ii
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS III
INOVASI AGRIBISNIS UNTUK PENINGKATAN
PERTANIAN BERKELANJUTAN
Tim Editor:
Edy Prasetyo
Bambang Trisetyo Eddy
Mukson
Siswanto Imam Santoso
Titik Ekowati
Sudiyono Marzuki
Wahyu Dyah Prastiwi
Migie Handayani
Tutik Dalmiyatun
Marry Christiyanto
Mitra Bestari:
Kusmantoro Edy Sularso
(Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman Purwokerto)
iii
ISBN
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS III
INOVASI AGRIBISNIS UNTUK PENINGKATAN
PERTANIAN BERKELANJUTAN
Hak Cipta 2015. FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Kampus drh. R. Koesoemowardojo, GEdung B Lantai III Tembalang, Semarang (50275)
Telp : 024-7474750 Fax : 024-7474750
E-mail : agribisnisundip@gmail.com
Isi Prosiding dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya
Penyunting : Edy Prasetyo, Bambang Trisetyo Eddy, Mukson, Siswanto Imam,
Santoso, Titik Ekowati, Sudiyono Marzuki, Wahyu Dyah Prastiwi, Migie
Handayani, Tutik Dalmiyatun, Marry Christiyanto, Kusmantoro Edy Sularso
Prosiding dari Seminar Nasional Agribisnis III
Inovasi Agribisnis untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan Diselenggarakan di Semarang, 9 September 2015
xiii + 668 halaman
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur disampaikan ke hadlirot Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq dan karunai-Nya, sehingga penyusunan prosiding seminar dengan tema : “Inovasi Agribisnis
untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan” dapat diselesaikan dengan baik. Masalah pembangunan pertanian dan agribisnis saat ini dan kedepan sangat penting untuk diperhatikan, mengingat peran yang sangat strategis dari komoditas yang dihasilkan. Peran penting tersebut antara lain sumber pendapatan masyarakat, penyedia pangan, pakan, serat, bahan baku industri dan energi, penyerap tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan serta sumber devisa negara. Berbagai kajian terus dilakukan melalui berbagai forum/pertemuan guna mendorong perbaikan dan peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha agar pada gilirannya sektor pertanian dan agribisnis semakin kuat dan mempunyai daya saing.
Prosiding seminar ini memuat makalah dari hasil kegiatan seminar yang telah diselenggarakan pada tanggal 9 September 2015, oleh Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP bekerjasama dengan Perhepi (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia) Pusat. Makalah dalam prosiding ini terdiri dari para pembicara kunci/keynote speeker, antara lain dari PERHEPI Pusat, Perguruan Tinggi dan Pelaku/Praktisi Agribisnis dan para peserta seminar dari berbagai institusi Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, Lembaga Penelitian, dan Stakeholder lain dari berbagai wilayah di Indonesia. Prosiding hasil seminar yang telah tersusun ini, terdiri dari 6 kelompok/tema seminar, yaitu : 1) Sarana dan Produksi Pertanian, 2) Teknologi Budidaya dan Pertanian Organik, 3) Pengolahan Hasil dan Bio Industri, 4) Pemasaran dan Kelembagaan Pertanian, 5)Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat dan 6) Ketahanan Pangan. Makalah dalam prosiding ini banyak menyampaikan temuan hasil penelitian dan mengungkapkan berbagai informasi yang relevan dengan situasi dan kondisi pertanian dan agribisnis saat ini. Dengan telah selesainya pembuatan prosiding ini tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak, dan berharap semoga sumbangsih karya ilmiah, pemikiran dan temuan hasil penelitian yang telah disampaikan membawa kemajuan sektor pertanian dan agribisnis di negara kita. Penyusunan prosiding ini, tim sangat menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati permohonan maaf yang sebesar-besarnyanya disampaikan, dan semoga Allah SWT, selalu membimbing kita, Terima kasih.
Semarang, 9 September 2015 Ketua Panitia
,
Dr. Ir. Mukson, M.S.
v
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi, Salam sejahtera untuk kita semua. Kepada Yth.
Gubernur Jawa Tengah, Bapak H, Ganjar Pranowo, SH
Para Pembicara kunci : 1) Dr.Ir. Bayu Krisnamurthi, MS (Ketua Umum
Perhimpunan Ekonomi Pertanian/PERHEPI Pusat), 2) Prof. Dr.Ir. Dwidjono Hadi Darwanto, MS (Guru Besar Fakultas Pertanian UGM), 3) Ir. Budi Darmawan (Praktisi dan Pelaku Agribisnis) dan 4) Dr.Ir. Wiludjeng Roessali, M.Si (Dosen FPP UNDIP)
Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro dan Staf Dosen FPP UNDIP
Para pemakalah seminar, para tamu undangan, peserta seminar, mahasiswa dan seluruh hadirin yang kami hormati.
Pertama-tama marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadhirat Allah SWT, Tuhan yang maha Esa, atas limpahan rahmat, taufiq dan karunia-Nya sehingga pada kesempatan yang baik ini kita dapat bertemu dalam forum seminar nasional dengan tema
“Inovasi Agribisnis untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan” yang sangat penting karena terkait dengan pembangunan pertanian dan agribisnis yang menjadi sumber bahan pangan. Selanjutnya, kami ucapkan selamat datang di Kampus Universitas Diponegoro Semarang, mudah-mudahan semuanya dalam keadaan sehat walafiat, sejahtera dan tidak kurang suatu apapun, amien.
Hadirin dan seluruh peserta seminar yang kami hormati,
Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional harus diarahkan sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan konstitusi, yaitu mewujudkan Indonesia mandiri, maju, bermartabat, adil dan makmur.
vi
kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil.
Hadirin dan seluruh peserta seminar yang kami hormati,
Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP bekerjasama dengan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Komda Semarang, bertujuan untuk menghimpun dan menyampaikan berbagai hasil penelitian, temuan serta pemikiran dari berbagai kalangan (Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, maupun Stakeholder lain) tentang inovasi teknologi pertanian/agribisnis untuk peningkatan pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan merupakan salah satu alternatif solusi dan aspek penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan kualitas petani tanpa mengabaikan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Paradigma pembangunan pertanian termasuk agribisnis saat ini mencakup dua hal penting yaitu : 1) Paradigma Pertanian untuk Pembangunan (Agriculture for Development), Sektor pertanian dijadikan motor pengggerak transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh dan 2) Paradigma Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan, yaitu transformasi dari orientasi pembangunan berbasis bahan baku fosil menjadi berbasis sumberdaya terbarukan (sumberdaya hayati). Paradigma ini menuntut peran pertanian tidak hanya penghasil utama bahan pangan, tetapi menjadi penghasil biomassa bahan baku biorefinery untuk menghasilkan pangan, pakan, pupuk, serat, energi, produk farmasi, kimiawi dan bioproduk lainnya.
Hadirin dan seluruh peserta seminar yang kami hormati,
Pelaksanaan seminar nasional yang menghadirkan para pembicara kunci yang mengupas tentang kondisi ketersediaan pangan oleh Bapak Gubernur Jawa Tengah, sumberdaya pertanian, utamanya menghadapi MEA 2015, peran agribisnis dalam perekonomian nasional dan potensi, kendala serta tantangan pengembangan agribisnis merupakan topik yang sangat aktual dan relevan saat ini, disamping hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para pemakalah seminar. Oleh karena itu kami sangat mengapresiasi penyelenggaran seminar nasional kali ini dan mudah-mudahan permasalahan yang terkait dengan pembangunan pertanian dan inovasi agribisnis dalam menuju pertanian berkelanjutan menghasilkan rumusan yang bermanfaat dan temuan-temuan ilmiah yang mampu mendorong berkembangnya sektor pertanian dimasa datang dan berkelanjutan.
Demikian sambutan kami, selamat berseminar, mudah-mudahan Allah SWT selalu memberkahi langkah kita dan mendapatkan ridho-Nya, Amien.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Semarang, 9 September 2015 Rektor UNDIP,
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... SAMBUTAN KETUA PANITIA ... SAMBUTAN REKTOR ... RUMUSAN HASIL SEMINAR ..... KUMPULAN MAKALAH
PEMAKALAH UTAMA
iv v vi viii
Sumberdaya Pertanian dalam Menghadapi MEA
ENDANG SITI RAHAYU ……… 1
Agribisnis sebagai Unggulan Pembangunan Ekonomi Nasional
DWIDJONO HADI DARWANTO …... 6 Pemberdayaan Petani Indonesia
BUDI DARMAWAN …..…... Sumberdaya Manusia dalam Mendukung Pertanian Berkelanjutan
WILUDJENG ROESSALI ………...
TOPIK 1. SARANA PRODUKSI PERTANIAN (SAPROTAN) ……….. 14
Analisis Tingkat Adopsi Teknologi, Serapan Tenaga Kerja dan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jack) di Kabupaten Rokan Hulu
IRSYADI SIRADJUDDIN ………... 15 Analisis Biaya Produksi Sistem Integrasi Ternak Sapi melalui Pemanfaatan Limbah
Perkebunan dan Limbah Agroindustri di Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan
EVY MAHARANI, SUSY EDWINA dan BUNGARAN SITUMORANG ………….. 25 Penerapan Budidaya Padi Sri (System of Rice Intensification) : Aplikasi Beberapa Jenis
Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah
viii
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Darat (Oryza sativa) di Desa Tingkok Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu
KIAGUS MUHAMMAD ZAIN BASRIWIJAYA ………... 41 Penerapan Inovasi Teknologi Benih Padi Bermutu melalui Penangkar Mandiri di Provinsi
Aceh
ABDUL AZIZ dan BASRI A. BAKAR ... 47
Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi (MP3MI) Berbasis Padi Sawah di Aceh
BASRI A. BAKAR dan ABDUL AZIZ ………... 55 Pengaruh Pemberian Tiga Level Hormon FSH terhadapPeningkatan Persentase Kelahiran
Kembar pada Sapi Peranakan Ongole
PENI WAHYU PRIHANDINI dan JAUHARI EFENDY ………... 66 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Penerimaan Usaha Penggemukan Sapi Potong
Simpo di Kabupaten Wonosobo
B.M. SETIAWAN, D. SUMARJONO, K. BUDIRAHARJO dan M. HANDAYANI …… 74
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah di Daerah Irigasi Batang Angkola Provinsi Sumatera Utara
VIKTOR SIAGIAN ………..…... 82
Kinerja Program Sistem Pertanian Terintegrasi : Pengatuh Faktor Teknis, Sosial dan Ekonomi
SRI WAHYUNI ………... 89 Efektivitas Kawin Alam dalam Meningkatkan Angka Kebuntingan pada Sapi Dara
Silangan
JAUHARI EFENDY dan AINUR RASYID …………... 100 Pertumbuhan dan Produktivitas Padi dengan Penggunaan Pupuk Organik dan Anorganik
di Lahan Sawah
FORITA DYAH ARIANTI, KHAIRIL ANWAR dan YULIS HINDARWATI ... 105
Pengaruh Faktor-faktor Program Kredit Peternakan terhadap Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong Rakyat Pola Induk-Anak di Provinsi Jawa Tengah
ix
Respon Berbagai Bahan Pembenah GTanah Salin terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Protein Kasar Calopogonium mucunoides
F. KUSMIYATI, SUMARSONO, KARNO dan EKO PANGESTU ……….. 126
Hubungan Daya Open dan Service per Conception (S/C) dengan Produksi Susu Sapi Perah
MAHARULLAH, P. SAMBODO dan D.W. HARJANTI ………. 133
Feed Cost Per Gain Pemeliharaan Sapi Jawa Brebes Secara Intensif Menggunakan Pakan Jerami dan Konsentrat Dengan Level Protein yang Berbeda
CHRISTINA MARIA SRI LESTARI, SOEDARSONO, EKO PANGESTU dan
AGUNG PURNOMOADI ……… 140
TOPIK 2. TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PERTANIAN ORGANIK …... 147 Penerapan Sistem LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) terhadap
Produktivitas Rumput Raja (King Grass)
SUYITMAN, L. WARLY, EVITAYANI dan A. RACHMAT ... 148
Strategi Peningkatan Indeks Pertanaman Padi Kaitannya terhadap Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Petani pada Lahan Pasang Surut di Sumatera Selatan
HENNY MALINI, MARWAN SUFRI dan DESI ARYANTI …... 157 Estimasi Heritabilitas Berat Lahir dan Berat SApih pada Kambing Persilangan Boer dan
Peranakan Etawah (PE) di Beberapa Wilayah yang Berbeda
YULI ARIF TRIBUDi dan PENI WAHYU PRIHANDINI ………... 167 Inovasi Agribisnis : Paspor Petani di Lahan Rawa Lebak Kalimantan Selatan Menuju
Kesejahteraan
SUSLINAWATI dan MUHAMMAD FAUZI ………... 172 Sistem Tanam Jajar Legowo Meningkatkan Produktivitas Padi di Lahan Sawah Tadah
Hujan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan
WALUYO dan SUPARWOTO ………... 181 Hambatan Pelaksanaa TEknologi IB SapiBali di Kabupaten Barru
S. BABA, HASTANG dan M. RIZAL ... 186 Pengaruh Jarak Waktu Pembersihan Feses pada Kandang Kelompok Model Litbangtan
terhadap Pertumbuhan Bobot Badan HArian (PBBH) Sapi Bali Betina
x
Identifikasi Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Sistem Tanam Jajar Legowo di Tingkat Petani Menggunakan KombinasiTeknik Fishbone Diagram dan Proportional Piling sebagai Perwujudan Penyuluhan Partisipatif Menuju Swasembada Pangan
ARIS FAJAR dan RETNA PALUPI …... 196 Sereal Beras Merah Organik : Inovasi Agribisnis Berbasis Pertanian Berkelanjutan
TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, RINI DWIASTUTI dan AGIL NARENDAR … 206 Efektivitas Pakan Leguminosa Herba Model Leisa terhadap Investasi Parasit Internal
pada Sapi Timor
YENI WIDYANINGRUM dan SOPHIA R ... 215 Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi IR-64 (Oryza sativa L VAR IR-64)
terhadap Pemberian Gibberelic Acid
SARJANA PARMAN ……… 221 Validasi WaktuTanam Berdasarkan KATAM Terpadu di Lahan Sawah Irigasi Dataran
Tinggi
MEINARTI NORMA SETIAPERMAS dan SRI MINARSIH ………. 228 Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan di Kota Samarinda
AFRILIA TRI WIDYAWATI dan RIDHA NURLAILY …... 237 Potensi dan Peluang Tanaman Talas dan Ganyong Mendukung Usaha Agribisnis
Berkelanjutan di DKI Jakarta
E. SUGIARTINI, T. RHAMDAN, U. ASTUTI dan WARYAT ……… 244 Realisasi dan Prospek Pengembangan Sapi Potong melalui Sistem Integrasi dengan
Tanaman Tebu di Jawa Timur
BAMBANG WINARSO dan DEWI SAHARA ………... 252 Hubungan Perilaku Zooteknis dan Daya Dukung Sumberdaya Pakan dengan Penampilan
Ternak Perah pada Usahatani Konservasi Sub Daerah Aliran Sungai Hulu Kaligarang
R.A. PUTRI, SUMARSONO dan L.K. NUSWANTARA …... 263 Studi Performansi dan Konstruksi Mesin Pemanen Padi pada Beberapa Daerah di
Indonesia
ARUSTIARSO dan JOKO PITOYO ………... 296 Kualitas Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) Sub Tropis melalui Teknik Budidaya dengan
EMS
xi
Zat Bioaktif dan Daya Hambat Antibakteri Daun Murbei
LAILY AGUSTINA, JAMILA dan JAMILAH ……….…... 281 Teknologi Pengolahan Pangan Lokal Substitusi dengan Tepung Ubi Jalar dalam
Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Timur
NOOR ROUFIQ AHMADI dan SRI SUDARWATI ……... 286 Ibtek Bagi Produk Ekspor Komoditi Kakao di Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar
Jawa Timur
PAWANA NUR INDAH, NORA AUGUSTIEN dan MULYADI ……….. 291 Karakteristik dan Uji Organoleptik Cake Berbahan BakuTepung SukunAsal Kepulauan
Seribu
WARYAT, MUFLIHANI YANIS dan KARTIKA MAYASARI ……… 295
Penerimaan Panelis terhadap Daging Sapi Olahan yang telah Dimarinasi dengan Bawang Putih
NURWANTORO, V. PRIYO BINTORO, ANANG M. LEGOWO dan AGUNG PURNOMOADI ………...
300
Tingkat Preferensi tehadap Susu Kecambah Kedelai dengan Nilai Cerna Protein Terbaik
TRI CAHYO MARDIYANTO dan SRI SUDARWATI ……... 304 Analisis Pendapatan Penggunaan Limbah Cair Industri Pangan sebagai Co-Substrat
dengan Feses Sapi pada Digester Biogas : dengan Fokus Produksi Methan untuk Produksi Listrik
SUTARYO, NINDY KRISDIANTY, ERNA RAHMAWATI dan AGUNG
PURNOMOADI ……….…... 311 Potensi Ekonomi dari Pengembangan Produk Pendamping Gula Tebu di Indonesia
SRI NURYANTI dan SISWANTO IMAM SANTOSO ... 316
Kualitas Minyak Kelapa Sawit Kaya Karoten dari brondolan Kelapa Sawit
HAJAR SETYAJI ……… 324
Pengaruh Keberadaan Kebun Kelapa Sawit terhadap Spesies dan Mutu Ikan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
METHA MONICA, SURYANTO dan M. SYARIF ……… 330
xii
Kajian Kelembagaan dan Peran Penyuluhan pada Petani Kelapa Sawit di Provinsi Riau
ROSNITA, ROZA YULIDA, ARIFUDIN dan SUARDI TARUMUN ………... 337 Peranan KM-A Mitra Agro Kelurahan Karang Joang dalam Mendukung Usaha Pertanian
Berkelanjutan di Kota Balikpapan
SRIWULAN PAMUJI RAHAYU dan DHYANI NASTITI P ………. 344
Upaya Percepatan Peningkatan Ekonomi Pengrajin Kue Olahan Sagu melalui Pengembangan Kemitraan Usaha
HENNY INDRAWATI dan CASKA ... 350
Model dan Strategi Pengembangan Kemitraan Pemasaran Komoditas Kakao di Koridor IV Terkoneksi dengan Makassar sebagai Market Center dalam Upaya Mengurangi Ketergantungan Petani pada Sistem Ijon di Provinsi Sulawesi Tengah
SUARDI, ELIMAWATI ROMBE dan SYAMSUDDIN……….. 360 Respon Penawaran dan Penentuan Harga Jual Beras pada Tingkat Petani di Provinsi
Sulawesi Tengah
MAX NUR ALAM dan LIEN DAMAYANTI ………... 374 Pengkajian Sistem Produksi dan Pemasaran Gabah di Sentra Produksi Padi
DHYANI NASTITI P dan SRIWULANM P.R. ... 384
Kelembagaan Bagi Hasil Petani Sawah di Pedesaan
MUH ARIFIN FATTAH ……... 395 Instrumentasi Kredit Penguatan Modal Usahatani Tebu Berbasis Kelompok di
Gondanglegi Malang sebagai Insentif Implementasi Good Agriculture Practise (GAP)
RINI DWIASTUTI, TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI dan SAFIRA …... 402 Pengaturan Waktu Impor dalam Menjaga Pendapatan Petani Cabai Merah
CHAIRUL MUSLIM dan VALERIANA DARWIS …... 418 Peranan Kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) dalam
Mendukung Swasembada Padi
TOTA SUHENDRATA ... 430
xiii
dan BUDI RAHARJO ……….. 441 Analisis Kinerja dan Kendala dalam Mengembangkan Dana BLM PUAP di Jawa Tengah
WAHYUDI HARIYANTO dan HERWINARNI EM …... 449
Supply Chain Emping Melinjo di Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta
ENY ISTIYANTI dan DIAH RINA KAMARDIANI ... 458
Analisis Faktor Sumberdaya Lokal untuk Peningkatan Produktivitas Sapi Perah di Kabupaten Boyolali
MUKSON, M. HANDAYANI dan H. SETIYAWAN ……... 467
Pola Saluran Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Ternak Ayam Broiler di Kabupaten Grobogan
SUDIYONO MARZUKI, WILUDJENG ROESSALI, RARASTIANEVI ANNISA,
KUSTOPO BUDIRAHARJO dan MIGIE HANDAYANI ... 475
Sistem Penguasaan dan Produktivitas Lahan Usahatani Padi di Desa Candi Kecamatan Karanganyar Kebumen
TITIK EKOWATI dan EDY PRASETYO ………... 481
TOPIK 5. SOSIAL EKONOMI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ……….. 489
Implementasi Model Strategi Pengembangan Agribisnis untuk Peningkatan Produksi Pengendalian Penyakit Kanker Stadium Awal pada Tanaman Kakao dan Peningkatan Nilai Tambah Produk (Fokus pada Cluster Petani Orientasi Ekspor di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah )
ROSIDA P. ADAM, SAIFUL DARMAN dan JOHANIS PANGGESO ………. 490
Pengetahuan Lokal Sumber Pertanian Berkelanjutan (Studi Petani Tembakau diDesa Sapobonto Kabupaten Bulukumba)
AMRUDDIN ………. 505
Kesediaan Menerima Nilai Hak Pengembangan Lahan sebagai Dasar Nilai Program Konservasi Lahan Persawahan
HAMDI SARI MARYUNI ………... 513
Strategi Keunggulan Bersaing melalui Implentasi Perencanaan Strategis Koperasi
xiv
Keragaan Agribisnis Cabe di Kabupaten Lombok Timur
I PUTU CAKRA A, MUJI RAHAYU dan YURISTA ………
529
Analisis Kinerja dan Tingkat Keaktifan Partisipasi Anggota pada Perkebunan Palsma Kelapa Sawit
LIFIANTHI, SELLY OKTARINA dan DWI WULAN SARI ……….. 540
Pemanfaatan Pekarangan Rumah untuk Budidaya Ikan Hias dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Keluarga
IIS DIATIN, YANI HADIROSEYANI, DESTI WAHYU dan FAHMI NURIZAL ….. 549
Inovasi dalam Pengelolaan Usaha Pengolahan Rumput Laut Euchema spinosum menjadi Alkali Treated Spinosum di Desa Bahari Kecamatan Towea Kabupaten Bima
POPONG NURHAYATI ………. 557
Persepsi Peserta Model Kawasan Rumah Lestari terhadap Teknologi Pemanfaatan Pekarangan di Kabupaten Sragen
M. ETI WULANJARI dan ACIMA ………. 565
Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani melalui Penerapan Teknologi Varietas Unggul Baru (VUB) dan Kalender Tanam di Kabupaten Kendal
ELLY KURNIYATI, MEINARTI NORMA S. dan ANGGI SAHRU ROMDON ……. 574
Pengelolaan Usahatani Jagung pada Lahan Miring dan Tingkat Pendapatan Petani di Kecamatan Labangka Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat
SYLVIA K. UTAMI, YOHANAES G. BULU dan SRIROSO SATMOKO ………….. 580
Persepsi Penyuluh Pertanian Lapang terhadap Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt) Padi serta Penerapannya di Tingkat Petani di Kabupaten Tegal
RATIH KURNIA JATUNINGTYAS, ENDANG ROHMAN dan ABDUL CHOLIQ ... 586
Karakteristik Petani pada Usahatani Konservasi Sub DAS Kaligarang Hulu di Kota Semarang
W. SUMEKAR, SUMARSONO, E.D. PURBAYANTI dan N.E. WAHYUNINGSIH ….. 595 Peran Perempuan dalam Usaha Meningkatkan Pendapatan Keluarga Petani Hortikultura
di Desa Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
DYAH MARDININGSIH, WULAN SUMEKAR, WILUDJENG ROESSALI dan
xv
Analisis Usaha Sapi Potong Rakyat di Wilayah Pertambangan Emas Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru Utara
Y. TITIRLOLOBY, W. SUMEKAR,W.ROESSALI. S.I. SANTOSO, dan A. SETIADI 607
Produktivitas Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Ternak Kerbau di Pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya
J. LAINSAMPUTTY, W. ROESSALI, S.I. SANTOSO, A. SETIADI, W. SUMEKAR
dan B.T. EDDY ……… 616
TOPIK 6. KETAHANAN PANGAN ……….. 623
Diversifikasi dan Usaha Non Pertanian untuk Memperkuat Ketahanan Pangan dan Ekonomi Rumah Tangga Petani Kecil di Lahan Rawa Lebak Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan
MUHAMMAD FAUZI MAKKI ……… 624
Standar Konsumsi Gula sebagai Dasar Neraca Gula
JULIA FORCINA SINURAYA dan SRI WAHYUNI ……… 631
Potret Kesejahteraan dan Tingkat Konsumsi Pangan Petani Padi Lahan Kering (Studi Kasus : Kabupaten Cianjur)
VALERIANA DARWIS ……… 641
Pengembangan Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Inpago dalam Rangka Mendukung Swasembada Padi di Kabupaten Banjarnegara
JOKO TRIASTONO, HAIRIL ANWAR dan ARIF SUSILA ……… 651
316
POTENSI EKONOMI DARI PENGEMBANGAN PRODUK PENDAMPING GULA TEBU DI INDONESIA
Sri Nuryanti1 dan Siswanto Imam Santoso2
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. A. Yani 70 Bogor, Lab.Managemen Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, UNDIP
ABSTRAK
Produk turunan diproduksi dari produk pendamping. Produk turunan dari industri gula di Indonesia menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan produk utama, yaitu gula. Namun, sebagian besar pabrik gula di Indonesia belum terintegrasi sebagai industri gula yang menerapkan sistem tanpa limbah. Pertimbangan ekonomi pengembangan produk turunan gula memerlukan penelitian untuk mengidentifikasi produk yang paling potensial. Oleh karena itu, ulasan ini dilakukan untuk menggambarkan produk turunan yang paling direkomendasikan untuk dikembangkan.
Hasil menunjukkan bahwa limbah cair (tetes) dari pabrik gula merupakan sumber bahan baku produk turunan yang dapat menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi dan mendorong tercapainya industri tanpa limbah. Investasi industri gula terpadu dengan pengolahan limbah menjadi produk turunan semacam itu tinggi, sementara tibak banyak pabrik gula yang ada memilikinya. Oleh karena itu pemilihan produk turunan yang akan dikembangkan harus hati-hati dan dikerjakan oleh pemerintah dan pihak swasta untuk mencapai industri gula masa depan yang terpadu, bernilai tinggi, dan tanpa limbah. Kata kunci: industri, gula, produk turunan, nilai tambah, tanpa limbah.
ABSTRACT
Derivate product is produced from by product. Derivate product from sugar industry in Indonesia creates higher value added than sugar itself. However, most of sugar factory in Indonesia are not integrated sugar industry that apply zero waste system. Economical concern from derivate development urges studies to identify the most potential ones. Therefore this review was done to describe the most recommended derivates to be developed.
Result showed that liquid waste (molasses) of sugar factory was the most potential source as feed for derivate industry to produce valuable product making zero waste industry. Investment of such industry is high and most of existing sugar factory had not established the integrated one yet. Therefore, derivate products selection should be done carefully. Besides, the government needs to cooperate with private sector in investment to achieve future sugar industry that integrated, high valued, and zero wasted . Keywords: industry, sugar, derivate product, value added, zero waste.
PENDAHULUAN
317
industri gula adalah etanol. Disamping isi batangnya, kulit tebu diolah untuk memproduksi pena, tikar, tirai, dan atap. Batang tebu muda yang tidak diolah menjadi gula digunakan sebagai pakan ternak. Pucuk dan bunga tebu (terubuk) diolah sebagai bahan makanan.
Sebagai negara tropis, Indonesia mampu mengembangkan pertanian tebu dan mengolah menjadi bahan industri gula, produk turunan, dan produk samping industri gula. Selain sebagai negara produsen terbesar ke-10 dunia, Indonesia saat ini juga merupakan konsumen terbesar ke-7 sekaligus importir gula terbesar ke-5 di dunia (ISO 2013). Hal ini disebabkan kesenjangan antara produksi dann permintaan gula domestik.
Indonesia pada akhir 2013 memiliki 470 ribu ha areal tanam tebu dan memproduksi 35,53 juta ton tebu (BPS 2013) yang menopang bahan baku industri gula dalam negeri yang dikelola oleh perkebunan/pabrik gula swasta dan perkebunan/pabrik gula milik negara. Selain gula sebagai produk utama (8 persen), industri gula menghasilkan produk samping antara lain tetes (4,5 persen), ampas (34 persen), blotong (3,5 persen), limbah cair (49,7 persen), dan abu (0,3 persen) [Misran 2005]. Sebagian besar pabrik gula di Indonesia hanya mengolah tebu menjadi gula dan belum mengintegrasikan dengan indutri pengolah produk turunan. Di lain pihak, daya saing industri gula Indonesia masih rendah dan dipandang sebagai sun set industry. Sebaliknya, industi produk turunan dari PPGT, terutama bahan bakar nabati dipandang sebagai sun rise industry. Hal inididukung besarnya potensi dari PPGT dari biomassa tebu yang jauh lebih besar dibanding produk utamanya gula yang hanya memanfaatkan 8 persen dari total bahan, sedangkan sisanya adalah PPGT. Artinya, industri pengolahan turunan PPGT mempunyai jaminan bahan baku yang besar.
Produksi PPGT di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 118 persen dari nilai produksi gula pada tahun yang sama. Industri gula belum memperoleh dampak langsung secara finansial dari pengembangan tersebut. Secara sektoral dukungan finansial pengembangan unit PPGT bersifat positip (PPPGI 2001).
Sejalan dengan prinsip pembangunan, segala upaya yang dilakukan harus memberi manfaat secara sosial, lingkungan, dan ekonomi. sumberdaya yang digunakan di dalam pembangunan harus diberdayakan untuk mencapai kapasitas optimal dibanding kapasitas aktual yang bisa jadi masih lebih rendah dari kapasitas potensial. Pencapaian kapasitas actual sebesar potensinya diperlukan tindakan inovasi yang pada gilirannya akan mencapai keadaan yang berbeda dan pada gilirannya untuk meningkatkan taraf hidup/kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan potensi biomassa PPGT, nilai tambah yang dapat dihasilkan, lapangan kerja baru yang dapat diciptakan apabila industri pengolah produk turunan PPGT didirikan, dan dampak bagi lingkungan yang baik dengan keberadaan industri tanpa limbah, maka unit pengembangan PPGT yang dimiliki industri gula saat ini perlu digali potensi ekonominya secara optimal. Pengembangan PPGT ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing industri gula secara finansial, sehingga memberi manfaat ekonomi bagi pihak yang berkepentingan di dalam industri gula. Peluang pengembangan industri berbasis tebu sebagai salah satu unit usaha yang potensial perlu diidentifikasi produk turunan apa yang paling tinggi nilai ekonominya? Jawaban pertanyaan tersebut setidaknya dapat menjawa apa produk turunan yang bernilai tambah tinggi, mendukung pengembangan industri gula terpadu, dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat/pelaku di dalam industri gula terpadu tersebut. Pertanyaan mendasar tersebut menjadi latar belakang pentingnya penelitian ini dilakukan.
318
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Indonesia sebagai satuan wilayah penelitian yang merupakan negara penghasil tebu dan gula beserta produk pendamping gula tebu. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari lembaga penerbit data yang resmi dan meliputi data input output dari BPS, data statistik industri dari Kementerian Perindustrian, data statistik produksi dari Kementerian Pertanian, dan data statistik perdagangan dari Kementerian Perdagangan.
Identifikasi PPGT yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berprospek untuk dikembangkan dilakukan dengan kajian pustaka dan berbagai hasil penelitian terkait dengan produk pendamping gula tebu yang telah dikomersialkan baik di Indonesia maupun di dunia. Oleh karena itu, dapat diketahui produk mana yang menghasilkan nilai ekonomi tinggi. Analisis data dilakukan secara deskriptif baik kuantitatif maunpun dan kualitatif untuk menghasilkan ulasan yang komprehensif tentang potensi produk turunan dan nilai ekonominya.
Identifikasi dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual industri gula saat ini dengan potensi produk yang dapat dihasilkan di dalam industri berbasis tebu, sehingga dapat ditetapkan target yang hendak dicapai. Dengan demikian akan dapat dideskripsikan besaran potensi ekonomi dari industri gula yang terintegrasi antara PG dan pabrik pengolah produk turunan PPGT dengan konsep industri tanpa limbah. Disamping itu dilakukan wawancara dengan salah satu industri gula terpadu dengan industri pengolahan PPGT menjadi bioetanol, yaitu Pabrik Gula/Pabrik Spiritus Madu Baru di Yogyakarta sebagai sumber informasi rujukan untuk menghitung besaran potensi nilai ekonomi pengembangan industri gula terpadi dari hulu – hilir 1 – hilir 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tebu merupakan salah satu komoditas sebagai bahan baku pemanis di dunia. Dalam rangka mengembangkan nilai ekonomi yang berkelanjutan, pemanfaatan yang maksimal atas semua potensi komoditas menjadi penting (Finkenstadt 2014). Selain sebagai bahan baku gula, seperti halnya bit, tebu dapat diolah menjadi pakan ternak, produk pendamping gula tebu dapat diproses dan menghasilkan banyak nilai tambah sebagai bahan bakar hayati (biofuel), bahan nutrisi manusia, plastik, dan bahan farmasi. Pemanfaatan seluruh biomassa tebu tersebut akan menggeser cara pandang lama dari industri gula ke industri tebu secara terpadu.
China, merupakan salah satu negara yang telah mengimplementasikan konsep industri tebu tersebut dengan tidak hanya memproduksi gula dari pertanaman tebu, melainkan juga banyak produk yang lain seperti bubur kertas, kertas, alkohol, ragi, xylitol, bahan kimia, jus tebu, pupuk hayati, pakan ternak, dan listrik. Industri berbasis tebu di China tersebut telah berkontribusi pada pembangunan sosial ekonomi di daerah sentra penghasil tebu China seperti Guangxi, Yunnan, dan Guangdong (Li and Yang 2014). Hal tersebut menjadi bukti bahwa pembangunan ekonomi yang demikian cepat di China berimplikasi pada peningkatan permintaan energi, sementara China mempunyai potensi besar untuk memproduksi listrik dari bahan yang terbarukan seperti serat tebu (Peng et al. 2014).
319
sebagai bahan baku alkohol, proteinsel tunggal, dan ragi. Blotong dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Penggunaan bahan bakar berbahan baku tetes tebu dewasa ini dianggap layak dan menunjukkan peluang ekonomi bagi pengembangan industri di banyak negara penghasil gula (Pippo and Carlos, 2013). Tetes disebut sebagai sumber bahan baku energi hayati yang ramah lingkungan dan sangat potensial untuk dikembangkan di negara penghasil tebu dan gula. Hal ini disebabkan penggunakan bahan baku yang digunakan merupakan produk pendamping dari produk utama industri yang selama ini telah ada. Dengan demikian, potensi yang sama dimungkinkan juga untuk mengembangkan produk berbahan baku produk pendamping gula tebu Indonesia sebagai salah satu negara penghasil tebu dan gula.
Toharisman dan Kurniawan (2012) mencatat bahwa di Indonesia terdapat 45 industri PPGT dengan 14 jenis produk, 60 persen pabrik dimiliki swasta yang tidak mengolah tebu. Jenis produk yang dihasilkan adalah alkohol, spiritus, arak, wafer pucuk, dan particle board. Pabrik PPGT yang tidak mengolah tebu mengolah produk tetes (alkohol, spiritus, asam asetat, MSG, L-lysine, ragi, CO2 padat dan cair), produk ampas (kertas, jamur, particle board), dan produk pucuk tebu (wafer pucuk). Karena kekurangan bahan baku produksi wafer pucuk milik PT Rajawali Nusantara Indonesia sudah tidak beroperasi lagi1.
Gula tebu merupakan salah satu komoditas strategis bagi perekonomian Indonesia, sehingga perlu dikembangkan (Sawit et al., 2003) karena industri gula tergolong dalam klasifikasi industri padat karya dan menghasilkan nilai tambah dalam bentuk upah tenaga kerja, laba usaha, dan sewa lahan (Woerjanto, 2000; Sawit, 1998). Gula merupakan bahan pangan yang luas penggunaannya baik dikonsumsi secara langsung dan tidak langsung sebagai bahan baku industri (Simatupang et al., 1998).
Produk yang dapat dihasilkan dari pengolahan tebu disamping gula sudah banyak diproduksi dalam skala besar dan diperdagangkan secara komersial di dunia. Selama ini pengolahan tebu diidentikkan dengan industri gula. Paradigma lama tersebut perlu digeser menjadi industri tebu dengan menerapkan konsep industri bebas limbah dan terintegrasi. Banyak produk samping pengolahan gula yang telah diproduksi di dunia dan diperdagangkan secara komersial bahkan memberi nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan nilai gula itu sendiri.
Jenis PPGT yang telah diproduksi di dunia dalam skala besar antara lain bioelectricity, bioethanol, amino acids, bio-K fertilizer, bioplastics, anti cholesterol supplement, anti diabetic supplement, acetic acids acetate, ethyl acids, dan baggase. Beberapa PPGT yang telah diproduksi di Indonesia dan sudah dikomersialkan adalah (1) produk turunan tetes: alkohol, spiritus, asam asetat, monosodium glutamate, L-lysine, ragi roti, CO2 padat dan cair, (2) produk turunan ampas: kertas, jamur, particle board, (3) produk turunan pucuk tebu: wafer pucuk (PPPGI 2001).
Produk pendamping gula tebu yang potensial dikembangkan menjadi produk lain dengan nilai tambah tinggi adalah tetes tebu. Tetes dapat diproses menjadi produk lain dengan nilai tambah yang bahkan lebih tinggi dari produk utama tebu, yaitu sebagai bahan bakar hayati, alkohol, asam sitrat, dan MSG. Produk pendamping gula tebu tidak saja tetes, ampas, dan pucuk. Namun juga serasah, blotong dan abu ketel. Serasah dapat diproses menjadi kompos; blotong dapat diolah menjadi kompos dan lilin alam; sedangkan abu ketel dapat diolah menjadi pupuk silikat dan kompos (Lampiran Gambar 1). Diantara produk hasil olahan PPGT yang memberi nilai tambah tertinggi dari bahan bakunya antara lain jamur merang (15-20), ragi roti (15-20), furfural (10-15), dan bubur kertas (10-15). Beberapa produk yang mempunyai nilai tambah di atas 10 tersebut menunjukkan bahwa nilai produk bahan-bahan tersebut meningkat lebih dari 10 kali lipat
1
320
dibanding nilai bahan yang tidak diolah. Beberapa produk komersial seperti MSG, etanol, spiritus, dan particle board memiliki nilai tambah di bawah 10 (Toharisman dan Kurniawan 2012). Keterpaduan industri hulu hilir dengan derajat pengolahan yang semakin tinggi akan menghasilkan nilai tambah tinggi.
Ampas tidak saja dapat dioleh menjadi kertas, melainkan bermanfaat sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik, particle board dan kampas rem. Demikian juga blotong dapat digunakan sebagai bahan bakar, paving block, pupuk organik dan briket. Pengolahan tetes menjadi etanol akan memberi nilai tambah lebih tinggi dibandingkan sebagai bahan baku alkohol, spiritus dan penyedap rasa (Sugar Tech. 2014). Pemanfaatan potensi yang terkandung di dalam PPGT secara efisien dan maksimal diyakini mampu meningkatkan nilai tambah dan bagi industri tebu di Indonesia.
Apabila keseluruhan potensi tebu di Indonesia diproses secara optimal dengan konsep industri tanpa limbah, maka pada tingkat hulu industri yang menghasilkan produk 2,94 juta ton gula kristal putih, 1,60 juta ton tetes, 12,08 juta ton ampas, 1,08 juta ton ampas, 1,24 juta ton blotong, 106,59 ribu ton abu ketel, dan 17,66 juta ton pupuk organik dengan nilai ekonomi Rp 33,12 trilyun. Apabila Pabrik seluruh pabrik gula yang ada di Indonesia mengolah tetes sebagai bahan baku industri hilir 1, maka berpotensi untuk menghasilkan 399,71 juta liter alkohol, 399,71 juta liter spiritus, dan 799,43 juta liter pupuk cair, sehingga total nilai ekonomi dari integrasi industri hulu – hilir 1 adalah Rp 38,12 trilyun, atau memberi nilai tambah sebesar 4,99 trilyun, terjadi kenaikan 15,08 persen nilai tambah dari industri hulu. Selanjutnya, apabila keseluruhan industri gula di Indonesia membangun industri pengolahan lanjut (hilir 2) sampai dengan bioetanol dari penyulingan potensi alkohol yang ada, maka dimungkinkan memperoleh 383,72 juta liter bioetanol. Dengan demikian keseluruhan total nilai ekonomi industri gula terpadu akan mencapai Rp 38,48 trilyun atau memberi nilai tambah sebesar Rp 3,76 trilyun, terjadi kenaikan 16,18 persen nilai tambah dari industri hulu (Tabel 1).
Investasi satu unit pengolahan bioetanol dengan kapasitas terpasang 8 juta liter/tahun diperlukan dana sebesar Rp 30 milyar dengan umur ekonomi investasi 10 tahun. Artinya, untuk menduplikasi industri gula terpadu serupa di seluruh kawasan industri gula, sehingga seluruh industri gula bersama-sama menghasilkan 383,72 juta liter diperlukan investasi sebesar Rp 14,39 trilyun. Investasi tersebut demikian besar, namun mengingat nilai tambah dan dampak pada lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat yang terkiat maka pengembangan industri gula terpadu tersebut direkomendasikan. Pencapaian target industri gula terpadu tanpa limbah tidak dapat dilakukan oleh pemerintah saja, namun perlu dukungan investasi pihak swasta secara sinergi membangun industri tersebut mengingat besaran dana yang diperlukan. Produk yang dikembangkan juga harus diseleksi, yaitu tidak saja yang bernilai tambah tinggi namun juga mempunyai pasar yang menjanjikan. Dengan demikian, selain tercapai industri gula masa depan yang terintegrasi hulu hilir dan bebas limbah juga akan tercapai kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dengan terjadinya peningkatan pendapatan dari sektor industri gula dengan pasar yang baik tersebut.
321 1) Perhitungan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Produksi, Kepala
Bagian Pemasaran, dan Kepala Bagian Bina Sarana Tanaman PG Madu Baru Yogyakarta, 11 September 2015. Selanjutnya, infromasi harga produk utama gula, PPGT, dan bioetanol digunakan sebagai asumsi harga umum keseluruhan potensi nasional.
Pembahasan
Pengembangan industri gula secara terpadu tidak saja akan mendorong pengembangan usahatani tebu, namun juga akan mendorong pengembangan industri lain yang menggunakan gula maupun produk pendamping gula tebu. Pengembangan produk baru dengan menggunakan bahan baku berupa produk pendamping industri utama berarti meningkatkan nilai tambah dari produk pendamping tersebut dari semula tidak bernilai atau bernilai rendah menjadi naik nilai tambahnya secara ekonomi.
Pengembangan industri gula terpadu dapat mendorong tercapainya konsep industri bebas limbah (zero waste industry). Konsep ini tidak saja baik bagi lingkungan, namun secara ekonomis dan teknis akan meningkatkan efisiensi produksi bagi indutri. Harga pokok produksi setiap produk yang diolah di dalam industri dapat ditekan (PPPGI 2001, Misran 2005), sehingga harga jual produk lebih bersaing di pasar.
322
perhitungan kelayakan ekonomi investasi pabrik pengolahan produk pendamping gula tebu menjadi penting. Kerjasama pemerintah dan swasta dalam berinvestasi dan memilih produk yang hendak dikembangkan menjadi penting.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di muka, disimpulkan bahwa Indonesia berpotensi mengembangkan PPGT berbasis limbah cair industri gula, yang potensi semula sebesar Rp 33,12 trilyun dapat ditingkatkan dengan mengolah tetes, dimana produk olahannya menghasilkan nilai tambah hingga Rp 4,99 trilyun (15,08 %) jika dikembangkan sampai hilir 1 diolah menjadi alkohol dan spiritus. Apabila alkohol diolah lebih lanjut menjadi bioetanol (hilir 2) akan dicapai nilai tambah sebesar Rp 5,36 trilyun (16,18 %). Potensi ekonomi pengembangan produk pendamping gula tebu berbahan baku tetes merupakan agregasi nilai tambah produk hasil olahan tetes domestik dari keseluruhan potensi sumber daya tebu nasional.
Implikasinya adalah pemilihan produk turunan tetes harus selektif mengingat tidak semua PG di Indonesia mempunyai unit pengolah produk turunan dan pendirian unit pengolah industri gula terpadu perlu investasi besar. Diperlukan kerjasama pemerintah dengan pihak swasta untuk mewujudkan industri gula masa depan yang terpadu antara sektor hulu dan hilir serta tanpa limbah. Dengan demikian akan tercapai tujuan pembangunan, yaitu meningkatkan kapasitas sumberdaya melalui inovasi teknologi yang diinvestasikan untuk meningkatkan pendapatan pelaku industri gula dan pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Ditjen PPHP. Pohon Industri Tebu. 24 September 2014. http://pphp.pertanian.go.id/. FAO. 2014. FAOSTAT: Production. 28 Mei 2014. http://www.fao.org.
Finkenstadt, Victoria L. 2014. A Review on the Complete Utilization of the Sugarbeet. Sugar Tech (Oct-Dec 2014) 16 (4): 339-346.
ISO. 2013. Indonesia: Future Sugar Prospects. Market Evaluation Consumption and Statistics Committee 13 (17) October 2013. International Sugar Organization. Li, Yang-Rui and Yang, Li-Tao. 2014. Sugarcane Agriculture and Sugar Industry in
China. Sugar Tech. Accepted 15 September 2014. Published online: 16 October 2014. DOI 10. 1007/s12355-014-0342-1.
Misran, Erni. 2005. Industri Tebu Menuju Zero Waste Industry. Jurnal Taknologi Proses
4 (2) Juli 2005: 6-10. 24 September 2014.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15389/1/tkp-jul2005-%20(2).pdf
Peng, Ling, Philip A. Jackson, Qi-Wei Li, Hai-Hua Deng. 2014. Potential for Bioenergy Production from Sugarcane in China. Bioenerg. Res. (2014) 7:1045-1059.
Pippo, Walfrido Alonso and Carlos A. Luengo. 2013. International Journal of Energy and Environmental Engineering 4(10).
PPGI. 2001. Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. Pasuruan.
Sawit, M.H., Erwidodo, T. Kuntohartono, H. Siregar. 2003. Penyehatan dan Penyelamatan Industri Gula Nasional. Analisis Kebijakan Pertanian 1(3): 12-209.
Simatupang, P., N. Syafa‘at, dan F. Liesjati. 1998. Keterkaitan Antar Industri dan
Peranannya dalam Perekonomian Nasional. Ekonomi Gula di Indonesia. Penerbit IPB.
Sugar Tech. 2014. Pengembangan Industri Alternatif Berbasis Tebu. Bahan Tayangan
323
Toharisman, Aris dan Kurniawan, Yahya. 2012. Prospek dan Peluang Koproduk Berbasis Tebu. Ekonomi Gula. Bayu Krisnamurti, editor. Jakarta: Gramedia.
Wei, Yuan-An, Jia-Jiong Lu, and Wei-Dong Sun. 2004. New Development in Sugar-Based Products and Cane By-Products Utilization in China. Sugarcane Technology 6(4): 281-284.