# Ko re sp o n d en si: Balai Rise t Pe rikan an Bu d id aya Air Tawar d an Pe n yu lu h an Pe r ikan an
Jl. Se m p u r No . 1 , Bo g o r 1 6 15 4 , In d o n e sia. Te l.: + (0 2 5 1 ) 8 3 1 3 2 0 0
E-m ail: zenal ar i fi n@ gmai l .com
Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/ma
KERAGAAN FENOTIPE IKAN TAM BAKAN (Helostoma temminkii, Cuvier 1829)
JANTAN DAN BETINA GENERASI KEDUA HASIL DOM ESTIKASI
Otong Zenal Arifin#, Wahyulia Cahyanti, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto
Balai Riset Perikanan Bu didaya Air Tawar dan Penyu luhan Pe rikanan
(Naskah dit erima: 8 M ei 2017; Revisi final: 21 Juli 2017; Diset uj ui publikasi: 21 Juli 2017)
ABSTRAK
Ikan tambakan be rpotensi dibudidayakan karena me miliki keunggulan seperti kemam puan beradaptasi terhadap perairan dengan kadar oksigen terlarut rendah dan tergolong ikan dengan nilai fekunditas yang tinggi. Penelitian untuk mengetahui keragaan fenotipe ikan tambakan hasil domestikasi telah dilakukan di Balai Riset Pe rikanan Budidaya Air Tawar dan Pe nyu luh an Perikanan , Bogo r. Tujuan dari pen elitian ini adalah unt uk mengkarakterisasi bentuk morfologi b erdasarkan morfomet rik, meristik, dan warna yang berguna dalam pengelolaan pembenihan dan budidaya ikan tambakan. Pengambilan data dilakukan melalui pengamatan bentuk tubuh dan genitalia ikan jantan dan betina, pengukuran bagian tubuh, penghitungan jumlah dan jenis jari sirip, linea lateralis, warna ikan dan morfometrik. Hasil yang diperoleh menunjukkan ben tuk tu buh ikan jantan lebih ramp ing dibanding ikan bet ina, ikan betina memp unyai rasio panjang standar terhadap tinggi badan sebesar 2,08± 0,117; ikan jantan sebesar 2,26± 0,095. Rasio panjang standar terhadap lebar badan pada ikan jantan adalah 0,95± 0,018 dan ikan betina 1,01± 0,025. Nilai koefisien variasi (CV) rerata seluruh karakter tubuh tergolong rendah, dengan nilai 12,2± 10,73. Karakter C4 (awal sirip dorsal-akhir sirip anal) merupakan karakter nilai CV paling rendah yaitu 3,2% dan karakter D1 (akhir sirip anal-awal sirip ekor bawah) mempunyai nilai CV tertinggi yaitu 43,8%. Berdasarkan karakter meristik dan warna, tidak terdapat perbedaan antara jantan dan betina. Warna ikan tambakan terdiri atas warna punggung hijau keabuan (TC 613), warna operculum hijau keperakan (TC 613), warna perut perak sampai keabuan (TC 521) dan warna gonad kuning oranye (TC 023).
KATA KUNCI: tambakan; fenotipe; morfometrik; meristik; warna
ABSTRACT: Phenotype performance on male and female from second generation of domesticated kissing gouramy (Helost oma t emminkii Cuvier 1829). By: Otong Zenal Arifin, Wahyulia Cahyanti, Jojo Subagja, and Anang Hari Kristanto
Kissing gouramy has pot ent ially t o be cult ivat ed due t o t he abilit y t o adapt on swampy wat ers and has high eggs fecundit y. Research on phenot ype performance of domest icated kissing gouramy was done at t he Instit ut e for Freshwat er Aquacult ure Research and Development , Bogor. The purpose of t his st udy was t o charact erize morphological forms based on t he morphometrics, merist ics, and color of domesticated fish that will be useful in t he aquacult ure management. The dat a were collect ed t hrough observat ion of body shape and genit alia of male and female fish, measurement of body parts, count ing t he number and t he type of fin, linea lat eralis, fish color and t he morphometric measurement . The obt ained result s showed t hat t he body shape of t he male fish was slender t han t hat of t he female fish, t he female fish had a rat io of st andard lengt h t o t he height of 2.08 ± 0.117, male fish of 2.26 ± 0.095. The st andard lengt h rat io t o body widt h in male fish was 0.95 ± 0.018 and female fish was 1.01 ± 0.025. The mean value of coefficient variat ion (CV) of t he whole body charact er was low, wit h value 12,2 ± 10,73. C4 charact er (beginning of dorsal fin-end of anal fin) was t he lowest charact er of CV value of 3.2% and D1 charact er (final anal fin-bot t om caudal fin) had t he highest CV value of 43.8%. Based on t he merist ic and color charact er t here was no difference between male and female. The dorsal, overculum, vent ral part and mat ured gonad of domesticat ed kissing gouramy fish had gray-green colour (TC 613), silver-green colour (TC 613), silver-gray t o silver colour (TC 521) and orange yellow colour (TC 023) respect ively.
PENDAHULUAN
Ik a n t a m b a k a n t e r m a s u k k e d a la m Ph ylu m Cho rd at a, Class Act in o pt e r ygii, Ord o Pe rcifo rm es, Subo rd o Anabant o id ei, Family Helo st o mat idae, Ge-nus Helost oma dan Spesies Helostoma t emminkii (Saanin, 1984). Pada beberapa negara di Asia Tenggara, ikan t ambakan memiliki nilai eko no mis yang cukup t inggi dan merupakan ko mo dit as lo kal perikanan air t awar yang berpo tensi menjadi komo ditas unggulan. Efriyeldi & Pulungan (1995) menyat akan bahwa ikan t ambakan berpot ensi dibudidayakan karena memiliki keunggulan seperti kemampuan adaptasi terhadap perairan dengan kad ar o ksige n t e rlaru t re nd ah dan t e rgo lo ng ikan dengan nilai fekundit as yang t inggi.
Karakt er mo rfo met rik t elah lama digunakan unt uk me ngu kur jarak dan h ubu ngan kekerabat an dalam pengkat ego rian variasi dalam t akso nomi sepert i t elah dilakukan pada ikan mas (Cyprinus carpio) (Ariyant o & Imro n, 2008), ikan nila (Oreochromis nilot icus) (Nur yadi et al., 2008), ikan semah (Tor douronensis) (Arifin et al., 2015 ), go lde n mahsee r (Tor put it ora) (Lange r et al., 2013), ikan gurami (Set ijaningsih et al., 2007), ikan pelangi bo esemani (M elanot aenia boesemani), pelangi merah abno rmal (Glossolepis incisus) (Afini et al., 2014), dan udang jerbung (Fenneropenaeus mergueiensis de Man) (Kusrini et al., 2008).
Me rist ik m eru pakan ciri yang berkait an dengan jumlah bagian t ert ent u dari t ubuh ikan yang dapat d ig u n a k a n u n t u k m e n g g a m b a r k a n k e t e r a n g a n -k e t e ra n g a n s p e s ie s i-ka n , a t a u d ig u n a -k an u n t u -k ident ifikasi spesies yang belum diket ahui. Ciri yang berkait an dengan jumlah bagian t ert ent u dari t ubuh ikan meliput i jumlah sirip, perumusan jari-jari sirip, sisik, dan insang (Rahardjo et al., 2010). Bagian-bagian t ubuh ikan yang biasanya dihit ung berkait an dengan jumlah bagian t ubuh dari ikan, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada sirip p u nggun g (Affan d i et al., 1 99 2 ). Pe ngu kuran mo rfo met rik dan jumlah merist ik dianggap sebagai met o de paling mudah dan o t ent ik unt uk ident ifikasi spesimen yang disebut sebagai sist emat ika mo rfo lo gi (Langer et al., 2013).
Kajian mo rfo met rik dan merist ik ikan t ambakan t elah dilakukan o leh Tarigan (2013) t erhadap ikan liar hasil tangkapan dari rawa Bawang Juyeuw, daerah aliran Sungai Tulang Bawang Pro vinsi Lampung yang lebih m e n it ikb e rat kan p ada m o rfo m e t rik p e rb an d in gan ukuran rat a-rata panjang baku, panjang total, dan tinggi bad an. Kajian yang dilakukan Mu r yat i et al. (2 01 6) t erhadap ikan liar hasil t angkapan di Rawa Banjiran Desa Be ncah Ke lu bi yan g b erasal d ari DAS Sun gai Tap u n g Kir i, Riau d e n ga n m e n it ikb e r at kan p ad a
dan rasio nya t erhadap ukuran panjang st andar.
Pada penelit ian yang dilakukan, ikan t ambakan yang digun akan me rup akan ikan hasil d o me st ikasi yang t elah diadapt asi pada ko ndisi lingkungan budidaya di ko lam selama t iga generasi (G0, G1, dan G2), sehingga perlu dilakukan pengukuran morfomet rik dan meristik secara kuant it at if yang menggambarkan bent uk dan kelengkapan bagian t ubuh sert a ciri-ciri jant an dan bet ina, yang berguna dalam memudahkan pengelolaan pembenihan dan budidaya selanjut nya. Karakt erisasi yan g d ila k u k a n m e lip u t i b e n t u k m o rfo lo g i ika n tambakan jantan dan bet ina berdasarkan ciri-ciri primer dan sekunder, rasio panjang st andar t erhadap ukuran t ub uh se rt a rasio ukuran t u bu h t erh ad ap p anjan g st andar dan panjang kepala, penghit ungan merist ik ikan jantan dan bet ina, pengukuran 21 karakter ukuran bagian t ubuh, sert a penent uan warna st andar. Tujuan d ari p e n e lit ian in i ad alah un t u k m e nd e skrip sikan karakt e r ciri p rim er dan seku nd er ikan jan t an d an bet ina, bent uk mo rfo lo gi ikan t ambakan berdasarkan mo rfo met rik, merist ik dan warna ikan tambakan hasil d o m est ikasi.
METODOLOGI
Ikan uji yang digunakan merupakan Generasi Kedua (G2) ikan t amb akan p ro gram d o m est ikasi, de ngan sumber genet ik awal berasal dari po pulasi Jawa Barat . Ke g ia t a n d ila k u k a n d i Ba la i Pe n e lit ia n d a n Pengembangan Budidaya Air Tawar Bo go r.
Pem bedaan jant an bet ina berdasarkan ciri prim er dan sekunder
Pembedaan jant an dan bet ina dilakukan dengan cara m e n gam a t i ciri ge n it al. Pe n gam at an m e lalu i pengambilan co nt o h t elur menggunakan kat et er dan stripping sperma dilakukan secara manual serta dengan mengamat i ciri bent uk t ubuh.
Pengukuran mor fometrik bagian t ubuh ikan jantan dan bet ina
Keragaman ukuran t ubuh ikan dilakukan dengan mengukur 21 titik karakt er bagian t ubuh ikan (Gambar 1) dengan deskripsi masing-masing karakt er t ert era pada Tabel 2. Ikan dilet akkan di at as kert as yang t elah dilapisi plast ik bening. Masing-masing t it ik karakt er t ubuh ikan ditandai dengan menggunakan jarum. Hasil p e n a n d a a n t e r s e b u t k e m u d ia n d ih u b u n g k a n menggunakan pensil dan diukur menggunakan jangka so ro ng dengan ket elit ian 0,01mm.
Pengukuran Karakter M eristik
Pe n gh it u n ga n ja ri-ja ri s irip d an lin e a la t e ra lis dilakukan pada ikan t ambakan dewasa. Jumlah ikan yan g d iu ku r se b a n yak 3 0 e ko r. Pe n gu ku ran yan g d ila k u k a n m e lip u t i p e n g h it u n g a n ju m la h s ir ip punggung, sirip dad a, sirip perut , sirip dubur, sirip eko r dan linea lat eralis. Sirip-sirip t ersebut t ersusun atas jari-jari sirip yang bersifat keras, lemah, dan lemah mengeras. Tiap jenis sirip memiliki semua jenis jari-jari sirip t ersebut at au hanya sebagian saja. Sirip ikan dihit ung berdasarkan jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian at au seluruhnya dimiliki o leh spesies ikan, yait u, 1) Jari-jari sirip keras, merupakan jari-jari sirip yang t idak berbuku-buku dan keras. 2) Jari-jari sirip lemah, merupakan jari-jari sirip yang dapat dit ekuk, lemah, dan berbuku-buku dan 3) Jari-jari sirip lemah mengeras, merupakan jari-jari sirip yang keras t et api b erb uku -b u ku . Dat a yan g d ipe ro le h d ihit un g n ilai re ra t a , ko e fis ie n va riasi, d a n st an d a r d e vias in ya k e m u d ia n d it a b u la s ik a n . Ha s il p e n g u k u r a n mo rfo met rik dan merist ik digunakan unt uk analisis perbandingan karakt er.
Pengukuran Warna
Pengujian dilakukan pada ikan t ambakan dewasa berukuran bobot 17,9± 3,59 g. Jumlah ikan yang diukur sebanyak 10 ekor dengan membandingkan warna ikan dengan warna standar menggunakan TOCA color finder. Warna yan g d ib an dingkan p ad a bagian pu nggu ng, b agian d asar p e rut d an go n ad m at an g akh ir ikan tambakan.
HASIL DAN BAHASAN
Ciri Seksual Prim er
Individu ikan jant an dan bet ina dapat dibedakan d e n g a n m e m p e rh a t ik a n ciri se k s u a l p r im e r d a n sekunder. Ikan t ambakan bet ina mempunyai lubang genital di bagian depan dari genital papila dan berwarna kemerahan, sedangkan ikan t ambakan jant an memiliki lubang genit al di bagian belakang genit al papila yang berwarna pucat. Ikan t ambakan bet ina memiliki bent uk t ubuh membulat , pada ko ndisi mat ang go nad bent uk t ubuh lebih gemuk dan bila diraba t erasa lunak. Induk jan t an memiliki bent uk t ubuh lebih rampin g, p ada ko ndisi mat ang go nad bila bagian perut dit ekan akan m e n g e lu a r ka n ca ir a n s p e r m a b e r w a r n a p u t ih (Gambar 2).
Jenis kelamin suat u individu ditentukan oleh fakto r genet ik dan fakt o r lingkungan (Silverin et al., 2000). Kedua fakt o r t e rsebut akan bekerja secara sin ergis unt uk menent ukan ekspresi feno t ipe suat u karakt er. Pada keb an yakan ikan air t awar, sexual dimor phism induk jant an dan bet ina mudah dibedakan. Pada ikan lele (Clarias sp.), ikan baung (Hemibagrus nemur us),
dan ikan nila (Oreochromis sp.), ikan jant an memiliki alat kelamin meruncing dengan warna put ih bersih, sedangkan pada induk bet ina alat kelamin membulat d an be r warn a ke m e rah an . Ikan m o la (silve r carp , Hypopht halmicht hys molit rix) dan ikan ko an (grass carp, Ct enoparingodon idella), perbe daan nya t erlih at p ada bent uk t ubuh dan permukaan sirip dada, ikan jant an memiliki bent uk badan relat if lebih langsing dengan sirip dada bagian at as kasar sedangkan pada bet ina h a lu s . Ik a n m a s (Cypr i n us car pi o) d a n g u r a m e perbedaannya tampak pada bent uk t ubuh, ikan jant an memiliki bentuk tubuh ramping memanjang sedangkan pada ikan bet ina bent uk t ubuh lebih membulat . Ikan p a t in (Pa ng a si u s s p . ) p e r b e d a a n t e r lih a t p a d a keberadaan sperma, ikan jant an akan mengeluarkan sperma bila bagian perut diurut . Pada kebanyakan ikan hias perbedaan t ampak pada warna (sexual dichro-mat ism) (Djarijah, 1995). Menurut Abu-Hakima (1988), ciri induk bet ina secara umum yait u memiliki bent uk t ubuh yang lebih gemuk, lubang genit al t erlet ak di d e p an ge n it al p ap illa, yan g su d ah m at an g go n ad perut nya berbent uk membulat dan lunak, genit al pa-pilla mengembang dan ber warna kemerahan, lubang a n u s m e le b ar d a n m e n o n jo l. Pa d a in d u k ja n t a n t ubuhnya lebih langsing dan lubang genital t erletak di belakang genit al papilla, apabila sudah mat ang go nad perutnya jika ditekan akan mengeluarkan cairan sperma be r warna put ih, t ub uh t et ap ramp ing dan kadan
g-Karakter mor fom etrik
Ukuran tubuh adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari st rukt ur t ubuh ikan. Hasil pengukuran panjang st andar ikan bet ina dan jant an hampir sama, yait u 10,83± 0,552 cm dan 10,72± 0,394 cm. Rerata bentuk t ubuh jantan lebih ramping dibanding ikan bet ina, ikan be t in a mem pun yai rasio p an jan g st andar t erhad ap tinggi badan berkisar 2,08± 0,117; sedangkan pada ikan jantan adalah sebesar 2,26± 0,095. Terdapat perbedaan bent uk t ubuh ant ara ikan jant an dengan ikan bet ina, t erut ama pada rasio panjang st andar t erhadap lebar b ad an (0 ,95 ± 0 ,0 18 b e rban d in g 1 ,0 1 ± 0 ,0 2 5 ) d an kebalikannya yaitu rasio lebar badan t erhadap panjang st and ar (10 4 ,9 0± 1,92 5 b erband in g 9 9,16 ± 2 ,4 99 ) (Tabel 1).
Mur yati et al. (2016) mendapatkan hasil persent ase antara tinggi badan terhadap panjang st andar pada ikan t ambakan dari alam dengan nilai berkisar ant ara 60-47% pada ikan jant an dan berkisar ant ara 61-36% pada ikan b e t in a, le b ih t in ggi n ilain ya d ib an d in g p ad a penelitian ini (44,22± 1,769 dan 48,17± 2,650). Tarigan (2013) mempero leh perbandingan rat a-rat a panjang baku terhadap rat a-rat a tinggi badan adalah 2,01; lebih ren dah dibandin g pada p enelit ian in i yang sebesar 2,08± 0,117 pada ikan bet ina dan 2,26± 0,095 pada ikan jant an. Perbedaan yang t erjadi dapat disebabkan o leh perbedaan sumber ikan koleksi, yait u ikan berasal Gambar 2. a. Ikan t ambakan bet ina, b. Ikan t ambakan jant an, c. Bent uk genit al ikan bet ina
dan jant an. d. Tubuh induk bila bagian perut ditekan akan keluar t elur dan sperma.
Figure 2. a. Female kissing gur ame, b. M ale kissing gurame, c. Female and male genit al, d. broodst ock abdomen part , when it is pressed, t he eggs and sperm come out .
A B
dan ikan hasil do mest ikasi dengan sumber genet ik awal berasal dari Jawa Barat. Selain it u, perbedaan nilai dapat disebabkan t erjadinya perubahan bent uk t ubuh ant ara ikan yang be rasal d ari alam d an ikan h asil bu didaya, akibat ko n disi lin gku ngan bu did aya d an ket ersediaan pakan.
Nilai rerat a ko efisien variasi (CV) seluruh karakt er ikan tambakan yang diuji tergolong cukup rendah, yaitu se be sar 12 ,2 ± 1 0,7 3 %, h al in i d idu ga kare n a ikan t a m b a ka n ya n g d igu n a k a n d a la m p e n e lit ia n in i m e ru p akan p o p u lasi d alam ke giat an d o m e st ikasi, se hin gga san gat d imu n gkin kan t erjadi p en u run an k e r a g a m a n g e n e t ik d a r i g e n e r a s i k e g e n e r a s i d ikare n akan ad an ya inbr eeding akib at t erb at asn ya jum lah indu k yang d ipijahkan dalam pemb ent u kan generasi, yait u 15 pasang pada pembent ukan G1 dan
50 pasang pada pembent ukan G2. Karakt er C4 (awal sirip d o rsa l-akh ir sirip an al) m e ru p ak an kara kt e r simpan gan baku yang sangat rend ah yait u sebesar 0,71 ± 0,02 3 den gan n ilai ko efisien variasi seb esar 3,2%; hal ini menunjukkan bahwa karakt er ini memiliki variasi u ku ran yan g san gat re nd ah ant ar in d ividu , dibanding karakter ukuran yang lain. Karakter D1 (akhir sirip anal-awal sirip eko r bawah) mempunyai koefisien ko relasi dan simpangan baku t ert inggi yait u sebesar 0,05 ± 0,02 1 den gan n ilai ko efisien variasi seb esar 43,8% (Tabel 2). Wedemeyer (2001), mengemukakan b ah wa fe n o t ip e m e ru p akan h asil int e raksi an t ara geno t ip dan lingkungan sert a merupakan bent uk luar at au sifat yang t ampak. Variasi yang t erdapat unt uk t iap-t iap karakt er feno t ipe bersifat t et ap. Rendahnya va r ia s i u k u r a n m e r u p a k a n in d ik a s i r e n d a h n ya keragaman genet ik.
Tabel 1. Deskripsi hasil pengukuran karakter mo rfo met rikikan t ambakan jant an dan bet ina Table 1. Descript ion of measurement morphomet ric charact ers male and female kissing gouramy
Bet ina (Female) (N= 15)
Jant an (M ale) (N= 15) Ukuran Badan (UB)
a Pan jan g kep ala (Lengt h of head) (PK) cm 3.4 3 ± 0 .2 0 6 3 .4 3 ± 0 .20 0 b Pan jan g stand ar (Standard lengt h) (PS) cm 1 0 .8 3 ± 0 .5 5 2 1 0.7 2± 0 .3 9 4 c Pan jan g to tal (Total lengt h) (PT) cm 1 3 .8 4 ± 0 .5 1 9 1 3.6 7± 0 .7 4 1 d Lin g kar bad an (Body circumf erence) (LB) cm 1 1 .8 5 ± 0 .4 9 5 1 1.6 0± 0 .8 4 9 e Ting g i b ad an (Body height) (TB) cm 5.2 1 ± 0 .2 6 0 4 .7 4 ± 0 .25 0
f Diameter mata (Eye diamet er) (DM) cm 0.8 6 ± 0 .0 8 4 0 .8 9 ± 0 .08 8
g Jarak an tara b o la mata
Dist ance between the eyeballs (JBM) cm 1.8 8 ± 0 .1 4 8 1 .8 0 ± 0 .15 6
h Jarak d ada ke u ju n g mo n co n g
Dist ance of pect oral f in t o tip of mouth (JDM) cm 4.6 8 ± 0 .0 9 6 4 .7 0 ± 0 .10 0
i Jarak an tara sir ip per ut ke u ju n g mo n co ng
Dist ance between the abdominal f in t o the tip of t he mouth (JPM) cm 4.9 8 ± 0 .1 2 6 5 .0 0 ± 0 .17 3 Rasio PS t erhadap UB (PS ratio to UB)
a Rasio PS:TB (PS:TB rat io) 2.0 8 ± 0 .1 1 7 2 .2 6 ± 0 .09 5
b Rasio PS:PK (PS:PK rat io) 3.1 6 ± 0 .1 8 2 3 .1 3 ± 0 .13 8
c Rasio PS:LB (PS:LB rat io) 0.9 5 ± 0 .0 1 8 1 .0 1 ± 0 .02 5
Rasio UB t erhadap PS (UB r atio to PS)
a Rasio PK:PS (PK:PS rat io) % 3 1 .7 0 ± 1 .8 0 3 3 1.9 9± 1 .3 8 7
b Rasio TB: PS (TB:PS ratio) % 4 8 .1 7 ± 2 .6 5 0 4 4.2 2± 1 .7 6 9
c Rasio LB:PS (LB:PS rat io) % 1 0 4.9 0± 1 .9 2 5 9 9.1 6± 2 .4 9 9
d Rasio JDM:PS (JDM :PS rat io) % 4 1 .1 3 ± 1 .5 8 5 4 0.8 9± 1 .8 7 3
e Rasio JPM: PS (JPM :PS rat io) % 3 4 .7 9 ± 0 .3 0 6 3 5.6 6± 1 .5 9 5
Rasio ukuran badan t erhadap PK (UB r atio to PK)
a Rasio DM:PK (DM :PK ratio) % 2 5 .1 0 ± 2 .3 8 8 2 6.0 5± 3 .1 3 2
b Rasio JBM:PK (JBM :PK rat io) % 5 4 .8 1 ± 2 .9 0 9 5 2.4 2± 2 .3 2 2
Sat uan Unit
Karakter merist ik
Pe n gu ku ran m e rist ik yan g d ilaku k an m e lip u t i penghit ungan jumlah sirip punggung, sirip dada, sirip p e ru t , sirip d u b u r, s ir ip e ko r, d an lin e a lat e r alis
merist ik pada bagian t ubu h ikan jant an dan bet ina menunjukkan kisaran nilai yang sama (Tabel 3). Sirip punggung dan sirip anal memiliki bent uk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip eko r berbent uk berlekuk Tabel 2. Keragaman rasio ukuran bagian t ubuh ikan t ambakan
Table 2. Variat ionof kissing gouramy body size rat io
Kode (Code) Deskri psi Jarak (Distance descr iption) Rerat a SDev CV (%)
A1 Uju n g o p er cu lu m b awah – u ju n g mu lu t
Bot tom tip Operculum - mout h tip 0 .3 6 0 .0 2 7 7.5
A2 Uju n g o p er cu lu m b awah – sir ip ventral
Bot tom operculum tip – vent ral fin 0 .0 6 0 .0 1 6 2 7 .0
A3 Uju n g o p er cu lu m b awah – atas mata
Bot tom operculum tip – upper eye 0 .3 8 0 .0 1 8 4.6
A4 Uju n g mu lu t – sir ip ven tr al
M outh t ip – vent ral f in 0 .4 1 0 .0 3 2 7.7
A5 Uju n g mu lu t – atas mata
M outh t ip – upper eye 0 .1 9 0 .0 2 2 1 1 .7
A6 Sir ip ventral – atas mata
Vent ral f ins – upper eye 0 .4 1 0 .0 1 8 4.5
B1 Sir ip Ventr al – awal sir ip an al
Vent ral f ins – upper eye 0 .4 1 0 .0 3 7 9.0
B3 Sir ip Ventr al – awal sir ip d o r sal
Vent ral f ins – ant erior dorsal fins 0 .4 6 0 .0 2 9 6.4
B4 Atas mata – awal sirip anal
Upper eye – ant erior anal fins 0 .7 1 0 .0 2 7 3.8
B5 Atas mata – awal sirip d or sal
Upper eye – ant erior dorsal fins 0 .2 1 0 .0 1 5 7.4
B6 Awal sir ip an al – awal sirip d or sal
Ant erior anal f ins – ant erior dorsal f ins 0 .6 2 0 .0 2 3 3.8
C1 Awal sir ip an al – akh ir sir ip an al
Ant erior anal fins – post erior anal f ins 0 .2 4 0 .0 2 9 1 2 .1
C3 Awal sir ip an al – akh ir sir ip d o rsal
Ant erior anal fin – posterior dorsal fin 0 .3 5 0 .0 1 6 4.5
C4 Awal sir ip d o r sal – akh ir sir ip an al
Ant erior dorsal fins – post erior anal f ins 0 .7 1 0 .0 2 3 3.2
C5 Awal sir ip d o r sal – akh ir sir ip d o r sal
Ant erior dorsal fins – post erior dorsal f ins 0 .6 6 0 .0 3 3 5.1
C6 Akh ir sirip an al – akh ir sir ip d o r sal
Posterior anal f in – post erior dorsal f ins 0 .1 5 0 .0 1 4 9.3
D1 Akh ir sirip an al – awal sir ip ekor b awah
Posterior anal f ins – ant erior down caudal f ins 0 .0 5 0 .0 2 1 4 3 .8
D3 Akh ir sirip an al – awal sir ip ekor atas
Posterior anal f ins – ant erior upper caudal f ins 0 .1 6 0 .0 2 8 1 7 .4
D4 Akh ir sirip d or sal – awal sir ip eko r bawah
Posterior dorsal f ins – ant erior down caudal f ins 0 .1 6 0 .0 2 6 1 6 .4
D5 Akh ir sirip d or sal – awal sir ip eko r atas
Posterior dorsal f ins – ant erior upper caudal f ins 0 .0 4 0 .0 1 3 3 3 .3
D6 Awal sir ip eko r bawah – akhir sirip eko r atas
Ant erior down caudal f ins – posterior upper caudal f ins 0 .1 6 0 .0 2 7 1 7 .4
gurat sisi, po la garis t ipis yang berawal dari pangkal celah insang sampai pangkal sirip eko r.
Ha s il p e n g h it u n g a n m e r is t ik p a d a G2 ik a n t ambakan yang diamat i mempunyai nilai hampir sama dengan gambaran yang dikemukakan o leh Mur yat i et al. (2016), meristik pada sirip-sirip ikan tambakan yait u D.XVI-XVIII.13-16; A.XIII-XV.17-19; P.10-11; C. 13-16 dan memiliki jumlah sisik di garis rusuk (linea lat eralis) 44-48 sisik. Saanin (1984), mengemukakan bahwa ikan t ambakan memiliki ciri-ciri permulaan sirip punggung di at as dasar sirip dada, sirip punggung lebih panjang daripada sirip dubur. Sirip perut berjari-jari keras 1 dan 5 yang lemah. Garis rusuk lengkap t api t erput us. Linnea lat eralis adalah suat u garis pada t ubuh yang
dibent uk o leh po ri, dapat dit emukan pada ikan yang bersisik maupun t idak bersisik. Be nt uk dan jumlah s isik ya n g m e m b e n t u k lin e a la t e r a lis u m u m n ya b e r va r ia s i. Lin e a la t e r a lis p a d a ika n u m u m n ya mempunyai satu buah garis, namun demikian ada ikan yang mempunyai beberapa. Karakter merist ik memiliki dasar genet ik, namun ko mpo nen lingkungan dapat m e m o d ifik asi e ksp re si ka rak t e r t e r se b u t se la m a p e r ke m b an gan lar va, se h in gga lin gk u n ga n d a p at mempengaruhi sifat ket urunan (Smit h et al., 2002).
Tu bu h ikan t ambakan berbe nt uk pipih vert ikal, memiliki bent uk dan ukuran sirip punggung dan sirip anal hampir serupa. Sirip eko r berbent uk bundar at au m e n garah ce m b u n g ke lu ar, sirip d ad a b e rju m lah Tabel 3. Deskripsi karakt er merist ik ikan t ambakan
Table 3. Descript ion of kissing gouramy merist ic charact ers
Gambar 3. Jumlah jari-jari sirip dan linea lat eralis (A. Sirip punggung, B. Sirip perut , C. Sirip dada, D. Sirip anal, E. Sirip eko r, F. Linea lat eralis).
Figure 3. The number of fin raysand linea lat eralis ( A. Dorsal fins, B. Vent ral fins, C. Pect oral fins, D. Anal fins, E. Caudal fins, F. Linea lat eralis).
A B C
D E F
Bet ina (Female) (N= 15)
Jant an (M ale) (N= 15) Ju mlah jar i-jari sir ip (Fin spoke t ot al)
a. Sir ip p u n gg u n g (Dorsal fin) D.XVII-XVIII.1 4-1 7 D.XVII-XIX.1 4 -1 6 b . Sir ip d ad a (Pectoral f in) P.1 2 -1 4 P.1 1 -1 5
c. Sir ip p eru t (Vent ral fin) V.I. 4-5 V.I. 4-5
d . Sir ip d u b u r (Anal fin) A.XIII-XVII. 1 7 -19 A.XIII-XVI. 1 6 -1 9 e. Sir ip ekor (Caudal f in) C.1 1 -1 2 C.1 0 -1 2 Linea later alis (LL) (linea lat eralis)
a. Bag ian atas (Bott om part) LL.29 -3 7 LL.3 0 -3 4 b . Bag ian b awah (Upper part) LL.5 -1 0 LL.6 -8
Param et er (Par am eter s)
se p as an g b e rb e n t u k b u n d ar. Di ke d u a sisi t u b u h terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insang sampai pangkal sirip eko r. Kurang lebih ada sekit ar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi t ersebut (Aimeri, 2007). Mur yat i et al. (2016) mengemukakan bahwa ikan t ambakan memiliki kepala t umpul dan bersisik, mo nco ng pendek, bent uk mulut t erminal, ukuran mulut nya sempit dan berbibir t ebal. Tu buh ikan berb ent uk pip ih t et api t id ak men dat ar d im u lai d ari k e p a la h in g ga ke b a t a n g e k o r at au b e rb e n t u k p ip ih se car a ve r t ikal. Sir ip p u n g gu n g terlet ak di belakang kepala bagian anterior badan. Sirip punggung t erpisah dengan sirip eko r. Po sisi dasar sirip dada miring 45°
hampir ho rizo nt al, t erlet ak di bawah gurat sisi persis di belakang t ut up insang. Po sisi sirip perut subabdo minal, sirip eko r berbent uk bulat dan tunggal dan memiliki 2 gurat sisi pada bagian tubuhnya. Tarig an (2 0 1 3 ) m e n ge m u kakan b e rd asarkan h asil perbandingan ukuran t ubuh, ikan t ambakan memiliki b e n t u k t u b u h p ip ih (com p r essed) d a n s im e t r is bilat eral, memiliki sirip keras pada bagian do rsal, anal, dan vent ral.
Warna
Hasil pengujian pada warna, ikan t ambakan yang t elah mat ang ke lamin menun jukkan t idak t erdapat p e rbe d aan warn a an t ara ikan jan t an d e n gan ikan bet ina. Secara keseluruhan, ikan t ambakan memiliki warna dasar punggung hijau keabuan (TC 613), warna perut perak sampai perak keabuan (TC 521) dan warna g o n a d k u n in g o r a n ye (TC 0 2 3 ), t e r t e r a p a d a Gambar 4.
Talwar & Jhingran (1991) mengemukakan bahwa t e r d a p a t d u a je n is ik a n t a m b a k a n b e r d a s a r k a n warnanya, yaitu ikan tambakan berwarna hijau dan ikan
t ambakan ber warna pucat at au merah muda. Menurut Amin et al. (2012), warna pada ikan disebabkan o leh ad anya sel pigm en at au kro mat o fo r yan g t erdap at dalam dermis pada sisik, di luar mau pun di b awah s is ik . He w a n a k u a t ik t id a k d a p a t m e n s in t e s is karo t eno id dalam t ubuhnya dan o leh karena it u harus mendapat kan pigmen ini dari pakan. St o rebaken & No (1992) mengemukakan bahwa t erdapat beberapa fakt o r yang m e mp e ngaru hi pigm e nt asi p ada ikan , ant ara lain ukuran, umur, perkembangan seksual, dan fakt o r genet ik. Secara genet ik, po la warna t ubuh ikan juga merupakan fenotipe yang sifatnya dit urunkan. Gen yang bert anggung jawab t erhadap variasi po la warna pada ikan, adalah gen t yrosinase (Tyr). Gen t yrosinase secara spesifik bert anggung jawab t erhadap sint esis enzim tiro sinase yang merupakan kunci utama sintesis melanocyt e (Sembiring et al., 2013).
KESIM PULAN
Bent uk t ubuh generasi kedua (G2) ikan t ambakan jant an lebih ramping dibanding ikan bet ina dengan rasio panjang st andar t erhadap t inggi badan sebesar 2 ,2 6 ± 0 , 0 9 5 b e r b a n d in g 2 ,0 8 ± 0 ,1 1 7 . Te rd a p a t perbedaan bent uk t ubuh ant ara ikan jant an dengan ikan be t in a, t e ru t am a p ad a rasio p anjang st an dar terhadap lebar badan dan kebalikannya yait u rasio lebar b a d an t e r h ad ap p an jan g st an d a r (1 0 4 ,9 0 ± 1 ,9 2 5 berbanding 99,16± 2,499). Variasi ukuran t ubuh C4 (awal sirip do rsal–akhir sirip anal) t ergo lo ng karakt er dengan nilai rerata dan simpangan baku serta koefisien variasi paling rendah sedangkan ukuran tubuh D1 (akhir sirip anal–awal sirip eko r bawah) t ergo lo ng karakt er dengan nilai rerata dan simpangan baku serta koefisien variasi palin g t inggi. Berdasarkan karakt er merist ik dan warna, t idak t erdapat perbedaan ant ara jant an
Gambar 4. Warna tubuh dan gonad ikan tambakan berdasarkan st andar warna menggunakan TOCA Co lo r (A. Punggung, B. Perut ,dan C. Go nad).
dengan bet ina. Warna ikan tambakan t erdiri atas warna Kegiat an penelitian ini didanai dari DIPA BPPBAT Bo go r TA 2015.
DAFTAR ACUAN
Ab uHakima, R. (19 88). So me aspe ct o f t he repro -d u ct ive b io lo gy o f Acant hopagous spp . (Fam ily Sparidae). Journal Fish Bology, 25(5), 515-526. Affandi, R., Djadja, S.S., Rahardjo , M.F., & Sulist io no .
(1992). Ikt iologi, suat u pedoman kerj a laborat orium (p. 344). Int it ut Pert anian Bo go r, Bo go r.
Afini, I., Elfidasari, D., Kadarini, T., & Must ho fa, S.Z. (20 14). Analisis mo rfo met rik dan merist ik hasil persilangan ikan pelangi Bo esemani (M elanot aenia boesemani) d an ik an p e lan g i m e r ah ab n o rm al (Glossolepis incisus). Unnes Journal of Life Science, 3(2), 112-123.
Aimeri. (2007). Budidaya ikan di pekarangan (p. 92). Penebar Swadaya, Jakart a.
Amin, M.I., Ro sid ah, & Lili, W. (2 012 ). Penin gkat an kecerah an warna udang red cherr y (Neocaridina het eropoda) jant an melalui pemberian ast axant hin d an can t h axan t h in d alam p akan . Jur nal Ilmiah Perikanan dan Kelaut an, 3(4), 243-252.
Ar ifin , O. Z. , Su b a g ja , J. , & Ha d ie , W. (2 0 1 5 ). Karakt erist ik bio met rik t iga po pulasi ikan semah (Tor dour onensi s, Va le n cie n n e s , 1 8 4 2 ) d a la m
Kusrini, E., Hadie,W., Alimuddin., Sumandinat a, K., & Su d rajat , A. (2 0 0 8 ). St u d i m o rfo m e t rik u d an g jerbung (Fenneropenaeus mergueiensis de Man) dari beb erapa po pu lasi di perairan Indo nesia. Jur nal Riset Akuakult ur, 4(1), 15-21.
Langer, S., Tripat hi, N.K., & Khajuria, B. (2013). Mo r-pho met ric and merist ic st udy o f Go lden Mahseer (Tor put it ora) fro m Jhajjar St ream India. Journal of Animal, Vet erinar y and Fisher y Sciences,1(7), 1–4. Mur yat i, S., Put ra, R.M., & Efizo n, D. (2016). A St udy
o n m o r p h o m e t r ic a n d m e r is t ic o f Hel ost om a t emmincki fro m swamp area in t he Bencah Kelubi Village, Tapung Kiri Sub-Regency, Kampar Regency, Riau Pro vince. Jur nal Online M ahasiswa Fakult as Perikanan dan Ilmu Kelaut an Universit as Riau, 3(1), 1-10.
Nuryadi, Arifin, O.Z., Gust iano , R., & Mulyasari. (2008). Ka rak t e r isas i 1 7 fam ili ikan n ila (Or eochr om is nilot icus) generasi ketiga (G-3) berdasarkan met ode t russ mo rfo met riks. Berit a Biologi, 9(1), 81-89. Rahardjo , M.F., Sjafei, D.S., Affandi, R., & Sulist io no .
(2 0 1 0 ). Icht yologi (p . 3 9 5 ). CV Lu b u k Agu n g , Bandung.
Saanin, H. (1984). Taksonomi dan kunci ident ifikasi ikan (p. 360). Bina Cipt a, Jakart a. Karakt erisasi t iga st rain ikan gurame (Osphronemus g ou r a m y La c. ) b e r d a s a r k a n m e t o d e t r u s s mo rfo met riks. Jurnal lkt iologi Indonesia, 7(1), 23-30.
Silverin, B., Baillien, M., Fo idart , A., & Balt hazart , J. (2000). Dist ribut io n o f aro mat ase act ivit y in t he brain and peripheralt issues o f passerine and no n-passerine avian species. Gen Comp Endocrinol, 117, 34–53.
Sm it h ,P.J., McMillian , P.J., Bu ll,B., McVe agh , S.M., Gafney, P.M., & Cho w, S. (2002). Genet ic and mer-ist ic variat io n in black and smo o t h o reo s in t he New Zealand Exlusive Eco no mic Zo ne. New Zealand Journal of M arine and Freshwat er Research, 36, 737-750.
St o rebakken, T. & No , H.K. (1992). Pigment asi rain-bo w t ro ut . Aquacult ure, 100, Issues 1–3, 209-229. Talwar, P.K. & Jhingran, A.G. (199 1). Inland fishes of India and adj acent count ries (p. 1097). Oxfo rd and IBH Publishing Co . Pvt . Lt d., New Delhi.
Tarigan, J. (2013). Kaj ian morfomet rik dan merist ik ikan t embakang (Helostoma temminckii) di rawa Bawang Juyeuw, daerah aliran sungai Tulang Bawang. Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan Fakult as Pert anian Uni-versit as Lampung, Lampung.
We dem eye r, G.A. (200 1). Fish hat cher y management (p .7 3 3 ). 2n d e d . Am e r ica n Fis h e r ie s So cie t y.