• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Hidup Sehari-hari Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Hidup Sehari-hari Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Pirngadi Medan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian

WHO merumuskan bahwa diabetes mellitus adalah kumpulan

problematika anatomi dan kimiawi yang diakibatkan oleh sejumlah faktor dimana

terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin

(Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiadi, 2009) dengan manifestasi

berupa hilangnya toleransi tubuh dalam memetabolisme karbohidrat (Price &

Wilson, 2006).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes

A. Diabetes Tipe 1

Sekitar 5 - 10% penderita diabetes mellitus mengalami diabetes tipe 1 atau

IDDM (Independent Diabetes Mellitus) atau diabetes yang tergantung

pada pemberian insulin. Pada Diabetes tipe 1 terjadi kerusakan sel-sel beta

pankreas oleh proses autoimun sehingga sel-sel tersebut tidak mampu

menghasilkan insulin (Smeltzer, 2002).

B. Diabetes Melitus Tipe 2

Sekitar 90 % - 95 % penderita diabetes mellitus mengalami diabetes tipe 2

atau juga dikenal sebagai diabetes tidak tergantung insulin atau NIDDM

(Non Independent Diabetes Mellitus). Dua masalah yang terjadi pada

diabetes tipe ini adalah resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin

(2)

C. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

DMG terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum

kehamilannya. Biasanya terjadi pada trimester kedua dan ketiga (Smeltzer

2002). Peningkatan hormon-hormon kehamilan (Human Placental

Lactogen/HPL, progresteron, kortisol dan prolaktin) menghambat sekresi

insulin sehingga menyebabkan resistensi insulin fisiologis. (Sudoyo dkk.,

2009).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Defisiensi insulin menyebabkan glukosa dari makanan tidak disimpan

dalam hati dan beredar dalam pembuluh darah dengan konsentrasi yang tinggi.

Hal ini menyebabkan ginjal tidak mampu menyerap seluruh glukosa yang

tersaring keluar akibatnya terdapat glukosa di dalam urin atau glukosuria. Adanya

glukosa di dalam urin menyebabkan terjadinya ekskresi berlebihan cairan dan

elektrolit yang disebut dieresis osmotik sehingga pasien diabetes akan mengalami

peningkatan dalam berkemih atau poliuria. Hal ini akan menyebabkan dehidrasi,

sehingga tubuh akhirnya memberikan sinyal rasa haus atau polidipsi. Defisiensi

insulin mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penurunan

berat badan akibat turunnya simpanan kalori dalam tubuh. Hilangnya glukosa

dalam jumlah besar melalui urin menyebabkan penderita diabetes melitus

mengalami keseimbangan kalori negatif sehingga terjadi peningkatan selera

makan atau polifagia. Selain itu, defisiensi insulin juga menyebabkan tubuh

kekurangan simpanan energi sehingga banyak sel-sel yang mengalami kelelahan,

(3)

2.1.4 Etiologi

A. Faktor-faktor genetik

Faktor genetik disebut sebagai suatu predisposisi yang memicu terjadinya

diabetes mellitus tipe 1 (DMT1). Kecenderungan genetik ini ditemukan

pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)

(Smeltzer, 2002).

B. Proses Autoimun

Proses autoimun adalah suatu keadaan di mana imun tubuh menyerang

sel-sel normal dalam tubuh karena menganggapnya sebagai sel-sel-sel-sel asing. Pada

DMT1 terjadi proses autoimun terhadap sel-sel pulau Langerhans dan

insulin endogen (Smeltzer, 2002) sehingga sel-sel normal tersebut rusak dan

tidak mampu menghasilkan insulin (Price & Wilson, 2006).

C. Faktor Eksternal

Virus atau toksin dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan

dekstruksi sel beta, misalnya infeksi virus Coxacie (Price & Wilson, 2006).

D. Riwayat keluarga

Faktor riwayat keluarga memiliki kaitan dengan insidensi DM tipe 2.

Transmisi genetik pada diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang

diturunkan dengan pola autosomal dominan sehingga orang tua yang

menderita diabetes akan memiliki anak dengan rasio diabetes dan

nondiabetes sebesar 1 : 1 dan sekitar 90 % pasti menjadi carrier (pembawa)

(4)

E.Obesitas

Sekitar 80 % pasien DMT2 mengalami obesitas. Insulin mengikatkan diri

pada permukaan reseptor GLUT-4 (glucose transporter-4) untuk

memetabolisme glukosa (Sudoyo dkk., 2009). Banyaknya sel lemak pada

pasien obesitas menyebabkan berkurangnya jumlah tempat reseptor pada

membran sel yang selnya responsif terhadap insulin sehingga terjadi

penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem

transport glukosa. Ketidakmampuan ini akan mengganggu kerja insulin dan

menyebabkan restensi insulin tidak adekuat untuk mempertahankan kadar

gula normal dalam darah (Price & Wilson).

F. Usia

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi prevalen diabetes mellitus

adalah usia. WHO menyatakan bahwa setelah seseorang berumur 30 tahun

maka konsentrasi glukosa darah akan naik 1-2 mg %/tahun pada saat puasa

dan akan naik menjadi 5,6 – 13 mg % pada dua jam setelah makan. Pada

usia lanjut terjadi insufisiensi insulin atau penurunan kecepatan ambilan

glukosa yang pada orang normal berlangsung 2 jam, pada individu lanjut

usia memerlukan waktu 3 jam (Sudoyo dkk., 2009).

2.1.5 Evaluasi Diagnosis

Kriteria diagnostik untuk diabetes melitus (Sudoyo dkk., 2009) :

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1

mmol/L). Glikosa plasma sewaktu adalah pemeriksaan yang dilakukan

tanpa memperhatikan kapan waktu terakhir makan.

(5)

Glukosa plasma puasa diartikan bahwa pasien belum makan apapun

sedikitnya 8 jam sebelum pemeriksaan

3. Glukosa plasma 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral ≥ 200 mg/dl

(11,1 mmol/L) TTGO dilakukan menurut standar WHO, pasien diminta

mengkonsumsi 75 gr glukosa anhidrus yang telah dilarutkan dalam air.

2.1.6 Komplikasi

A. Komplikasi jangka pendek

Ketiga komplikasi akut ini terjadi akibat ketidakseimbangan kadar glukosa

darah jangka pendek.

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan suatu keadaan di mana kadar glukosa dalam

darah turun dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L). dapat terjadi akibat

pemberian insulin/preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan

yang terlalu sedikit, aktivitas fisik yang berat dan pada keadaan

hiperglikemia yang mengalami penurunan kadar glukosa darah tiba-tiba

(Smeltzer, 2002).

2. Ketoasidosis diabetik

Jumlah insulin yang sedikit menyebabkan gangguan metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak sehingga akhirnya terjadi ketoasisosis

diabetik (KD). Bukti adanya KD dicerminkan oleh kadar bikarbonat

serum yang rendah (0-15 mEq/L), PH darah yang rendah (6,8-7,3),

PCO2 rendah (10-30 mmHg) yang menunjukkan kompensasi

respiratorik (pernafasan kusmaul), adanya keton dalam darah dan urin

(6)

3. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik (HHNK)

HHNK merupakan suatu keadaan dimana terjadi hiperosmolaritas,

hiperglikemia dan perubahan tingkat kesadaran yang disebabkan oleh

kurangnya jumlah insulin efektif. Pada HHNK tidak dijumpai ketosis

dan asidosis, meskipun tidak cukup untuk mencegah hiperglikemia,

pasien HHNK memiliki insulin yang cukup untuk mencegah

peningkatan metabolisme lemak menjadi badan-badan keton (Smeltzer,

2002).

B. Komplikasi jangka panjang

Penderita diabetes mellitus yang hidup lebih lama sering mengalami

komplikasi jangka panjang yang diklasifikasikan menjadi penyakit

makrovaskular, mikrovaskular dan neuropati.

1. Penyakit makrovaskular

a. Penyakit arteri koroner

Arteri koroner menjadi penyebab 50-60 % kematian pasien-pasien

diabetes mellitus, angka kejadian aterosklerosis pada pasien diabetes

mellitus lebih tinggi daripada non-diabetes mellitus (Smeltzer, 2002).

b. Penyakit serebrovaskular

Proses arterosklerosis pada pembuluh darah serebral/terbentuknya

embolus di tempat lain dan terbawa oleh aliran darah ke otak dapat

menimbulkan serangan iskemik sepintas (Transient Ischemic

(7)

c. Penyakit vaskular perifer

Penyakit oklusif arteri perifer pada pasien diabetes disebabkan oleh

perubahan arterosklerosis dalam pembuluh darah besar pada

ekstremitas bawah yang dapat meningkatkan insiden gangren dan

amputasi pada pasien-pasien diabetes mellitus (Smeltzer, 2002).

2. Penyakit mikrovaskular

Proses aterosklerosis makrovaskular dapat terjadi pada pasien

diabetes mellitus atau pun non- diabetes mellitus. Namun, penyakit

mikrovaskular diabetik (mikroangiopati) hanya terjadi pada pasien

diabetes mellitus. Dua tempat di mana gangguan fungsi kapiler sering

terjadi adalah di retina mata dan ginjal (Smeltzer, 2002).

a. Retinopati diabetik

Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan utama pada usia

dewasa antara 20-74 tahun. Pasien diabetes mellitus memiliki risiko 25

kali lipat lebih tinggi untuk mengalami kebutaan daripada non-

diabetes mellitus. Risiko mengalami retinopati pada pasien diabetes

mellitus meningkat sejalan dengan lamanya pasien menderita penyakit

ini. Keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama dianggap sebagai

faktor risiko utama terjadinya retinopati diabetik (Sudoyo dkk, 2009).

Resiko tinggi retinopati terjadi pada pasien dengan lama menderita

(8)

Tabel 2.1 Penderita retinopati Diabetika berdasarkan jangka waktu

menderita diabetes mellitus (Delang & Kardani, 2006)

Lama

Nefropati diabetik didefinisikan sebagai sindrom klinis pada pasien

diabetes mellitus yang ditandai dengan albuminuria menetap (> 300

mg/24 jam/ pada dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan)

(Sudoyo dkk, 2009). Penderita Diabetes mellitus dengan lama

menderita lebih dari 5 tahun memiliki korelasi yang bermakna dengan

kejadian albuminuria yang dapat menyebabkan nefropati diabetik

(Markum & Galastri, 2004).

3. Neuropati diabetik

Salah satu komplikasi kronik diabetes mellitus yang paling sering terjadi

adalah neuropati diabetik (ND). ND dideskripsikan sebagai gangguan baik

klinis maupun subklinis pada pasien diabetes mellitus tanpa penyebab

neuropati lainnya yang menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer

(sensorimotor) otonom dan spinal (Sudoyo, 2009).

Penderita Diabetes berusia lebih dari 50 tahun memiliki resiko 4,314 kali

lebih besar untuk terjadinya Neuropati Diabetika dibandingkan pasien

(9)

Pasien diabetes mellitus dengan neuropati diabetik berisiko mengalami

infeksi berulang, luka atau ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi

jari tangan/kaki (Smeltzer, 2002). Penderita Diabetes melitus dengan lama

menderita lebih dari 10 tahun memiliki resiko tinggi menderita ulkus

diabetik (Hastuti, 2008).

2.1.7 Manajemen Terapi Diabetes Mellitus

Manajemen terapeutik pengelolaan pada diabetes mellitus terdiri atas lima

pilar utama mencakup : edukasi, terapi gizi, aktivitas fisik, monitor gula darah dan

intervensi farmakologis (PERKENI. 2006)

1. Edukasi

Pemberdayaan penyandang diabetes mellitus memerlukan partisipasi aktif

pasien, keluarga, dan masyarakta. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam

menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,

dibutuhkan edukasi (PERKENI, 2006).

Edukasi diabetes mellitus adalah pendidikan dan pelatihan mengenai

pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes mellitus guna menunjang

perubahan perilaku, meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakitnya,

sehingga tercapai kesehatan yang optimal, penyesuaian keadaan psikologis

dan peningkatan kualitas hidup (Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2009).

2. Terapi gizi

Keberhasilan dari pengendalian pengobatan diabetes mellitus tergantung pada

tingkat kepatuhan dari penderita terhadapa regimen terapi ynag telah

ditentukan. Tujuan dari terpai gizi adalah untuk memperbaiki kebiasaan

(10)

mempertahankan berat badan normal selama menjalani terapi diabetes,

pengaturan diet juga bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah

mendekati normal, mencapai kadar serum lipid yang optimal dan menangani

komplikasi akut serta meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi

yang optimal (Sukardji, 2009).

Standar gizi yang dianjurkan adalah makanan dengan keadaan gizi seimbang

yang mengandung karbohidrat (45-60 %), protein (10-20%) dan lemak (20-25

%). Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi dan umur,

stress akut dan kegiatan jasmani untuk mempertahankan berat badan ideal

(Waspadji, 2006).

Makanan untuk pasien DM dibagi menjadi 3 porsi besar untuk makan pagi

(20%), makan siang (30%), makan malam (25%) serta 2-3 porsi rinagn

(10-15%) diantara makan besar. Pengaturan makan ini tidak berbeda dengan orang

normal, kecuali dalam pengaturan jadwal makanan dan jumlah kalori. Pada

pasien DM perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal

makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan

obat penurun glukosa darah atau insulin (PERKENI, 2006).

3. Aktivitas fisik

Latihan fisik yang teratur dapat mengendalikan berat badan, kadar gula darah,

tekanan darah dna yang paling penting memicu pengaktifan produksi insulin

dan membuat kerjanya menjadi lebih efisien. Namun pada pasien diabetes

melitus yang tidak terkontrol, latihan jasmani justru dapat berakibat fatal

(11)

Prinsip latihan jasmani pada psien diabetes melitus hampir sama dnegan

latihan jasmani secara umum yaitu memenuhi beberapa hal seperti : frekuensi,

intensitas, durasi dan jenis. Frekuensi latihan jasmani yang dianjurkan pada

pasien diabetes melitus adalah dilakukan secara teratur 3-5 kali dalam 1

minggu, dengan intensitas ringan dan sedang (60-70% maximum heart rate),

dan lama latihan fisik yang baik adalah 30-60 menit. Adapun jenis latihan

fisik yang bermanfaat seperti latihan jasmani endurans ()aerobic) untuk

meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging dan

bersepeda (Yunir & Soebardi, 2006).

Aktivitas fisik dapat juga dilakukan sambil melakukan kegiatan sehari-hari

secara ekstra, misalnya (Regina, 2012) :

• Memilih naik tangga dari pada naik escalator atau elevator

• Parkir mobil di tempat yang jauh dari pintu masuk mal

• Berjalan cepat atau bersepeda saat ada kesempatan

• Bermain dengan anak-anak

• Mengajak anjing peliharaan berjalan-jalan

• Bangun dari temat duduk untuk mengganti saluran TV daripada

menggunakan remote control

• Berkebun, membersihkan rumah dan mencuci mobil sendiri

• Saat di pasar swalayan, berjalan menyusuri setiap lorong yang ada

4. Monitor gula darah

Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai darah kapiler. Saat ini

banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang

(12)

darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan

dengan baik dan cara pemeriksaan dilakukan sesuai dengan cara standar yang

dianjurkan. Secara berkala, hasil pemantauan dengan cara reagen kering perlu

dibandingkan dengan cara konvensional.

PGDM dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan insulin atau pemicu sekresi

insulin. Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi, tergantung pada terapi. Waktu

yang dianjurkan adalah, pada saat sebelum makan, 2 jam setelah makan

(menilai ekskursi maksimal glukosa), menjelang waktu tidur (untuk menilai

risiko hipoglikemia), dan di antara siklus tidur (untuk menilai adanya

hipoglikemia nokturnal yang kadang tanpa gejala), atau ketika mengalami

gejala seperti hypoglycemic spells. Prosedur PGDM dapat dilihat :

a. Tes dilakukan pada waktu (tergantung tujuan pemerikasaan)

- Sebelum makan

- 2 jam sesudah makan

- Sebelum tidur malam

b. Pasien dengan kendali buruk/tidak stabil dilakukan tes setiap hari

c. Pasien dengan kendali baik/stabil sebaiknya tes tetap dilakukan secara

rutin. Pemantauan dapat lebih jarang (minggu sampai bulan) apabila

pasien terkontrol baik secara konsisten

d. Pemantauan glukosa darah pada pasien yang mendapat terapi insulin,

ditujukan juga untuk penyesuaian dosis insulin dan memantau tibulnya

hipoglikemia

e. Tes lebih sering dilakukan pada pasien yang melakukan aktivitas tinggi,

(13)

(selalu tinggi atau sering mengalami hipoglikemia), juga pada saat

perubahan dosis terapi

5. Intervensi farmakologis

Obat-obat hipoglikemik oral (OHO) sering digunakan dalam penatalaksanaan

diabetes mellitus. Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan

(PERKENI, 2006), yaitu :

1. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) sulfonylurea dan glinid

2. Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolindindon

3. Penghambat glukoneogenesis : metformin

4. Penghambat absorbs glukosa : penghambat glukosidase alfa

Pada beberapa kasus seringkali pasien diabetes mellitus memerlukan suntikan

insulin untuk membantu kekurangan pasokan dari tubuh. Berdasarkan lama

kerja, insulin dibagi menjadi empat jenis (PERKENI, 2006) yaitu :

1. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

2. Insulin kerja pendek (short acting insulin)

3. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

4. Insulin kerja panjang (long acting insulin)

2.1 Aktivitas hidup Sehari-hari (AHS)

2.2.1 Pengertian

AHS diorientasikan sebagai kemampuan mengurus diri sendiri berupa

aktivitas dasar yang memungkinkan manusia untuk hidup sejahtera (American

Occupational Therapy Assosiation/AOTA, 2009 ).

AHS sering digunakan sebagai istilah yang berhubungan dengan selfcare,

(14)

dalam kehidupan sehari-hari mereka, AHS dapat dibagi menjadi AHS dasar dan

AHS Instrumental (Frikce, 2012).

2.1.2 Klasifikasi AHS

1. AHS dasar. Perawatan diri dasar yang berhubungan dengan kemampuan

yang biasa dilakukan individu mulai dari masa kanak-kanak awal

(Kernisan, 2012). American Occupational Theraphy Assosiation (AOTA,

2009) mengelompokannya menjadi :

a. Mandi

Memperoleh dan menggunakan perlengkapan mandi, menyabuni

tubuh, membilas dan mengeringkan tubuh, mempertahankan posisi

mandi dan mampu berganti posisi selama mandi.

b. Eliminasi dan toilet hygiene

Mampu menyelesaikan dan mengontrol BAK dan BAB, menggunakan

alat-alat untuk membersihkan diri setelah BAK dan BAB,

mempertahankan posisi saat BAK dan BAB, mengenakan kembali

pakaian dan untuk perempuan mampu membersihkan darah

menstruasi.

c. Berpakaian

Memilih pakaian dan aksesoris sesuai dengan waktu, hari, cuaca dan

acara khusus, mampu mengambil pakaian dari tempat penyimpanan,

memakai dan membuka pakaian, mengancing baju, dan mengikat

sepatu.

(15)

Kemampuan untuk menjaga dan memanipulasi makanan atau cairan ke

dalam mulut dan menelannya, makan dan menelan dilakukan secara

berselang-seling.

e. Feeding

Proses mengatur, mengarahkan, dan menggerakkan makanan atau

cairan dari piring atau cangkir ke mulut. Kadang disebut juga self –

feeding

f. Perawatan personal hygiene

Memperoleh dan menggunakan perlengkapan. Misalnya mencukur

rambut tubuh dengan menggunakan pisau cukur, pinset, dan lotion.

Memakai dan menghapus make up, mencuci, mengeringkan, menyisir

dan menata rambut, merawat kuku kaki dan tangan serta menyikat

gigi.

g. Perawatan peralatan pribadi

Menggunakan, membersihkan, dan memelihara barang-barang pribadi

seperti alat bantu dengar, lensa kontak, kacamata dan gigi palsu.

h. Aktivitas seksual

Terlibat dalam aktivitas yang menghasilkan kepuasan seksual.

i. Mobilitas fungsional

Bergerak dari satu posisi atau tempat satu ketempat lainnya selama

melakukan aktivitas sehari-hari seperti mobilitas ditempat tidur,

mobilitas di kursi roda dan berpindah dari tempat tidur ke kursi, toilet,

lantai, mobil termasuk ambulasi dan memindahkan barang dari satu

(16)

2. AHS instrumental. Kemampuan kompleks yang diperlukan untuk mampu

hidup mandiri yang biasanya dipelajari selama masa remaja (Kernisan,

2012) mendukung kehidupan sehari-hari dirumah dan komunitas yang

sering membutuhkan interaksi yang lebih kompleks daripada AHS dasar

(AOTA, 2009), Seperti :

a. Merawat orang lain : termasuk memilih, mengatur, mengawasi atau

memberikan perawatan pada orang lain

b. Merawat hewan peliharaan : mengatur, mengawasi atau memberikan

perawatan pada hewan peliharaan

c. Membesarkan anak : memberikan perawatan dan mengawasi serta

mendukung kebutuhan perkembangan anak

d. Manejemen komunikasi : menyimpan, menerima dan

menginterpretasikan informasi menggunakan berbagai sistem dan

perlengkapan, termasuk alat tulis, telpon, mesin tik, perekam

audiovisual, komputer, papan iklan, sistem emergensi, huruf braile

bagi tunanetra, layanan komunikasi untuk tunarungu, alat komunikasi

tambahan dan alat bantu digital pribadi.

e. Akses komunitas : mampu menggunakan alat transportasi umum atau

pribadi seperti mengemudi, berjalan, naik sepeda, naik bis, taksi atau

alat transportasi lainnya.

f. Manajemen keuangan : menggunakan sumber keuangan, termasuk

transaksi keuangan, rencana dan pengelolaan keuangan dalam jangka

(17)

g. Manajemen penataan rumah : memeperoleh dan mempertahankan

barang milik pribadi, rumah tangga dan lingkungan sekitar seperti

rumah, halaman, kebun, alat-alat rumah tangga dan kendaraan,

termasuk mempertahankan dan memperbaiki barang milik pribadi dan

tahu bagamana mencari atau menghubungi orang ketika memerlukan

bantuan.

h. Manajemen dan pemeliharaan kesehatan : mengembangkan, mengatur

dan memelihara kesehatan seperti olahraga, nutrisi, mengurangi sikap

yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan aktivitas

pengobatan.

i. Menyiapkan makanan : merencanakan, menyiapkan, membersihkan

dan memperhitungkan nutrisi makanan serta mencuci peralatan setelah

makan.

j. Kegiatan keagamaan : melakukan ibadah secara mandiri atau

berjamaah dan ikut serta dalam acara keagamaan seperti ceramah

agama dimasjid atau acara di gereja.

k. Pemeliharan keselamatan dan emergensi : mengetahui dan melakukan

prosedur pencegahan untuk menciptakan lingkungan yang aman,

tanggap terhadap bahaya yang tiba-tiba dapat terjadi, melakukan

tindakan darurat untuk mengurangi ancaman terhadap kesehatan dan

keselamatan.

l. Berbelanja : menyiapkan daftar belanja, memilih, membeli dan

membawa barang, memberikan dan menerima kembalian uang dengan

(18)

2.2.3 Manfaat AHS (Frikce, 2012).

1. Memberikan gambaran status fungsional

2. Menetapkan perubahan aktivitas

3. Pedoman dalam melakukan pengobatan

4. Memberikan pedoman untuk rencana intervensi

5. Pedoman untuk laporan dan manajemen data

6. Mengevaluasi program intervensi dan memonitor perkembangan

pasien

7. Merencanakan masa depan dan discharge

8. Mengukur hasil rehabilitasi

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kode etik jurnalistik adalah norma atau landasan moral yang mengatur tindak-tanduk seorang wartawan

Menurut AKP Masri indak pidana pencurian barang berupa besi Rantai alat stasim mill (alat untuk mengilas tebu) yang bukan haknya di dalam lokasi pabrik gula PTPN VII Cinta Manis

Aplikasi yang dibuat ini adalah sebuah aplikasi untuk memantau dan mengontrol data buku yang masuk dan buku yang keluar pada perpustakaan, sehingga informasi tentang buku yang masuk

Polda Bali - Para pengungsi berasal dari Banjar Dinas Batu Dawe, Tulamben, Kubu yang menempati pos pengungsian di Banjar Babakan, Purwakerti, Abang, Karangasem diajak berakti tas

bahwa untuk pelaksanaan pekerjaan Rehabilitasi Rusak Berat Ruang Kelas MTsN Dana Optimalisasi Pagu Defenitif pada MTsN Panti Kabupaten Pasaman Tahun 2012, perlu ditunjuk

a. Media komunikasi ini tergolong unik dan sangat populer digunakan oleh bangsa Indian di Amerika. Asap dapat digunakan untuk mengirimkan informasi rahasia kepada teman maupun

[r]

Pada hari ini Minggu tanggal dua belas bulan Agustus tahun Dua ribu dua belas, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Renovasi Gedung Kantor Kanwil Kementerian Agama