1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latarbelakang
Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal sebagai obat tradisional. Dukungan WHO terhadap konsep back to nature dibuktikan dengan adanya rekomendasi untuk menggunakan obat tradisional termasuk herbal kedalam pemeliharaan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit, terutama untuk penyakit infeksi yaitu sistem imun yang kurang baik penyakit degeneratif dan kanker (Sukandar, 2006).
Bangsa Indonesia mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarkan pada pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya (Sari,2006).
Seiring dengan perkembangan zaman tanaman mahkota dewa semakin penting untuk diteliti karena hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan untuk pengobatan, kosmetik dan lain-lain.Menurut De Padua, dkk., (1999) dalam daun terkandung alkaloid, saponin, serta polifenol dan ekstrak daunnya dapat memberikan efek antihistamin (Rohyami, 2008).
Senyawa alkaloid berfungsi sebagai detoksifikasi, menetralisir racun-racun di
dalam tubuh, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan daya tahan,
2
berfungsi sebagai antihistamin. Zat lain yang terdapat pada tumbuhan mahkota dewa adalah tanin, sterol dan terpen (Agoes,2010).Pembudidayaan mahkota dewa tidak terlalu sulit, karena dapat diperbanyak dengan cara vegetatif maupun generatif. Daun mahkota dewa sering direbus untuk menyembuhkan penyakit disentri, alergi dan tumor.
Menurut Sumastuti, berhasil membuktikan bahwa mahkota dewa mengandung zat antihistamin. Zat ini merupakan penangkal alergi yang bisa menyembuhkan penyakit alergi yang disebabkan oleh histamin seperti biduran gatal-gatal dan sesak napas (Harmanto,2004).
Reaksi alergi terjadi jika seseorang telah memproduksi antibodi IgE akibat terpapar suatu antigen (alergen), terpapar kembali oleh antigen yang sama. Alergen memicu terjadinya aktivitas sel mast yang mengikat IgE pada jaringan. IgE merupakan antibodi yang sering terlihat pada reaksi melawan parasit, oleh karena alergi menjadi masalah kesehatan yang cukup penting sehingga patofisiologi yang ditimbulkan oleh IgE lebih diketahui dari pada peran IgE pada fisiologi normal.Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang disebut reaksi hipersensitif (Rifa’i, 2010).
3
melalui reseptor Fc pada permukaan sel bersangkutan yang mengikat fragmen Fc IgE. Sekali terikat, IgE dapat melekat pada permukaan mastosit dan basofil selama beberapa minggu dan IgE yang terikat inilah yang berperan besar pada reaksi anafilaktik (Kresno, 2010).
Bila suatu protein asing (antigen) masuk berulang kali kedalam aliran darah seseorang terjadi hipersensitif, maka limfosit B akan membentuk antibodi dari tipe IgE, sehingga IgE akan mengikat diri pada membran sel mast tanpa menimbulkan gejala. Apabila kemudian antigen (alergen) yang sama atau mirip rumus bangunnya memasuki darah lagi, maka IgE akan mengenali dan mengikat diri padanya. Hasilnya adalah suatu reaksi alergi akibat pecahnya membran sel mast. Sejumlah zat perantara (mediator) dilepaskan yakni histamin bersama serotonin, bradikinin dan asam arakidonat yang kemudian diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien. (Tan dan Rahardja, 2007).
Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl), sukuThymelaeaceae, merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang akhir-akhir ini populer sebagai tanaman yang secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit, yaitu kanker, antimikroba, penyakit kulit seperti alergi dan astrigent (Hariana, 2009).
4 1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. apakah simplisia daun mahkota dewa dapat ditentukan karakteristiknya? b. apakah ekstrak etanol daun mahkota dewa dapat menghambat degranulasi
mastosit pada mencit yang diinduksi dengan putih telur ayam? 1.3Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
a. karakteristik simplisia daun mahkota dewa dapat ditentukan dengan menggunakan prosedur karakteristik simplisia pada Materia Medika Indonesia.
b. ekstrak etanol daun mahkota dewa dapat menghambat degranulasi mastosit pada mencit yang diinduksi dengan putih telur ayam.
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : a. untuk mengetahui karakteristik simplisia daun mahkota dewa
b. untuk mengetahui efek penghambatan degranulasi mastosit ekstrak etanol daun mahkota dewa pada mencit yang diinduksi dengan putih telur ayam 1.5Manfaat Penelitian
a. mengembangkan daun mahkota dewa menjadi suatu sediaan herbal terstandar dengan efek antialergi
5 1.6Kerangka Pikir
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan yang telah disensitisasi aktif dengan menginduksi putih telur ayam 50% secara in vitro. Terdapat 5 variabel bebas yaitu EEDMD dengan konsentrasi 500µg/ml,
400µg/ml, 300µg/ml, 200µg/ml dan 100µg/ml digunakan untuk uji penghambatan degranulasi mastosit dengan cara menghitung persen penurunan jumlah terdegranulasi dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian Karakteristik simplisia daun mahkota dewa
• Makroskopik • Mikroskopik
• Penetapan Kadar Air • Kadar Sari yang
Larut Dalam Air • Kadar Sari yang
Larut dalam Etanol • Kadar Abu Total • Kadar Abu yang
Tidak Larut Dalam Asam