• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR SINGKATAN. xiii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR SINGKATAN. xiii"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

xiii

DAFTAR SINGKATAN

ACISc : Application Specific Integrated Circuits

API : Application Programming Interface

ATM : Asynchronous Transfer Mode

CPU : Central Processing Unit

D-ITG : Distributed Internet Traffic Generator ICMP : Internet Control Message Protocol

IDT : Inter-Departure Time

IGP : Interior Gateway Protocol

IOS : Internetwork Operating System

IP : Internet Protocol

LAN : Local Area Network

OSPF : Open Shortest Path First

OVS : Open v Switch

PING : Packet Internet Gopher

QoS : Quality of Service

SDN : Software Defined Network

TCP : Transmission Control Protocol

UDP : User Datagram Protocol

VAD : Voice Activation Detection

VoIP : Voice Over Internet Protocol

(2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaringan konvensional menggunakan algoritma khusus yang diterapkan pada perangkat yang didedikasikan untuk mengontrol dan memantau aliran data dalam jaringan, mengelola penjaluran dan menentukan bagaimana perangkat yang berbeda dapat saling berhubungan dalam jaringan. Secara umum algoritma routing dan seperangkat peraturan diimplementasikan dalam komponen perangkat keras khusus seperti Application Specific Integrated Circuits (ASICs) [1]. ACISc dirancang untuk melakukan operasi tertentu, contoh sederhana yaitu Paket forwarding. Pada penerimaan paket oleh perangkat routing, router menggunakan seperangkat aturan yang tertanam dalam firmware untuk menemukan perangkat tujuan serta menentukan penjaluran untuk paket tersebut. Pada umumnya paket data disampaikan kepada tujuan yang sama

ditangani dengan cara yang sama.Operasi tersebut biasanya terdapat pada perangkat

routing yang murah. Untuk perangkat routing yang lebih mahal dapat memperlakukan berbagai jenis paket dalam berbagai tata krama berdasarkan kondisinya. Sebagai contoh, router Cisco memungkinkan pengguna untuk menandai prioritas arus yang berbeda. Dengan demikian kita dapat mengatur ukuran antrian dan metode penjaluran paket di setiap router secara langsung. Pengaturan router secara langsung memungkinkan kontrol prioritas dan penjaluran menjadi lebih efisien terhadap kemacetan lalu lintas jaringan [2].

Masalah yang ditimbulkan oleh metodologi diatas yaitu keterbatasan perangkat jaringan saat ini karena semakin tingginya lalu lintas jaringan sehingga menyebabkan penurunan kinerja jaringan. Selain itu peningkatan permintaan untuk skalabilitas, keamanan, keandalan dan kecepatan jaringan sangat dapat menghambat kinerja perangkat jaringan saat ini karena lalu lintas jaringan semakin meningkat. Perangkat jaringan saat ini tidak memiliki fleksibilitas untuk menangani paket yang berbeda jenis dengan berbagai isi karena sistem yang tertanam di setiap vendor yang berbeda [3]. Jaringan yang membentuk juga harus mampu beradaptasi dengan perubahan secara fleksibel dalam hal penyesuaian perangkat keras atau perangkat lunak. Namun, operasi jaringan tradisional tidak dapat dengan mudah dalam penyesuaannya [4].

(3)

2

Sebuah solusi untuk masalah tersebut adalah pelaksanaan aturan penanganan data modul perangkat lunak pada embedding system dalam hardware. Metode ini memungkinkan administrator jaringan untuk memiliki kontrol atas lalu lintas jaringan dan karena itu memiliki potensi besar untuk lebih meningkatkan kinerja jaringan dalam hal efisiensi penggunaan sumber informasi jaringan. Gagasan seperti ini didefinisikan dalam teknologi inovatif, disebut Software-Defined Networking (SDN) [5]. Teknologi SDN memanfaatkan kemampuan untuk membagi data plane dari control plane di router dan switch [6]. Control plane dapat mengirimkan perintah ke perangkat keras data plane (router atau switch) [7]. Paradigma ini memberikan pandangan dari seluruh jaringan, sehingga dapat membantu melakukan perubahan secara global tanpa konfigurasi perangkat-sentris pada setiap unit hardware [8].

Dalam tugas akhir ini dilakukan pembuktian penerapan layanan routing menggunakan metode path calculating algoritma dijkstra sebagai rekayasa kontrol penjaluran pada jaringan LAN berbasis Software Defined Network dan menganalisa perbandingan kinerja metode pemilihan jalur terbaik dalam lalulintas jaringan pada jaringan LAN berbasis Software Defined Network dengan jaringan konvensional yang juga diterapkan algoritma dijkstra dengan arsitektur yang sama namun tidak memiliki perangkat control plane yang terpisah. Pembuktian dilakukan dengan melakukan emulasi jaringan sebuah yang terdiri dari 11 buah switch yang saling terhubung dengan perangkat control plane sebagai pengendali sebuah jaringan.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan tugas akhir Perancangan dan Analisis Metode Routing menggunakan Algoritma Dijkstra pada Jaringan Software Defined Network berbasis OpenFlow sebagai berikut :

a. Menerapkan aturan penjaluran algoritma dijkstra pada jaringan berbasis Software-Defined Network untuk mengetahui nilai end to end latency .

b. Mendapatkan nilai latency traceroute untuk menganalisa kinerja penjaluran paket pada jaringan LAN berbasis Software Defined Network .

c. Mendapatkan nilai QoS pada jaringan untuk membandingkan kinerja penjaluran paket metode path calculating algoritma dijkstra pada jaringan LAN berbasis Software Defined Network dan jaringan konvensional yang telah diterapkan algoritma dijksra didalamnya.

(4)

3 1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam tugas akhir ini yaitu :

a. Dalam membuktikan layanan routing pada emulasi jaringan LAN berbasis Software Defined Network perlu dibuat fitur untuk membangun layanan routing yaitu dengan menerapkan path calculating menggunakan algoritma dijkstra sebagai rekayasa control penjaluran pada jaringan LAN berbasis Software-Defined Network pada perangkat control plane.

b. Dalam jaringan LAN berbasis Software Defined Network dibutuhkan informasi tentang topologi yang bertujuan untuk memantau kondisi jaringan yang nantinya akan dilakukan kalkulasi rute sesuai kepadatan jaringan.

c. Untuk melakukan analisa perbandingan kinerja penjaluran diperlukan perancangan jaringan LAN konvensional menggunakan protokol penjaluran OSPF sebagai penerapan prinsip kerja algoritma dijkstra didalamnya dengan mengemulasikan jaringan tersebut dalam aplikasi GNS3.

d. Untuk menentukan perbandingan performansi penjaluran pada kedua teknologi tersebut diperlukan pengukuran pada delay, jitter, troughput, packet loss dan traceroute pada kedua teknologi tersebut.

1.4. Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada :

a. Untuk mensimulasikan jaringan LAN tersebut digunakan aplikasi miniNet untuk jaringan berbasis Software Defined Network dan GNS3 untuk jaringan berbasis Konvensional.

b. Menggunakan Ryu sebagai control plane dan Mininet sebagai forwarding plane serta OpenFlow 13 sebagai protokol antarmuka yang menghubungkan keduanya.. c. Sistem penjaluran algoritma dijkstra yang digunakan memanfaatkan aplikasi SNHx

yang dibuat diatas Ryu Controller.

d. Sebagai jaringan pembanding pada penjaluran paket, simulasi jaringan konvensional menggunakan protocol routing IGP yaitu OSPF sebagai implementasi algoritma dijkstra.

e. Topologi yang digunakan terdiri dari 11 perangkat forwarding (switch openflow) dan sebuah controller berbasis RYU.

(5)

4

f. Nilai cost untuk setiap link bernilai berbeda-beda disesuaikan berdasarkan skenario. g. Parameter QoS yang diukur meliputi delay, jitter, throughput dan packet loss

menggunakan aplikasi D-ITG dan Iperf.

h. Hanya membahas kinerja penjaluran berupa hubungan pengukuran QoS dengan hasil traceroute pada jaringan.

i. Di dalam tugas akhir ini hanya membuktikan seberapa baik kinerja penjaluran berdasarkan nilai pengukuran QoS pada jaringan berbasis Software Defined Network dibandingkan dengan jaringan berbasis konvensional.

j. Tidak membahas sistem komunikasi data pada kedua teknologi jaringan. 1.5. Metodologi Penelitian

Metodelogi yang digunakan pada penulisan tugas akhir ini sebagai berikut : 1. Studi literatur

Pencarian informasi yang bersumber dari buku,media dan diskusi yang bertujuan menunjang selesainya tugas akhir ini

2. Perancangan dan implementasi alat

Melakukan perancangan sistem kerja alat sesuai dengan parameter yang diinginkan dan mengaplikasinya.

3. Analisa sistem

Mengamati hasil dari sistem yang dikerjakan dan menganalisis serta menyimpulkan masalah yang ada.

4. Penarikan kesimpulan

Dari keseluruhan tahapan yang telah dilakukan diatas ditambah dengan masukan dari dosen pembimbing maka dapat diambil kesimpulan dari hasil yang telah dilakukan. 1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini terdiri dari enam bab yaitu : BAB I: PENDAHULUAN

(6)

5

Pada bab 1 ditulis tentang latar belakang tugas akhir, tujuan,

rumusan masalah, metodologi penelitian, dan sistematikan penulisan.

BAB II: DASAR TEORI

Pada bab 2 berisi mengenai berbagai dasar teori tentang software Defined Networking, Algoritma dijkstra, protokol routing OSPF, Mininet, GNS3, dan QoS dengan bersumber dari berbagai referensi.

BAB III: PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab 3 penulis membahas tentang perancangan sistem dengan flowchart

dan implementasiannya.

BAB IV: PENGUJIAN DAN ANALISIS

Pada bab 4 menjelaskan hasil pengujian dan analisis dari sistem yang telah

dirancang dan diimplementasikan.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab 5 merupakan akhir dari seluruh penulisan tugas akhir yang

menghasilkan kesimpulan dan saran untuk pengembangan dari tugas akhir

(7)

6

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Software Defined Networking

Software Defined Networking (SDN) adalah sebuah konsep pendekatan jaringan komputer dimana sistem pengontrol dari arus data dipisahkan dari perangkat kerasnya. Awal mula terciptanya teknologi Software Defined networking dimulai tidak lama setelah Sun Microsystems merilis Java pada tahun 1995 [11] [12] [13], namun pada saat itu belum cukup membangunkan para periset untuk mengembangkan teknologi tersebut. Baru pada tahun 2008 Software defined networking ini dikembangkan di UC Berkeley and Stanford University [14]. Dan kemudian teknologi tersebut mulai dipromosikan oleh Open Networking Foundation yang didirikan pada tahun 2011 untuk memperkenalkan teknologi SDN dan OpenFlow.

Pada teknologi jaringan konvensional, sistem pembuat keputusan kemana arus data dikirimkan dibuat menyatu dengan perangkat kerasnya. Namun di dalam teknologi SDN memiliki dua karakteristik. Pertama, SDN memisah antara control plane dari data plane. Kedua, SDN menggabungkan control plane setiap perangkat menjadi sebuah kontroler yang berbasiskan programmeable software. Sehinga sebuah kontroler tersebut dapat mengontrol banyak perangkat dalam sebuah data plane. Di dalam SDN sebuah jaringan tersentralisasi dalam sebuah kontroler yang berbasiskan software yang dapat memelihara jaringan secara keseluruhan, Sehingga dapat mempermudah dalam mendesain dan mengoperasikan jaringan karena hanya melalui sebuah logical point. Berikut adalah keunggulan Software Defined Networking :

a. Manajemen terpusat dan kontrol perangkat jaringan dari beberapa vendor. b. Peningkatan otomatisasi dan manajemen dengan menggunakan API.

c. Inovasi cepat melalui kemampuan untuk memberikan kemampuan jaringan baru dan jasa tanpa perlu mengkonfigurasi perangkat individu atau menunggu penjual rilis. d. Programmability oleh operator, perusahaan, vendor perangkat lunak independen, dan

pengguna (bukan hanya produsen peralatan) menggunakan pemrograman umum lingkungan, yang memberikan semua pihak peluang baru untuk mendorong pendapatan dan diferensiasi.

(8)

7

e. Peningkatan kehandalan jaringan dan keamanan sebagai akibat dari pengelolaan jaringan terpusat dan manajemen otomatis dari perangkat jaringan, penegakan kebijakan yang seragam, dan meminimalisir kesalahan konfigurasi yang lebih sedikit. f. Kemampuan kontrol jaringan akan lebih rinci dengan menerapkan dengan kebijakan

di tingkat sesi, pengguna, perangkat, dan aplikasi secara komprehensif.

g. Penyajian antarmuka yang lebih baik sebagai aplikasi manajemen jaringan terpusat. 2.1.1. Arsitektur Software Defined Networking

Arsitektur SDN memiliki 3 layer yaitu application layer, control layer, dan Infrastructure layer. Ketiga layer tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Berikut gambar arsitektur secara umum Software Defined Nework :

Gambar 2.1 Arsitektur SDN [2]

a) Application Layer

Application Layer merupakan layer yang berperan sebagai antar muka untuk memudahkan pengelola jaringan dalam melakukan fungsi konfigurasi, fungsi kontrol, dan fungsi evaluasi. Pada lapisan ini terbentuk dari integrasi dengan control layer yang memberikan informasi tentang jaringan yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk yang dapat dipahami oleh pengelola jaringan.

b) Control Layer

Control Layer merupakan lapisan yang berfungsi untuk mengontrol seluruh aktifitas jaringan. Dalam lapisan tersebut terdapat fungsi control plane.

c) Infrastucture Layer

Infrastruktur layer merupakan lapisan terbawah dari arsitektur Softwar Defined Network. Didalam lapisan tersebut berisi perangkat keras yang berfungsi sebagai

(9)

8

Forwarding Plane berdasarkan Data Plane. Perangkat keras pada lapisan tersebut yaitu router dan switch.

2.1.2. OpenFlow

Sejumlah standar protokol ada pada penggunaan SDN dalam aplikasi nyata. Salah satu standar protokol yang paling populer disebut OpenFlow [15] - [17], [18], [19]. OpenFlow adalah protokol yang memungkinkan pelaksanaan konsep SDN pada hardware dan software. Sebuah fitur penting dari OpenFlow adalah bahwa para ilmuwan dapat memanfaatkan perangkat keras yang ada untuk merancang protokol baru dan menganalisis kinerja mereka. Sekarang hal ini menjadi bagian dari router dan switch yang tersedia secara komersial.

Sebagai protokol standar SDN, OpenFlow diusulkan oleh Stanford. Mengenai testbeds dari OpenFlow, banyak desain telah diusulkan untuk protokol OpenFlow. Mereka menggunakan kode open source untuk mengontrol pengendali SDN universal dan switch. Mengenai switch, OpenVSwitch (OVS) [20] adalah salah satu yang paling popular yang merupakan software berbasis Switch OpenFlow. Kernel yang ditulis dalam Linux 3.3 dan firmware yang termasuk Pica8 [21] dan Indigo [22] juga tersedia. OpenFlow adalah protokol flow-oriented dan memiliki switch dan port abstraksi untuk mengontrol aliran [23] - [29]. Di SDN, terdapat software bernama Controller untuk mengelola switch sebagai pengendali lalu lintas. Controller berkomunikasi dengan switch OpenFlow dan switch dikelola melalui protokol OpenFlow. Switch OpenFlow dapat memiliki beberapa flow table, group table, dan OpenFlow channel (Gambar 2.2 ). Setiap flow table berisi entri aliran dan berkomunikasi dengan controller, dan group table dapat mengkonfigurasi flow entri. Switch OpenFlow terhubung satu sama lain melalui port OpenFlow.

(10)

9

Awalnya data path dari perangkat routing OpenFlow memiliki tabel routing kosong dengan beberapa bidang (seperti alamat IP sumber, jenis QoS, dll). Tabel ini berisi beberapa paket bidang seperti tujuan port yang berbeda (receiving atau transmission), serta bidang aksi yang berisi kode untuk tindakan yang berbeda, seperti paket forwarding atau receiving, dll. Tabel ini dapat diisi berdasarkan paket data yang masuk. Ketika sebuah paket baru diterima yang tidak memiliki entri yang cocok dalam data flow table, maka diteruskan ke controller untuk diproses. Controller bertanggung jawab untuk keputusan penanganan paket, misalnya, sebuah paket yang baik turun, atau entri baru ditambahkan ke dalam data flow table tentang bagaimana untuk menangani hal ini dan yang sejenis paket yang diterima [29], [30].

SDN memiliki kemampuan multi pemrograman switch secara bersamaan, tetapi sistem tersebut masih terdistribusi. Oleh karena itu, mengakibatkan kompleksitas konvensional seperti dropping paket, delaying dari paket kontrol dll. Platform saat ini untuk SDN, seperti NOx dan Beacon, memungkinkan untuk pemrograman, tetapi masih sulit untuk mengaplikasikan program mereka dalam tingkat rendah. Dengan protokol baru (seperti OpenFlow), SDN menjadi lebih mudah untuk diaplikasikan. Control plane menghasilkan tabel routing sedangkan data plane memanfaatkan tabel untuk menentukan di mana paket harus dikirim. OpenFlow dan SDN memungkinkan pusat data dan peneliti untuk dengan mudah untuk mengelola jaringan besar. Arsitektur OpenFlow biasanya meliputi 3 komponen penting :

a) Switch: OpenFlow mendefinisikan protokol open source untuk memantau atau mengubah tabel aliran dalam switch yang berbeda dan router. Sebuah Switch OpenFlow setidaknya memiliki tiga komponen: a) Flow table, masing-masing dengan bidang tindakan yang terkait dengan setiap flow entri, b) communication channel, yang menyediakan link untuk transmisi perintah dan paket antara controller dan switch , c) protokol OpenFlow, yang memungkinkan controller OpenFlow mampu berkomunikasi dengan router / switch.

b) Controller: Sebuah controller dapat memperbarui (merevisi, menambah, atau menghapus) flow entri dari flow table.

c) Flow entri: Setiap flow entri berisi setidaknya tindakan sederhana (operasi jaringan) untuk item aliran. Kebanyakan switch OpenFlow mendukung tiga tindakan berikut: (a) mengirimkan paket flow tersebut untuk port, (b) encapsulating paket aliran ini dan mengirimkan ke controller, dan (c) droping paket flow.

(11)

10

OpenFlow telah melalui banyak iterasi standar, dan saat ini pada versi 1.3; namun hanya versi 1.0 tersedia untuk perangkat lunak praktis dan desain hardware. Versi kedua dan selanjutnya dari OpenFlow mengubah struktur pertandingan sehingga jumlah dan bit hitungan setiap kolom header bisa ditentukan. Jadi protokol baru akan lebih mudah untuk diterapkan. Dalam controller khusus digunakan untuk memisahkan bit kontrol dari bit data, yang memungkinkan untuk infrastruktur jaringan lebih mudah untuk dibagikan.

Saat ini, beberapa proyek yang sedang berjalan telah memanfaatkan OpenFlow yaitu di Eropa dan Jepang [29], [30]. Di Eropa, delapan pulau saat ini saling berhubungan menggunakan OpenFlow. Di Jepang, ada rencana untuk membuat jaringan yang kompatibel dengan Eropa, serta testbed yang jauh lebih luas.

Standar OpenFlow mengasumsikan kontrol terpusat, yaitu, satu-titik pengendali dapat mengelola semua flow table dalam switch yang berbeda. Konsep ini bekerja sangat baik dalam jaringan area lokal skala kecil dan jaringan berbasis kabel. Ketika OpenFlow diusulkan, itu diuji dalam jaringan kampus kabel. Namun, jika banyak switch dikerahkan di area yang luas, sulit untuk menggunakan kendali single-point.

2.1.3. RYU Controller

Ryu adalah perangkat lunak berbasis yang berfungsi sebagai controller pada Software Defined Network [5]. Ryu menyediakan komponen perangkat lunak dengan API didefinisikan dengan baik yang membuatnya mudah bagi pengembang untuk membuat aplikasi manajemen jaringan dan kontrol baru. Ryu mendukung berbagai protokol untuk perangkat jaringan mengelola, seperti OpenFlow, netconf, OF-config, dll Tentang OpenFlow, Ryu mendukung sepenuhnya 1.0, 1.2, 1.3, 1.4 dan Nicira Extensions. Semua kode ini tersedia secara bebas di bawah lisensi Apache 2.0.

(12)

11 2.2. Algoritma Dijkstra

Algoritma Dijkstra, yang ditemukan oleh pakar komputer asal Belanda, Edsger Dijkstra, adalah algoritma greedy yang menyelesaikan permasalahan mencari jarak terpendek dari suatu graf berarah dengan bobot sisi yang tidak negatif. Contoh analogi: jika simpul pada graf melambangkan suatu entitas komputer dalam jaringan dan bobot sisi melambangkan besaran beban (metric cost) antarentitas, algoritma Dijkstra dapat dipakai untuk mencari rute terbaik antara dua komputer dalam jaringan komputer.

Pada bagian ini saya memberikan penjelasan sederhana dari algoritma Dijkstra sebagaimana dalam buku umum ”Introduction to algorithms” (Cormen et al 2001.) Dan buku klasik lainnya (Sedgewick dan Wayne 2011; Aho, Hopcroft, dan Ullman 1987 ) dan seperti yang biasanya diajarkan di seluruh dunia. Demikian pula, banyak makalah ilmiah tentang algoritma Dijkstra, menggunakan kerangka kerja ini (Sniedovich 2006; Cherkassky, Goldberg, dan Radzik 1996). Diketahui simpul sumber s graf berarah G = (V, E) berbobot dimana semua ujung-ujungnya non negatif, algoritma Dijkstra menemukan jalan dengan biaya terendah (jalur terpendek) antara s dan setiap simpul lainnya di G.

Pada algoritma Dijkstra, ditampilkan dalam Algoritma 1, mempertahankan simpul dari grafik V di dua set memisah dan melengkapi simpul S ⊆ V dan Q ⊆ V. S, diawali dengan ∅ (baris 2), termasuk semua simpul yang jalur terpendek dari s telah ditentukan. Q adalah prioritas antrian diinisialisasi oleh semua x ∈ V (Jalur 4). Q mengetik dengan dist [x], yang merupakan panjang lintasan terpendek saat ini diketahui dari s ke x ∈ Q. dist[] yang diinisialisasi (baris 1-2) suchthatfor x ∈ V \ s dist [x] = ∞ sementara dist [s] = 0. S di inisialisasi ∅.

Tabel 2.1 Algoritma Djikstra [13]

Algoritma Dijkstra Input: G=(V, E) Output: d[|V|]

1 (∀x ≠ s) dist[x]=+∞ //Initialize dist[] 2 dist[s]=0

3 S = ∅

4 Q = V // Keyed by dist[]. 5 while Q = ∅ do

(13)

12 7 S = S ∪{u}

8 foreach vertex v ∈ Adj(u) do

9 dist[v]=min(dist[v],dist[u]+w(u,v)) 10 //”Relax” operation.

Pada setiap siklus, algoritma Dijkstra mengekstrak vertex u ∈ Q dengan minimal dist [] di Q. Kemudian, untuk setiap v tetangga u set dist [v] = min (dist [v], dist [u] + w (u , v)). u kemudian ditambahkan ke S. Algoritma Dijkstra mempertahankan invarian bahwa setiap kali u dipilih dari Q maka Pastilah itu dist [u] = δ (u), di mana δ (x) adalah jalur terpendek dari s ke x. Pembuktian adalah dengan induksi. Awalnya hal ini berlaku untuk s. Kemudian, setiap kali u dipilih, karena itu node dengan minimal dist [] di Q berikut bahwa dist [u] harus sama dengan delta (u), jika tidak, kita mencapai kontradiksi. Hal ini penting untuk dicatat bahwa Algoritma Dijkstra dalam bentuk dasarnya seperti biasanya muncul dalam buku ini dirancang untuk menemukan jalan terpendek untuk semua simpul dari grafik.

2.3. Protokol Routing OSPF ( Open Shortest Path First )

Open Shortest Path First (OSPF) adalah protokol yang memanfaatkan algoritma Dijkstra dalam pemilihan rute terbaiknya. OSPF merupakan sebuah protokol perutean berjenis IGP (interior gateway protocol) yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu organisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana pengguna masih memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya, atau dengan kata lain, pengguna masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika pengguna sudah tidak memiliki hak untuk menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan eksternal. Selain itu, OSPF juga merupakan protokol perutean yang berstandar terbuka. Maksudnya, protokol perutean ini bukan ciptaan dari vendor mana pun, sehingga siapapun dapat menggunakannya, perangkat mana pun dapat cocok dengannya, dan di mana pun protokol perutean ini dapat diimplementasikan.

Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi link-state yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat mangkus dalam proses pembaruan informasi rute. Prinsip perutean link-state sangat sederhana. Sebagai pengganti dalam menghitung rute terbaik dengan cara terdistribusi, semua perute mempunyai peta jaringan dan menghitung semua rute terbaik dari peta ini. Peta jaringan tersebut

(14)

13

disimpan dalam sebuah basis data dan setiap record dalam basis data tersebut menyatakan sebuah pautan (link) dalam jaringan. Record-record tersebut dikirimkan oleh perute yang terhubung langsung dengan masing-masing pautan. Karena setiap perute perlu memiliki peta jaringan yang menggambarkan kondisi terakhir topologi jaringan yang lengkap, setiap perubahan dalam jaringan harus diikuti oleh perubahan dalam basis data link-state yang terletak di setiap perute. Perubahan status pautan yang dideteksi perute akan mengubah basis data link-state perute tersebut, kemudian perute mengirimkan perubahan tersebut ke perute - perute yang lain.

2.4. Mininet

Mininet [7] adalah emulator jaringan SDN yang dapat mensimulasikan kinerja antara end-host, switch, router, controller, dan link dalam sebuah kernel Linux. Mininet merupakan sebuah sistem virtualisasi yang dapat menggambarkan jaringan yang besar dengan hanya menggunakan sebuah laptop. Mininet bersifat open source, sehingga proyek yang telah dilakukan berupa source code, scripts, dan dokumentasi yang dapat dikembangkan oleh siapapun.

Karakteristik yang dimiliki Mininet yaitu:

 Flexible, topologi dan fungsionalitas yang baru akan sistem yang dibuat harus didefinisikan dalam bentuk software menggunakan bahasa yang familiar dan operating system.

 Deployable, jika ingin membangun sebuah prototype dengan fungsionalitas yang benar untuk jaringan yang bersifat hardware-based, testbed yang dibuat tidak memerlukan perubahan terhadap code atau konfigurasi yang dirubah sebelumnya.

 Interactive, mengatur dan menjalankan jaringan harus berdasarkan waktu yang rill, sebagaimana berhubungan dengan jaringan yang sebenarnya.

 Scalable, lingkup prototype ini dapat menggambarkan jaringan dengan jumlah switch dari ratusan hingga ribuan hanya dalam satu laptop.  Realistic, perilaku dari prototype dapat menunjukan perilaku jaringan

yang sebenarnya dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.

 Share-able, prototype yang telah dibentuk dapat saling dibagikan antar kolabotor untuk dijalankan atau dimodifikasi dalam eksperimen selanjutnya.

Gambar

Gambar 2.1 Arsitektur SDN [2]
Gambar 2.2 OpenFlow Model [2]
Gambar 2.3 Arsitektur RYU [2]
Tabel 2.1  Algoritma  Djikstra [13]

Referensi

Dokumen terkait