• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

93

BAB KELIMA

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Hasil penelitian pada studi kasus dari iklan lowongan kerja Kompas periode Desember 2011 sampai dengan Desember 2012, diperkuat dengan wawancara, dan telah divalidasi oleh tim FGD sehingga menghasilkan beberapa fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

1. Setidaknya 30% iklan lowongan kerja, atau senilai dengan 100 iklan lowongan kerja tiap bulannya, mengandung bias gender Kriteria 1 yang murni diskriminatif. Pelaku bisnis dan juga tenaga kerja Indonesia belum menyadari pentingnya prinsip kesetaraan kesempatan kerja berbasis gender, hal tersebut diduga terjadi karena ketatnya persaingan bisnis dan juga tenaga kerja, diiringi semakin penatnya himpitan kebutuhan ekonomi.

2. Badan usaha nasional swasta dan perusahaan multinasional dari Asia merupakan kontributor terbesar iklan lowongan gender dari sampel yang diambil dari iklan lowongan kerja periode November 2012. Sebanyak 52% jabatan yang berasal dari 837 iklan lowongan kerja berbias gender, memiliki persyaratan berjenis kelamin laki-laki.

3. Regulasi dan budaya merupakan tema utama yang selalu muncul baik pada diskusi FGD (Focus Group Discussion) maupun pada saat wawancara kepada enam narasumber. Konsistensi munculnya dua tema tersebut, menegaskan bahwa faktor dominan penyebab bias gender dalam iklan lowongan kerja adalah regulasi dan budaya di Indonesia.

(2)

94 Kesimpulan dari penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, yang diuraikan sebagai berikut:

1. Melalui analisis semantik, apakah iklan lowongan kerja di Indonesia cenderung diskriminatif berdasarkan gender?

Sejumlah 3,750 dari total 9,935 iklan lowongan kerja yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan iklan lowongan kerja dengan dugaan bias gender Kriteria 1. Secara rata-rata ada 37% iklan lowongan kerja tiap bulannya yang mengandung bias gender, dan berpotensi mengurangi kesempatan tenaga kerja pada kelompok tenaga kerja dengan jenis kelamin tertentu, hanya karena jenis kelaminnya tidak sesuai dengan persyaratan yang tertera pada iklan lowongan kerja. Tim FGD dalam diskusi tahap pertama, menyatakan keterkejutannya pada hasil penelitian dan memberikan validasi bahwa mayoritas iklan lowongan kerja yang menjadi studi kasus penelitian ini menunjukkan eksistensi bias gender, yang cenderung diskriminatif.

2. Apakah ada perbedaan kecenderungan diskriminatif berdasarkan gender antara badan usaha nasional dan multinasional pada iklan lowongan kerjanya?

Jawaban terhadap pertanyaan kedua ini, didapatkan dari hasil penggolongan badan usaha yang mempublikasikan iklan lowongan kerja dengan bias gender Kriteria 1 (golongan iklan lowongan kerja yang cenderung diskriminatif berdasarkan gender). Urutan tiga badan usaha yang menduduki

(3)

95 peringkat utama sebagai kontributor penerbit iklan lowongan kerja dengan bias gender adalah badan usaha nasional swasta, badan usaha multinasional dari Asia Timur & Selatan, dan peringkat ketiga adalah badan usaha multinasional dari Asia Barat & Tenggara. Tiga golongan badan usaha yang merupakan kontributor terbesar iklan lowongan kerja dengan bias gender berasal dari Asia, yang terkenal dengan ideologi patriarkinya.

Perbedaan kecenderungan diskriminasi berdasarkan gender pada iklan lowongan kerja antara badan usaha nasional dan multinasional, tidak terlihat jelas pada penampilan iklan lowongan kerja tersebut. Perbedaannya lebih terlihat pada motif dan alasan, digunakannya iklan lowongan kerja bias gender pada badan usaha nasional dan multinasional. Badan usaha nasional mempublikasikan iklan lowongan kerja berbias gender, cenderung karena ketidaksadaran (awareness) dan juga budaya. Sedangkan badan usaha multinasional diduga mempublikasikan iklan lowongan kerja Kriteria 1, agar dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya yang mayoritas mempublikasikan iklan lowongan kerja yang serupa. Perbedaan ini dapat dilihat oleh tim FGD, ketika membandingkan antara dua kantor cabang suatu badan usaha multinasional, yaitu di Indonesia dan di Amerika. Kedua badan usaha ini menggunakan satu nama, nilai dan visi yang sama, namun pada kenyataan di level operasionalnya, ternyata kantor cabang di Indonesia berbeda dalam hal pengaplikasian kesetaraan kesempatan kerja berdasarkan gender, yang terungkap dalam studi kasus penelitian ini.

(4)

96

3. Faktor-faktor dominan apakah yang menjadi penyebab terjadinya bias gender pada iklan lowongan kerja di surat kabar nasional Indonesia?

Hasil diskusi FGD tahap kedua memberikan dua tema yang secara konsisten selalu muncul baik pada diskusi FGD tahap pertama maupun pada tahap kedua, yaitu regulasi dan budaya. Tim FGD menyatakan bahwa budaya memiliki pengaruh yang kuat dalam cara individu di masyarakat bertingkah laku dan bekerja. Ideologi patriarki merupakan bagian dari budaya, yang dinilai tim FGD memiliki peranan kuat dalam membentuk struktur sosial yang menyangkut pembagian peran antara perempuan dan laki-laki di masyakarat. Patriarki ini juga yang menyebabkan adanya stereotype pekerjaan seperti persepsi bahwa pekerjaan berat seperti manufaktur, merupakan pekerjaan laki-laki, dan pekerjaan administratif merupakan tanggung jawab perempuan.

Bias gender yang terjadi pada iklan lowongan kerja mungkin jumlahnya tidak sebanyak yang dilaporkan dalam penelitian ini, apabila ada regulasi yang mengatur seperti yang dijanjikan dalam konvensi CEDAW. Indonesia memiliki undang-undang yang mengatur diskriminasi dan ketenagakerjaan, akan tetapi tidak ada sistem dan regulator yang bergerak aktif untuk mensosialisasikan, mengimplementasikan, mendisiplinkan, mengawasi dan mengevaluasi kesetaraan kesempatan kerja nasional. Menurut tim FGD, sosialisasi dan sinergi jajaran kementerian baik di tingkat nasional dan regional tidak berjalan dengan baik, tidak hanya di bidang ketenagakerjaan namun juga di pemberdayaan perempuan dan bidang kesejahteraan masyarakat lainnya. Tim FGD menyatakan bahwa sosialisasi kesetaraan kesempatan kerja berdasarkan gender, harus dibarengi

(5)

97 dengan aksi afirmatif yang diiringi dengan sistem punishment and reward. Dan aksi afirmatif hanya dapat terimplementasikan apabila ada political dan good will dari para oknum pengambil keputusan dan pelaku rekrutmen.

Hasil wawancara pada convenience sample memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki pemahaman yang lemah terhadap pengertian dan konsep gender, dan kesetaraan kesempatan kerja berdasarkan gender. Diskusi FGD tahap kedua menekankan bahwa ketidaksadaran pentingnya kesetaraan gender dalam setiap kegiatan bermasyarakat menyebabkan maraknya bias gender, termasuk dalam iklan lowongan kerja nasional, yang berpotensi menjadi penyebab tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan nasional Indonesia.

5.2 SARAN

Hasil penelitian ini mengungkapkan faktor dominan yang diduga merupakan penyebab ketidaksetaraan gender dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Di sisi lain penelitian ini juga memperlihatkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap konsep gender dan kesetaraan gender, dengan beragam alasan dan penyebab. Dengan mengetahui faktor dominan penyebab permasalahan, yaitu budaya dan lemahnya regulasi di Indonesia, diharapkan pembaca tesis ini dapat menyebarkan informasi dan menjadi sadar terhadap pentingnya penerapan kesetaraan gender di tiap sektor masyarakat. Beberapa saran aplikatif terkait penelitian ini adalah:

1. Menanamkan kesadaran tiap individu di masyarakat, yang dapat dimulai

dengan menetapkan agen-agen perubahan yang telah diedukasi dengan tepat mengenai prinsip kesetaraan gender. Edukasi kepada seluruh masyarakat

(6)

98 membutuhkan waktu lama dan anggaran yang besar, sehingga agen perubahan merupakan langkah awal yang efisien. Sebagaimana halnya budaya terbentuk yaitu kombinasi antara gagasan, aktivitas dan hasil karya (benda), kesadaran individu terhadap kesetaraan gender merupakan gagasan yang kelak memicu aktivitas, yang secara berkesinambungan membentuk budaya baru yang mendukung kesetaraan gender. Sifat sosial dan kolektivisme masyarakat Indonesia, mempermudah tersebarnya kesadaran mengenai kesetaraan gender.

2. Edukasi kesetaraan gender pada sektor edukasi formal. Edukasi kesetaraan

gender dapat dimulai dengan satu langkah sederhana tetapi bersifat masif, yaitu menyisipkan konsep kesetaraan gender dalam kurikulum pelajaran dari Sekolah Dasar hingga Universitas. Mengingat stereotipe peran gender seperti “Ayah bekerja dan Ibu memasak”, berasal dari pelajaran budi pekerti di tingkat Sekolah Dasar, maka pengertian yang tepat terhadap konsep kesetaraan gender memang sudah seharusnya dimulai sejak usia dini.

Dalam tingkat nasional, dengan hasil penelitian ini, direkomendasikan agar pemerintah nasional Indonesia untuk membentuk badan komite kesetaraan kesempatan kerja, yang memiliki otoritas khusus untuk memberikan penghargaan dan hukuman bagi badan usaha yang menerapkan prinsip kesetaraan kesempatan kerja. Komite kesetaraan kesempatan kerja ini kelak diharapkan untuk dapat:

1. Mengkomunikasikan regulasi, serta peraturan nasional terkait kesetaraan

(7)

99

2. Memberikan surat himbauan terhadap badan usaha yang mencantumkan

iklan lowongan kerja yang diskriminatif berdasarkan gender atau faktor diskriminatif lainnya, serta mencantumkan contoh iklan lowongan kerja yang tepat dan efektif.

3. Menerapkan sanksi yang masuk akal terhadap para pelanggar, serta

penghargaan atau insentif bagi badan usaha yang berhasil menerapkan prinsip kesetaraan kesempatan kerja.

4. Memberikan kesempatan kepada tokoh politik dan tokoh masyarakat (dan

mungkin tokoh agama) untuk mensosialisasikan prinsip kesetaraan gender dan prinsip kesetaraan kesempatan kerja.

Pemerintah nasional juga dapat berperan dalam langkah sederhana namun efektif, yaitu dengan menetapkan hari kesetaraan gender nasional, yang kelak menjadi ajang sosialisasi prinsip kesetaraan gender. Pada hari itulah tokoh-tokoh terpandang dan berpengaruh di Indonesia dapat melakukan sosialisasi kesetaraan gender dan juga para ahli gender dapat memberikan edukasi tepat guna mengenai kesetaraan gender bagi masyarakat Indonesia. Pada saat sekarang ini sosialisasi kesetaraan gender selalu dikaitkan dengan hari perempuan internasional, yang membuat asumsi bahwa kesetaraan gender berarti pemberdayaan perempuan dan hanya untuk kaum perempuan, sehingga tidak ada kaitannya dengan laki-laki. Dengan adanya hari kesetaraan gender nasional, diharapkan tiap individu baik laki-laki maupun perempuan di Indonesia dapat mulai memiliki pemahaman mengenai pentingnya kesetaraan gender.

(8)

100 Dari sisi akademis, ada beberapa topik penelitian lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan penelitian eksploratori ini, seperti:

1. Analisis Kesiapan (Sumber Daya Manusia) pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam Upaya Penerapan Undang-Undang

Ketenagakerjaan dan Anti Diskriminasi (Studi kasus: SDM

Kemenakertrans Regional di Provinsi X)

2. Analisis Deskriptif Kaitan Bias Gender pada Iklan Lowongan Kerja dengan Kinerja Pegawai yang Dipekerjakan.

3. Analisis Korelasi Antara Sistem Pemberdayaan Perempuan dengan Kesejahteraan Laki-Laki dan Kesetaraan Gender.

Penelitian terkait dengan kesetaraan gender masih sangat jarang dilakukan, padahal penting untuk Indonesia, terutama pada kawasan terpencil dan tertinggal (remote and disadvantage area). Penelitian ini penting dilakukan, karena dibalik rasio penduduk Indonesia yang seimbang antara perempuan dan laki-laki, terdapat kesenjangan besar terutama yang terkait dengan pembentukan struktur peran dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki di masyarakat. Penelitian terhadap ketenagakerjaan dan kesetaraan gender perlu lebih sering dilakukan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya kesetaraan gender di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat. Saat ini masyarakat hanya mengetahui pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat, tetapi tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan stagnan, tanpa mengetahui aspek apa yang menjadi latar belakang fenomena tersebut. Dengan adanya penelitian ini, penulis secara tidak langsung mengajak para narasumber dan pembaca tesis ini untuk menyadari

(9)

101 pentingnya kesetaraan gender terkait dengan pembangunan nasional. Pentingnya fokus pada kawasan terpencil dan tertinggal karena, setiap wilayah di Indonesia kaya potensi tetapi tidak berkembang. Penelitian berbasis gender yang dilakukan di kawasan terpencil dan tertinggal, kelak dapat dijadikan referensi dalam upaya pembangunannya, selaras dengan gerakan pengarusutamaan gender dalam program pembangunan nasional jangka panjang.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil sidik ragam perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan rasio bahan baku dan target kerapatan berpengaruh nyata terhadap nilai daya serap air papan semen partikel,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Urusan Ketahanan Pangan dan Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun 2016 disusun sebagai salah satu bentuk

jumlah sampel yang diuji, maka dapat dihitung tingkat cemaran Salmonella sp berdasarkan jumal sampel yang diuji adalah jumlah sampel positif dibandingkan total sampel adalah 20% yang

* Spesial design dibangun oleh kontraktor perusahaan sendiri 3.. *Bagi para perusahaan yang membangun booth melebihi limit waktu yang telah disepakati 2. Fasilitas tambahan

Pajak penghasilan bagi Wajib Pajak dihitung dengan cara mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak sesuai dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 17

KUBERDIRI (JANJI PENEBUS) Key - D Words and Music by Yoshua Perwirana, Maya Setiawan & Dita Soedarsono. Verses from “Standing on the Promises”

Kuadran 2 merupakan gaya terpadu yang menunjukkan orientasi yang tinggi pada tugas atau pekerjaan dan juga pada hubungan atau orang, sehingga responden yang

Dari sudut pandang biaya lingkungan (environmental cost) dan manfaat biaya (cost benefit) pene- rapan akuntansi lingkungan akan meningkatkan usaha pengelolaan lingkungan