menerima penghargaan pada tahun 1981 atas
kontribusinya yang berupa bantuan global bagi para pengungsi dengan kutipan
yang menggaris bawahi hambatan politik yang harus dihadapi UNHCR.2
António Guterres menjabat sebagai Komisioner Tinggi PBB untuk urusan
pengungsi yang ke-10 sejak 15 Juni 2005 untuk masa kerja 5 tahun. Pada April
2010, António Guterres kembali terpilih untuk menjabat sebagai komisioner
organisasi UNHCR ini. Saat ini UNHCR bekerja di 125 negara dengan staff yang UNHCR yang awalnya dibentuk untuk membantu para korban dalam
Perang Dunia ke-2 lewat mandat 3 tahun masa kerja ternyata seiring berjalannya
waktu organisasi ini dianggap penting dan besar manfaatnya dalam menangani
dan memberikan perlindungan pada orang-orang yang terlibat konflik negara.
Sehingga organisasi UNHCR ini masih tetap berdiri sampai sekarang. Komisioner
tinggi PBB yang bergerak untuk urusan pengungsi sekaligus menjabat pemimpin
tertinggi UNHCR adalah António Guterres.
berjumlah 7685 orang yang bertugas memberikan perlindungan dan bantuan
kepada jutaan pengungsi, orang yang kembali ke negaranya, pengungsi internal
dan orang tanpa kewarganegaraan. Salah satu negara yang ikut bergabung dalam
UNHCR adalah Indonesia. Di Indonesia kantor UNHCR pusat terletak di Jakarta
dan memiliki 8 wilayah kantor bagian yang tersebar di Indonesia.
Secara umum tugas UNHCR adalah advocacy, assistance, suaka dan
migrasi, menjamin pemberian solusi yang berkelanjutan, perlindungan terhadap
pengungsi serta respon sigap dalam keadaan darurat. Karenanya
sesungguhnya UNHCR dibentuk sebagai sebuah manifestasi penegakan hak asasi
manusia (HAM) di mana mempunyai peranan khusus dalam penegakan HAM
yang menyangkut penanganan pengungsi. Berdasarkan mandat yang diberikan
kepada UNHCR bahwa tugas yang diemban oleh organisasi ini merupakan tugas
kemanusiaan yang mulia, yaitu memberikan perlindungan internasional dan
mencari solusi terhadap masalah-masalah yang di hadapi oleh pengungsi.
Salah satu kasus penanganan pengungsi yang ditangani oleh UNHCR saat
ini terkait dengan kasus pelanggaran HAM yang menimpa etnis Rohingya di
Myanmar. Kasus yang menimpa etnis Rohingya ini sedang menjadi sorotan mata
dunia, dimana kasus ini amerupakan suatu tindak penindasan dan pemusnahan
terhadap kelompok tertentu yang mengakibatkan kelompok tersebut harus
hengkang dan keluar dari negara asalnya. Kasus yang menimpa etnis ini termasuk
Genosida adalah suatu perbuatan yang tidak memuliakan hak asasi
manusia dimana perbuatan ini dilakukan dengan sengaja dan bermaksud untuk
menghancurkan, menghilangkan dan memusnahkan sebagian atau seluruh
kelompok, baik kelompok ras, etnik, agama, maupun bangsa. Kejahatan genosida
ini dilakukan dengan cara membunuh, menyebabkan penderitaan fisik maupun
mental, mencegah kelahiran di dalam anggota kelompok dan memindahkan
anggota kelompok secara paksa3
Kisah Rohingya menambah panjang sejarah kelam pelanggaran HAM di
dunia pada umumnya dan Myanmar pada khususnya. Sudah lama junta militer
Myanmar menerapkan peraturan ketat terhadap perkembangan agama-agama
selain Budha, agama resmi Negara Myanmar. Hal ini membuat implementasi hak
kebebasan beragama bagi agama minoritas di negara itu terbatas. Orang-orang
Rohingya mengalami berbagai bentuk penindasan-penindasan hak asasi manusia
oleh Junta Militer Myanmar sejak 1978.
.
Orang-orang yang tertindas akibat adanya perbuatan genosida tersebut
melakukan pelarian ke negara-negara asing sebagai pengungsi. Padahal pada
dasarnya setiap orang berhak atas kehidupan yang layak tanpa adanya ancaman
bahkan sejak manusia itu lahir, sebagaimana tertuang di dalam Pasal 5 Deklarasi
Univesal HAM (Duham) berbunyi: “tak seorang pun boleh disiksa atau
diperlakukan atau dihukum secara keji, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat.”
3 Nasution, Buyung Adnan. Intsrumen Internasional Pokok HAM, lihat Dokumen Q Kejahatan
Etnis Rohingya merupakan sekelompok etnis yang sangat meprihatinkan
bahkan telah dinobatkan sebagai etnis paling menyedihkan di dunia. Etnis yang
kebanyakan beragama Islam di negara bagian Rakhine Utara di Myanmar Barat.
Populasi Rohingya terkonsentrasi di dua kota utara negara bagian Rakhine
sebelumnya disebut Arakan. Etnis Rohingya adalah masyarakat muslim yang
hidup tanpa kewarganegraan di Myanmar. Muslim Myanmar hanya berjumlah 4%
dari total populasi Myanmar dan menjadikan etnis Rohingya minoritas.
Etnis Rohingya tinggal di perbatasan Myanmar dan Bangladesh sejak
wilayah itu masih menjadi jajahan Inggris4
Selama ini secara turun temurun telah terjadi perseteruan antara kelompok
etnis Muslim Rohingya dan etnis lokal Myanmar yang beragama Buddha. Ada . Namun disaat kedua negara itu telah
merdeka, kaum muslim Rohingya mendapat perlakuan buruk. Walau sama-sama
beragama muslim, etnis Bengal selaku mayoritas di Bangladesh enggan untuk
mengurus mereka dan menganggap mereka layaknya saudara. Hal ini
menyebabkan banyak keluarga Rohingya nekat menetap di Myanmar walaupun
sejak tahun 1982 dikelurkan Undang-Undang Kewarganegaraan Myanmar yang
menyatakan bahwa pemerintahan Myanmar tidak mengakui Muslim Rohingya
sebagai warga negara Myanmar. Pemerintah di negara itu hanya menganggap
mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh atau keturunannya.
beberapa rentetan peristiwa pengusiran dan diskriminasi dari wilayah Myanmar
secara berkesinambungan terhadap etnis Muslim Rohingya di Myanmar yaitu:5
1. Pada tahun 1962 militer fasis Myanmar mengusir 300.000 orang Arakan
ke wilayah Bangladesh.
2. Pada tahun 1978 M lebih dari 500.000 kaum muslimin diusir dan
mengalami tekanan yang sangat berat hingga hampir 400.000 orang dari
mereka tewas. Termasuk di dalamnya orang-orang tua, wanita, dan
anak-anak.
3. Tahun 1988 sekitar 150.000 kaum muslimin diusir karena orang-orang
Budha hendak membangun desa mereka sebagai tempat percontohan.
4. Tahun 1991 hampir 500.0000 orang muslim diusir. Hal ini karena
hukuman atas kemenagnan partai oposisi (NLD) dalam pemilu yang
mendapatkan suara dari umat Islam. Hasil pemilu pun dibatalkan.
5. Membatalkan hak kewarganeraan umat Islam.
6. Melakukan kerja paksa dengan tanpa mendapatkan makanan, minuman,
dan transportasi.
7. Umat Islam dilarang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Apalagi
duduk di banguku kuliah. Bagi mereka yang berusah mendapatkan
pendidikan di luar negeri, kemudian kembali ke Myanmar dalam keadaan
terdidik, maka akan dijebloskan ke dalam penjara.
8. Secara umum, tidak boleh menjadi pegawai negera. Jika pun ada, maka
tidak akan mendapatkan hak-haknya secara penuh.
9. Dilarang melakukan perjalanan ke luar negeri, walaupun untuk beribadah
haji. Mereka hanya diperbolehkan pergi ke Bangladesh dengan ketentuan
waktu yang terbatas. Mereka tidak diperbolehkan berpergian ke Ibu Kota
Rangon dan kota-kota lainnya di Myanmar. Jika mereka hendak pindah
kota, harus mendapatkan surat izin yang jelas.
10. Dibebani pajak yang tinggi dalam segala hal, dikenakan banyak denda,
dipersulit melakukan perdagangan kecuali berniaga dengan militer.
Apapun yang diperdagangkan dijual dengan harga yang jauh di bawah
standar atau dipaksa menjual sesuatu yang tidak ingin mereka jual. Hal itu
bertujuan agar mereka terus dalam keadaan miskin.
Banyak kejadian pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh kaum
Rohingya, mulai dari tidak diakui di negaranya, dianggap sebagai mayarakat
ilegal, penindasan, dan diusir dari negara Myanmar. Salah satu kejadian yang
menjadi peristiwa besar adalah kejadian saat pembantaian terhadap etnis
Rohingya terjadi ketika pada awal Juni 2012, dimana saat itu 10 pemuda muslim
dibantai hingga tewas saat naik bus di perjalanan.
Selanjutnya terjadi banyak peristiwa yang merugikan pihak suku
Rohingya seperti dicabutnya kartu identitas penduduk yang dikenal sebagai kartu
putih bagi etnis Rohingya sehingga etnis ini tidak dianggap lagi
dan diskriminasi yang terjadi kepada etnis Rohingya, maka banyak dari etnis ini
yang berusaha melarikan diri keluar dari Myanmar. Walaupun begitu tidak mudah
bagi mereka untuk dapat keluar dari Myanmar. Tidak jarang mereka harus
mengalami tindak kekerasan oleh pihak keamanan, dan jika mereka telah keluar
dari Myanmar mereka tidak diperbolehkan lagi kembali ke negara tersebut.
Saat ini pengungsi rohingya tersebut mendatangani negara-negara asing
untuk mendapatkan perlindungan, salah satunya Indonesia. Di Indonesia ada
sekitar 12.000 jiwa pengungsi rohingya yang keberadaannya terpencar di berbagai
wilayah, diantaranya di Aceh, Manado, Jakarta, Medan, dll. Saat ini di Medan
sekitar 300-an jiwa pengungsi rohingya yang sudah diidentifikasi / terdaftar status
pengungsiannya di UNHCR. Pengungsi tersebut ditampung dan dialokasikan di
beberapa tempat penampungan sementara. Tempat penampungan pengungsi
tersebut ada yang berlokasi di Belawan, di Padang Bulan maupun beberapa hotel
kecil di Jalan Djamin Ginting yang disewa untuk menjadi tempat penampungan
sementara para pengungsi rohinya tersebut. Sampai saat ini para pengungsi
tersebut masih mendiami lokasi pengungsian.
Selama berada di Medan pengungsi rohingya tidak banyak menuntut dan
berbuat apa-apa, mereka hanya dapat menunggu keputusan atas nasib mereka dari
pemerintah dan UNHCR selaku lembaga yang mengurus mereka, apakah mereka
akan tetap tinggal di penampungan sementara atau mereka akan dikirim ke negara
di Medan pernah beberapa kali melakukan tindakan untuk memperjuangkan
hidup mereka. Para pengungsi ini menggelar aksi unjuk rasa saat perayaan Tri
Suci Waisak yang digelar masyarakat Buddha Medan di Tiara Convention Centre,
Jalan Imam Bonjol, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan. Mereka berunjuk
rasa meminta para biksu dan umat Buddha di Indonesia, khususnya di Medan,
untuk mengutuk keras pembunuhan, penganiayaan serta pengusiran yang
dilakukan biksu dan umat Budha di Myanmar terhadap etnis Rohingya.6
Mereka
juga pernah menggelar aksi unjuk rasa di kantor DPRD Medan untuk
menyuarakan kepedihan mereka.
Selaku organisasi internasional yang diharapkan mampu menangani
pengungsi Rohingya, UNHCR melakukan berbagai tahap dan proses dalam
penanggulangan pengungsi ini.Proses tersebutdimulai dengan registrasi atau
pendaftaran terhadap para pencari suaka. Setelah registrasi, UNHCR akan
melakukan wawancara individual dengan masing – masing pencari suaka, dengan
didampingi seorang penerjemah yang kompeten. Proses ini melahirkan keputusan
yang beralasan yang menentukan apakah permintaan status pengungi seseorang
diterima atau ditolak dan memberikan masing – masing individu sebuah
kesempatan (satu kali) untuk meminta banding apabila permohonannya ditolak.
Jika telah ditetapkan sebagai pengungsi maka UNHCR akan memberikan
perlindungan dan penjagaan terhadap para pengungsi yang telah diidentifikasi.
UNHCR memiliki tujuan utama untuk mencari solusi jangka panjang bagi
para pengungsi yang akan memberikan mereka kesempatan untuk membangun
kembali hidup mereka sepantasnya dalam damai.7 Solusi jangka panjang yang dimaksudkan UNHCR di Indonesia terdiri atas 3 yaitu: integrasi lokal,
pemulangan secara sukarela dan penempatan di negara ketiga.8
a. Integrasi lokal ntegrasi lokal saat ini belum menjadi pilihan yang
memungkinkan untuk kebanyakan kasus di Indonesia mengingat Indonesia
belum memiliki Undang – undang lokal untuk mengatur hak – hak dan
cara pengintegrasian pengungsi. Pengungsi dan pencari suaka hanya
memperoleh ijin untuk tinggal di Indonesia secara sementara.
b. Pemulangan secara sukarela ke negara asal. Solusi ini hanya sebagian
kecil para pengungsi yang mau mengikutinya. Disini UNHCR melakukan
tugasnya untuk melakukuan konseling kepada masing-masing individu
pengungsi untuk memastikan pengungsi tersebut bersedia pulang ke
negaranya dengan sukarela tanpa ada paksaan. Segala kebutuhan
perjalananakan ditanggung oleh mitra UNHCR yaitu IOM (International
Organization for Migration).
c. Penenmpatan ke negara ketiga. Dalam hal ini konsep negara dibagi atas 3
yaitu, negara pertama yang merupakan negara asal dari pengungsi, negara
kedua merupakan negara yang menyediakan penampungan sementara bagi
para pengungsi/pencari suaka sampai mereka mendapatkan tindakan yang
15.00
lebih lanjut, dan negara ketiga merupakan negara tujuan akhir dari
perjalanan para pengungsi. Perlu diketahui penempatan di negara ketiga
bukanlah hak bagi pengungsi dan Negara tidak memiliki kewajiban
internasional untuk menerima pengungsi yang secara sementara tinggal di
negara penampungan. Dengan demikian, penempatan di negara ketiga
adalah solusi jangka panjang yang bergantung pada kesediaan negara
penerima.
Maka mengingat adanya suatu organisasi internasional yaitu UNHCR
yang bergerak dalam masalah penanggulangan pengungsi, penulis tertarik untuk
membahas dan meneliti lebih mendalam serta menganalisis bagaimana peran
politik UNHCR dalam menangani pengungsi Rohingya yang ada di Indonesia khususnya yang berlokasi di Medan?
1.2 Rumusan Masalah
Kasus yang menimpa etnis Rohingya merupakan salah satu kasus
pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Etnis ini tidak diakui keberadaannya
oleh negara asalnya yaitu Myanmar, etnis ini juga diperlakukan secara tidak adil,
mereka ditindas dan didiskriminasikan. Mereka juga diusir dari Myanmar karena
mereka dianggap sebagai masyarakat ilegal yang tidak diakui keberadaannya,
pengungsi/pencari suaka di berbagai negara seperti di Indonesia khusunya di
Medan, Sumatera Utara.
Melihat dari kasus yang sedang terjadi ini, UNHCR selaku organisasi
internasional di bawah naungan PBB yang dibentuk khusus dalam penanggulanan
korban pengungsian memiliki peran yang penting dalam menangani kasus yang
menimpa etnis Rohingya tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
mencoba merumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian, yaitu:
Bagaimana peran politik UNHCR dalam menangani pengungsi Rohingya yang ada di Indonesia khususnya yang berlokasi di Medan?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah berfungsi agar suatu penelitian lebih fokus dan terarah
dalam membahas permasalahan yang sedang diteliti sehingga dapat menghasilkan
suatu karya ilmiah yang dapat memberikan informasi terhadap pembaca. Adapun
batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: penelitian ini fokus
1.4 Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis bagaimana peran politik organisasi UNHCR dalam menangani
pengungsi etnis Rohingya di Medan.
1.5 Manfaat penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis diharapkan nantinya hasil dari penelitian ini dapat
memberikan kontribusi kajian teoritik terhadap peran politik dari sebuah
organisasi internasional.
b. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
tambahan dalam mengembangkan kemampuan berfikir dan menulis bagi
mahasiswa khusunya mahasiswa Departmen Ilmu Politik Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.
c. Bagi penulis penelitian ini bukan semata-mata hanya sebagai pemenuhan
tugas akhir dalam masa perkuliahan, tetapi penelitian ini juga sebagai
sarana bagi penulis untuk mengasah kemampuan dalam menganalisis dan
1.6 Kerangka Teori
Dalam melakukan suatu penulisan karya ilmiah diperlukan adanya analisis
menggunakan teori. Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi,
definisi untuk menerangkan suatu fenomenal sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antara konsep.9
Membahas mengenai peran politik terlebih dahulu harus memahami
pengertian dari kedua kata tersebut. Peran dapat diartikan sebagai suatu fungsi
yang dibawakan oleh seseorang/kelompok ketika menduduki suatu karakteristik
(posisi) dalam struktur sosial. Peran juga dapat diartikan sebagai serangkaian
tingkah laku/pola di berbagai lingkungan sosial yang berhubungan dengan fungsi
individu di berbagai kelompok sosial. Seorang ahli yang bernama Glen Elder
(1975) melalui pendekatannya yang dinamakan “life-course” memaknakan bahwa
setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk
mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Setiap peran dalam ilmu sosial diartikan sebagai
seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk
menghadapi dan memenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang Dalam hal ini penulis akan menguraikan
teori dan kosep yang berkaitan dengan penelitian yaitu konsep peran politik, teori
organisasi internasional dan menjelaskan konsep pengungsi internasional.
I.6.1 Konsep Peran Politik
berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu
adalah konteks tertentu, berdasarkan posisi sosial dan faktor lainnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku seseorang sangat diwarnai oleh
beberapa faktor serta persepsi tentang faktor tersebut. Persepsi yang dimiliki itu
pula yang turut menentukan bentuk sifat dan intensitas peranannya dalam
kehidupan organisasional. Peran berhubungan dengan fungsi individu dalam
berbagai kelompok sosial. Ada dua jenis peran, yaitu peran yang ditetapkan dan
peran yang diterima. Peran yang ditetapkan merupakan situasi dimana seseorang
dalam menjalankan tugas dan peran nya sudah ditunjuk dan tidak memiliki pilihan
dalam menentukan tugas dan peran nya. Jenis yang kedua adalah peran yang
diterima. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih langsung
oleh individu/aktor yang akan menjalankan perannya.
Masuk ke pembahasan selanjutnya yaitu politik, dimana politik itu sendiri
memiliki cakupan yang luas. Politik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
konsep kekuasaan dan negara. Berbicara mengenai definisi politik, para ahli
memberikan pandangan yang berbeda. Menurut Rod Hague dalam buku
Dasar-Dasar Ilmu Politik karangan Miriam Budiardjo mengatakan politik adalah
kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai
keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk
mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggotanya.10
10
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.
Heyeood mengatakan politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk
membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum
yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik
dan kerjasama.11
Dalam membahas politik terdapat 4 pembahasan inti yaitu: tujuan dari
kegiatan politik, cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut,
kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik
tertentu, dan kewajiban-kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik itu.
Konsep-konsep yang dibahas dalam teori politik mencakup: masyarakat, kelas
sosial, negara, kekuasaan, kedaulatan, hak dan kewajiban, kemerdekaan,
lembaga-lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, modernisasi, dan
sebagainya.12
Jika digabungkan antara pengertian peran dan politik maka dapat diartikan
peran politik mirip dengan peran yang dimainkan seorang actor, maksudnya orang
yang memiliki posisi-posisi atau status-status tertentu di dalam masyarakat
diharapkan untuk berperilaku dalam cara-cara tertentu yang bisa diprediksikan.
Namun harapan-harapan yang terkait dengan peran-peran ini tidak hanya bersifat
satu-arah. Seseorang tidak hanya diharapkan memainkan suatu peran dengan
cara-cara khas tertentu, namun orang itu sendiri juga mengharapkan orang lain untuk
berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap dirinya. Dalam peran politik
11
Ibid hal.16
terdapat dua hal yang penting, yang pertama adalah harus ada yang dinamakan
oleh individu/aktor yang aktif dalam menjalankan peran, sedangkan yang kedua
adalah harus ada tugas-tugas yang dimandatkan kepada individu/aktor pelaku
yang nantinya tugas tersebut harus dijalankan.
Dalam menjalankan peran politik tidak terlepas dari adanya unsur negara.
Individu/aktor yang menjalankan peran politik mempunyai suatu ikatan dengan
negara, dimana aktor tersebut diikat dan dilindungi oleh negara yang
menaunginya. Negara merupakan integrasi dan organisasi pkok dari kekuasaan
politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan
untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan
gejala-gejala kekuasaan dalam masyarkat.13
Lahirnya organisasi internasional awal mula disebabkan oleh tragedi
Perang Dunia I dan II yang telah membawa derita dan sengsara bagi umat
manusia, saat itu banyak dorongan dari masyarakat yang merasakan adanya
kebutuhan akan organisasi yang internasional yang sifatnya meliputi seluruh
bangsa-bangsa di dunia yang diharpkan agar nantinya tidak akan terjadi lagi
perang di kemudian hari dan terwujudnya perdamaian abadi. Namun jauh tragedi
Perang dunia I dan II di masa lampau tercatat sejumlah pemimpin dan ahli pada Karena itu, aktor yang menjalankan
peran poltik baik dalam lingkup nasional maupun internasional mempunyai
tanggung jawab kepada negara.
1.6.2 Teori Organisasi Internasional
bidang politik dan masyarakat yang telah mencetuskan ide-ide tentang bagaimana
solusi dan jalan keluar untuk menciptakan perdamaian yang abadi pada
masyarakat di dunia, maka dengan adanya lembaga atau organisasi internasional
diharapkan dapat mewujudkan perdamaian dunia.
Seorang pemikir yang bernama Immanuel Kant dalam buku nya yang
berjudul Zum Ewigen Frieden menyatakan agar terwujudnya perdamaian dunia
yang abadi maka diperlukan kondisi-kondisi mutalk sebagai berikut: Pertama, di
setiap negara harus terbentuk pemerintah yang representatif atau didasarkan atas
perwakilan rakyat, sekalipun ada negara yang republik dan kerajaan. Kedua, perlu
dibentuk federasi dari negara-negara merdeka tetapi bukan sebagai suatu negara
super (superstate), federasi ini hendaknya berupaya mengakhiri peperangan untuk
selamanya dan hendaknya terus berupaya untuk mengembangkan dan memperluas
pengaruh kewibawaan dari negara-negara merdeka tersebut.
Berbagai ide dan pikiran yang dikemukakan para teoritis politik yang
mengarah ke arah pertumbuhan dan perkembangan pemikiran tentang organisasi
yang bersifat internasional akhirnya tertampung dalam organisasi-organisasi
internasional yang muncul kemudian pada abad ke 19 dan ke 20. Rangkuman dari
ide-ide tersebut yaitu14
a. Terjadinya kesepakatan formal antara negara-negara :
b. Pembentukan sebuah dewan dimana terwakili semua negara anggota.
14
c. Pemungutan suara berdasarkan suara terbanyak (majority) tanpa
mengharuskan lagi adanya mufakat bulat (unanimity). Dalam keadaan
tertentu kekuatan jumlah suara didasarkan terutama atas kekuatan
ekonomi.
d. Ketentuan bahwa negara-negara hendaknnya menyelesaikan secara damai
perbedaan-perbedaan pendapat mereka menyerahkan persoalan mereka
kepada badan arbitrase yang terkadang dilakukan dewan.
e. Adanya sanksi-sanksi ekonomi dan militer terhadap negara yang terpaksa
mengambil jalan keluar dengan berperang.
f. Dalam beberapa gagasan terdapat sistem penggunaan pasukan-pasukan itu
didistribusikan secara seimbang kepada para anggota.
g. Usul pemasukan kontribusi kepada organisasi.
h. Pertimbangan akan kebutuhan tindakan bersama di lapangan ekonomi dan
kebudayaan.
i. Dalam gagasan Kant tersirat kebutuhan akan adanya kerukunan antara
ideologi-ideoloogi.
j. Adanya lebih gagasan organisasi Eropa daripada organisasi dunia,
mengigat kenyataan bahwa ide-ide tentang perwujudan perdamaian dunia
banyak dirangsang oleh perang-perang Eropa.
Berdasarkan kriteria di atas, pandangan mengenai organisasi internasional
semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Pada saat ini jika berbicara
internasional yang dibentuk antar pemerintah (intergovernmental
organizationIGO), walaupun disamping organisasi antar pemerintah tersebut
terdapat organisasi non pemerintah (non governmental organization,NGO). Tetapi
harus dibatasi apa yang dimaksudkan dengan organisasi internasional adalah
organisasi antar negara (organisasi internasional publik/public international
organization)15
Menurut Leroy Barnet, organisasi internasional mempunyai ciri sebagai
berikut
.
Jika organisasi internasional diartikan sebagai suatu lembaga dari ikatan
negara-negara yang bertujuan untuk sekedar menyelesaikan suatu permasalahan
tertentu, maka pengertian tersebut dapat dikatakan masih terlalu sempit. Namun
jika organisasi internasional dianggap sebagai suatu organisasi yang melibatkan
keterikatan negara-negara dalam suatu payung perjanjian dan hukum yang
bertujuan tidak hanya sebatas untuk menyelesaikan permasalahan tertentu tetapi
juga bertujuan untuk mengadakan kerjasama antar negara-negara anggota dimana
organisasi internasional memiliki wewenang atas negara anggota maka disini
dikatakan pengertian organisasi internasional lebih luas maknanya.
16
a. A permanent organization to carry on a continuing set of functions.
(organisasi tetap untuk melakukan fungsi yang terus-menerus) :
15
Setianingsih, Sri. 2004. Pengantar Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: Universitas Indonesia,UI Press. Hal. 5
16
b. Voluntary membership of eligible parties. (keanggotaan sukarela dari
pihak yang memenuhi syarat)
c. Basic instrument stating goals, structure and methods of operation.
(instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode
operasi)
d. A broadly representative consultative conference organ. (organ
konferensi konsultatif representatif)
e. Permanent secretariat to carry on continuouns administrative,
research and information functions. (sekretariat tetap untuk
melaksanakan administrasi, penelitian dan fungsi informasi)
Organisasi internasional dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara
sesuai dengan kebutuhan atau menurut cara peninjauan organisasi tersebut, yaitu
sebagai berikut17
a. Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional yang
permanen dan tidak permanen, yakni bila klasifikasi diadakan
berdasarkan waktu. Yang bersifat permanen didirikan untuk jangka
waktu tak terbatas seperti PBB sedangkan tidak permanen dibentuk
untuk kurun waktu tertentu. :
b. Klasifikasi didasarkan pada Organisasi Internasional Publik (Public
International Organization) dan Organisasi Internasional Privat
(Private International Organization) atau Non Governmental
Organization (NGO). Organisasi internasional publik didirikan harus
berdasarkan perjanjian internasional, memiliki alat perlengkapan
(organ) dan memakai hukum internasional. Sedangkan organisasi
internasional privat dikuasai oleh hukum nasional dari salah satu
negara anggotanya. Organisasi internasional Privat tidak tunduk pada
Hukum Internasional Publik.
c. Klasifikasi yang didasarkan pada anggotanya, organisasi universal dan
organisasi yang tertutup. Organisasi internasional universal adalah
organisasi yang tidak membeda-bedakan sistem politik, ekonomi,dan
budaya negara anggota di dalamnya, sedangkan yang bersifat tertutup
hanya membatasi keanggotaannya berdasarkan aspek tertentu.
d. Organisasi internasional yang didasarkan pada sifat organisasi, yaitu
supranasional. Dalam organisasi ini mempunyai kewenangan membuat
keputusan atau mengeluarkan peraturan yang langsung mengikat
negara anggota, bahkan ada yang langsung mengikat individu maupun
perusahaan di negara anggota.
e. Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya, dalam klasifikasi ini
organisasi internasional didasarkan pada fungsi khusus, yaitu fungsi
pengadilan, fungsi administratif, fungsi legislatif semu, dan fungsi
serba guna.
Dalam mendirikan suatu organisasi internasional haruslah yang utama
keanggotaan suatu organisasi internasional adalah negara18. Prinsip keanggotaan dapat dibedakan antara prinsip universalitas dan terbatas (selective)19
a. Keanggotaan yang didasarkan pada letak geografis suatu negara.
Namun pengertian geografis terkadang tidak hanya didasarkan pada
kedekatan lokasi saja namun juga didasarkan pada pertimbangan
politis.
. Prinsip
keanggotaan universalitas tidak membedakan sistem sosial, ekonomi maupun
politik yang dianut oleh negara anggota, sedangkan dalam prinsip terbatas
menekankan syarat-syarat tertentu bagi keanggotaan. Syarat tersebut adalah
sebagai berikut:
20
b. Keanggotaan berdasarkan kepentingan yang akan dicapai. Misalnya
tujuan organisasi adalah kerjasama antara negara yang menjadi
pengekspor minyak, maka anggotanya adalah hanya negara
pengekspor minyak, yaitu OPEC (Organization of Petroleum
Exporting Countries).
Contohnya Pakta AtlantikUtara (North Atlantic Treaty
Organization –NATO).
c. Keanggotaan yang didasari atas sistem pemerintahan/pada sistem
ekonomi.
d. Keanggotaan yang didasari atas persamaan budaya, agama, etnis dsb,
contohnya seperti Organisasi Negara Islam, British Commonwealth.
18 Setianingsih, Sri. Op.cit. Hlm 40
19 Sumaryo, Suryokusumo. 1990. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: Penerbit Universitas
e. Keanggotaan pada penerapan hak-hak asasi manusia.
1.6.3 Konsep Pengungsi Internasional
Membahas mengenai konsep pengungsi tidak terlepas dari proses yang
dinamakan migrasi. Migrasi adalah suatu perpindahan penduduk dengan tujuan
untuk menetap dan tinggal dari suatu tempat asalnya menuju tempat lain melewati
batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi
internasional) 21 . Secara praktis dapat disimpulkan bahwa migrasi adalah perpindahan penduduk secara permanen dari suatu negara ke negara lain. Namun
migrasi dan pengungsi adalah dua pemahaman yang berbeda. Pengungsi itu
sendiri adalah sekelompok manusia yang terpaksa meninggalkan kampung
halaman, teman dan kerabat mereka, karena adanya rasa takut yang sangat
mengancam keselamatan hidup mereka. Para pengungsi biasanya tidak dibekali
dengan dokumen perjalanan sehingga banyak yang mengalami perlakuan
sewenangwenang baik di negara asal, negara transit, maupun negara tujuan.22
Dibutuhkan suatu perlindungan internasional untuk meminimalkan
ancaman kekerasan terhadap para pengungsi. Sebelum seseorang diakui statusnya
sebagai pengungsi, maka ia adalah seorang pencari suaka. Begitu juga sebaliknya,
seorang pencari suaka belum tentu adalah seorang pengungsi.23
21 Wagiman. 2012. Hukum Pengungsi Internasional. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm.41
22
Romsan Achmad, 2003 Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum Internasional dan Prinsi-prinsip Perlindungan Internasional. Jakarta, UNHCR Hlm 115
23
Sulaiman Hamid. 2002. Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada. Hlm.39
Jika seseorang
pengungsi dan juga kewajiban-kewajiban terhadap negara pelindungnya. 24 UNHCR sebagai organisasi internasional dalam penanggulangan pengungsi
menyatakan bahwa pengungsi adalah seseorang yang berada diluar negara asal
atau tempat tinggalnya sehari-hari, dan tak dapat atau tidak mau kembali kesana
karena ancaman yang serius dan tidak pandang bulu terhadap jiwa, keselamatan
fisik atau kebebasanya sebagai akibat kekerasan umum atau peristiwa-peristiwa
gangguan yang sungguh mencekam.25
Dalam pengertian tentang pengungsi yang tertuang pada Konvensi 1951
terdapat kriteria kesertaan ( inclusion criteria ) . Kriteria ini yang menjadi dasar
pertimbangan untuk menentukan status pengungsi.26
1. Berada diluar negara kebangsaannya atau tempat tinggal sehari-hari. Para pengambil keputusan
juga perlu mempertimbangkan semua fakta dan keadaan dari kasus yang ada.
Kriteria tersebut antara lain :
Berdasarkan Konvensi 1951, seseorang disebut sebagai pengungsi
apabila berada diluar negara kebangsaannya atau bila tidak mempunyai
kewarganegaraan dan berada diluar negara tempat tinggalnya sehari-hari.
Fakta ini dapat dilihat berdasarkan pernyataan atau informasi lain yang
diperoleh dari pemohon atau dari sumber lain.
2. Ketakutan beralasan
24 Penentuan Status Pengungsi : Mengenali Siapa itu Pengungsi, UNHCR. Diakses dari
25
Dalam unsur ini terdapat dua unsur, yaitu unsur subjektif berupa
“ketakutan” dan unsur objektif yaitu “beralasan”. Ketakutan merupakan
keadaan pikiran sehingga merupakan kondisi subjektif yang tergantung
dari latar belakang pemohon dan cara ia menafsirkan keadaannya. Dalam
praktekknya, unsur “ketakutan” dapat dilihat dari ungkapan ketidakinginan
untuk kembali atau dapat dilihat juga dari keadaan yang melingkupinya,
misalnya ada resiko penganiayaan yang nyata jika pemohon kembali.
Sedangkan untuk menilai bahwa ketakutan tersebut beralasan, maka perlu
melihat konteks keadaan politik di negara asal pemohon dan keadaan diri
pemohon. Selain itu perlu juga memahami latar belakang, profil dan
pengalaman individu pemohon. Informasi yang sudah didapat tadi
kemudian dievaluasi berdasarkan informasi objektif tentang keadaan di
negara asalnya.
3. Penganiayaan
Ketakutan beralasan yang dirasakan pemohon harus terkait
penganiayaan. Istilah ini mencakup segala bentuk gangguan yang tidak
manusiawi dan tidak dapat dibiarkan berlangsung terus menerus. Misalnya
hak akses untuk kelangsungan hidupanya dibatasi.
4. Alasan Konvensi 1951
Seseorang berhak memperoleh status pengungsi jika ia takut
dianiaya karena salah satu atau lebih lima alasan yang terdapat dalam pasal
a. Ras
Diartikan secara luas sebagai segala bentuk ciri kesukuan yang
menonjol.
b. Agama
Agama dalam Konvensi 1951 tidak hanya mencakup agama yang
sudah melembaga, tetapi juga mencakup sistem kepercayaan yang
berupa keyakinan atau nilai-nilai tentang suatu kenyataan yang
tertinggi atau diagungkan atau takdir spritual manusia.
c. Kebangsaan
Kebangsaan disini bukan saja berarti kewarganegaraan, tetapi juga
mencakup kelompok-kelompok orang yang dicirikan oleh suku,
agama, budaya atau bahasa, baik yang sesungguhnya atau anggapan.
d. Keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu
Kelompok sosial yang terbentuk dari salah satu alasan berikut:
1) Bawaan, seperti jenis kelamin, ras, hubungan kekerabatan, latar
belakang bahasa atau orientasi seksual
2) Tidak dapat diubah, seperti berhubungan dengan masa lalu
seseorang, misalnya mantan anggota kelompok niaga
3) Yang menjadi dasar identitas seseorang, hati nurani atau cara
pelaksanaan hak asasi seseorang yang sudah mendarah daging
sehingga orang tersebut tidak bisa diharapkan untuk mengubahnya.
Diartikan secara luas, mencakup setiap pendapat tentang hal-hal yang
berhubungan dengan mekanisme negara, pemerintah atau masyarakat.
5. Tidak adanya perlindungan negara
Dalam defenisi pengungsi menurut Konvensi 1951, salah satu
unsurnya adalah seseorang tidak dapat atau tidak mau meminta
perlindungan dari negara asal atau tempat tinggalnya sehari-hari.
Ketidakmampuan untuk memperoleh perlindungan dari negara asal
mengisyaratkan adanya keadaan diluar kendali orang yang bersangkutan,
misalnya negara dalam keadaan perang. Sedangkan ketidakmauan
meminta perlindungan dari negara asal atau tempat tinggalnya sehari-hari
diartikan bahwa orang tersebut menolak untuk diberi perlindungan oleh
negara asalnya dikarenakan ketakutan yang beralasan akan mendapat
pengniayaan. Perlindungan negara ini biasanya dipahami sebagai
perlindungan konsuler atau diplomatik yang diberikan negara atas nama
warga negaranya diluar negeri.27
Pengungsi juga tidak hanya seperti yang dicantumkan diatas, namun
terdapat jenis lainya seperti halnya pengungsi internal. Pengungsi internal atau
biasa disebut Internally Displaced Persons (IDPs) sering kali disebut
“pengungsi”, padahal memiliki perbedaan dengan yang lainya. IDPs adalah orang
atau kelompok orang yang telah dipaksa atau terpaksa melarikan diri atau
27
meninggalkan rumah atau tempat tinggal harian mereka, khususnya sebagai akibat
dari atau dalam rangka untuk menghindari dampak dari konflik bersenjata, situasi
kekerasan umum, pelanggaran HAM atau bencana alam atau buatan manusia, dan
yang tidak melintasi perbatasan negara yang diakui secara internasional. Jadi
perbedaanya terletak pada ada atau tidaknya batas wilayah yang dilewati ketika
menghindari suatu bencana.28
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan
data-data yang ada. Dengan menggunakan penelitian deskriptif ini nantinya dapat Selain IDP’s ada juga jenis lain dari pengungsi yaitu orang-orang tanpa
kewarganegaraan (stateless person). Orang-orang tanpa kewarganegaraan adalah
orang-orang yang menurut hukum setempat tidak menikmati hak sebagai warga
negara yaitu ikatan hukum antar pemerintah dengan individu di negara mana pun.
Pasal 1 dari Konvensi 1954 tentang Status Warga Tanpa Negara menjabarkan
mengenai definisi hukumnya yang mengatakan bahwa seseorang yang bukan
kebangsaan dari negara manapun menurut hukum yang bersangkutan adalah
seorang warga tanpa negara.
1.7. Metode Penelitian
28
membantu penulis dalam menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai
keadaan objek atau subjek tertentu secara rinci.29
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut definisi
Bogdan dan Taylor penelitian kualititif merupakan suatu prosedur penelitian yang
akan menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan
uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat
diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu
dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh,
komprehensif dan holistik.
1.7.1 Jenis Penelitian
30
a. Kantor UNHCR Medan
1.7.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti akan melakukan
penelitian. Peneliti akan melihat dan menganalisis yang sebenarnya terjadi dari
objek yang diteliti dan menghubungkan dengan data yang diperoleh. Adapun yang
menjadi lokasi penelitian adalah:
29
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm 17-18
30
b. Beberapa tempat penampungan pengungsi Rohingya yang berada di
Medan, yaitu di Hotel Beraspati, Hotel Pelangi, Penampungan Sementara
Pengungsi di Kawasan Kantor Imigrasi Kelas I Medan.
1.7.3 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data tersebut
diperoleh. Adapun data yang dijadikan sumber data dalam penelitian adalah:
a.) Buku dan Jurnal tentang UNHCR Sebagai Organisasi Internasional yang
Menangani Pengungsi.
b.) Data terkait Peran Politik UNHCR dalam Menangani kasus Pengungsi
yang diperoleh dari sumber buku, jurnal, majalah maupun internet.
c.) Website UNHCR
website lainnya.
d.) Wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian dan
dianggap memiliki informasi terkait penelitian.
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data31
a. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti memperoleh
data yang dibutuhkan dengan cara mengamati langsung apa yang dilakukan oleh
objek yang sedang diteliti di lapangan. Dengan teknik ini peneliti akan lebih
mampu untuk memahami konteks data dan keseluruhan situasi sosial, peneliti
juga memperoleh pengalaman langsung, serta peneliti dapat menemukan sesuatu
hal yang baru di lapangan yang dapat menunjang data penelitian. Pada penelitian
ini, peneliti akan mendatangi lokasi objek penelitian yaitu di kantor UNHCR dan
beberapa tempat di Medan yang menjadi lokasi penampungan pengungsi
Rohingya.
Beberapa tempat yang menjadi lokasi observasi (tempat penampungan
etnis Rohingya di Medan) adalah :
• Hotel Beraspati Medan
• Hotel Pelangi Medan
• Rumah Penampungan Sementara Pengungsi di Kawasan Kantor Imigrasi
Kelas I Khusus Medan
b. Wawancara; teknik wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk masalah yang
harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam.32
a.) informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan
memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
Untuk itu sebuah penelitian haruslah memuat data yang
relevan dan akurat, maka untuk memperoleh data tersebut digunakan beberapa
teknik yang sesuai dengan jenis data yang ada. Subjek penelitian menjadi
informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama
proses penelitian dilakukan. Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu:
b.) Informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti.
c.) Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang
diteliti.33
Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah:
a.) Bapak Ardi Sofinar sebagai wakil UNHCR Indonesia yang ditempatkan
di Medan untuk kepengurusan terhadap pengungsi-pengungsi Rohingya di
Medan.
b.) Bapak Muhammad Yunus sebagai wakil dari pengungsi etnis Rohingya
yang mengungsi di Medan tepatnya di Hotel Pelangi Medan.
Adapun informan pendukung lain yang diwawancarai dalam penelitian guna
memperoleh data yang mendukung adalah:
a.) Bapak Herawan Sukoaji sebagai Kepala Bagian Wasdakim Kantor
Imigrasi Kelas I Khusus Medan yang turut serta bekerja sama dengan
pihak UNHCR dalam penanganan pengungsi.
b.) Bapak Nur Ibrahim selaku Kasie Urusan Pengungsi dan IDP’s Direktorat
HAM dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri Indonesia
c.) Ibu Dame selaku pengawas yang berada di kawasan Hotel Pelangi yang
bertugas untuk mengawasi para pengungsi Rohingya.
33
c. Studi Pustaka; dalam penelitian ini data didukung dari beberapa sumber
seperti buku-buku penunjang yang dianggap relevan dengan judul penelitian,
majalah, koran, jurnal internet dan dokumen lainnya.
d. Dokumentasi; teknik dokumentasi dalam penelitian ini meliputi
foto-foto yang diambil di lokasi-lokasi penelitian.
1.7.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan metode kick
informan (aktor politik yang dianggap memiliki informasi dan pengetahuan terkait
penelitian) nantinya akan dilakukan wawancara secara langsung pada aktor politik
yang dianggap memiliki informasi yang terkait.
Untuk mendukung proses analisis, peneliti akan menambahkan data dan
memproses data dari buku, jurnal, atau sumber lainnya yang dapat memberikan
informasi terkait UNHCR dan etnis Rohingya di Medan serta menganalisis
masalah yang ada sehingga selanjutnya akan diperoleh gambaran jelas mengenai
objek yang diteliti, kemudian dari hasil analisis data maka akan dilakukan
1.8 Alur Pemikiran
Sumber: Dikelola dari berbagai sumber
UNHCR
LOKASI PENGUNGSIAN SEMENTARA DI
MEDAN
PENGUNGSI ETNIS ROHINGYA DARI
MYANMAR
NEGARA INDONESIA (NEGARA TRANSIT)
1.9. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Profil dan Gambaran Umum UNHCR
Pada bab ini penulis akan menjabarkan profil dan peran dari
organisasi internasional UNHCR. Nantinya akan dijabarkan juga tentang visi dan
misi maupun struktur dari organisasi internasional UNHCR ini.
BAB III : Peran Politik UNHCR dalam Penanganan Etnis Rohingya di Medan
Pada bab ini berisi mengenai penyajian data dan analisis data yang
diperoleh dari berbagai sumber mengenai masalah yang sedang diteliti yaitu
mengenai peran politik suatu organisasi internasional yaitu UNHCR yang
bergerak di bidang pengungsian dalam menjalankan tugas menangani pengungsi
BAB IV : KESIMPULAN DAN PENUTUP
Pada bab yang terakhir penulis nantinya akan membuat rangkuman
kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, serta penulis akan