Urgensi C
ybercrime Law
Sebagai
Perlindungan Bagi Pengguna
Teknologi Informasi
Oleh: Kelompok II
1.Sunarno Danusastro 2.Nuriah
3.Wakhidun 4.Supriyanta
Pendahuluan
Kemajuan dan perkembangan internet telah menciptakan dunianya sendiri dengan segala aspek di dalamnya yang saat ini kita kenal dengan istilah cyberspace.
Perkembangan Internet dan dampaknya bisa kita ibaratkan sebagai pedang bermata dua yang mana semuanya tergantung kepada
pihak-pihak yang memanfaatkannya.
Kebutuhan rasa aman dalam cyberspace di Indonesia makin
meningkat seiring dengan meningkatnya aktifitas penggunaan media internet.
Penciptaan rasa aman merupakan tanggung jawab semua pihak baik dari pihak pemerintah, penegak hukum, swasta dalam hal ini
K
emaj uan
T
eknol ogi
I
nf or masi
per l u
Urgensi Pengaturan Cyberlaw
di Indonesia
Kepastian Hukum
Untuk mengantisipasi
implikasi-implikasi yang timbul akibat
pemanfaatan TI
Adanya variable global, yaitu
Ruang lingkup Indonesia’s
Cyber Law
Hukum Publik : jurisdiksi, etika kegiatan
online, perlindungan konsumen, anti
monopoli, persaingan sehat, perpajakan,
regulatory body, data protection dan
cybercrimes.
Hukum Privat : HAKI, E-commerce, Cyber
Contract, Privacy, Domain name,
Belajar dari Pengalaman Belanda
Pada tahun 1866
Tweedekamer
Belanda
mengkodifikasikan Hukum Pidanan dalam
Wetboek van Strafrecht.
Sebelum tahun 1921, mencuri Aliran Listrik
menimbulkan perdebatan apakah bisa dipidana
ataukah tidak.
Pada tanggal 23 Mei 1921
Hoogeraad
Negeri
Belanda memutuskan mencuri aliran listrik
dapat dipidana dengan melakukan interpretasi
Cyber Crime
adalah kejahatan
konvensional yang MODERN adalah
MODUS OPERANDI.
Metodologi Ilmu Hukum Pidana harus
berdasar pada hal-hal yang nyata.
Ada 3 fase dalam pemikiran hukum
pidana, yaitu :
a. Normatif sistematis
b. Naif empiris
Kegiatan perbankan yang memiliki
potensi
Cyber Crimes
Layanan
Online Shopping
(toko
online
),
yang memberi fasilitas pembayaran
melalui kartu kredit
Layanan
Online Banking
(perbankan
Kejahatan Kartu Kredit
(
Credit Card Fraud
)
Sebelum ada kejahatan kartu kredit melalui
internet, sudah ada model kejahatan kartu
kredit konvensional (tanpa internet)
Jenis kejahatan ini muncul akibat adanya
kemudahan sistem pembayaran menggunakan
kartu kredit yang diberikan
online shop
Pelaku menggunakan nomer kartu kredit korban
Konsumen/
Korban Internet
e-shop
www.tokoku.com
C A R D E R Transaksi dengan cc di:
Hotel, Restoran Mall, dll - mengintip - mencuri - merampok - dll
Barang dikirim via POS
Indonesia = NO !
Teman si Carder di Singapura
Barang dikirim via POS MANUAL
TEKNIS Sniffing
Kejahatan dengan target
online banking
Jenis kejahatan ini muncul dengan
memanfaatkan kelemahan sistem layanan
online banking
Modus yang pernah terjadi di Indonesia
adalah
typosite
(situs palsu)
Pelaku pembuat
typosite
mengharapkan
Sumber Lubang Keamanan
sistem e-banking
www.bank.co.id Internet Bank Pengguna ISP Network disadap Network disadap Network disadapTrojan horse -Aplikasi (database) di bobol
-OS hacked
1. Sistem (OS) 2. Network 3. Aplikasi (db) Keamanan
Modus kejahatan : Typo Site
Nasabah/
Korban Internet
e-bank
www.bankku.com
www.banku.com
User ID A Password x
www.banku.com
User ID A
Modus Kejahatan : Key-Logger
Nasabah/
Korban Internet
e-bank
www.bankku.com
User ID A
Password x
User ID A
Password x
www.bankku.com
OK
Warnet
Key
Tindak Pencegahan Kejahatan
Credit Card Fraud
dapat diantisipasi
dengan menerapkan sistem otorisasi
bertingkat
Sistem online banking dapat
meningkatkan keamanan dengan
menggunakan sistem penyandian
transmisi data (
secure http
),
digital
Defenisi Cyber Crime
Dalam dua dokumen Kongres PBB mengenai
The Prevention of Crime and the Treatment of
Offenders
di Havana, Cuba pada tahun 1990 dan
di Wina, Austria pada tahun 2000, ada dua
istilah yang dikenal.
Pertama
adalah istilah
„
cyber crime
.
Kedua
adalah istilah
„
computer
related
crime‟
. Dalam
back ground paper
untuk
lokakarya Kongres PBB X/2000 di Wina, Austria
istilah
„
cyber
crime‟
dibagi dalam dua kategori.
Pertama,
cyber crime
dalam arti sempit (
in a
narrow sense
) disebut
„
computer
crime‟
.
Kedua,
cyber crime
dalam arti luas (
in a broader sense
)
Cyber crime
meliputi kejahatan yang dilakukan:
dengan
menggunakan
sarana-sarana
dari sistem atau jaringan komputer (
by
means of a computer system or network
)
di dalam sistem atau jaringan komputer
(
in a computer system or network
) ; dan
terhadap sistem atau jaringan komputer
Peran komputer dalam cyber crimes
1. sebagai sarana
Pentingnya Cybercrime Law
dan ICT Security
-1Cybercrime law dan regulasi yang tepat di bidang ICT dianggap penting dalam menarik investasi maupun pengembangan perekonomian yang
berbasis IT.
Cybercrime potensial menimbulkan kerugian pada beberapa bidang : politik, ekonomi, sosial budaya yang lebih besar dampaknya
dibandingkan dengan kejahatan yang berintensitass tinggi lainnya. Di masa mendatang dapat menganggu perekonomian nasional melalui
jaringan infrastruktur yang berbasis teknologi elektronik (perbankan, telekomunikasi satelit, jaringan listrik, dan jaringan lalu lintas
Pentingnya Cybercrime Law
dan ICT Security
1. Melindungi integritas pemerintah dan menjaga reputasi suatu negara.
2. Membantu negara terhindar dari menjadi surga bagi pelaku kejahatan, seperti teroris, kejahatan terorganisasir, dan operasi penipuan.
3. Membantu negara terhindar dari sebutan sebagai tempat yang nyaman untuk menyimpan aplikasi atau data hasil
kejahatan cybercrime.
4. Meningkatkan kepercayaan pasar karena adanya kepastian hukum yang mampu melindungi kepentingan dalam berusaha. 5. Memberikan perlindungan terhadap data yang tergolong
Pentingnya …..
7. Melindungi konsumen, membantu penegakan hukum, dan aktivitas intelligen..
8. Mencegah korupsi
9. Meningkatkan keamanan nasional dan mengurangi
kerentanan dari serangan dan aksi oleh teroris dan mereka yang berniat jahat.
10. Melindungi dunia usaha dari resiko bisnis seperti kehilangan pangsa pasar, rusaknya reputasi, penipuan, tuntutan hukum dari publik, dan kasus perdata maupun pidana.
11. Sebagai sarana untuk menghukum pelaku kejahatan di bidang teknologi informasi.
PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA
Pertama,
perlu
diperhatikan
upaya
internasional dalam menanggulangi
cyber crime
sehingga terjadi sinergi antara kiat-kiat yang
dilakukan untuk menanggulanginya baik secara
nasional, regional maupun internasional. Dalam
Resolusi
Kongres
PBB
VIII/1990
mengenai
Computer-related crimes
, mengajukan beberapa
kebijakan yang antara lain menghimbau
negara-negara anggota untuk mengintensifkan
upaya-upaya
penaggulangan
penyalahgunaan
komputer
yang
lebih
efektif
dengan
mempertimbangkan
langkah-langkah
sebagai
Melakukan modernisasi hukum pidana
material dan hukum acara pidana.
Mengembangkan tindakan-tindakan
pencegahan dan pengamanan komputer.
Melakukan langkah-langkah untuk
membuat peka warga masyarakat, aparat
pengadilan dan penegak hukum,
terhadap pentingnya pencegahan
Kedua, dalam rangka mengejawantahkan seruan
internasional dalam menaggulangi cyber crime tersebut, hal-hal menyangkut pidana substantif yang perlu diubah adalah konsep pertanggung jawaban pidana. Seperti
yang diutarakan di atas bahwa pada prinsipnya pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah
pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (liability
base on fault). Akan tetapi dalam kaitannya dengan
penaggulangan cyber cirme, khusus perlindungan terhadap sistem keamanan komputer oleh lembaga penyedia jasa internet atau pejabat/petugas yang diembani tugas tersebut, selain liability base on fault
Pertanggungjawaban ini artinya seorang pelaku dapat dipidana semata-mata karena telah dipenuhinya unsur-unsur tindak pidana tanpa memperhatikan lebih jauh kesalahan pembuat dalam melakukan tindak pidana
tersebut. Dalam konteks cyber crime ini, artinya pemilik lembaga penyedia jasa internet atau pejabat/petugas atau orang yang bertanggung jawab dalam bidang
information technology bertanggung jawab atas
keamanan dari sistem komputernya. Konsekuensi lebih lanjut apabila kejahatan internet dilakukan melalui
komputer yang berada di bawah tanggung jawabnya,
Ketiga, masih dalam kaitannya dengan pidana subtantif, sambil menunggu cyber law yang lebih komprehensif, kiranya perlu dilakukan penambahan beberapa ketentuan dalam KUHP yang menyangkut pencurian, penipuan, pemalsuan maupun perusakan untuk menanggulangi cyber crime yang modus
operandinya tiap kali berkembang. Banyak negara telah menempuh hal yang demikian, antara lain Belanda,
Canada, Denmark, Finlandia, Italia, Jerman, Perancis dan Yunani. Namun ada beberapa negara yang
membuat undang-undang khusus berkaitan dengan
Keempat
,
dalam menyusun
cyber law
yang
berkaitan dengan penaggulangan
cyber crime
,
kiranya dapat membandingkan dengan
draft
Konvensi Cyber Crime
yang dihasilkan oleh
European Committee on Crime Problems
Beberapa kata kunci yang menarik untuk
disimak, antara lain
Illegal access,Illegal
interception, Data interference, System
interference, Misuse of devices,
Ari Juliano Gema, Cybercrime: sebuah Fenomena di Dunia Maya, Portal Depkominfo RI
Barda Nawawi Arief, Antisipasi Penanggulangan “Cyber Crime” dengan
hukum Pidana, makalah pada seminar Nasional mengenai “Cyber law”.,
di STHB, Bandung, Hotel Grand Aquila, 9 April 2001
Atip Latifulhayat, SH, LL.M, CYBER LAW DAN Urgenslnya BAGI
INDONESIA, Makalah disampaikan pada Seminar tentang Cyber Law
yang diselenggarakan oleh Yayasan Cipta Bangsa di Bandung pada 29 Juli 2000
Teguh Arifiyadi, SH., Cyber Crime dalam Perspektif Rancangan Konsep KUHP Baru, Portal Depkominfo RI.
--- Cyberlaw; Tantangan Bagi Perkembangan Hukum Di Indonesia ,
Portal Depkominfo RI.
---, Menjerat Pelaku Cyber Crime dengan KUHP, Portal Depkominfo RI.
Undang Undang tentang Informasi dan Teknologi Elektronik RUU Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)