• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA OBYEK WISATA ALAM TELAGA NGEBEL DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT | Mustikawati | Jurnal Administrasi Bisnis 2202 8840 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA OBYEK WISATA ALAM TELAGA NGEBEL DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT | Mustikawati | Jurnal Administrasi Bisnis 2202 8840 1 PB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No.2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

1

ANALISIS PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA OBYEK WISATA ALAM

TELAGA NGEBEL DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

EKONOMI MASYARAKAT

Titis Ariani Mustikawati Sunarti

Edriana Pangestuti

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Malang

Email : titisariani08@gmail.com

ABSTRACT

This research uses descriptive qualitative method with two problem formulation, that is how is Local Government role (Disbudparpora) in developing tourism infrastructure of Telaga Ngebel and how is the development of infrastructure development in Telaga Ngebel area. Data sources were obtained from informants, observations, documents, and documentation. Data analysis uses four stages: data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. Based on research on the role of Disbudparpora in the development of tourism object Ngebel Telaga get results in the planning that includes the attractiveness of tourism, the development of facilities and infrastructure and accessibility, as well as promotional planning. Implementing policies in improving people's welfare on the economic aspect. Participate in making tourism regulations delegated authority to Ngebel village devices implementation of tourism development Ngebel Lake is known to run according to the formulation of planning. Although not all development plans can be implemented, but the thing is already a bit much to bring a much better change in tourism objects Ngebel Lake. Installation of streetlights, dock repairs, orderly and neat programs against street vendors, as well as organizing various events such as music performances and Reyog performances once every two months as an effort to attract tourist arrivals.

Keyword : Attractiveness Of Tourism, Development Of Facilities And Infrastructure, Accessibility, Promotional Planning

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan dua rumusan masalah, yaitu bagaimana peran Pemerintah Daerah (Disbudparpora) dalam mengembangkan sarana prasarana obyek wisata Telaga Ngebel dan bagaimana pelaksanaan pengembangan sarana prasarana di kawasan Telaga Ngebel. Sumber data diperoleh dari informan, observasi, dokumen, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan penelitian mengenai peran Disbudparpora dalam pengembangan obyek wisata Telaga Ngebel mendapatkan hasil dalam perencanaan yang meliputi daya tarik wisata, pembangunan sarana dan prasarana serta aksesibilitas, dan juga perencanaan promosi. Mengimplementasikan kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada aspek ekonomi. Berperan dalam membuat peraturan pariwisata yang dilimpahkan kewenangannya kepada perangkat desa Ngebel. Pelaksanaan pengembangan obyek wisata Telaga Ngebel diketahui berjalan sesuai rumusan perencanaan. Meskipun belum semua perencanaan pengembangan dapat terlaksan, namun hal tersebuut sudah sedikit banyak membawa perubahan yang jauh lebih baik pada obyek wisata Telaga Ngebel. Pemasangan lampu jalan, perbaikan dermaga, program tertib dan rapi terhadap pedagang kaki lima, serta penyelenggaraan berbagai acara seperti pentas musik dan pentas Reyog setiap dua bulan sekali sebagai upaya dalam menarik kunjungan wisatawan.

(2)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No.2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

2

1. PENDAHULUAN

Pengembangan sektor pariwisata memiliki peran penting dalam peningkatan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat disekitar Daerah Tujuan Wisata (DTW) pada khususnya. Bagi perekonomian nasional, pariwisata dapat memberikan kontribusi positif dalam peningkatan pendapatan nasional dan daerah serta devisa negara. Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Pitana (2009:32) bahwa banyak negara termasuk Indonesia sejak beberapa tahun terakhir mengembangkan sektor pariwisata dan menjadikan pariwista sebagai sektor unggulan di dalam perolehan devisa, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. Hal tersebut dapat terlihat selama 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69 miliar atau setara dengan Rp 136 triliun (kemenpar.go.id, 2015).

Pengembangan potensi pariwisata harus dilaksanakan sesuai dengan strategi pengembangan agar objek wisata tersebut dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Pengelolaan yang kurang tepat dan kurangnya perhatian khusus dari pemerintah mengakibatkan sektor pariwisata yang seharusnya menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut masih belum maksimal pada proses pengelolaannya. Penyebab kurang maksimalnya dalam penggalian potensi wisata adalah masih belum optimalnya infrakstruktur penunjang pariwisata seperti jalan menuju objek wisata yang masih kurang baik atau masih berlubang dan kurangnya publikasi yang dilakukan oleh pem erintah daerah untuk memberikan informasi seputar daerah tujuan wisata. Penyediaan sarana dan prasarana serta pembangunan infrakstruktur yang sesuai merupakan faktor-faktor penunjang yang penting agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung di suatu objek wisata. Tingkat kunjungan wisatawan terhadap suatu objek wisata memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menentukan berapa banyak pendapatan yang diperoleh dari daerah itu sendiri. Selain itu, masyarakat sekitar objek wisata juga akan memperoleh penghasilan atau keuntungan yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dari kegiatan pariwisata yang dilaksanakan pada daerah tersebut (download.portalgaruda.org, 2014).

Pernyataan diatas senada dengan apa yang disampaikan oleh Muljadi dan Warman (2009:41) yang menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sarana untuk menciptakan kesadaran atas identitas nasional dan kebersamaan dalam keragaman. Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat dan bersifat memberdayakan masyarakat yang mencakupi berbagai aspek seperti sumber daya manusia, pemasaran, pengembangan destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, keterkaitan lintas sektoral, kerjasama antar negara, pemberdayaan usaha kecil, serta tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan budaya.

Kesejahteraan juga merupakan salah satu aspek yang cukup penting untuk menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi, dimana kondisi tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial dalam masyarakat. Maka setiap individu membutuhkan kondisi yang sejahtera, baik sejahtera dalam hal materil dan dalam hal non materil sehingga dapat terciptanya suasana yang harmonis dalam bermasyarakat.

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No.2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

3 memiliki keterbatasan atraksi yang dapat dijadikan

sebagai daya tarik wisata. Selain itu, beberapa sarana penunjang pariwisata seperti fasilitas toilet, lahan parkir, toko souvenir, dan akomodasi dinilai masih kurang memadai. Mengingat hal tersebut merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan dan kepuasan pengunjung pada kawasan daerah wisata (bappeda.ponorogo.go.id, 2013).

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

Beberapa ahli menyatakan mengenai pengertian pariwisata salah satunya adalah pengertian pariwisata yang di kemukakan oleh James J.Spillane (1982:20) bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan untuk melakukan perjalanan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan tujuan lainnya.Sementara pengertian pariwisata dari Yoeti (1990:109) menyatakan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha memberi atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan guna bertamasya atau rekreasi dan untuk menutupi kebutuhan yang beraneka ragam.

Menurut Pendit (1994:34) mengklasifikasikan jenis pariwisata yang dikelompokkan yaitu:

1) Wisata cagar alam: jenis wisata ini terkait dengan kegemaran akan keindahan alam, hawa udara yang segar di pegunungan, keajiban hidup binatang dan marga satwa langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang ditempat lain.

2) Wisata Budaya: tujuannya adalah memperluas pandangan hidup dan kunjungan ketempat lain ataukeluar negeri, mempelajari keadaan masyarakat setempat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup budaya dan kesenian daerah.

3) Wisata pertanian: mengandalkan perjalanan ke proyek-proyek pertanian perkebunan, ladang pembibitan, sambil menikmati segarnya aneka ragam tanaman.

4) Wisata kesehatan: keperluan istirahat dalam arti jasmani dan rohani yang mengunjungi tempat

peristirahatan, seperti air panas yang mengandung mineral, iklim yang sejuk dan menyehatkan. 5) Wisata Bahari: wisata yang dihubungkan dengan

olahraga air atau laut seperti memancing, menyelam, berlayar, selancar, melihat tanaman laut serta berbagai rekreasi perairan lainnya. 6) Wisata komersial: mengadakan perjalanan

mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial seperti pameran industri, pameran dagang dengan dimerahkan berbagai atraksi seni.

7) Pilgrim: dikaitkan dengan agama, sejarah, adat dan kepercayaan umat atau kelompok masyarakat dengan cara mengunjungi tempat suci, makan orang besar, pemimpin yang diagungkan , tempat penuh legenda, bukit atau gunung yang dianggap keramat.

2.2. Kesejahteraan Masyarakat

Pengertian kesejahteraan umum adalah suatu kondisi tertentu yang dirasakan oleh publik mengenai kehidupannya yang baik dan berkeadilan. Kondisi publik yang sejahtera dapat dideskripsikan sebagai keadaan masyarakat yang bebas dari perasaan takut dari penindasan dan dari rasa ketidakadilan. Kesejahteraan publik dapat juga diartikan sebagai keadaan masyarakat yang aman, tentram, kehidupan publik yang sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilainya sendiri, bebas mengekspresikan dan mewujudkan kehidupan individual dan sosialnya sesuai aspirasi serta memungkinkan yang tersedia dalam masyarakatnya. Dengan demikian, kesejahteraan publik ditentukan oleh apreasiasi dan perasaan manusia itu sendiri terhadap kehidupan individual maupun sosialnya. (Puspitosari, 2011:49).

(4)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No.2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

4 untuk meningkatkan kesejahteraan sesuai dengan

kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya. Kepariwisataan sebagai salah satu sektor pembangunan terbukti telah menduduki peran penting dalam sejarah pembangunan perekonomian di berbagai negara yang memposisikan dirinya sebagai destinasi pariwisata dunia. Terlebih ketika tingkat kesejahteraan ekonomi bangsa-bangsa di dunia akan semakin baik dan maju. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu ranah penting dalam mencapai kesejahteraan masyarakat melalui kepariwisataan, terutama yang berkaitan dengan optimalisasi nilai manfaat sosial-ekonomi dari industri pariwisata bagi masyarakat di sekitar destinasi. Pemberdayaan masyarakat (komunitas setempat) yang berada di destinasi melalui kegiatan usaha kepariwisataan merupakan salah model pembangunan yang sedang mendapatkan banyak perhatian dari berbagai kalangan dan akan menjadi agenda penting dalam proses pembangunan kepariwisataan kedepan.

Beberapa bidang usaha dan kesempatan kerja yang diciptakan dari kepariwisataan yang berada pada suatu destinasi untuk diusahakan oleh masyarakat diantaranya adalah agen perjalanan, usaha atraksi dan daya tarik wisata, akomodasi, transportasi lokal, cindera mata, pemandu wisata, porter dan jasa-jasa lain yang terkait. Pemberdayaan masyarakat menurut beberapa ahli seperti Adimiharja dalam Sunaryo (2013:215) merupakan suatu proses yang tidak saja hanya mengembangkan potensi ekonomi masyarakat yang sedang berkembang, namun demikian juga harus berupaya dapat meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, serta terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat.

2.3. Pengembangan pariwisata

Berdasarkan manfaat atau dampak yang ditimbulkan dari pariwisata , maka sebuah pengembangan pariwisata harus memperhatikan strategi apa yang harus dilakukan. Menurut pendapat Swarbrooke (1996:99) pengembangan merupakan suatu rangkaian usaha untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai macam sumber daya pariwisata. Musanef (1995:1) mengemukakan pengembangan pariwisata merupakan suatu konsep kegiatan yang menyediakan segala macam bentuk kebutuhan serta fasilitas yang berhubungan dengan pariwisata. Berdasarkan

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 7 menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan meliputi kelembagaan pariwisata, dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan pembangunan kelembagaan kepariwisataan yaitu pengembangan sumber daya manusia, regulasi, serta mekanisme operasional di bidang kepariwisataan. Menurut Soebagyo (2012:156-158), pengembangan pariwisata yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perlu ditetapkan beberapa peraturan yang berpihak pada peningkatan mutu pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata , bukan berpihak pada kepentingan pihak-pihak tertentu. Selain itu perlu diambil tindakan yang tegas bagi pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah di tetapkan;

2. Pengelola pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat. Hal ini penting karena pengalaman pada beberapa daerah tujuan wisata (DTW), sama sekali tidak melibatkan masyarakat setempat, akibatnya tidak ada sumbangsih ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar; 3. Kegiatan promosi yang dilakukan harus beragam,

selain dengan mencanangkan cara kampanye dan program visit Indonesia year seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, kegiatan promosi juga perlu dilakukan dengan membentuk sistem informasi yang handal dan membangun kerjasama yang baik dengan pusat-pusat informasi pariwisata pada negara-negara yang potensial.

4. Perlu menentukan DTW-DTW utama yang memiliki keunikan dibanding dengan DTW lain, terutama yang bersifat tradisional dan alami. 5. Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan

kalangan swasta dan pemerintah daerah setempat, dengan sistem yang jujur, terbuka, dan adil. 6. Perlu dilakukan pemerataan arus wisatawan bagi

semua DTW yang ada diseluruh Indonesia. 7. Mengajak masyarakat di sekitar kawasan wisata

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No.2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

5 keterampilan dan pengadaan modal bagi

usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan.

8. Sarana prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik untuk menunjang kelancaran pariwisata. pengadaan dan perbaikan jalan, telepon, angkutan, pusat perbelanjaan wisata dan fasilitas lain di sekitar lokasi kawasan wisata sangat diperlukan.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu obyek, suatu kondisi, dan suatu pemikiran pada masa sekarang. Lokasi penelitian yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah wisata Telaga Ngebel yang berada di kaki gunung Wilis, kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Sedangkan situs penelitian dilakukan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ponorogo dan pengelola Wisata Telaga Ngebel Ponorogo. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi sedangkan instrumen penelitian dilakukan berdasarkan pedoman peneliti sendiri, pedoman wawancara serta menggunakan catatan lapangan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman yang meliputi:

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. c. Penyajian Data

Setelah data direduksi, tahap selanjutnya adalah penyajian data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mengorganisasikan data dan menyusun suatu pola agar semakin mudah dipahami.

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan proses untuk menjawab rumusan masalah, kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang bahkan gelap menjadi data-data yang mantap.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengembangan Telaga Ngebel sebagai

Obyek Wisata

4.1.1.Pengembangan Kawasan

Berdasarkan hasil penelitian, kawasan obyek wisata Telaga Ngebel telah memenuhi kebutuhan wisatawan dalam hal tuntutan kerapian, keindahan, serta kebersihan. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan melalui upaya penertiban pada tempat untuk berjualan bagi para pedagang kaki lima yang terlihat jauh lebih rapi dengan lingkungan yang bersih dan sejuk. Dalam rangka pengembangan pariwisata, pemerintah memiliki peran sebagai pemberi ijin dan fasilitas bagi pihak yang akan mengembangkan tempat wisatanya. Sementara, pemerintah daerah dan masyarakat diberikan wewenang untuk mengembangkan obyek wisatanya sendiri untuk menarik kedatangan wisatawan.

Daya tarik menjadi salah satu motivasi kedatangan wisatawan ke Daerah Tujuan Wisata.Menurut pendapat yang diungkapkan oleh Suwantoro (2004:142), menjelaskan bahwa “Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata”. Daya tarik harus dikelola secara profesional sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk datang. Pembangunan obyek wisata tersebut harus dirancang yang bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki obyek wisata tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.

(6)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No.2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

6 wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata

meliputi hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restauran dan rumah makan, serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan (Suwantoro, 2004:22).

Berdasarkan hasil penelitian, sarana pariwisata yang paling banyak ditemukan di obyek wisata Telaga Ngebel bagi wisatawan adalah berupa penginapan dan rumah makan. Keberadaan hotel maupun penginapan serta rumah makan yang dengan mudah dapat ditemukan di sekitar obyek wisata, menunjukkan bahwa obyek wisata Telaga Ngebel mampu menyediakan sarana pokok pariwisata dengan baik bagi wisatawan. Kekurangan dari sarana penunjang seperti tempat souvenir atau tempat oleh-oleh akan segera didiskusikan oleh-oleh pemerintah daerah dengan masyarakat setempat. Mengingat hal tersebut merupakan salah satu elemen penting yang juga akan berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Sehingga dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan Telaga Ngebel sebagai obyek wisata sudah berjalan dengan baik, hanya saja masih dibutuhkan beberapa perbaikan dari segi sarana penunjang seperti penyediaan tempat souvenir dan oleh-oleh bagi wisatawan. Hal tersebut penting untuk dilakukan karena dapat membuka peluang usaha baru bagi masyarakat setempat yang ingin meningkatkan penghasilan yang diperoleh.

4.1.2.Pengembangan Sumber Daya Manusia

(SDM)

Menurut Suwantoro (2004:23), masyarakat di sekitar obyek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh wisatawan. Dalam hal ini pemerintah diharapkan mampu memberikan pelatihan atau penyuluhan kepada masyarakat, dengan terbinanya masyarakat yang sadar wisata maka hal tersebut akan berdampak pada kualitas pelayanan serta kepuasan wisatawan.

Berdasarkan penelitian, sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Suwantoro tersebut, kondisi masyarakat yang ada di sekitar kawasan wisata Telaga Ngebel tergolong masyarakat yang memiliki tingkat sadar wisata yang cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan bagaimana cara masyarakat memanfaatkan keahlian dan kreatifitas mereka dalam menyikapi keberadaan

industri pariwisata di desanya. Mereka menuangkan kreatifitas dan keahlian yang mereka miliki dengan cara menciptakan suatu usaha untuk mendapatkan penghasilan yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan.

Sarana wisata yang dibangun atas dasar kerjasama antara pemerintah daerah dan masayarakat sekitar dinilai mampu meningkatkan perekonomian dengan memanfaatkan pariwisata yang ada di desanya. Kondisi masyarakat yang seperti ini dapat mendukung terhadap perkembangan pariwisata yang mana juga berdampak pada tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung di obyek wisata tersebut. Selanjutnya, Suwantoro (2004:56) menjelaskan bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu modal dasar pengembangan pariwisata, yang mana sumber daya manusia yang dimaksud harus memiliki keahlian dan keterampilan yang tujuannya untuk memberi jasa pelayanan pariwisata. Sumber daya manusia memiliki pengaruh besar terhadap proses pengembangan pariwisata karena mereka merupakan penyedia sarana dan prasarana bagi obyek wisatanya sendiri.

Pengembangan sumber daya manusia yang dilaksanakan di sekitar Telaga Ngebel juga tidak lepas dari campur tangan pemerintah kota dalam memberikan bimbingan serta motivasi melalui pelatihan atau penyuluhan yang dilakukan pada dua bulan atau tiga bulan sekali. Tujuan dari pelatihan atau penyuluhan yang diberikan tidak lain adalah untuk membangkitkan serta meningkatkan kreatifitas dan keahlian yang masyarakat miliki. Sehingga mereka dapat menuangkan kreatifitasnya dengan terus menggali potensi yang ada.Dalam pengembangannya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang memiliki wewenang untuk menciptakan strategi juga tidak tinggal diam begitu saja.

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No.2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

7

4.2. Dampak Pengembangan Telaga Ngebel

sebagai Obyek Wisata

4.2.1.Peningkatan Pendapatan Masyarakat dari Kegiatan Pariwisata

Perkembangan pariwisata yang semakin pesat juga membawa dampak kepada obyek wisata Telaga Ngebel untuk terus memperbaiki kualitas pelayanan yang dimiliki bagi wisatawan.Salah satu dampak positif yang dirasakan dari perkembangan pariwisata adalah meningkatknya pendapatan masyarakat secara langsung. Peningkatan pendapatan yang dirasakan secara langsung yaitu bagi masyarakat yang secara langsung mengambil keuntungan dari wisatawan seperti pemilik penginapan, pedagang kaki lima dan pemilik rumah makan, serta pemilik speedboat sebagai penyedia sarana wisata.

Menurut Wahab (2003:77) yang menjelaskan bahwa wisata yang di berada pada suatu negara, baik secara individu maupun dalam kelompok, tentu akan membelanjakan uangnya selama berada di tempat wisata untuk membayar jasa atau barang-barang wisata. Semakin bertambahnya konsumsi wisatawan maka semakin banyak pula jasa-jasa wisata.Hal ini menunjukkan bahwa wisata menjadi sumber pendapatan.Berdasarkan penelitian, konsumsi wisata di obyek wisata Telaga Ngebel terbilang tinggi dan meningkat pada waktu-waktu tertentu.Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung. Jumlah pengunjung yang biasanya dapat diprediksi oleh pelaku usaha di sekitar obyek wisata adalah ketika akan berlangsungnya penyelenggaraan acara upacara adat Larungan di Telaga Ngebel yang sudah pasti dipadati oleh wisatawan yang datang dari berbagai penjuru. Acara –acara lain seperti pentas musik dan pertunjukkan Reog juga dapat menarik minat wisatawan yang berkunjung dalam jumlah yang besar. Pada acara-acara tersebutlah konsumsi masyarakat akan bertambah sehingga jasa-jasa yang disediakan juga akan bertambah. Peluang bisnis lain yang dilakukan masyarakat obyek wisata Telaga Ngebel adalah sebagai penjual buah durian ketika musim panen tiba. Profesi sebagai petani sekaligus penjual buah durian dijadikan sebagai usaha sampingan disebabkan mereka hanya akan berjualan ketika panen tiba. Terbukti dengan berjualan buah durian masyarakat mendapatkan penghasilan yang cukup tinggi karena jumlah wisatawan yang berkunjung cenderung datang hanya untuk membeli

buah durian. Tentu saja jika penghasilan yang dikatakan cukup tinggi pembelinya juga dalam jumlah yang besar.Hal ini disebabkan hasil buah durian di wilayah Ngebel merupakan yang paling enak dan digemari masyarakat.

Selain penyedia fasilitas pariwisata, pemilik usaha di sektor pariwisata juga mendapatkan keuntungan dengan adanya perkembangan pariwisata. Menurut Pitana dan Diarta (2009:186) menyatakan “jumlah wisatawan yang banyak merupakan pasar bagi produk lokal. Masyarakat secara perseorangan juga mendapat penghasilan jika mereka bekerja dan mendapat upah dari pekerjaan tersebut”.Sejalan dengan pernyatan tersebut, masyarakat di sekitar Telaga Ngebel mendapatkan penghasilan dari usaha yang mereka jalankan dengan memanfaatkan wisatawan sebagai pasar bagi produk lokal.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk atau masyarakat sekitar obyek wisata Telaga Ngebel memanfaatkan peluang kerja seperti berdagang sebagai pemilik rumah makan ataupun sebagai pedagang kaki limah penjual buah duriah, juga sebagai penjual jasa seperti pemilik penginapan atau penyedia jasa wisata berupa pemilik

speedboat.Pekerjaan seperti yang telah disebutkan

sebelumnya telah membuktikan dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat yang melakukan usaha atau bisnis dari kegiatan pariwisata yang ada.

4.2.2.Ketergantungan pada Pariwisata

(8)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No.2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

8 dari segi ekonomi apabila terjadi penurunan aktifitas

pariwisata.

Berdasarkan penelitian, masyarakat sekitar obyek wisata yang berperan sebagai penyedia layanan wisata mayoritas menggantungkan mata pencaharian pada kegiatan pariwisata di Telaga Ngebel. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki pekerjaan lain atau pekerjaan sampingan selain yang berhubungan dengan pariwisata. Sehingga, apabila terjadi penurunan ekonomi, tidak ada usaha atau bisnis lain yang mem-backup pendapatan yang diperoleh masyarakat. Apabila musim liburan sedang sepi atau low season, pendapatan masyarakat dapat menurun. Sebaliknya, jika musim liburan sedang ramai atau high season makan penghasilan yang didapatkan pemilik usaha (masyarakat) juga akan meningkat.

4.2.3.Upaya mempromosikan Telaga Ngebel

sebagai Obyek Wisata

Seiring berjalannya waktu, perkembangan media promosi juga semakin beragam. Promosi pariwisata di Telaga Ngebel juga sudah dilaksanakan oleh pemerintah kota yang dimana dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ponorogo. Namun, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ponorogo tidak melakukan promosi yang sifatnya lebih ke khusus, melainkan promosi yang dilaksanakan bersifat umum atau menyeluruh yang artinya promosi tersebut mencakup secara keseluruhan tempat wisata yang ada di Kota Ponorogo. Bentuk promosi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk Kota Ponorogo sangat beragam, diantaranya adalah: 1) Mengadakan pameran : pameran yang diadakan

oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berupa produk wisata seperti hasil peternakan, buah-buahan, dan lain sebagainya. Hal tersebut memicu minat wisatawan untuk berkunjung suatu ke tempat wisata.

2) Mengadakan Festival : Festival yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki banyak macam. Misal Festival Reyog tingkat Nasional yang diadakan setiap satu Suro bertempat di Alun-Alun Ponorogo yang diikuti oleh ratusan partisipan. Festival Kirab Budaya yang mengusung tema budaya yang ada di Indonesia, Kirab Pusaka yang diikuti oleh sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, upacara

Larungan yang ada di Telaga Ngebel penyelenggarakan festival seperti yang telah disebutkan telah terbukti mampu menarik minat wisatawan untuk menyaksikan acara tersebut.

3) Website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang

disediakan untuk masyarakat luas. Siapapun dapat mengakses website resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk mendapatkan informasi penting seputar wisata yang ada di Kota Ponorogo. Selain itu, terdapat pula informasi mengenai akomodasi wisatawan yang meliputi penginapan dan hotel. Terdapat juga paket wisata alam bagi mereka para penikmat alam. Website tersebut sangat membantu dalam memperkenalkan tempat wisata, karena dengan cara ini wisatawan akan mendapatkan informasi sehingga tertarik untuk mnegunjungi Kota Ponorogo.

Berbagai bentuk promosi yang digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ponorogo Menggunakan media dalam pelaksananannya. Beberapa media yang digunakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ponorogo adalah sebagai berikut:

1) Media eletronik : melalui media ini wisatawan dapat memperoleh informasitentang wisata yang ada di Kota Ponorogo. Media elektronik tersebut berupa iklan di televisi, situs resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ponorogo, situs-situs atau blog, dan lain sebagainya.

2) Media cetak : media cetak juga merupakan media yang efektif yang berperan sebagai promosi. Media cetak yang dimaksut dapat berupa iklan surat kabar.

(9)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No.2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

9 Promosi yang dilakukan pada sektor

pariwisata berbeda dengan sektor umum. Pitana dan Diarta (2009:155) menyatakan bahwa pariwisata memiliki beberapa dimensi yang sangat berbeda dengan dimensi produk umum seperti yang sering ditemui di pasaran, yaitu sebagai berikut:

a) Intangbility

Produk/jasa layanan berarti produk yang ditawarkan tidak berbentuk seperti barang nyata yang bisa kita temui dalam pengertian produk yang bisa dilihat dan dipajang di pasar, toko, atau tempat penjualan lainnya. Hal tersebut menyebabkan pariwisata tidak dapat di evalusi atau di demonstrasikan sebelum dipakai atau dibeli. Oleh karena itu, pemasar produk pariwisata akan menghadapi tantangan yang besar karena tempat dan waktu selalu berubah dan memengaruhi kualitas produk. Salah satu solusi untuk membantu pemasar pariwisata adalah dengan membuat brosur, video, dan berbagai macam sarana informasi mengenai jenis produk pariwisata yang ditawarkan guna meningkatkan tangiblity produk tersebut. Pemasar pariwisata harus mampu menyediakan branding yang jelas dan terkelola dengan baik atas produk pariwisata.

Berdasarkan pernyataan yang telah disebutkan diatas, dapat diketahu bahwa promosi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ponorogo dalam mengatasi masalah produk pariwisata yang termasuk pada kategori

tangibiliity telah dilakukan. Pemerintah telah

melakukan penyebaran brosur yang memuat tentang acara/event yang sedang berlangsung di Telaga Ngebel (misal brosur lomba burung berkicau yang bertempat di Telaga Ngebel pada tahun 2016 silam merupakan salah satu bentuk promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dalam meramaikan kawasan wisata Telaga Ngebel). Selain pembuatan brosur, beberapa video kegiatan yang pernah berlangsung di Telaga Ngebel juga diunggah melalui

youtube. Beberapa stasiun televisi swasta maupun

lokal juga ikut serta dalam mempromosikan kawasan wisata Telaga Ngebel kepada khalayak umum.

b) Perishability

Produk/jasa layanan tidak seperti barang pabrik, tidak dapat disimpan untuk dijual kemudian hari. Hal seperti itu menyebabkan industri pariwisata memiliki resiko yang cukup tinggi. Pemasar dalam industri pariwisata harus mengombinasikan beragam kebijakan harga dan promosi dalam usaha menjual

produk dalam masa sepi (off-season) dan membuat sinkronisasi yang lebih baik antara penawaran dengan permintaan pasar. Untuk mengantisipasi sifat produk yang perishability ini diperlukan usaha pemasar untuk membuat pemasangan produk dan mengelola permintaan pasar yang smooth dengan melakukan bauran pemasaran jika permintaan ada dibawah rata-rata.

Berdasarkan hasil penelitian, dalam mengatasi masalah perishability pariwisata, pemerintah belum melakukan tindakan yang terlihat. Pemerintah masih menyusun strategi kebijakan harga serta mutu produk pariwisata. Belum ada strategi khusus untuk meramalkan permintaan pasar atas produk pariwisata.

c) Inseparability

Produk/jasa pelayanan seperti pariwisata biasanya merupakan produk yang dibentuk dari berbagai produk pendukung yang terpisah-pisah. Misalnya mulai dari tour dan travel, airlines, hotel, restauran, dan sebagainya. Hal yang demikian mengandung resiko sebab setiap produk yang berbeda juga akan memiliki standar kualitas pelayanan yang berbeda pula. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat program penjaminan mutu mengingat sifat produk jasa pariwisata menyangkut hubungan interpersonal dimana performance karyawan atau penyedia layanan secara langsung berhubungan dan menentukan tingkat kepuasan dan pengalaman konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian, solusi yang dapat ditawarkan oleh pemerintah untuk mengatasi

inseparability pada pariwisata di Kota Ponorogo

adalah memberikan standarisasi mutu dan harga produk wisata, serta mengembangkan sumber daya manusia yang berhubungan langsung dengan wisatawan untuk meningkatkan kepuasan dan pengalaman wisatawan berlibur ke Kota Ponorogo, terutama di kawasan wisata Telaga Ngebel.

Promosi pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah kota akan lebih efektif apabila ketiga perbedaan dimensi pemasaran dapat dijalankan dengan leih baik. Oleh sebab itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ponorogo harus memiliki strategi dalam meramalkan permintaan wisatawan tentang produk wisata untuk mengatasi masalah

perishability. Sebab saat ini, belum ada strategi dari

(10)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No.2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

10 pariwisata. Berdasarkan analisa tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa promosi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Telaga Ngebel masih belum efektif.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Sebagai obyek wisata, Telaga Ngebel dapat dikatakan sudah cukup baik dalam pengembangan kawasan pariwisatanya karena telah memenuhi beberapa kriteria kebutuhan wisatawan dalam hal kerapian, keindahan, serta kebersihan.

b. Pelaksanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia di kawasan wisata Telaga Ngebel telah berjalan dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan antusias masyarakat sekitar Telaga Ngebel yang cukup tinggi dalam upaya memperbaiki obyek wisata tersebut.

c. Kegiatan pariwisata pada obyek wisata Telaga Ngebel membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar, salah satunya adalah dampak ekonomi. Masyarakat merasakan pada peningkatan pendapatan yang diperoleh cukup signifikan ketika obyek wisata yang dikelola semakin menunjukkan kualitas yang baik. d. Sebagai salah satu upaya dalam pengembangan

pariwisata, promosi memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Secara umum, promosi yang dilakukan oleh pemerintah kota maupun pemerintah daerah sudah baik, yaitu promosi dilakukan melalui penyelenggaraan pameran atau festival serta promosi melalui media massa seperti facebook,

blog,website resmi, dan promosi melalui televisi.

5.2. Saran

Saran untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ponorogo

a. Memberikan rekomendasi kepada Disperindag untuk menyediakan pusat kerajinan yang berguna untuk menampung kreativitas dan keterampilan masyarakat.

b. Penambahan terhadap wahana yang ada di obyek wisata Telaga Ngebel

DAFTAR PUSTAKA

James, Spillane. J . 1982. Pariwisataa Indonesia,

Sejarah dan Prospeknya.

Musanef. 1995. Manajemen Usaha Pariwisata di

Indonesia. Jakarta : PT Toko Gunung Agung

Muljadi, A.J .2014 . Kepariwisataan dan Perjalanan .Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada

Pitana I Gede dan Diarta, I Ketut Surya. 2009.

Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta:CV.Andi Offset

Sunaryo, Bambang .2013 . Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia) .Yogyakarta:Gava Media

Suwantoro, Gamal .2004 . Dasar-Dasar Pariwisata .Yogyakarta : Andi

Suud, Mohammad .2006 .Orientasi Kesejahteraan

Sosial . Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher

Yoeti, Oka. Edisi Revisi .1996 . Pengantar Ilmu

Pariwisata. Bandung:Penerbit Angkasa.

Internet :

Bappeda.ponorogo.go.id, 2013. Rencana Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel (bappeda.ponorogo.go.id/index.php/kegiatan/i temlist/user/63-admin?start=92)(diakses pada 06 Maret 2017 pukul 09:14)

Download.portalgaruda.org, 2014. Peran Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (download.portalgaruda.org/article.php?...PE RAN%20PARIWISATA%20TERHADAP.) (diakses pada 06 Maret 2017 pukul 09:14)

Kemenpar.go.id, 2015. Pariwisata Kini Jadi Andalan

Pendulang Devisa Negara

Referensi

Dokumen terkait