Refleksi Setahun NKB dan Revitalisasinya Pada Pemerintahan 2014 - 2019
Hotel Mercure, 12 November 2014
Menuju Perbaikan Tata Kelola
Hutan dan Lahan Gambut
MAS ACHMAD SANTOSA
Deputi Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan
4 Potret Buram
Pengelolaan
SDA-LH
1. Potret
Situasi terkini (1/2) … percepatan penyelesaian tata batas dan
penetapan kawasan hutan sampai akhir Desember 2014, dan rencana
percepatan Kementerian Kehutanan
3
Sampai dengan akhir Desember 2014:
percepatan pada kawasan hutan yang sedikit
berhubungan dengan hak pihak ketiga
1
83,313
juta
hektar
(68,06%)
*
2
122,405
juta hektar
(100%)
*
Sampai dengan 2015:
percepatan pada kawasan hutan yang
banyak berhubungan dengan hak pihak ketiga
Situasi terkini (2/2) … pengakuan dan pembuktian hak pihak ketiga
(PPH)
4
Disadari bahwa dalam kawasan hutan yang telah ditetapkan masih
dimungkinkan adanya hak-hak pihak ketiga yang sah.
1
Mengantisipasi hal tersebut, Menteri Kehutanan mengeluarkan ketentuan
dan mekanisme hak-hak pihak ketiga dalam Permenhut No.
P.44/Menhut-II/2012 jo. P.62/Menhut-II/2013 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan
khususnya Pasal 23 dan Pasal 24.
2
Hal ini diimplementasikan dalam salah satu AMAR pada setiap Surat
Keputusan Penetapan Kawasan Hutan yang memuat klausul: “Dalam hal
masih terdapat hak-hak pihak ketiga yang sah dalam penetapan kawasan
hutan ini, akan dikeluarkan dari kawasan hutan seasuai peraturan
perundangan”.
*3
2. Potret Kerangka Hukum
Terdapat peraturan perundang-undangan yang
memberikan diskresi terlalu besar kepada Pemerintah
untuk melakukan konversi dan konsesi tanpa adanya
perimbangan kekuasaan (checks and balances)
Terdapat peraturan perundang-undangan (di berbagai
sektor) yang memiliki banyak kekurangan, celah,
tumpang tindih sehingga mengakibatkan
praktek-praktek pengelolaan SDA-LH yang tidak berkelanjutan
Terdapat peraturan perundang-undangan yang tidak
mendukung penerapan pengambilan keputusan yang
mengutamakan penerapan tata kelola yang baik
Terdapat peraturan perundang-undangan yang tidak
mendukung kelangsungan hidup masyarakat yang
bergantung pada hutan, termasuk Masyarakat Hukum
Adat
3. Potret Perizinan; Temuan Audit di Kalteng
6
A. Data Perizinan Tidak
Terdokumentasi dengan Baik
B. Upaya Penertiban Perlu Dilakukan
pada Seluruh Izin
C. Peraturan Perizinan Kurang
Lengkap dan Tidak Harmonis antar
Daerah dan Pusat
7
Barsel Kapuas Kotim
Tambang 29.31% 17.80% 8.54% Kebun 11.70% 21.55% 26.05%
0.00%
20.00%
40.00%
KeteranganAngka ini diperoleh dari:
1) Dokumen Legalitas Subyek Hukum Pemegang Izin, seperti Akta Pendirian, TDP, SIUP, dll; 2) Dokumen Perizinan Usaha, meliputi izin, persyaratan izin, dan laporan kegiatan;
3) Dokumen Lingkungan Hidup, meliputi AMDAL/DELH, izin lingkungan, dan laporan pelaksanaan RKL-RPL; 4) Dokumen Hak atas Tanah, meliputi HGU untuk kebun dan izin kehutanan bila di Kawasan Hutan; dan 5) Dokumen bukti bayar PNBP.
Data Perizinan Tidak Terinventarisasi
Dengan Baik
Proses Perizinan Tidak Mematuhi
Peraturan Perundang-undangan
0
Lulus
259
8
Lulus
dengan
Syarat
Tidak
Lulus
1. Barsel: Kebun [17]; Tambang [31]
2. Kapuas: Kebun [30]; Tambang [123]
3. Kotim: Kebun [32]; Tambang [26]
1. Barsel: Kebun [0]; Tambang [2]
2. Kapuas: Kebun [0]; Tambang [0]
3. Kotim: Kebun [0]; Tambang [6]
Keterangan:
1) Lulus berarti izin telah memenuhi seluruh indikator pada aspek hukum yang diaudit.
2) Lulus dengan syarat berarti Pemda perlu melakukan konfirmasi, verifikasi, dan tindakan
administratif. Bila terpenuhi, maka izin dapat lulus.
3) Tidak lulus berarti izin harus dicabut atau dibatalkan demi hukum.
HASIL AUDIT LEGALITAS IZIN:
1
2
3
Data C&C KemenESDM:
Barsel [21]
Kapuas [31]
Kotim [9]
Data C&C KemenESDM:
Kotim [3]
4. Potret Penegakan Hukum
Praktik Korupsi ditengarai masih banyak mewarnai proses
peradilan
Kurangnya kapasitas, dukungan ahli & kemampuan penegak
hukum menggunakan pendekatan multidoor (seperti
penggunaan pendekatan korupsi, pencucian uang dan
menjerat pelaku intelektual)
Belum dioptimalkannya pengawasan penaatan sebagai tulang
punggung penegakan hukum administrasi
1
2
3
Pertautan kepentingan politik dan bisnis yang berpotensi
untuk menghambat penegakan hukum yang efektif
4
Walaupun peraturan perundang-undangan dapat menjerat
pelaku fungsional, ketentuan pertanggungjawaban pidana
korporasi jarang diterapkan
Program Prioritas
Kehutanan KIB II
Rencana Aksi Inpres 6/2013
1. Penundaan terhadap penerbitan izin baru pada hutan alam primer dan lahan gambut
• Penundaan terhadap penerbitan izin baru pada hutan alam primer dan lahan gambut di dalam kawasan hutan; • Penundaan terhadap penerbitan izin baru pada hutan alam primer dan lahan gambut di luar kawasan hutan; • Penundaan terhadap penerbitan rekomendasi / izin lokasi / izin usaha baru pada hutan alam primer dan lahan
gambut oleh Pemda.
2. Pemutakhiran Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB)
• Penyempurnaan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB) pada kawasan hutan primer dan lahan gambut setiap 6 bulan sekali;
• Penyusunan PIPIB berskala operasional secara nasional;
• Percepatan konsolidasi Peta Indikatif Penundaan Izin Baru ke dalam revisi peta tata ruang wilayah;
3. Penyempurnaan kebijakan tata kelola hutan dan lahan gambut
• Penyempurnaan sistem informasi tata kelola hutan dan lahan gambut; • Penyempurnaan peta hutan Indonesia;
• Percepatan pengukuhan tata batas kawasan hutan; • Penyempurnaan mekanisme pengukuhan kawasan hutan;
• Penyelesaian konflik dan tumpang tindih perizinan di kawasan hutan; • Perbaikan tata kelola hak pengelolaan atas kawasan hutan;
• Pembangunan Sistem Pengelolaan Informasi Perizinan Terpadu (SIP);
• Terlaksananya Audit Legalitas Izin Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan;
• Terlaksananya penyempurnaan tata kelola perizinan kehutanan, pertambangan & perkebunan di kawasan hutan & lahan gambut;
• Penyempurnaan tata kelola lahan kritis, lahan gambut, dan kawasan hidrologis lahan gambut; • Harmonisasi berbagai peraturan perundangan tata kelola hutan dan lahan gambut.
4. Penyempurnaan kebijakan tata kelola untuk pengurangan emisi
• Pelaksanaan KLHS sebagai panduan perumusan, implementasi, dan evaluasi kebijakan yang berkelanjutan; • Peningkatan efektivitas penegakan hukum di atas hutan dan lahan gambut melalui implementasi UU PPLH;
• Penyediaan data Citra Satelit Resolusi Rendah, Menengah dan Tinggi untuk mendukung perencanaan kehutanan dan pemantauan tutupan hutan;
• Perhitungan deforestasi hutan yang transparan dan akuntabel;
• Perhitungan REL (Reference Emision Level) yang transparan dan akuntabel.
12
-
Penggunaan pendekatan
multi-door dalam
penegakan hukum
-
Resolusi Konflik
-
Pencegahan Karhutla (13
Langkah)
-
Kebijakan satu peta/satu data
-
Percepatan pengukuhan kawasan
hutan (Pengakuan dan Pembuktian
Hak)
-
Pengakuan dan perlindungan hak
masyarakat hukum adat (Pengakuan
dan Pembuktian Hak)
-
Database Lahan Terdegradasi
-
Baseline Emisi AFOLU
-
Database dan Peta Jalan
Penyempurnaan PerUUan SDA-LH
-
Satu Informasi Perizinan (SIP)
-
Penataan Perizinan
-
Perbaikan kebijakan perizinan bidang
perkebunan
-
Perbaikan kebijakan HGU
PERENCANAAN
PEMANFAATAN
PENGAWASAN &
PENEGAKAN HUKUM
Langkah-langkah
Mendorong Penyempurnaan Tata Kelola Hutan
dan Lahan Gambut
13
1. Peta Jalan
Pembaruan
Hukum &
Database
2. Penataan
Perizinan
3. Penguatan Hak
Masyarakat
Hukum Adat
4. Resolusi atas
Konflik Berbasis
Lahan
5. Penegakan
Hukum
6. Pencegahan
Karhutla
1. Peta Jalan Pembaruan Hukum & Database
14
Prioritas PerUU yang Perlu Dikaji/Dirancang
•Percepatan pengundangan RUU PP MHA.
• Pembentukan peraturan teknis oleh Kemenhut mengenai mekanisme Pengakuan dan Pembuktian Hak Pihak Ke-3 (PPH). • Perpres/SKB antar K/L terkait (antara lain Kemenhut, Kementan,
ESDM, BPN) mengenai perijinan yang terintegrasi dengan layanan satu pintu (SIP) dalam kegiatan perkebunan dan pertambangan di dalam kawasan hutan.
• Optimalisasi penggunaan UU 18/2013 dalam penegakan hukum terkait SDA-LH (termasuk Perpres yang merealisasikan pembentukan Lembaga Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan (LP3H) yang efektif, kuat, independen, sinergis dan berintegritas).
• Kaji ulang peraturan terkait mekanisme dan tata cara pemberian hak atas tanah antara lain HGU.
• PP Perlindungan dan Pengelolaan Gambut, Baku Mutu Kerusakan Lingkungan, serta KLHS.
Mekanisme Perancangan PerUU
• Pembentukan database peraturan berbasis website yang lengkap, mudah digunakan dan akurat (penekanan peraturan terkait SDA-LH);
1. Perkembangan Peta Jalan Pembaruan Hukum
& Database
16
TARGET
KEGIATAN UNTUK
MENCAPAI TARGET
PERKEMBANGAN
Peta Jalan Pembaruan
Hukum SDA-LH
1. Penyempurnaan kajian
peta jalan (isu:
Kehutanan, Pertanahan
dan MHA)
2. Penyusunan metode
analisis dan evaluasi
perUUan
1. Kajian sedang tahap
finalisasi kajian, pisau
analisis telah
diselesaikan.
2. Draft awal metode
analisis dan evaluasi
telah diselesaikan.
Pusat Data dan Situs Web
(Database PerUUan)
1. Pengembangan
Database
(peraturan.kemenkumh
am.go.id).
2. Pengadaan Infrastruktur
pendukung IT.
3. Penyusunan kajian
cetak biru pengelolaan
database.
1. Database sedang tahap
pengembangan dengan
dibantu oleh vendor
2. Pengadaan dalam
proses availibility
checking.
3. Penyusunan kajian
sedang dirumuskan.
2. Penataan Perizinan
17Sistem/Satu Informasi
Perizinan (SIP)
• Pembangunan infrastruktur SIP• Pengumpulan dan digitalisasi dokumen • Perbaikan pengarsipan • Sosialisasi SIP • Penerbitan kebijakan implementasi SIP
Audit Perizinan
• Pembentukan Pedoman Audit Legalitas Izin• Pelaksanaan Audit Legalitas Izin (dokumen dan lapangan) • Evaluasi Sistem Perizinan • Penyusunan Rekomendasi
(perbaikan kebijakan dan penertiban izin)
Tindak Lanjut
Rekomendasi
• Penertiban izin yang
bermasalah
• Penyelesaian
konflik/tumpang tindih
lahan
• Perbaikan kebijakan dan
harmonisasi peraturan
OUTCOME
• Data izin yang lengkap & mutakhir, serta dapat diakses pusat dan daerah (termasuk satu peta izin) • Sistem perizinan online yang memperbaiki tata kelola perizinan dan terintegrasi (mengadopsi
Keterbukaan Informasi Perizinan)
• Iklim investasi yang baik (memberikan kepastian hukum dan bebas konflik)
• Peraturan hukum yang harmonis antara pusat dan daerah, serta mendukung tata kelola perizinan • Emisi GRK turun, ekonomi tumbuh & kesejahteraan rakyat meningkat
Catatan:
18
BIG
ONE MAP K/L PUSAT Cth: Kementan, KemenESDM, KLH, Kemenhut.
PEMBERI IZIN
PELAKU
USAHA
PENGAWAS
PEMPROVPEMKAB
K/L PUSAT
Cth: Kemendagri,
Kementan,
KemenESDM, KLH,
Kemenhut.
PEMPROV
Cth: Itjen,
Distamben, Dishut,
Disbun.
Pemkab
Cth: Itjen, Distamben,
Dishut, Disbun.
MASYARAKAT
Satu Informasi Perizinan (SIP) sistem pangkalan dan pengelolaan data perizinan berbasis online
; Pihak Terkait
19UKP-PPP
Kemenko
Perekonomian
Hukum
HAM
Dalam
Negeri
BIG
Pengelola SIP
Didukung oleh BP REDD+
Agraria &
Tata
Ruang
ESDM
LH Hutan
Per-tanian
Ke-uangan
BKPM
Perda-gangan
K/L
lainnya
BPKP
Pemda
Keuntungan SIP yang Terintegrasi
• Memastikan akurasi dan kelengkapan data;
– Perencanaan; memastikan perencanaan berbasis lahan (misal kebutuhan
pengembangan sawit/batubara disesuaikan dengan kondisi rill di lapangan;
– Pengawasan: efektivitas pengawasan lapis kedua (pemerintah provinsi/pusat);
• Mengurangi potensi kerugian negara;
– Memastikan pembayaran pajak dengan baik - NPWP perusahaan benar;
– Memastikan pembayaran PNBP dengan baik;
• Memberi kepastian usaha dan kepastian hukum bagi investor;
• Memastikan pelayanan perizinan di daerah sesuai dengan NSPK yang
dikembangkan oleh Pemerintah Pusat;
• Saranan komunikasi dan koordinasi horizontal – vertikal; pemerintah pusat –
daerah serta antar sistem informasi/pelayanan perizinan;
• Memastikan informasi dan data yang setara antara Pemerintah Pusat dan
Daerah;
• Meningkatkan iklim investasi yang baik;
20Analisa Data SIP: Optimalisasi Penerimaan Negara/Daerah
21
ALERT
SYSTEM
2. Audit Legalitas Perizinan; Tujuan
1) Mewujudkan praktik perizinan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (sahih);
2) Memberikan kepastian hukum bagi pengusaha yang taat hukum dan
beritikad baik dan menciptakan iklim usaha yang baik;
3) Mengidentifikasi persoalan di tingkat kebijakan dan langkah
perbaikannya,
Ruang Lingkup Audit Legalitas Izin
23Aspek Legalitas
Subyek Hukum
Pemegang Izin
Aspek Perizinan
Usaha
Aspek Lingkungan
Hidup
Aspek Penerimaan
Negara
Aspek Sosial
Rekomendasi Hasil Audit (Kalimantan Tengah)
24
1. REKOMENDASI
TINGKAT
KEGIATAN
• Pelengkapan dokumen oleh
pemegang izin melalui SIP;
• Tindakan penertiban berdasarkan
rekomendasi hasil audit.
2. REKOMENDASI
TINGKAT
KEBIJAKAN
• Penyempurnaan peraturan (pusat –
daerah);
• Pengembangan SIP;
• Pembentukan tim penyelesaian
tumpang tindih izin/hak atas
tanah.
3. Masyarakat Hukum Adat (MHA)
25
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012
Amandemen Pasal 1 (6) UU Kehutanan No. 41/1999
‘Hutan Adat adalah Hutan Negara yang berada dalam wilayah
masyarakat hukum adat’
Dampak Potensial
- Membuat MHA dapat mengklaim hak tenurial dalam kawasan hutan
- MHA dapat melindungi hutan dengan menggunakan pengetahuan
lokal dan tradisional mereka
- Mengurangi konflik lahan
Langkah Tindak Lanjut
- Pengundangan UU PP MHA secara transparan dan partisipatif (mendukung Kemenhut)
- Solusi sementara (interim solution) sebelum adanya pengundangan UU PP MH
> UKP4 dan BP REDD+ mendukung Kemenkokesra untuk mengkoordinir K/L dalam mengimplementasikan Putusan MK (rencana aksi) Sudah terdapat Deklarasi Program Nasional Pengakuan dan Perlindungan MHA melalui REDD+ oleh 9 K/L pada 1 Sep 2014. Dilakukan koordinasi rutin dengan 9 K/L untuk memastikan program nasional berjalan.
> UKP4 dan BP REDD+ sedang menyiapkan model Perda tentang pengaturan dan penetapan pengakuan MHA dan wilayah adatnya
3. Perkembangan Program PPMHA
27
TARGET
KEGIATAN UNTUK MENCAPAI
TARGET
PERKEMBANGAN
Penguatan Pengakuan dan
Perlindungan MHA
1. Membuat model PERDA
tentang tata cara
identifikasi & pengakuan
MHA & wilayah Adat
2. Program BERSAMA: Pilot
untuk PPMHA dengan
membangun pemetaan di
3-5 kabupaten;
1. Deklarasi Program
Nasional Pengakuan dan
Perlindungan MHA
melalui REDD+ oleh 9 K/L
pada 1 Sep 2014.
2. Koordinasi rutin dengan 9
K/L untuk memastikan
program nasional
berjalan.
3. Program BERSAMA telah
diluncurkan.
4. Resolusi Konflik
28 28TN Tesso Nilo,
Riau
83.068 Ha
TN Kutai Timur,
Kalimantan Timur
196.629 Ha
TN Kerinci Seblat
–
Riau, Sumbar, Jambi
Riau
1.375.349 Ha
TN Sebangau,
Kalimantan Tengah
568.700 Ha
TN Kayan Mentarang,
Kalimantan Utara
1.360.500 Ha
4. Perkembangan Resolusi Konflik
29
TARGET
KEGIATAN UNTUK
MENCAPAI TARGET
PERKEMBANGAN
Penyelesaian Konflik di 5
Taman Nasional
• TN Kerinci Seblat, • TN Tesso Nilo, • TN Kutai, • TN Sebangau, • TN Kayan Mentarang1. Pemetaan masalah, aktor, dan sejarah konflik
2. Pelatihan pencegahan dan resolusi konflik untuk stakeholder di 5 TN
3. Pertemuan mediasi konflik dengan para stakeholder terkait
1. Tersusunnya peta masalah, aktor dan sejarah konflik di 5 TN.
2. Telah dilaksanakannya
pelatihan resolusi konflik di 5 TN.
3. Telah dilaksanakannya mediasi pertama untuk konflik TN Kutai dan Tesso Nilo. (Mediasi konflik TNS, TNKM, dan TNKS
dijadwalkan pada Nov 2014).
Peta Jalan Resolusi Konflik
1. Penyusunan analisis tipologi konflik2. Penyusunan analisis kinerja lembaga penyelesaian konflik 3. Pembuatan draft peta jalan
dengan mengintegrasikan hasil analisis dengan
pembelajaran proses resolusi konflik di 5 TN
1. Tersusunnya analisis tipologi konflik dan analisis kinerja lembaga penyelesaian konflik 2. Draft peta jalan resolusi konflik
5. Penegakan Hukum
Penandatanganan NKB Penguatan Kerjasama
30
20 Desember 2012
Naskah Kesepahaman
tentang Peningkatan Kerjasama Penegakan Hukum untuk Mendukung Pengelolaan
SDA yang Berkelanjutan dalam Rangka Pelaksanaan REDD+
Oleh: Menhut, MenLH, Menkeu, Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala PPATK
20 Mei 2013
Peraturan Bersama
tentang Penanganan Perkara Tindak Pidana Terkait SDA-LH Di Atas Hutan dan Lahan Gambut dengan Pendekatan Multidoor
Oleh: Jampidum, Kabareskrim, Dirjen PHKA, Dep Penataan Hukum Lingkungan, Ditjen Bea Cukai, DJKN, dan Waka PPATK
Oktober 2014
Peraturan Jaksa
Agung 28/2014
tentang Pedoman Penanganan
Perkara terkait Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
Penandatanganan Nota Kesepahaman
Peningkatan Kerjasama Penegakan Hukum Untuk
Mendukung Pengelolaan SDA Berkelanjutan
Dalam Rangka Pelaksanaan REDD+
Jakarta, 20 Desember 2012
Penandatanganan Peraturan Bersama
Penanganan PerkaraTindak PidanaTerkait SDA-LH Di
Atas Hutan dan Lahan Gambut dengan Pendekatan
Multid
oor+
Multi-door adalah..
33
“
Pendekatan penegakan hukum
atas
rangkaian/gabungan tindak pidana terkait Sumber Daya
Alam-Lingkungan Hidup (SDA-LH) di atas hutan dan lahan
gambut yang mengandalkan
berbagai peraturan
perundangan
antara lain”
TP Pencucian Uang
Penataan Ruang
Perpajakan
Tindak Pidana Korupsi
Lingkungan Hidup
Pertambangan
Perkebunan
Tujuan dan Manfaat Multidoor
34Menghindari
peluang
lolosnya
pelaku
kejahatan
Efek Jera
(deterrence)
-Pertanggung
jawaban Korporasi
-Pemulihan
Lingkungan
(Hukuman
Tambahan)
Kerjasama
Internasional
(asset recovery)
Pengembalian
Kerugian
Negara
Menghindarkan
disparitas
tuntutan pidana
untuk
perkara-perkara sejenis
Sistem
Penegakan
Hukum
Terpadu
Persebaran & Perkembangan Kasus
35
KALIMANTAN TENGAH
1 (satu) kasus sudah diputus. 4 (empat) kasus putusan. 1 (satu) kasus sidang
1 (sasus) kasus sudah P21 dan siap dilimpahkan; 3 (tiga) kasus sedang dilakukan penyidikan; 1 (satu) kasus sedang penyelidikan
KALBAR
1 (satu) kasus di wilayah Taman Wisata Alam Gunung Melintang sedang dilakukan penyidikan.
RIAU
1 (satu) kasus sudah divonis
8 (delapan) kasus masih proses penyidikan.
ACEH
1(satu) kasus pidana sudah divonis dan 1 (satu) sedang sidang. Selain itu, 1 (satu) gugatan perdata yang dimenangkan negara dan 1( satu) kasus dalam tahap sidang;
2 (dua) kasus P21;
Sultra & Sulut
1 (satu) kasus P21
19 (sembilan belas) kasus penyidikan dan penyelidikan
6. Kebakaran Hutan dan Lahan (Pencegahan)
36
Percepatan penerbitan Peraturan Pemerintah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut untuk
memastikan lahan gambut selalu basah sehingga meminimalisasi terbakarnya lahan gambut.
PP Gambut 1 Peta rawan kebakaran hutan & lahan 2
Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan per Provinsi/ Kab/ Kota perlu dibuat, dimutakhirkan, dilengkapi dan didayagunakan secara optimal. Kemdagri menerbitkan Surat Edaran yang mewajibkan Pemda untuk menindaklanjuti informasi dari peta tersebut dengan
melengkapi infrastruktur, SDM, regulasi (Pergub), dan kesiapan lain yang diperlukan dalam pencegahan karhutla.
Kem Dagri Kem LH
Peta lahan gambut dan hutan dengan fungsi lindung untuk
diintegrasikan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang saat ini tengah disusun. BKPRN mewajibkan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB) digunakan sebagai referensi dalam penetapan gambut dan hutan dengan fungsi lindung.
Percepatan RTRW Prov/Kabupaten/ Kota 4 BKPRN (Kemdagri, KemPU, Kemhut) Bantuan peralatan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) perlu
diberikan kepada masyarakat lokal/kecil. Menugaskan kepada BPPT untuk membuat konsep disain dan/atau protipe alat PLTB yang handal dan ekonomis
Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) 5 BPPT Juni - Juli Minggu IV Juli Juli -Oktober Minggu I September
Penjelasan
PJ
Tenggat
BP REDD+ mebantu meningkatkan kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota dalam pencegahan karhutla
Peningkatan Kapasitas Pemda
3
BP REDD+ Juli -Oktober
6. Kebakaran Hutan dan Lahan (Pencegahan)
37
Rencana Aksi Pencegahan Karhutla (2/3)
Membentuk gerakan “Satu Desa Satu MPA” dan
memperdayakannya melalui pemberian insentif, pelatihan rutin, sarana dan prasarananya. Menerbitkan instruksi Mendagri untuk menggunakan infrastruktur PNPM dalam membentuk MPA yang ditindaklanjuti dan diawasi oleh Gubernur.
Masyarakat Peduli Api (MPA)
6
Instrumen Audit Ketaatan
7
Audit compliance (audit ketaatan) terhadap perusahaan yang di
wilayah konsesinya kerap ditemukan titik panas (audit dilakukan secara acak). Penerbitan Instrumen melalui PermenLH
Kem LH Kemdagri, Gubernur/B upati
Regu Pencegah Kebakaran (RPK) yang bertugas di kawasan hutan dan non hutan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota perlu dibentuk. Regu RPK ini mengutamakan pemberdayaan perangkat yang sudah ada. Koordinator diusulkan Wakil Bupati selain
Bardikalhut. Mendagri dan Menhut,menerbitkan SE Bersama pembentukan RPK. Regu Pencegah Kebakaran 9 Kemdagri Minggu II Juli Minggu III Juli Minggu II Juli
Penjelasan
PJ
Tenggat
Uji Coba Instrumen Audit Ketaatan8 Audit compliance (audit ketaatan) terhadap perusahaan yang di
wilayah konsesinya kerap ditemukan titik panas (audit dilakukan secara acak). Uji Coba Instrumen Audit Compliance untuk 9+ perusahaan di Provinsi Riau.
BP REDD Minggu III Juli-Sep
6. Kebakaran Hutan dan Lahan (Pencegahan)
38
Rencana Aksi Pencegahan Karhutla (3/3)
Membangun Situation Room (SR) di BP REDD yang digunakan sebagai pusat monitoring pencegahan (dan penanggulangan) karhutla yang dapat digunakan oleh K/L/D untuk pengendalian lapangan.
Situation Room
11
Sarana komunikasi
12 Penggunaan radio masyarakat sebagai sarana pencegahan
Karhutlah. Kominfo agar menyusun rencana kerja pembangunan radio masyarakat pada level kecamatan untuk bisa aktif
beroperasi dalam pencegahan karhutla pada triwulan pertama 2015.
Kominfo BP REDD
Surat Edaran kepada Pemerintah Daerah agar (1) melakukan pengawasan rutin terhadap tingkat ketaatan perusahaan dan (2) pengenaan sanksi administratif bagi pemegang izin konsesi yang melanggar kewajiban untuk melakukan pencegahan karhutla.
Pengawasan Penaatan dan Penegakan Hukum Adm. 13 Kemdagri Minggu II Agustus Oktober Minggu II Juli
Penjelasan
PJ
Tenggat
SOP Khusus tentang Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan. Saat ini sudah terdapat draft final dari tim Kemenkokesra yang
mengusulkan agar SOP ini berbentuk PP, dalam masa transisi perlu diterbitkan Peraturan Bersama Kementerian/Lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Menkokesra.
SOP Pencegahan Karhutla 10 Kemenko Kesra Minggu III Juni
Kerangka Audit Karhutla
39
ASPEK SISTEM & KELEMBAGAAN
ASPEK SAPRAS & SDM
ASPEK BIOFISIK & RESOLUSI KONFLIK
ANALISIS KEWAJIBAN PERATURAN PERUNDANGAN PENYUSUNAN KERANGKA AUDIT PENYUSUNAN FORMULIR AUDIT PELAKSANAAN AUDIT DOKUMEN PELAKSANAAN AUDIT LAPANGAN PENGUMUMAN HASIL AUDIT & REKOMENDASI PEMANTAUAN PELAKSANAAN REKOMENDASI
2. OBJEK AUDIT
A. PERUSAHAAN
B. KABUPATEN KOTA
1. ASPEK AUDIT
3. TAHAPAN AUDIT
6. Perkembangan Kebakaran Hutan dan Lahan
(Pencegahan)
40
TARGET KEGIATAN UNTUK MENCAPAI
TARGET
PERKEMBANGAN
Penyusunan
Instrumen Audit
Kepatuhan
Pembuatan instrumen audit Telah tersusunnya instrumen audit
kepatuhan
Pelaksanaan Audit
Kepatuhan Dalam
Rangka
Pencegahan
Kebakaran Hutan
Dan Lahan
Pelaksanaan audit
kepatuhan
Telah dilakukan audit kepatuhan terhadap
17 konsesi (perkebunan dan kehutanan) di
6 Kabupaten/Kota di Provinsi Riau
Pengumuman hasil audit
kepatuhan
Telah diumumkan hasil audit pada tanggal
10 Oktober 2014 di Jakarta dan 17
Oktober 2014 di Riau
Monitoring pelaksanaan
rekomendasi audit karhutla
Disusunnya F8K
Pelaksanaan audit di Sumsel
dan Kalteng
Program Prioritas Kabinet Kerja
Kontinuasi program yang lalu dengan penekanan pada:
1. Perencanaan:
– Penyelesaian Pengukuhan Kawasan Hutan.
– Penyelesaian RTRWP yang didukung oleh KLHS yang benar dan
proses yang transparan dan partisipatif.
– Harmonisasi peraturan perundang-undangan SDA-LH.
2. Pemanfaatan:
– Satu Informasi Perizinan (SIP)
– Penataan Perizinan (audit dan pembenahan)
3. Pengawasan/Penegakan Hukum:
– Penguatan Penegakan Hukum Administratif.
– Polisi dan Jaksa Lingkungan (certified police and prosecutors)/PPLH.
Refleksi Setahun NKB dan Revitalisasinya Pada Pemerintahan 2014 - 2019
Hotel Mercure, 12 November 2014
Menuju Perbaikan Tata Kelola
Hutan dan Lahan Gambut
MAS ACHMAD SANTOSA
Deputi Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan