• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Kota Medan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tenaga Kerja

Menurut Sumarsono (2003), dalam hubungannya dengan pasartenagakerja

perilaku penduduk dipisahkan menjadi 2 golongan, yaitu golongan aktifsecara

ekonomis dan bukan. Angkatan kerja termasuk golongan aktif

secaraekonomis.Golongan ini terdiri dari penduduk yang menawarkantenaga

kerjanyadan berhasil memperolehnya (employed) dan penduduk yang menawarkan tenagakerjanya di pasar tenaga kerja tetapi belum berhasil

memperolehnya(unemployed).

Tenaga kerja dalam konsep kependudukan diterjemahkan dalam istilah man

power, yaitu seluruh penduduk yang dianggap mempunyai potensi untuk bekerja

secara produktif. Potensi ini berada pada batasan umur terbanyak dari jumlah

penduduk keseluruhan, namun sumber daya yang besar tersebut belum dapat

dimanfaatkan sepenuhnya karena keterbatasan lapangan pekerjaan. Dengan

demikian struktur umur tersebut memberikan gambaran adanya tuntutan

penyediaan kesempatan kerja terutama untuk tenaga yang memiliki sedikit

pengalaman. Kemampuan bersaing SDM tenaga kerja harus ditingkatkan baik

secara formal maupun informal.Untuk itu harus dapat meningkatkan kualitas

tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun

intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar.Maka perlu

adanya evaluasi terhadap tenaga kerja sebagai upaya meningkatkan kualitas

(2)

Persaingan tenaga kerja setelah diberlakukannya MEA semakin meningkat

dan sangat diperlukan adanya pembenahan kualitas sumber daya manusia sebagai

faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Tenaga

kerja Kota Medan diharapkan memiliki kemampuan dan berdaya saing dalam

memasuki era MEA. Pemerintah dan swasta harus bersinergi dalam menetapkan

suatu kebijakan yang saling mendukung dalam rangka meningkatkan kualitas

sumber daya manusia yang memiliki daya saing dengan negara ASEAN lainnya.

2.1.1 Kondisi Sumber Daya Manusia Indonesia

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam kemajuan suatu negara.Hal ini terbukti di negara-negara maju bahwa

sumber daya manusia sangat berperan aktif dalam memajukan negaranya untuk

menjadi penguasa dunia. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu

faktor kunci dalam reformasi ekonomi,maksudnya yakni bagaimana suatu negara

menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, memiliki keterampilan,

kemampuan , kemauan, pengetahuan serta jiwa daya saing yang tinggi dalam

menghadapi persaingan global.

Indonesia masih menghadapi masalah yang cukup serius berkenan dengan

kualitas Sumber Daya Manusia. Terkait dengan kondisi sumber daya manusia

Indonesia awalnya terdapat ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan

angkatan kerja yaitu pada masa krisis ekonomi (1998) jumlah angkatan kerja

nasional sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan yang ada hanya

sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka

(3)

berjumlah sekitar 8 juta.Tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif

rendah.Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasipendidikan

dasar yaitu sekitar 63,2%. Masalah ini menunjukkan bahwa ada kelangkaan

kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di

berbagai sektor ekonomi.Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang

berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja

terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah

angkatankerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun

2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan

kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak

semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.

Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikjen Dikti)

Depdiknas angka pengangguran sarjanadi Indonesia lebih dari 300.000 orang.

Masalah Sumber Daya Manusia inilah yang menyebabkan proses pembangunan

yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang

memadai. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini

merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas Sumber

Daya Manusia.Rendahnya Sumber Daya Manusia Indonesia diakibatkan oleh

kurangnya penguasaan IPTEK, tingkat pendidikan manusia yang rendah,

perhatian pemerintah dalam hal pendidikan juga rendah, fasilitas yang tidak

memadai, dan lain-lain.Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu

juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi.Oleh karena itu dimensi daya saing

(4)

memacu kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendidikan merupakan tuntutan

yang harus dikedepankan.( Vantika, 2015)

2.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Gagasan untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, atau MEA,

dapat ditelusuri kembali ke pembentukanWilayah Perdagangan Bebas ASEAN

(AFTA) di tahun 1992 (Ikhrar Nusa Bhakti,dkk, 2008:49). MEA adalah bentuk

integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas

antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN

lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau

ASEANEconomic Community (AEC).

Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN

memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur,

dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi

kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020).

Para pemimpin ASEAN sepakat untuk mempercepat integrasi perekonomian

dan pembangunan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015 ketika dilaksanakannya ASEAN summit di Cebu, Filipina tahun 2007. Para pemimpin sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di

kawasan Asia Tenggara dengan tujuan agar daya saing ASEAN meningkat dan

menarik investasi asing serta bisa menyaingi Cina dan India. Pembentukan pasar

tunggal diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang nantinya

memungkinkan satu Negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke

(5)

dan Rifa, 2013). Kesepakatan pelaksanaan MEA diikuti oleh 10 negara anggota

ASEAN dengan total penduduk 600 juta jiwa dan sekitar 43 persen dari jumlah

penduduk tersebut dari Indonesia. Dengan demikian pelaksaan MEA akan

menempatkan Indoneia sebagai pasar utama yang besar, baik untuk arus barang

maupun investasi (Wuryandani, 2014).

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai

pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif

dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru

yang ada inisiatif ekonomi, mempercepat integrasi regional di sektor-sektor

prioritas, memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat, dan

memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk

mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN, masyarakat ASEAN akan mengatasi

kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja,

Laos, Myanmar dan Vietnam melalui Initiative forASEANIntegration dan inisiatif regional lainnya. Bentuk Kerjasamanya adalah :

1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas

2. Pengakuan kualifikasi profesional

3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan

4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan

5. Meningkatkan infrastruktur

6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN

7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber

(6)

8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA).

Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk

Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,

karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):

1.

2. Kawasan ekonomi yang kompetitif

3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata

4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.

Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan memasukkan unsur-unsur

yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan

konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan

saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan.

2.3 Pengaruh MEA Terhadap Ketenagakerjaan Kota Medan

Pemberlakuan era persaingan bebas dalam pasar tunggal sekawasan Asia

Tenggara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) membuat sebuah kesepakatan yang menciptakan pasar bebas barang, jasa

dan modal di dalam kawasan Asia Tenggara yang diyakini meningkatkan

kapasitas ekonomi Negara-negara di ASEAN. Salah satu kesepakatan yang telah

disetujui bersama diantaranya membuka akses pasar barang dan lapangan

pekerjaan bagi tenaga kerja.

Mobilitas tenaga kerja yang tanpa batas di masa MEA yang di mulai sejak

(7)

dengan cakupan wilayah yang luas. Tenaga kerja bebas memilih jenis pekerjaan

sesuai dengan yang diinginkan dan perusahaan juga dapat memilih tenaga kerja

yang sesuai dengan spesifikasinya.Hal tersebut harus disikapi dengan kesiapan

tenaga kerja di dalam menghadapi masa MEA, mengingat jumlah pekerja migran

yang cukup besar serta didominasi oleh pekerja dengan keahlian rendah

(low-skilled).MEA menuntut seluruh tenaga kerja agar mempunyai keahlian yang lebih

dari rata-rata agar dapa bersaing dengan tenaga kerja asing dari negara anggota

ASEAN lainnya sehingga sangat diperlukan perbaikan kualitas tenaga kerja di

Kota Medan khususnya.

2.4 Kesiapan Tenaga Kerja dalam Menghadapi MEA

Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi

ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi

persaingan dengan negara sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN.

Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi

dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Kemampuan bersaing

Sumber Daya Manusia tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara

formal maupun informal.Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas

tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun

intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar.Salah satu

tantangan besar dunia pendidikan nasional kita adalah menanamkan kesadaran

kolektif sebagai bangsa yang perlu berjuang keras untuk mencapai kemajuan,

(8)

Bagi Indonesia, keberadaan MEA menjadi babak awal untuk mengembangkan

berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan

pasar bebas.MEA menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia. Di satu sisi menjadi

kesempatan yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan

Sumber Daya Manusia Indonesia kepada negara–negara lain dengan terbuka,

tetapi pada sisi yang lain dapat menjadi titik balik untuk Indonesia apabila

Indonesia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Dalam era persaingan

global, Indonesia harus memperhatikan tenaga kerja dan produksi yang tidak

hanya sekedar soal kuantitatif, tetapi juga sisi kualitatif nya.Kualitas tenaga kerja

yang rendah salah satunya diakibatkan tingkat pendidikan dan keahlian yang

belum memadai. Seperti dikutip dari Buletin Komunitas ASEAN bulan Maret

2014, kesempatan bagi tenaga kerja baru di Indonesia 22% lebih buruk

dibandingkan filipina, Malaysia, dan Vietnam. Hal ini berdampak pada

perkembangan riset dan inovasi yang baru dalam meningkatkan daya saing yang

lebih besar mengingat daya saing Indonesia yang masih rendah diantara negara

ASEAN lainnya dapat menjadi batu sandungan dalam MEA.

Ada beberapa persoalan mendasar yang dihadapi Indonesia dalam rangka

menghadapi MEA, yaitu:

1. Masih tingginya jumlah pengangguran terselubung (disguised unemployment);

2. Rendahnya jumlah wirausahawan baru untuk mempercepat perluasan

(9)

3. Pekerja Indonesia didominasi oleh pekerja tak terdidik sehingga produktivitas

tenaga kerja menjadi rendah;

4. Meningkatnya jumlah pengangguran tenaga kerja terdidik, akibat

ketidaksesuaian antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar

tenaga kerja;

5. Ketimpangan produktivitas tenaga kerja antarsektor ekonomi;

6. Sektor informal mendominasi lapangan pekerjaan, dimana sektor ini belum

mendapat perhatian optimal dari pemerintah;

7. Pengangguran di Indonesia merupakan pengangguran tertinggi dari 10 negara

anggota ASEAN; ketidaksiapan tenaga kerja terampil dalam menghadapi

MEA;

8. Tuntutan pekerja terhadap upah minimum, tenaga kontrak, dan jaminan sosial

ketenagakerjaan; serta

9. Masalah Tenaga Kerja Indonesia yang banyak tersebar di luar negeri.

2.5 Peluang dan Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2.5.1 Peluang MEA

Banyak pihak yang menyatakan bahwa Indonesia belum siap untuk

menghadapi MEA nanti, namun jika kita bisa lebih jeli melihat peluang-peluang

yang ada dengan diberlakukannya MEA, bukan tidak mungkin Indonesia akan

menjadi negara yang perekonomian meningkat tajam. Peluang-peluang tersebut di

(10)

1. Manfaat Integrasi Ekonomi.

Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk dapat membuka dan

membentuk pasar yang lebih luas lagi. Hal ini akan mendorong peningkatan

efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di

kawasan ASEAN. Dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan

negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia berpeluang untuk mengirimkan

tenaga kerjanya dengan mempersiapkan peningkatan kualitas dan

keterampilan (Hard skill dan soft skill). 2. Pasar Potensial Dunia.

Penduduk Indonesia menyumbang angka 40 % penduduk ASEAN tentu saja

merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia dalam menjadi negara

ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di

masa depan.

3. Negara Tujuan Investor

Sebagai Negara dengan jumlah penduduk terbesar (40 %) di antara Negara

anggota ASEAN, Indonesia diharapkan akan mampu menarik investor ke

dalam negeri dan mendapat peluang ekonomi yang lebih besar dari Negara

anggota ASEAN lainnya. Dengan kerja sama regional untuk meningkatkna

infrastruktur (pipa gas, tekonologi informasi) membuka peluang bagi

perbaikan iklim investasi Indonesia melalui pemanfaatan program kerjasama

regional, terutama dalam melancarkan program perbaikan infrastruktur

(11)

4. Negara Pengekspor

Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara

pengeskpor baik produk berbasis sumber daya alam maupun berbagai produk

elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional, sebagian

besar Negara ASEAN mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan.

Prospek perekonomian yang cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi

tempat tujuan investasi (penanaman modal

5. Sektor Jasa yang terbuka

Di bidang jasa, Indonesia yang mempunyai penduduk yang sangat besar dapat

menyediakan tenaga kerja yang cukup dan pasar yang besar, sehingga menjadi

pusat industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai tujuan

pekerjaan guna mengisi investasi yang akan dilakukan dalam rangka MEA.

6. Daya Saing

Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran

arusbarang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN

karena hambatan tarif dan non tarif yang berarti sudah tidak ada lagi.

Indonesia sebagai salah satu Negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi

tinggi di sektor elektronik dan kunggulan komparatif pada sektor berbasis

sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di

sektor-sektor tersebut didalam negeri.

7. Aliran Modal

MEA membuka peluang bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran

(12)

rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja portofolio regional tetapi juga dalam

bentuk aliran modal langsung (PMA). Sedangkan dari sisi peningatan

kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan terkait, maupun sumber daya

manusia, berbagai harmonisasi, standarisasi yang telah disetujui. Artinya akan

terjadi proses perbaikan kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun

peraturan terkait.

2.5.2 Tantangan MEA

Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menuju MEA tidak hanya

dari dalam negeri saja tetapi yang lebih besar adalah persaingan dengan sesama

negara ASEAN dan negara di luar ASEAN seperti India, Korea dan Cina.

Tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia diantaranya adalah:

1. Laju inflasi

Laju inflasi Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan negara anggota

ASEAN lainnya. Tingkat kemakmuran Indonesia masih lebih rendah

dibandingkan dengan negara lain dan juga stabilitas makro menjadi kendala

peningkatan daya saing Indonesia.

2. Laju Peningkatan Ekspor dan Impor

Kinerja ekspor selama periode 2004-2008, Indonesia berada diurutan ke-4

setelah Singapura, Malaysia dan Thailand. Sedangkan untuk impor, Indonesia

sebagai importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan Malaysia, dan ini

merupakan tantangan yang serius karena telah mengakibatkan neraca

(13)

3. Kesamaan Produk

Dalam hal kesamaan produk, yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah

dengan meningkatkan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga

mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara ASEAN

lainnya.

4. Daya saing SDM

Hard skill dan soft skill tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan minimal memenuhi ketentuan standar yang telah disepakati. Untuk itu, Indonesia harus

dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di

dalam negeri maupun intra- ASEAN, untuk membendung tenaga kerja

terampil dari luar sehingga Indonesia tidak menjadi budak di negeri sendiri.

5. Dampak Negatif Arus Modal yang lebih bebas.

Dampak negatif dari arus modal yang lebih bebas dapat mengakibatkan

terjadinya konsentrasi aliran modal ke Negara tertentu yang dianggap

memberikan potensi keuntungan lebih menarik. Hal ini dapat menimbulkan

risiko tersendiri bagi stabilitas makroekonomi Indonesia.

6. Kepentingan Nasional

Harus disadari bahwa kepentingan nasional merupakan yang utama

dibandingkan dengan kepentingan kawasan dalam rangka integrasi ekonomi,

hal ini berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanakan komitmen

liberalisasi AEC Blueprint, sehingga perwujudan integrasi ekonomi kawasan

(14)

7. Kedaulatan Negara

Kewenangan suatu negara untuk menggunakan kebijakan fiskal, keuangan dan

moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri akan dibatasi dengan

adanya integrasi ekonomi ASEAN. Ini merupakan pengorbanan yang besar

bagi bangsa Indonesia khususnya, karena bagaimana mungkin tidak

menggunakan kebijakan fiskal padahal Indonesia menargetkan

2.6 Konsep Kompetensi

Kompetensi menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 045/U/2002 adalah perangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab

yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat

dalam melaksanakan tugastugas di bidang pekerjaan tertentu.Widarno (2007)

menjelaskan bahwa kompetensi memiliki tiga tingkatan yaitu 1) Kompetensi

utama, yaitu kemampuan seseorang untuk menampilkan kinerja yang memadai

pada suatu kondisi pekerjaan yang memuaskan, 2) Kompetensi pendukung,yaitu

kemampuan seseorang yang dapat mendukung kompetensi utama, 3) Kompetensi

lain, yaitu kemampuan seseorang yang berbeda dengan kompetensi utama dan

Kompentensi ini pada akhirnya akan menentukan daya saing dari tenaga kerja

dengan tenaga kerja asing lainnya.

(15)

perilaku misalnya self of concept, dan motive (Spencer dan Spencer, 1993 : 9-11

dalam Yuniarsih, 2008 : 23).

Mulyatiningsih (2009) menjelaskan bahwa sekolah/universitas hanya

mengejar target untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi

professional dan mengabaikan kompetensi kepribadian serta sosial (softkill).

Softkill pada pasar tenaga kerja memiliki kedudukan yang sama pentingnya

dengan hardskill. Tenaga kerja/seseorang yang memiliki kepribadian baik, bermotivasi tinggi, percaya diri, ulet, tekun, disiplin, bertanggung jawab dan

mampu mengendalikan stress, tentu akan memiliki daya tahan yang lebih unggul

(16)

2.7 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitiannya adalah diperoleh implikasi tenaga kerja Kabupaten Badung dalam menghadapi MEA 2015, kompetensi tenaga kerja Kabupaten Badung dalam menghadapi MEA 2015, dan kesiapan diri tenaga kerja Kabupaten Badung menghadapi bahwa ASEAN Economic Community (AEC) mendatangkan beberapatantangan dan peluang secara bersamaan. Strategi yang harus disiapkan Indonesiadalam menghadapi AEC mengharuskan pemerintah Indonesia berjalan dengan lebih cepat.

3. Pudjo terbentuknya pasar tunggal dan kesatuan basis produksi didukung dengan aliran bebas barang, tenaga kerja terampil, jasa, investasi dan modal. Sebagai konsekuensi disepakatinya MEA, maka Indonesia akan menjadi salah satu sasaran penerima manfaat dan sekaligus dampak.

Adapun perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah :

Studi kasus yang saya teliti di Medan dan penelitian terdahulu mengambil studi

kasus di daerah mereka yang mereka teliti.Dan juga penulis lebih menekankan

(17)

2.8 Kerangka Konseptual

Maksud dari adanya kerangka konseptual adalah memberikan gambaran

untuk dijadikan acuan penelitian yang akan dilakukan. Kesiapan tenaga kerja

dapat ditentukan melalui kemampuan para tenaga kerja dalam tujuannya

menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kemampuan tenaga kerja

tersebut terbagi menjadi dua bagian besar yaitu Hard Skill dnSoft Skill. Masing masing kemampuan tersebut memiliki indikator yang harus dipahami untuk dapat

dikatakan sebagai tenaga kerja yang memiliki kriteria Hard Skill dan Soft Skill. Menurut Yuniarsih (2008) Hard Skill merupakan kompetensi individu yang dapat diamati dan mudah dikembangkan, seperti halnya pengetahuan (knowledge)

dan keterampilan (skill).Dan Soft Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tugas fisik dan mental tertentu yang hanya dapat dinilai secara kualitatif

melalui observasi perilaku.

Penentuan seorang tenaga kerja dikatakan telah memiliki Hard Skill maupun Soft Skil dapat terlihat jika suatu tenaga kerja mampu menguasi berbagai indikator penyusun suatu Hard Skill maupun Soft Skill.

Tahap awal dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang bersumber

dari data primer dan data sekunder. Kerangka konseptual ini menggambarkan

bagaimana Kesiapan Tenaga Kerjadalam Menghadapi Era MEA di Kota Medan

yang dapat dilihat melalui dua tahapan yaitu Hard skill (X1), dan Soft skill (X2).

Maka secara ringkas kerangka pemikiran teoritis yang akan dibahas dalam

(18)

Gambar 2.1 KerangkaKonseptual

Hard skill

Kesiapan Tenaga Kerja

Gambar

Gambar 2.1 KerangkaKonseptual

Referensi

Dokumen terkait

Wisatawan yang memiliki penilaian positif terhadap Kota Batu kemudian pada saat melakukan kunjungan merasakan kepuasan dapat mengakibatkan wisatawan tersebut menjadi

Adapun permasalahan di lapangan (ulasan beberapa user google): 1) Pengelolaan tempat wisata yang masih kurang baik (Derbya). 2)Adanya pungutan biaya tak terduga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan mental anak usia remaja di RW 014 Kelurahan Parangtambung Kecamatan Tamalate Kota Makassar adalah baik, hal ini ditandai

Berdasarkan hasil wawancara, pelanggaran hak cipta atas karya tulis dalam bentuk plagiasi atau tidak melakukan pencantuman kutiban juga pernah dilakukan oleh mahasiswa yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara personal hygiene dengan keluhan sakit kulit pada pekerja industri mebel di Ngemplak Boyolali

Persentase tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru sudah baik sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya,

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa SMK N 2 Magetan, SMK N 1 Kartoharjo dan SMK N 1 Takeran terhadap kegiatan pembelajaran, peneliti

seseorang. 12 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penerapan program hafalan hadits di TKIT Umar Bin. Khathab Porwosari KudusSelain itu